LABORATORIUM AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2015
KATA PENGANTAR
Buku/Diktat petunjuk praktikum Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu
Tanaman ini disusun dengan maksud dan tujuaN membantu mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum Pengelolaan Hama Penyakit Terpadu Tanaman. Keahlian dan
keterampilan kerja di laboratorium sangat membantu dalam memahami teori yang telah
diperoleh di kuliah sehingga dapat saling membangun antara teori dengan kenyataan.
Diktat praktikum ini disusun dan dilengkapi dengan gambar sehingga
memudahkan praktikan memahami dan mempersiapkan diri sebelum melakukan
kegiatan praktikum. Materi yang disajikan dalam diktat ini mencakup teknik dasar yang
lazim dilakukan di Laboratorium HPT pada umumnya. Harapan kami, buku ini dapat
bermanfaat
bagi
praktikan
mikrobiologi
dasar
serta
bagi
mahasiswa
yang
memerlukannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun tentang isi buku ini
sangat dihargai demi perbaikan kualitas lebih lanjut.
Penyusun
Praktikan datang tepat waktu, bagi yang terlambat lebih dari10 menit tidak
Setelah praktikum, setiap kelompok membereskan semua alat yang dipakai dan
lain
(kolektif)
setiap
kelompok
harus
menempelkan
hasil
Praktikan yang dengan terpaksa tidak dapat mengikuti praktikum yang sudah
dijadwalkan pada kelompoknya, harus melapor ke koordinator asisten untuk
Kegiatan
EKSPLORASI, IDENTIFIKASI AGENS HAYATI
PEMBIAKAN MASAL AGEN HAYATI
PRODUKSI PESTISIDA NABATI
TEKNIS PEMANFAATAN
UJIAN PRAKTIKUM
PENDAHULUAN
Penggunaan
pstisida
kimia
sbagai
sarana
pengengendalian
Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) Khusus pada tanaman pangan dan hortikultura dirasakan
manfaatnya berupa pningkatan produksi. Pestisida dengan cpat dapat mnurunkan
populasi atau intnsitas srangan OPT, shingga mluasnya srangan dapat dicgah. Namun
selain berdampak positif, penggunaan pestisida kimia yang kurang bijaksana dapat
menimbulkan dampak negatif berupa resurgnsi, resistnsi, matinya musuh alami dan
pencmaran lingkungan melalui residu yang ditinggalkan srta menyebabkan keracunan
pada manusia yang dampaknya untuk jangka panjang lebih merugikan dibandingkan
dngan manfaat yang diperoleh. Dalam upaya mngantisipasi
dikembangkan konsep PHPT (pengndalian hama dan penyakit terpadu). Dalam PHPT
penggunaan pestisida tidak dilarang, namun dinyatakan bahwa penggunaan pstisida
sharusnya mungkin dengan menaati aturan penggunaanna. Agar dapat menurunkan
pnggunaan pestisida tersbut perlu dilakukan pengembangan dan pemanfaatan agn hayati
sebagai sarana pengendali OPT.
Potensi bahan alami sebagai agens hayati tersdia cukup banyak, disamping juga
pengembangannya tidak memerlukan teknologi yang terlalu tinggi. Agen hayati tersebut
meliputi cendawan, bakteri, nematoda, virus , protozoa, prdator, parasit dan parasitoid.
Slain itu bberapa spsis tanaman juga mngandung snyawa yang dapat dimanfaatkan
untuk pengendalian hama penyakit yang dikenal sbagai pestisida botani. Patogen hama
dan pestisida botani biasanya disbut sebagai biopestisida.
Beberapa bioinsektisida telah diproduksi scara massal, namun produksi massal olh
industri bsar sangat terbatas. Bacillus thuringiensis mrupakan contoh spektakuler
kbrhasilan industri biopestisida. Contoh yang biasa diknal ptani indonsia adalah Dipel,
Thuricide, Bactospeine,. Bioinsktisida dari kelompok patogen lain yang diproduksi,
tetapi dalam skala yang lbih kecil bukan perusahaan bsar (Beuveria bassiana,
metarrhizium anisopliae, verticillium lecanii, steinernema spp., NPV dll)
Biopestisida mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan pestisida
kimia sintetik dalam konteks pengendalian hama terpadu dalam sistem pengendalian
hama terpadu dalam sistm pertanian berkelanjutan. Keunggulan utamana mngurangi
pencmaran lingkungan dan keamanan trhadap pngguna dan organisme berguna lainnya.
Kelemahan biopestisida yaitu masa efktif tidak mengkondisikan trjadinya rsurgensi, dan
resistnsi terhadap pestisida shlf time yang pendek dan 20 daya bunuh yang umumnya
lamban. Bbrapa kelemahan lain bersifat spesifik tergantung kelompok entomopatogen.
Dari alasan-alasan trsbut, pestisida kimia sintetik menjadi lbih mudah untuk dipasarkan
dibandingkan dengan pestisida kimia non sintetik.
Pengendalian hayati patogen tumbuhan dapatn dilakukan melalui sebagai berikut :
PRAKTIKUM I
EKSPLORASI, IDENTIFIKASI AGENS HAYATI
Kompetensi : Mahasiswa dapat melakukan Eksplorasi serta Isolasi serta Identifikasi
Agen Hayati
lmbab, tetapi tidak basah. Amati tiap hari sampai dijumpai adanya serangga
yang mati . serangga mati mungkin tidak diakibatkan oleh cendawan, tetapi
bisa saja oleh nematoda.
1.2 Eksplorasi Agen Antagonis
Eksplorasi agen antagonis dilakukan dengan mengumpulkan agens antagonis mellalui
tahapan sebagai berikut :
a. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada kedalaman tanah 15-30 cm dari
permukaan tanah, sedangkan agens antagonis dari bagian tanaman diatas tanah
dapat diambil dari phyllosphere dan atau phyllosplane serta bagian tanaman lain
dari tanamn yang menunjukan gejala penyakit.
b. Sampel tanah atau bagian tanaman yang menunjukan gejala penyakit
ditempatkan dalam kantong plastik dengan mletakan kapas yang dibasahi sair
steril dan disimpan pada suhu 20-25o C untuk kemudian analisa.
Pemilihan sampel tanah atau bahan tanaman dilapangan dapat dilihat dari kebugaran
tanaman. Apabila dalam satu hamaparan sebagian besar tanaman menunjukan hal yang
sebaliknya, maka tanaman yang tidak menunjukan gejala sakit tersbut diasumsikan atau
diharapkan banyak mengandung agens antagonis.
Agen antagonis yang banyak dieksplorasi adalah cendawan dan bakteri dengan cara
sebagai berikut :
a. Cendawan
o Cndawan antagonis umumnya mampu mengendalikan patogn tanaman yang
berupa cndawan, bakteri, nematoda, atau virus
o Umunya daerah rhizosphere dan rhizosplane merupakan lokasi yang paling
ideal untuk mendapatkan cendawan antagonis
b. Bakteri
o Bakteri antagonis dapat mengendalikan cendawan maupun bakteri patogen
tanaman.
o Eksplorasi dapat dilakukan d daerah rhizosphere atau rhizosplane, untuk
penytakit tanaman yang bersifast sistemik,
o Untuk bagian phyllosphere atau phyllosplane atau bagian lain tanaman
1.3 Isolasi Patogen Serangga
a. Cendawan
dengan
menggunakan
hasl
reisolasi
untuk
o 10 gram sampel tanah atau bagian tanamn dimasukan ke dalam 100 ml air
steril, kemudian digoyang-goyang secara horisontal selama 20 menit.
o Buat seri larutan pengenceran dari 10-1 s/d 10-9. Ambil 1 ml hasil
pengenceran dan masukan ke dalam cawan petri yanvg berisi NA atau
Kings B, dan inkubasikan selama 24 jam.
o Mum,ikan masing-masing isolat bakteri yang diproleh . khusus untuk
bakteri Pseudomonas fluorescens dapat digunkan lampu ultra violet. Koloni
P. fluorescens di bawah klampu ultra violet akan memendar warna putih
khijauan . sedangkan Corynebacterium berwarna putih kotor, di bawah
lampu ultra violet tidak bereaksi seperti P. fluorescens.
1.5 Identifikasi Patogen Hama
Identifikasi patogen serangga meliputi 2 (dua) aspek yaitu identifikasi status dan
identifikasi taksonomi.
o Identifikasi taksonomi dapat dilakukan dengan memanfaatkan refrensi yang ada
atau tenaga ahli
o Identifikasi status dimaksudkan untuk mengklasifikasi apakah cendawan yang
ditmukan mrupakan patogen srangga atau bukan. Identifikasi status ini
dilakukan dengan menggunakan Postulat Koch
o Cendawan
o Spora cendawan diencerkan dengan air steril sehingga kpadatan spora dalam
larutan mncapai 106 spora/ml.
o Semprotkan suspnsi tersebut pada seangga uji.
o Pelihara srangga uji sampai mati
o Apabila pada permukaan tubuh srangga yang mati telah tumbuh spora, maka
lakukan re-isolasi, atau
o Apabila pada permukaan tubu serangga yang mati blum tumbuh spora,
lembabkan dalam cawan petri sampai tumbuh spora dan lakukan re-isolasi
o Lakukan re-isolasi dengan mnggunakan hasil reisolasi untuk mmbuktikan bahwa
cendawan tersebut patogen serangga.
Identifikasi taksonomi terhadap cendawan didasarkan pada bentuk dan ukuran spora,
bentuk dan ukuran miselia, warna koloni dan inang.
o Bakteri
o Hasil isolasi diencerkan dengan air steril sehingga kerapatannya mencapai 10 6
Colont Forming Unit (CPU),
o Semprotkan suspensi tersebut pada pakan (daun atau makanan buatan) dan
tiriskan (kering angin).
o Lepaskan serangan uji (sehat) sehingga makan pakan yang telah diprlakukan
dengan larutan baktri,
o Plihara dan amati prubahan tingkah laku dan morfologi serangga uji.
o Lakukan re-isolasi bakteri dari serangga uji yang mnunjukan gejala tersrang
bakteri
o Lakukan re-inokulasi terhadap serangan sehat untuk membuktikan bahwa
bakteri tersebut adala patogen serangga.
Identfikasi taksonomi trhadap bakteri didasarkan pada reaksi fisiologis (reaksi
terhadap karbohidrat, asam, protein, dan nitrogen), bentuk morfologis sel bakteri
(keberadaan, jumlah dan ukuran flagla) dan bentuk morfologi koloni pada media
buatan.
c. Nematoda
o Tempatkan 2 lapis kertas sarinbg dalam cawan petri (ukuran 100x15mm)
o Siramkan 23 ml suspnsi nematoda (1000-5000 juvenil infektif/Jl). Kertas saring
harus basah tetapi tidak boleh ada air yang menggenang.
o Pindahakan sjumlah ulat bembu (T. molitor) ke dalam cawan. Jumlah ulat
tergantung pada ukuran cawan petri misalnya ke dalam cawan petri ukuran 100x
15 mm ditambahkan 10-25 ulat untuk 1000-5000 nematoda.
o Biakan kmudian diinkubasi pada suh kamar dan ulat bambu akan mati dalam
waktu kurang lbih 2 hari setelah inokulasi.
o Lakukan re-isolasi terhadap serangga uji yang amtyi
o Lakukan reinokulasi dengan menggunakan hasil re-isolasi untuk mmbuktikan
bahwa nematoda trsebut patogen sangga.
Identifikasi taksonomi terhadap nematoda didasarkan pada bentuk morfologinya.
1.6 Identifikasi Agen Antagonis
Identifikasi antagonis meliputi 2 aspek yaitu identifikasi status dan identifikasi
taksonomi.
o Identifikasi status mikroorganisme dan identifikasi taksonomi.
Identifikasi
taksonomi dapat dilakukan dengan kunci atau rifikasi yang ada atau tenaga ahli.
o Identifikasi agen antagonis dilakasanakan dengan uji efek antagonis dengan
metode ganda pada mdia (in vitro).
Tahapan uji efek antagonis secara rinci adalah sbagai berikut
a. Cendawan
o Siapkan media PDA/PSA pada petri dengan volume 7-10 ml per cawan petr.
o Siapkan umur inokulim 5-7 hari pada PDA untuk cendawan sedangkan umur
inokulum 24-48 jm pada NA
o Siapkan potongan kertas saring stril dengan diameter 0,5 cm, lalu celupkan
masing-masing ke dalam larutan calon antagonis dan patogen tumbuhan.
o Letakan potongan kertas yang telah diperlakukan pada permukaan media dengan
membentuk satu garis lurus dengan jarak 4 cm.
o Inkubasikan pada suhu ruang (25oC) slama 1-7 hari, kemudian amati
pertumbuhan masing-masing mikroorganisme pada media buatan tersebut,
o Apabila perkembangan koloni calon agen antagonis berlangsung lebih cepat
(mmbnttuk
zona
pnghambatan
pertumbuhan
patogen,
terjadinya
zona
pnghambatan
pertumbuhan
patogen,
terjadinya
PRAKTIKUM II
Rendam media (jagung pecah atau beras) dalam air selama kurang lebih 24 jam,
kemudian tiriskan atau kukus media selama kurang lebih 5-10 menit, kemudian
tiriskan.
Kemas media tersebut dengan plastik tahan panas masing-masing berisi 100-200
gram.
Sterilkan dengan uap panas sesuai dengan jenis peralatan yang digunakan,
kemudian dinginkan.
Inokulasikan biakan murni (kurang lebih 1 sendok the media padat) secara aseptic
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam produksi massal cendawan pathogen serangga
sebagai berikut :
Perbanyakan secara massal dapat menggunakan media beras dan jagung. Media jagung
bagus untuk pertumbuhan vegetative tetapi konidiagenesis (pembentukan konidia) lebih
rendah disbanding dengan beras. Perlu diingat bahwa untuk tahap pengeringan
cendawan sesudah pemanenan, sama sekali tidak dibenarkan mengeringkan langsung di
bawah sinar matahari, karena akan menurunkan viabilitas atau daya kecambah konidia.
Uji kestabilan dilakukan untuk mengetahui efektivitas cendawan pathogen serangga
setelah melalui beberapa cara dan lama waktu penyimpanan. Untuk menguji kestabilan
dapat digunakan metode uji keefektivitan seperti tersebut diatas.
Cara aplikasi :
Siapkan suspense semprot dengan cara mencuci hasil biakan cendawan dalam
Rendam media dalam air selama kurang lebih 24 jam, kemudian tiriskan hingga
mencapai kadar air 45%.
Kemas media tersebut dengan plastic tahan panas masing-masing berisi 40-50
gram.
Sterilkan dengan uap panas sesuai dengan jenis peralatan yang tersedia,
kemudian dinginkan (menggunakan autoclave 1 jam atau menggunakan
PRAKTIKUM III
PRODUKSI PESTISIDA NABATI
Pestisida nabati dapat tumbuh atau menggangu serangan hama dan penyakit melalui
carakerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal.
Cara kerja pestisida nabati sangan spesifik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara
atausecara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :
Cara membuat :
Cara penggunaan :
Larutan ekstrak sirsak dimasukkan ke dalam hand sprayer sesuai dengan kapasitasnya.
Selanjutnya, larutan ekstrak disemprotkan setiap serangga hama.
PRAKTIKUM IV
TEKNIS PEMANFAATAN
4.1 Uji Keefektifan
4.1.1 Patogen serangga
a. Cendawan
o
c.
o
o
o
efektifitas
cndawan
antagonis
dilakukan
scara
langsung
dengan
dan
mengaplikasikannya pada media tanah yang akan digunakan untuk pertanaman tanaman
inang patognnya. Tingat fektivitasnya dilihat brdasarkan kebugaran tanaman dan atau
gejala penyakit yang muncul. Tahapan kgiatan dalam uji efktifitas cndawan antagonis
adalah sebagai berikut :
o Siapkan suspensi larutan inokulum umur 5-7 hari pada PDA dengan konsntrasi
yang berbeda
o Siapkan larutan inokulum patogn tumbuhan dengan konsntrasi jumlah 10 6
spora .konidiiospora.cndawan per mili liter
o Biarkan inokulum patogn slama 1 minggu kemudian diinvestasikan agen
antagonis. Atau siapkan dulu agn antagonis kemudian biarkan 1 (satu) minggu
baru invstasikan dengan patogen
o Tanam/smai bnih tanaman uji dan plihara sampai tumbuh
o Lakukan pngamatan 7 dan 14 hari stlah tanam/smai, dan bandingkan kbugaran
tanaman pada masing-masing perlakuan dan bandingkan dengan kontrol, atau
o Amati kmunculan gejala penyakit pada tanamn uji masing-masing dan
dibandingkan dengan kontrol ulangi tahapan tersbut di atas untuk rekultura atau
turunan isolat berikutnya
b. Bakteri
Uji efktifitas baktri agens antagonis dilakukan dengan mencampur anatar bakteri
antagonis dengan patogen tumbuhan dan mengaplikasikannya pada tanamn inang (shat).
Tingkat efektifitasnya dilihat dengan membandingkan kemunculan gjala penyakit laju
infeksinya pada tanaman uji (sehat), tanamn dengan patogen dan tanamn tanpa patogn
(kontrol). Tahapan kegiatan dalam uji efektivitas bakteri agns antagonis adalah sbagai
brikut :
o
o
o
o
o
LAMPIRAN
Beef extract
Yeast extract
Pepton (bacteriological)
Sodium Chloride (Na Cl)
Agar-agar
Air Steril
Alat :
o
o
o
o
o
Autoclave
Kompor
Panci
Glass ware (gelas piala, cawan petri, tabung reaksi, dll)
Clean bench
Cara pembuatan :
Lampiran 2. Pembuatan Media Potato Dextro Agar (PDA)/ Potato Sucrose Agar
(PSA)
Bahan :
o
o
o
o
Peralatan
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Cara Pembuatan :
1. Kupas kentang, kemudian dipotong kecil-kecil ( + 1cm x 1cm), kemudian dicuci
sampai bersih.
2. Rebus potongan kentang selama + 15 Menit
3. Saring
4. Pada ekstrak kentang tersebut tambahkan agar, gula pasir dan aquades hingga
volume menjadi 1 liter, dan diaduk hingga larut.
5. Tuang ke dalam tabung reaksi (+ 5 ml) atau petridish (+ 10 ml)
Proteose pepton
Glycrol
K2 HPO4
Mg SO4 7 H20
Agar
Air steril
Alat :
Ph meter/kertas indikator
Homogenizer (stirer)
Autoclave
Kompor dan Panci
Glass ware (gelas piala, cawan ptri, tabung raksi, dll)
Clean Bench
Cara pembuatan :
1.
2.
3.
4.
1. Dengan mengukus selama 2-3 jam, atau secara bertingkat 2 x 2 jam. Kemudian
bahan yang dikukus dikeluarkan dari dandang dan dibiarkan dingin. Keesokan
hariannya, setelah 24 jam, dilakukan sterilisasi kembali selama 2 jam.
2. Sterilisasi dengann menggunakan autoclave, dikenal sebagai steilisasi basah.
Cara ini digunakan untuk sterilisasi media atau bahan kimia lain. Suhu 120121oC selama 15-20 menit biasanya memadai untuk mematikan sebagian bsar
mikroba.
3. Sterilisasi dengan menggunakan oven, dikenal sebagai sterilisasi kering, cara ini
digunakan untuk sterilisasi alat gelas. Suhu 160oC selama 2 jam biasanya
memadai.
4. Hal yang juga perlu diperhatikan adalah stelan suhu. Bahan yang terbuat dari
selain gelas dan logam (dan bahan-bahan plastik tertentu) akan rusak/meleleh di
atas suhu 142oC. Jadi alat-alat yang demikian jangan disterilkan dengan
menggunakan oven.
5. Bahan kimia tertentu seperti gula akan rusak bila disterilkan di atas suhu 80 oC.
Untuk itu harus digunakan teknik filtrasi (misalnya dengan Millipore) jika
diperlukan (cari informasi lebih lanjut ke laboratorium yang kompenen)
Judul dari bagian ini dapat diganti dengan Metode Penelitian, Metode Pelaksanaan
atau Bahan dan Metode, namun dapat diberi judul lain bergantung pada kegiatan
dan metodologi yang telah dilakukan sehingga penulis diberi kebebasan untuk
memberi judul lain seperti Pendekatan Teoritik atau Konsideran Percobaan. Secara
umum, metode berisi tentang bagaimana observasi dilakukan termasuk waktu,
lama, dan tempat dilakukannya observasi, bahan dan alat yang digunakan, metode
untuk memperoleh data/informasi, serta cara pengolahan data dan analisis yang
dilakukan. Metode harus dijelaskan secara lengkap agar peneliti lain dapat
melakukan uji coba ulang. Acuan (referensi) harus dimunculkan jika metode yang
ditawarkan kurang dikenal atau unik.
7. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini menjelaskan tentang apa saja yang diperoleh dari observasi. Data dapat
diringkas dalam bentuk tabel dan gambar. Tidak ada spekulasi dan interpretasi
dalam bagian ini, yang ada hanya fakta. Umumnya berisi uraian dan analisis
berkaitan dengan temuan-temuan dari observasi yang telah dilakukan, terutama
dalam konteks yang berhubungan dengan apa yang pernah dilakukan oleh orang
lain. Interpretasi dan ketajaman analisis dari penulis terhadap hasil yang diperoleh
dikemukakan di sini, termasuk pembahasan tentang pertanyaan2 yang timbul dari
hasil observasi serta dugaan ilmiah yang dapat bermanfaat untuk kelanjutan bagi
penelitian mendatang. Pemecahan masalah yang berhasil dilakukan, perbedaan dan
persamaan dari hasil pengamatan terhadap informasi yang ditemukan dalam
berbagai pustaka (penelitian terdahulu) perlu mendapatkan catatan disini. Hasil dan
Pembahasan handaknya menjadi satu kesatuan, dan tidak dipisah menjadi subbab
tersendiri.
8. KESIMPULAN
Kesimpulan merupakan bagian akhir tulisan yang membawa pembaca keluar dari
pembahasan. Secara umum kesimpulan menunjukkan jawaban atas tujuan yang
telah dikemukakan dalam pendahuluan.
9. UCAPAN TERIMAKASIH
Apabila memang ada pihak yang telah membantu dalam kegiatan yang dilakukan,
maka ucapan terima kasih dapat disampaikan di sini.
10. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi informasi tentang sumber pustaka yang telah dirujuk dalam
tubuh tulisan. Untuk setiap pustaka yang dirujuk dalam naskah harus muncul dalam
daftar pustaka, begitu juga sebaliknya setiap pustaka yang muncul dalam daftar
pustaka harus pernah dirujuk dalam tubuh tulisan. Format perujukan pustaka
mengikuti Harvard style.
Contoh :
Buller H, Hoggart K. 1994a. New drugs for acute respiratory distress syndrome.
NewEngland J Med 337(6): 435-439.
Buller H, Hoggart K. 1994b. The social integration of British home owners into rench
rural communities. J Rural Studies 10(2):197210.
Dower M. 1977. Planning aspects of second homes. di dalam Coppock JT (ed.),
SecondHomes: Curse or Blessing? Oxford: Pergamon Pr. Hlm 210237.
Grinspoon L, Bakalar JB. 1993. Marijuana: the Forbidden Medicine. London: Yale Univ
Press.
Palmer FR. 1986. Mood and Modality. Cambridge: Cambridge Univ Press.
Contoh melakukan perujukan sumber pustaka dalam naskah tulisan:
"Smith (1983) menemukan bahwa tumbuhan pengikat N dapat diinfeksi oleh beberapa
spesies Rhizobium yang berbeda.
"Integrasi vertikal sistem rantai pasokan dapat menghemat total biaya distribusi antara
15% sampai 25 % (Smith, 1949, Bond et al., 1955, Jones dan Green, 1963)."
"Walaupun keberadaan Rhizobium normalnya mampu meningkatkan pertumbuhan
kacang-kacangan (Nguyen, 1987), telah didapat pula hasil yang berbeda
d. LAMPIRAN-LAMPIRAN