No. 12/2008
Calon bupati/walikota dan
wakil
Kabupaten/ kota dengan jumlah
penduduk sampai dengan
250.000 jiwa harus didukung
penduduk
Jumlah dukungan dimaksud di atas
tersebar di lebih dari 50% jumlah
kab/kota di provinsi dimaksud
Bagi calon perseorangan di Kota Mojokerto, yang hanya terdiri dari dua
kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 135.000 jiwa dengan luas
sekitar 16 kilo meter persegi, syarat dukungan pencalonan sebesar 10
persen dari jumlah penduduk, hanya sekitar 1.350 jiwa saja. Dukungan itu
bisa dituangkan dalam bentuk surat dukungan disertai KTP yang
bersangkutan.
Karena jumlah dukungan yang tidak mencapai 1.500 orang, diperkirakan
jumlah calon perseorangan bisa bertambah. Sebab pada Pilkada tahun 2013,
dari 6 pasangan calon walikota dan wakil walikota, dua di antaranya berasal
dari jalur perseorangan, yaitu pasangan nomor urut 2, Drajat Stariaji dan
Yanto, serta pasangan nomor urut 4, Iwan Sulistiyono dan Edi Suhartono.
Namun pelaksanaan Pilkada di Kota Mojokerto diproyeksikan pada Juni 2018
mendatang. Bukan tahun 2015 ini. Sebab AMJ Walikota Mojokerto pada
Desember 2018.
Di tahun 2015 ini, jumlah daerah yang menggelar Pilkada bertambah.
Penambahan ini merupakan konsekuensi dari revisi UU No. 1/2015 menjadi
UU No. 8/2015. Pilkada yang semula hanya untuk kepala daerah yang akhir
masa jabatannya habis di tahun 2015, kemudian ditambah 68 daerah karena
kepala daerah tersebut masa jabatannya habis di semester pertama
(Januari-Juni) tahun 2016. Hal ini berdampak pada sumber pendanaan
Pilkada.
Dalam Pasal 166 UU No. 8/2015 disebutkan: Pendanaan kegiatan pemilihan
dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan dapat didukung
oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Ini berbeda dengan materi Perppu 1/2014
yang kemudian disahkan menjadi UU No. 1/2015 yang memandatkan
pendanaan Pilkada dibebankan pada APBN dan dapat didukung APBD.
Perubahan materi UU yang signifikan ini, membuat banyak daerah yang
masa akhir jabatan pada semester pertama tahun 2016, belum
mengalokasikan anggaran Pilkada dalam pos APBD tahun 2015. Hal ini
menjadi suatu keniscayaan, sebab perubahan dan revisi UU Pilkada baru
berlangsung di bulan Pebruari tahun 2015. Sementara di bulan itu APBD
sudah ditetapkan di masing-masing daerah, yang masa akhir jabatan kepala
daerah pada semester pertama tahun 2016. Bahkan hingga awal April 2015,
dari 68 daerah tersebut, sudah ada 10 daerah yang mengonfirmasi ke KPU,