Anda di halaman 1dari 15

EKSPLOITASI EKOSISTEM LAUT DI INDONESIA

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Lingkungan
Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Elektronika

Disusun Oleh :
Hadi Permana

(111311044)

Ichsan Sukma Nursandi

(111311046)

Muhammad Fauzi Nugraha

(111311054)

Muhammad Luthfi Zulfiqar

(111311057)

Muhammad Rashif Naufan

(111311059)

Kelas

: EC 3B

Dosen : Dr. Ir. Tolangowati Olii Kamil, B.Sc.,MT

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama bertahun-tahun manusia menyalahgunakan laut, menjarah
ikannya, meracuni dengan limbah dan sampah, serta merusak pantainya.
Padahal, berbagai ekosistem laut, misalnya laut tropik yang dangkal dan
hangat memberikan kondisi ideal bagi kehidupan karang. Bakau pun tumbuh
subur di daerah pantai tropik. Berjuta-juta ikan berkembangbiak di antara
akar-akaran yang terletak di permukaan air. Di pantai dekat daratan beriklim
sedang, tumbuh hutan kelp, yaitu ganggang besar yang tumbuh subur di
tempat-tempat yang kaya zat hara. Tetapi, dari waktu ke waktu, perilaku
manusia terus merusak laut. Lalu, apa yang kita lakukan untuk
menyelamatkan laut yang begitu memberikan banyak manfaat bagi
kehidupan manusia itu? Tidak banyak. Sebaliknya, kita cenderung
melakukan tindakan yang merusak ekosistem laut. Nelayan mengambil ikan
secara berlebihan dengan cara yang tidak bertanggung jawab. Misalnya,
denganpukat harimau atau bahan peledak. Menurut data FAO (Food and
Agriculture Organization), laut mampumenghasilkan 100 juta ton ikan setiap
tahun. Pada 1988, nelayan telah menangkap ikan 97,4 ton. Jumlah tersebut
menurun tiap tahun. Bukan karena manusia mengurangi kegiatannya,
melainkan

persediaan

ikan

yang

menipis.

Pemburu-pemburu

ikan

membinasakan spesies ikan paus besar. Anjing laut dan penyu ditangkapi
serampangan. Terumbu karang dirusak untuk dibuat cenderamata. Nelayan
bahkan sering menangkap ikan yang berharga mahal, seperti kerapu.
Padahal, ikan tersebut merupakan predator yang sangat dibutuhkan agar
rantai makanan tetap berlangsung. Bila predator menghilang, rantai makanan
akan terganggu. Kapal tanker minyak juga selalu seenaknya membuang
2

limbah yang dapat mencemari lingkungan laut. Minyak dapat menghilangkan


daya apung ikan-ikan dan binatang laut sehingga mereka akan mati. Namun,
pencemaran akibat minyak bukanlah ancaman paling serius bagi laut kita.
Tindakan lain, seperti penangkapan ikan secara berlebihan dan cara
menangkap ikan yang merusak,jauh lebih berbahaya bagi kelangsungan
hidup

biota

laut.

Di beberapa bagian dunia, nelayan menggunakan cara yang merusak untuk


meningkatkan pendapatan mereka. Penangkapan ikan dengan bahan peledak
dapat menghancurkan terumbu karang. Di Kepulauan Bahama, karang dan
rumput laut rusak ketika para pengeruk mengaduk endapan lumpur laut
sehingga mengurangi persediaan oksigen dalam laut. Akibatnya, tindakan itu
dapat membunuh sebagian besar ekosistem laut. Dua pertiga penduduk dunia
hidup di pantai. Dengan tumbuhnya populasi pantai, aktivitas pembangunan
akan meningkat, namun juga merusak habitat yang dapat mengurangi
produktivitas laut. Pariwisata menjadi penyebab utama kerusakan pantai.
Sebab, pembangunan hotel-hotel dan sarana wisata di pantai-pantai yang
buruk perencanaannya dapat merusak pantai. Misalnya,mengurangi tempat
bertelur kura-kura.

1.2

Manfaat Laut
Kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang menggantungkan
hidupnya dari laut. Laut menjadi medan sebagian (besar) orang mengadu
nasib dan menyandarkan harapan hidupnya. Banyak pula harta benda
diperoleh manusia dari laut. Makanan, bahkan kesehatan manusia pun
diperoleh dari dan melalui laut. Sekali lagi, laut itu penting bagi siapapun, di
mana saja dan kapan pun juga. Euripides, seorang penulis sandiwara dari
Athena, pernah mengatakan bahwa laut itu membersihkan semua penyakit
yang diderita manusia. Penyakit-penyakit itu antara lain : tekanan darah
tinggi, pembekuan darah, sakit tenggorokan, kegemukan, asam lambung,
gangguan pencernaan (indigesi), sukar membuang air besar (konstipasi),

reumatik,

diabetes,

sakit

mata,

flu

dan

sakit

saraf.

Sejalan dengan itu, hasil penelitian Howard H. Hirschhorn menunjukkan


bahwa (air) laut itu memperbaiki seluruh kesehatan manusia. Manfaat ini
bertolak dari kenyataan bahwa laut itu mengandung banyak mineral yang
merembes ke seluruh badan saat terendam dalam air laut. Mineral inilah yan
berdaya mengurangi atau menghalang sebaran penyakit dalam tubuh
manusia. Dengan demikian, air laut dapat menormalisir fungsi-fungsi tubuh.
Karena itu, banyak orang menganjurkan untuk mandi dan mencelup badan
di air laut secara teratur, bahkan minum air laut dalam takaran terbatas
(Howard H, 1980). Di samping itu laut menyediakan berbagai bahan
makanan yang mudah dijangkau dengan gizi bermutu tinggi.Ada pun bahan
yang sudah dikenal luas adalah ikan, siput, tiram dan garam. Umum
diketahui bahwa ikan menyediakan protein bernilai tinggi dan mudah
dicerna meski dalam jumlah yang sangat banyak. Secara khusus, lemak ikan
seperti disinyalir Howard mengandung sejenis zat asam yang menyediakan
energi untuk mencegah atheros clerosin yang menyebabkan kolesterol
darah. Telur ikan dapat membangkitkan selera makan. Sementara organorgan dalamnya terutama hati merupakan sumber terkaya dari vitamin A
dan D. Tulang ikan menyediakan kalsium, phosphor dan zat besi yang
berguna untuk pertumbuhan gigi dan tulang anak manusia. Sedangkan siput,
tiram dan berbagai binatang tak bertulang belakang lainnya merupakan
sumber vitamin B12. Berbagai zat dan vitamin yag terkandung dalam laut
dan pelbagai produknya itu menjadi sumber serta penambah tenaga dan
semangat manusia penggunanya. Terlepas dari air (laut) dan persediaan
bahan makanan di atas, masih terdapat banyak potensi kelautan yang dapat
dikembangkan. Panorama bawah laut dengan karang dan berbagai jenis
tumbuhan kiranya menjadi aset pariwisata yang tak ternilai harganya
sekaligus bahan baku pakan ternak dan kosmetik.Arus laut dapat
dimanfaatkan sebagai sumber listrik tenaga arus laut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pencemaran Laut
Menurut Agus Ajar, Koordinator Manajemen Pengolahan Pesisir
DFW,
tingkat pencemaran yang makin tinggi ini terjadi karena dua hal. Yakni,
masyarakat masih memandang laut sebagai tempat pembuangan sampah.
Kedua, tidak padunya kerja sama lintas sektoral dari aparat pemerintah.
Sumber

pencemaran

perairan

pesisir

dan

lautan

dapat

dikelompokkanmenjadi tujuh kelas. Yaitu industri, limbah cair permukiman


(sewage),limbah
pelayaran

cair

(shipping),

perkotaan

(urban

pertanian,

stormwater),

dan

pertambangan,

perikanan

budi

daya.

Prof. Dietriech Geoffrey Bengen, guru besar bidang kelautan Institut


Pertanian Bogor, membagi pencemaran dalam dua tipe. Yaitu, pencemaran
limbah organik yang berasal dari permukiman penduduk, dan limbah
anorganik yang berasal dari industri. Contohnya, merkuri, sianida, arsen,
pestisida,

dan

limbah

kimiawi

lainnya.

Pengaruh (limbah) darat lebih besar datang dari limbah yang tidak bisa
teruraikan.

Limbah

anorganik

ini

sangat

berbahaya

bagi

manusia. Ia dapat terserap lewat ikan atau kerang yang dikonsumsi


manusia. Dalam jangka panjang, dapat merusak kesehatan manusia. Seperti
halnya limbah anorganik, limbah organik pun merugikan. Sebab,
dalam jumlah besar bisa memicu pertumbuhan pesat fitoplankton.
"Akibatnya, ikan-ikan akan kekurangan oksigen, dibarengi meningkatnya
kompetisi

untuk

memperebutkan

ruang

hidup.

Selain dari daratan, pencemaran pun banyak yang bersumber dari

laut.Terutama terkait dengan aktivitas yang memanfaatkan laut seperti


pengeboran minyak dan alur pelayaran.
2.2 Eksploitasi laut
Eksploitasi laut adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
memanfaatkan dan menggali serta menghisap kekayaan yang ada pada objek
yang diinginkan untuk kepentingan ekonomi pribadi atau sepihak saja.
Eksploitasi laut ini bedampak buruk jikalau lemehnya pengendalian,
penanggulangan dan pengawasan terhadap objek laut di Indonesia. Hal ini
dapat mengancam kelestarian sumber daya alam laut yang akan berdampak
pada kehidupan manusia dan lingkungan. Contoh dari tindakan eklpoitasi laut
di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Overfising
2. Pengrusakan habitat atau ekosistem laut

2.2.1

Overfishing
Overfishing adalah kondisi dimana telah terjadi kelebihan eksploitasi
terhadap sumberdaya perikanan tangkap di laut. Memang benar
perikanan merupakan salah satu potensi sumberdaya alam yang dapat
terbarukan/terpulihkan tetapi pada kenyataannya semakin hari hasil
penangkapan ikan di beberapa tempat di Indonesia mengalami
penurunan yang signifikan. Beberapa wilayah laut Indonesia yang
mengalami overfishing adalah Laut Jawa, Selat Malaka, Selat
Karimata, dan belakangan Laut Arafura juga termasuk. Indikator
wilayah laut yang telah overfishing adalah semakin sedikitnya jumlah
hasil tangkapan, semakin kecil ukuran ikan yang tertangkap, semakin
lama waktu yang dibutuhkan kapal-kapal untuk memenuhi target
penangkapan, dll. Berikut adalah gambar eksloitasi overfishing di
Indonesia :

Gambar 2.1 Overfishing

Gambar 2.2 Eksploitasi Overfishing oleh Armada kapal

Penyebab utama Penangkapan Ikan Berlebih (overfishing)


adalah meningkatnya jumlah armada dan kapasitas penangkapan
namun tidak diikuti dengan upaya yang optimal untuk melakukan
pengendalian dan penentuan jumlah armada, kapasitas, metoda, alat,
wilayah, waktu, jenis ikan dan kuota tangkap.
Oleh karena itu, kondisi ovefishing sangat terkait dan dipicu oleh apa
yang lazim kita kenal dengan sebutan IUU (illegal, unreported &
unregulated) fishing, dimana armada tangkap suatu negara melakukan
pencurian atau penjarahan ikan di wilayah suatu negara lainnya tanpa
izin, sebuah armada melakukan penangkapan ikan dengan cara, alat
dan bahan yang merusak dan tidak mematuhi ketentuan peraturan yang
telah ditetapkan oleh peraturan perundangan, serta tiadanya pelaporan

hasil tangkapan dengan benar dan transparan oleh suatu armada


tangkap kepada otoritas terkait.
Praktek IUU fishing, terutama yang dilakukan oleh armada tangkap
asing telah menyebabkan laut Nusantara saat ini sedang mengalami
kondisi

Penangkapan

Ikan

Berlebih

(overfishing).

Praktek

penangkapan ikan tidak bertanggungjawab tersebut juga turut dalam


penghancuran terumbu karang, tempat dimana berbagai jenis ikan
bergantung

pada

kesehatan

ekosistem

vital

tersebut

untuk

beregenerasi.

2.2.2

Perusakan Habitat dan Ekosistem Laut


Kegiatan penangkapan
seperti

menggunakan

bahan

yang

dilakukan

peledak,

bahan

nelayan

beracun

dan

menggunakan alat tangkap trawl, bertentangan dengan kode etik


penangkapan. Kegiatan ini umumnya bersifat merugikan bagi
sumberdaya perairan yang ada. Kegiatan ini semata-mata hanya akan
memberikan dampak yang kurang baik bagi ekosistem perairan, akan
tetapi memberikan keuntungan yang besar bagi nelayan. Dalam
kegiatan penangkapan yang dilakukan nelayan dengan cara dan alat
tangkap yang bersifat merusak yang dilakukan khususnya oleh nelayan
tradisional.
Untuk menangkap sebanyak-banyaknya ikan karang yang
banyak,

digolongkan

kedalam

kegiatan illegal

fishing. Karena

kegiatan penangkapan yang dilakukan semata-mata memberikan


keuntungan hanya untuk nelayan tersebut, dan berdampak kerusakan
untuk ekosistem karang. Kegiatan yang umumnya dilakukan nelayan
dalam melakukan penangkapan dan termasuk kedalam kegiatan illegal
fishing adalah penggunaan alat tangkap yang dapat merusak ekosistem

seperti kegiatan penangkapan dengan pemboman, penangkapan


dengan menggunakan racun serta penggunaan alat tangkap trawl pada
daerah yang memiliki karang.
Kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan peledak
merupakan cara yang sering digunakan oleh nelayan tradisional di
dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan khususnya di dalam
melakukan penangkapan ikan-ikan karang. Penangkapan ikan-ikan
karang dengan menggunakan bahan peledak dapat memberikan akibat
yang kurang baik, baik bagi ikan-ikan yang akan ditangkap maupun
untuk karang yang terdapat pada lokasi penangkapan. Penggunaan
bahan peledak dalam penangkapan ikan di sekitar daerah terumbu
karang menimbulkan efek samping yang sangat besar. Selain rusaknya
terumbu karang yang ada di sekitar lokasi peledakan, juga dapat
menyebabkan kematian biota lain yang bukan merupakan sasaran
penangkapan. Oleh sebab itu, penggunaan bahan peledak berpotensi
menimbulkan kerusakan yang luas terhadap ekosistem terumbu
karang. Kegiatan yang marak dilakukan oleh nelayan adalah dengan
menggunakan obat bius atau bahan beracun lainnya. Bahan beracun
yang umum dipergunakan dalam penangkapan ikan dengan pembiusan
seperti sodium ataupotassium sianida. Seiring dengan meningkatnya
permintaan konsumen terhadap ikan hias dan hidup, memicu nelayan
untuk melakukan kegiatan penangkapan yang merusak dengan
menggunakan racun sianida. Kegiatan ini umum dilakukan oleh
nelayan untuk memperoleh ikan hidup.
Hasil yang diperoleh dengan cara ini memang merupakan ikan yang
masih hidup, tetapi penggunaannya pada daerah karang memberikan
dampak yang sangat besar bagi terumbu karang. Selain itu
penangkapan dengan cara ini dapat menyebabkan kepunahan jenisjenis ikan karang tertentu. Racun tersebut dapat menyebabkan ikan
besar dan kecil menjadi mabuk dan mati. Disamping mematikan ikan-

ikan yang ada, sisa racun dapat menimbulkan dampak negatif bagi
kehidupan terumbu karang, yang ditandai dengan perubahan warna
karang yang berwarna warni menjadi putih yang lama kelamaan
karang menjadi mati.
Kegiatan

lain

yang

termasuk

kedalam

kegiatan illegal

fishing adalah penggunaan alat tangkap trawl pada daerah karang.


Kegiatan ini merupakan kegiatan penangkapan yang bersifat merusak
dan tidak ramah lingkungan. Penggunaan alat tangkap trawl pada
daerah karang dapat dilihat pada kasus yang terjadi di perairan Bagan
Siapi-Api, Provinsi Sumatera Utara dan di Selat Tiworo, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Sebagaimana telah kita ketahui bersama,
penggunaan alat tangkap ini sudah dilarang penggunaannya di
Indonesia karena alat tangkap tersebut termasuk kedalam alat tangkap
yang sangat tidak ramah lingkungan karena memiliki selektifitas alat
tangkap yang sangat buruk. Nelayan di Sulawesi Utara cenderung
tidak memperdulikan hukum yang ada. Mereka tetap melakukan
proses penangkapan dengan menggunakan alat tangkap trawl. Alat
yang umumnya digunakan oleh nelayan berupa jaring dengan ukuran
yang sangat besar, memiliki lubang jaring yang sangat rapat sehingga
berbagai jenis ikan mulai dari ikan berukuran kecil sampai dengan
ikan yang berukuran besar dapat tertangkap dengan menggunakan
jaring tersebut. Brikut adalah contoh gambar perusakan ekosistem laut
yang diakibatkan dari destructive overfishing:

10

Gambar 2.4 Destructive Overfishing Menggunakan Bom Ikan

Gambar 2.5 Alat dan Bahan yang Digunakan Untuk menangkap Ikan (Illegal
Fishing)

Gambar 2.6 Dampak dari Illegal Fishing

Gambar 2.7 Jaring Trawl yang merusak habitat dan makhluk hidup

2.3 Solusi Masalah Overfishing dan Implementasinya


Meski kebijakan pemerintah terkait peningkatan produksi perikanan
terlihat mengabaikan fenomena over fishing, namun bukan berarti pemerintah
menutup mata dengan adanya kejadian tersebut. Hal ini tercemin dari
beberapa kebijakan yang dibuat dalam rangka menekan laju terjadinya over
fishing, diantaranya :

11

Kebijakan pembatasan alat tangkap dengan menetapkan besar


lubang mata jaring. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
selektifitas alat tangkap, sehingga yang tertangkap hanya spesies target
saja, sedang spesies lain dapat lolos keluar melalui lubang jaring tersebut.
Contoh : pada alat tangkap purse sein, jaring angkat, dan jala tebar.
Kebijakan diversifikasi alat tangkap. Dimaksudkan agar nelayan tidak
bergantung pada salah satu jenis alat tangkap saja, melainkan dapat
memilih jenis alat tangkap yang lain dengan spesies target yang berbeda.

Pembentukan kawasan konservasi laut dibeberapa tempat yang


dianggap masih memiliki potensi plasma nutfah yang cukup tinggi.
Seperti Takabonerate, dan Wakatobi.

Kebijakan pengendalian alat tangkap melalui mekanisme perizinan.


Beberapa kapal penangkap dalam skala tertentu harus memiliki surat izin
penangkapan untuk dapat beroperasi di wilayah perairan sekitar pulau
maupun ZEE.
Terkhusus untuk mengatasi persoalan pencurian ikan oleh KIA dan
destructive fishing, pemerintah menempuh beberapa cara, antara lain :

Menempatkan armada AL di wilayah-wilayah perbatasan laut Indonesia

Membentuk satuan Polairut (Polisi Perairan dan Laut) dibawah Polda


untuk mengatasi pelanggaran yang terjadi di dalam wilayah perairan
Indonesia.

Membentuk satuan Pengawas Jagawana dibawah Kementerian Kehutanan


untuk menjaga wilayah-wilayah konservasi laut yang berada di dalam
tanggung jawab Kementerian Kehutanan.
Dari sisi penegakan hukum, pemerintah sudah menyiapkan perakat

hukum untuk menjerat pelaku pelanggaran baik pencurian ikan maupun


penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, diantaranya :

12

1. UU No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan (Perubahan dari UU No. 31


tahun 2004)
2. UU No. 60 tahun 2007 tentang Konservasi ikan
3. UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Kawasan Pesisir, laut dan
Pulau-pulau kecil.

Gambar 2.3 Wilayah Laut Indonesia

Gambar 2.4. Patroli Perbatasan wilayah ZEE

13

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kajian literatur mengenai masalah eksploitasi ekosistem laut di
Indonesia, dapat ditari kesimpulan bahwa :
5.1 Kesimpulan
1. Laut Indonesia adalah pusat penting keanekaragaman hayati laut dunia
sekaligus

tempat

penangkapan

ikan

sangat

berharga

yang

menyediakan makanan dan mata pencaharian untuk jutaan orang.


Untuk memastikannya terus terjaga untuk generasi mendatang adalah
dengan memulihkan kondisi dan melindungi ekosistem laut, serta pada
saat yang sama juga membatasi overfishing.

5.2 Saran
1. Untuk masalah ekspoitasi laut berlebih di Indonesia (overfishing)
seharusnya pemerintah sadar akan pentingnya territorial laut Indonesia
yang begitu luasnya, sehingga peran pemerintah untuk mengayomi
dan membuat program-program untuk kelestarian dan pengawasan
terhadap sektor kelautan dan perikanan di Indonesia diperkuat lagi,
serta memberikan peningkatan mutu sumber daya manusianya.
2. Untuk masalah perusakan habitat dan ekosistem laut di Indonesia,
sebaiknya peran pemerintah agar membuat peraturan undang-undang
yang baru serta tepat sasaran yang akan membuat jera pelaku
pengrusakan habitat laut atau ekosistem laut, serta membuat program
pemerintah berupa seminar, pelatihan, penelitian dari sektor kelautan
dan perikanan terhadap sumber daya manusianya, agar sumber daya
manusianya dapat melestarikan dan mengambil manfaat dari laut,
tanpa harus merugikan atau merusak lingkungan sekitar.

14

BAB 4
DAFTAR PUSTAKA

1. Caldwel, M., Hoffman, T. C., Palumbi, S., & Teisch, J. (2009). Pacific Ocean
Synthesis. California: Board of Trustees.
2. Greenpeace. (2010). Laut Indonesia Dalam Krisis.
3. file:///E:/Kuliah/Semester%205/Konsep%20Lingkungan/Kelompok%20Presentasi%2
0KonseLing/allartikel%20%20EKSPLOITASI%20LAUT.htm. Diunduh (2014, April 10).
4. file:///E:/Kuliah/Semester%205/Konsep%20Lingkungan/Kelompok%20Presentasi%2
0KonseLing/Wajah%20Bahariku%20%20SOLUSI%20MASALAH%20OVER%20FISHING
%20DAN%20IMPLEMENTASINYA.htm. Diunduh (2014, April 10).

15

Anda mungkin juga menyukai