Anda di halaman 1dari 29

PETUNJUK PRAKTIKUM

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU TANAMAN


(PHPT)

AGEN HAYATI DAN PESTISIDA NABATI

LABORATORIUM AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2015

KATA PENGANTAR
Buku/Diktat petunjuk praktikum Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu
Tanaman ini disusun dengan maksud dan tujuaN membantu mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum Pengelolaan Hama Penyakit Terpadu Tanaman. Keahlian dan
keterampilan kerja di laboratorium sangat membantu dalam memahami teori yang telah
diperoleh di kuliah sehingga dapat saling membangun antara teori dengan kenyataan.
Diktat praktikum ini disusun dan dilengkapi dengan gambar sehingga
memudahkan praktikan memahami dan mempersiapkan diri sebelum melakukan
kegiatan praktikum. Materi yang disajikan dalam diktat ini mencakup teknik dasar yang
lazim dilakukan di Laboratorium HPT pada umumnya. Harapan kami, buku ini dapat
bermanfaat

bagi

praktikan

mikrobiologi

dasar

serta

bagi

mahasiswa

yang

memerlukannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun tentang isi buku ini
sangat dihargai demi perbaikan kualitas lebih lanjut.

Serang, Maret 2015

Penyusun

TATA TERTIB PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT


TANAMAN
A. Ketentuan Sebelum Praktikum

Praktikan datang tepat waktu, bagi yang terlambat lebih dari10 menit tidak

diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu.


Setiap kali praktikum, praktikan membawa jas lab dan petunjuk praktikum.
Sebelum masuk ruang praktikum, praktikan menyerahkan laporan praktikum
sementara.

B. Ketentuan Selama Dan Sesudah Praktikum

Setelah praktikum, setiap kelompok membereskan semua alat yang dipakai dan

mengembalikannya pada laboran sesuai dengan jumlahnya.


Setiap praktikan atau kelompok mengganti alat yang rusak atau hilang selama di

pakai atau dipinjam sebelum ujian akhir praktikum (UAP).


Posttest/pretest di adakan sebelum atau sesudah praktikum
Hasil pengamatan selama praktikum dilaporkan segera setelah praktikum selesai
hari itu sebagai laporan sementara. Untuk pengamatan yang melibatkan
kelompok

lain

(kolektif)

setiap

kelompok

harus

menempelkan

hasil

pengamatannya di papan pengumuman yang telah disediakan.


C. Laporan Praktikum dan Tugas

Laporan praktikum dikerjakan dirumah dan dikumpulkan 1(satu) minggu setelah


pengamatan terakhir dilakukan, Di kumpulkan secara kolektif menurut asisten
yang membimbing pada saat praktikum Laporan sementara praktikum boleh
ditulis tangan dengan syarat tulisan harus rapi, dan asisten berhak
mengembalikan laporan tersebut jika laporan dianggap tidak layak untuk

dikumpulkan dan dikoreksi.


Laporan dan tugas yang diberikan dikumpulkan tepat waktu, keterlambatan
dalam mengumpulkan akan dikenai sanksi pengurangan nilai.

D. Tidak Dapat Mengikuti Praktikum

Praktikan yang dengan terpaksa tidak dapat mengikuti praktikum yang sudah
dijadwalkan pada kelompoknya, harus melapor ke koordinator asisten untuk

mendapatkan ijin mengikuti praktikum Pada kelompok lain.


Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum sampai 2(dua) kali tanpa
keterangan dianggap mengundurkan diri dan praktikumnya dianggap gugur

E. Mengikuti Praktikum pada Kelompok Lain

1. Mahasiswa yang mengikuti praktikum pada kelompok lain harus sudahseijin


asisten kelompok yang diikuti, setelah sebelumnya sudah melapor ke asisten
kelompok asal, dan telah mengkonfirmasi pada kordinator asisten.
2. Praktikan yang sudah selesai mengikuti praktikum pada kelompok lain, melapor
kembali pada asisten Kelompok asal dan menyerahkan laporan pada asisten
kelompok asal.
F. Mahasiswa Dilarang
1. Membawa buku laporan praktikum mahasiswa angkatan sebelumnya kedalam
ruang praktikum.
2. Makan, Minum dan bergurau di dalam ruang praktikum.
G. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata tertib ini diatur kemudian

Serang, Maret 2015


Koordinator Praktikum Bioteknologi Pertanian

KEGIATAN PRAKTIKUM PHPT


No
1
2
3
4
6

Kegiatan
EKSPLORASI, IDENTIFIKASI AGENS HAYATI
PEMBIAKAN MASAL AGEN HAYATI
PRODUKSI PESTISIDA NABATI
TEKNIS PEMANFAATAN
UJIAN PRAKTIKUM

PENDAHULUAN
Penggunaan

pstisida

kimia

sbagai

sarana

pengengendalian

Organisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT) Khusus pada tanaman pangan dan hortikultura dirasakan
manfaatnya berupa pningkatan produksi. Pestisida dengan cpat dapat mnurunkan
populasi atau intnsitas srangan OPT, shingga mluasnya srangan dapat dicgah. Namun

selain berdampak positif, penggunaan pestisida kimia yang kurang bijaksana dapat
menimbulkan dampak negatif berupa resurgnsi, resistnsi, matinya musuh alami dan
pencmaran lingkungan melalui residu yang ditinggalkan srta menyebabkan keracunan
pada manusia yang dampaknya untuk jangka panjang lebih merugikan dibandingkan
dngan manfaat yang diperoleh. Dalam upaya mngantisipasi

hal tersebut maka

dikembangkan konsep PHPT (pengndalian hama dan penyakit terpadu). Dalam PHPT
penggunaan pestisida tidak dilarang, namun dinyatakan bahwa penggunaan pstisida
sharusnya mungkin dengan menaati aturan penggunaanna. Agar dapat menurunkan
pnggunaan pestisida tersbut perlu dilakukan pengembangan dan pemanfaatan agn hayati
sebagai sarana pengendali OPT.
Potensi bahan alami sebagai agens hayati tersdia cukup banyak, disamping juga
pengembangannya tidak memerlukan teknologi yang terlalu tinggi. Agen hayati tersebut
meliputi cendawan, bakteri, nematoda, virus , protozoa, prdator, parasit dan parasitoid.
Slain itu bberapa spsis tanaman juga mngandung snyawa yang dapat dimanfaatkan
untuk pengendalian hama penyakit yang dikenal sbagai pestisida botani. Patogen hama
dan pestisida botani biasanya disbut sebagai biopestisida.
Beberapa bioinsektisida telah diproduksi scara massal, namun produksi massal olh
industri bsar sangat terbatas. Bacillus thuringiensis mrupakan contoh spektakuler
kbrhasilan industri biopestisida. Contoh yang biasa diknal ptani indonsia adalah Dipel,
Thuricide, Bactospeine,. Bioinsktisida dari kelompok patogen lain yang diproduksi,
tetapi dalam skala yang lbih kecil bukan perusahaan bsar (Beuveria bassiana,
metarrhizium anisopliae, verticillium lecanii, steinernema spp., NPV dll)
Biopestisida mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan pestisida
kimia sintetik dalam konteks pengendalian hama terpadu dalam sistem pengendalian
hama terpadu dalam sistm pertanian berkelanjutan. Keunggulan utamana mngurangi
pencmaran lingkungan dan keamanan trhadap pngguna dan organisme berguna lainnya.
Kelemahan biopestisida yaitu masa efktif tidak mengkondisikan trjadinya rsurgensi, dan
resistnsi terhadap pestisida shlf time yang pendek dan 20 daya bunuh yang umumnya
lamban. Bbrapa kelemahan lain bersifat spesifik tergantung kelompok entomopatogen.
Dari alasan-alasan trsbut, pestisida kimia sintetik menjadi lbih mudah untuk dipasarkan
dibandingkan dengan pestisida kimia non sintetik.
Pengendalian hayati patogen tumbuhan dapatn dilakukan melalui sebagai berikut :

1. Teknik budidaYA (manajemen habitat) yang menciptakan lingkungan yang


sesuai bagi agen antagonis, inang yang resisten atau kduanya
2. Pemuliaan tanaman yang dapat mnstimulasi kehidupan agen antagonis vs
patogen
3. Introduksi massal dari agen antagonis, strain patogen yang non patognil atau
organisme/agens yang menguntugkan lainnya
Dalam upaya perbanykan dan aplikasi agen hayati, khususnya bakteri dan
cendawan antagonis disyaratkan harus memiliki sifat mampu menekan patogen secara
efktif dan efesien baik melalui mekanisme antibiosis, enzim, hiperparasitisme,
kompetitif dan atau induksi ktahanan. Disamping itu prosdur penglolaannya harus hatihati shingga tidak trkontaminasi dengan mikroorganisme yang patognik terhadap inang
lainnya dan aman bagi penggunaan Pengendalian hayati suatu patogen adalah suatu
penekanan jumlah inokulom atau aktifitas patogen melalui penggunaan salah satu atau
lebih organisme selain manusia. Organisme yang dapat melakukan pengendalian hayati
adalah mikroorganisme organisme hidup yang dapat 1) menekan populasi patogen 2)
aktifitas patogen dalam fase patogenesis; dan 3) patogen pada fase saprogenesis.
Pengndalian Hayati dapat berhasil dilapangan apabila petani mau dan mampu
memahami dengan baik kondisi agroekosistemnya melalui pengamatan secara rutin
proses yang terjadi. Pelaksanaan secara berkelompok akan lebih efesien dan efektif
dibandingkan oleh petani perseorangan.

PRAKTIKUM I
EKSPLORASI, IDENTIFIKASI AGENS HAYATI
Kompetensi : Mahasiswa dapat melakukan Eksplorasi serta Isolasi serta Identifikasi
Agen Hayati

Dalam kegiatan pengembangan patogen serangga khususnya pada tanaman padi,


ditempuh beberapa tahapan yang merupakan prosedur umum, yang terdiri dari :
1.1 Eksplorasi Patogen serangga
Eksplorasi patogen serangga dilaksanakan dengan mngumpulkan serangga
terserang dari daerah serangan hama, kemudian diidentifikasi berdasarkan kenampakan
visual sebagai berikut :
a. Cendawan
o Aktifitas makan berkurang, lemah dan mengalami disorientasi
o Terjadi perubahan warna pada kutikula ( umumya menjadi lebih gelap)
o Apabila miselia telah masuk ke dalam tubuh dan berkmbang, maka tubuh
serangga akan mngalami pengerasan (mumifikasi), fase berikutnya
miselia patogen serangga akan menerobos kutikula dan tumbuh
diprmukaan.
o Tubuh serangga tertutupi oleh miselia dan spora yang warnanya
tergantung jenis cendawan yang menginfeksi, warna miselia pada tubuh
serangga ini dapat dipergunakan sebagai salah satu cara untuk
mengidentifikasi jenis patogen serangganya
b. Bakteri
o Aktivitas makan berkurang, lemah dan mengalami diare
o Serangga terserang bersembunyi di tempat terlindung
o Terjadinya perubahan warna tergantung jnis bakteri yang menginfeksi
o Serangga yang sudah mati cepat terkontaminasi oleh bakteri lain yang
akan menimbulkan bau
c. Virus
o Aktivitas serangga lamban tubuhnya mengkilat
o Tubuh serangga sangat mudah pecah apabila tersentuh
o Serangga yang mati umumnya menggantung melalui bagian posterior
pada ranting tanaman atau daun tanaman.
d. Nematoda
o Serangga akan mengalami perubahan bntuk dan ukuran tubuh tergantung
pada tingkat infeksinya
o Warna kulit serangga menghitam
o Ditemukannya nematoda dalam tubuh serangga terserang.
Cara lain eksplorasi adalah dengan melakukan pengumpanan, misalnya
tanah dari lapangan dibawa ke laboratorium. Pada tanah tersebut dimasukan
serangga umpan kalau dapat gunakan ulat lilin Galleria melonella atau
dapat juga digunakan ulat kawat Tenebrio mollitor. Juga supaya tanah tetap

lmbab, tetapi tidak basah. Amati tiap hari sampai dijumpai adanya serangga
yang mati . serangga mati mungkin tidak diakibatkan oleh cendawan, tetapi
bisa saja oleh nematoda.
1.2 Eksplorasi Agen Antagonis
Eksplorasi agen antagonis dilakukan dengan mengumpulkan agens antagonis mellalui
tahapan sebagai berikut :
a. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada kedalaman tanah 15-30 cm dari
permukaan tanah, sedangkan agens antagonis dari bagian tanaman diatas tanah
dapat diambil dari phyllosphere dan atau phyllosplane serta bagian tanaman lain
dari tanamn yang menunjukan gejala penyakit.
b. Sampel tanah atau bagian tanaman yang menunjukan gejala penyakit
ditempatkan dalam kantong plastik dengan mletakan kapas yang dibasahi sair
steril dan disimpan pada suhu 20-25o C untuk kemudian analisa.
Pemilihan sampel tanah atau bahan tanaman dilapangan dapat dilihat dari kebugaran
tanaman. Apabila dalam satu hamaparan sebagian besar tanaman menunjukan hal yang
sebaliknya, maka tanaman yang tidak menunjukan gejala sakit tersbut diasumsikan atau
diharapkan banyak mengandung agens antagonis.
Agen antagonis yang banyak dieksplorasi adalah cendawan dan bakteri dengan cara
sebagai berikut :
a. Cendawan
o Cndawan antagonis umumnya mampu mengendalikan patogn tanaman yang
berupa cndawan, bakteri, nematoda, atau virus
o Umunya daerah rhizosphere dan rhizosplane merupakan lokasi yang paling
ideal untuk mendapatkan cendawan antagonis
b. Bakteri
o Bakteri antagonis dapat mengendalikan cendawan maupun bakteri patogen
tanaman.
o Eksplorasi dapat dilakukan d daerah rhizosphere atau rhizosplane, untuk
penytakit tanaman yang bersifast sistemik,
o Untuk bagian phyllosphere atau phyllosplane atau bagian lain tanaman
1.3 Isolasi Patogen Serangga
a. Cendawan

Isolasi pada cendawan patogen serangga merupakan kegiatan yang bertujuan


untuk memisahkan mikroorganisme patogen dari inangnya, sehingga diperoleh isolat
murni.
Isolasi cendawan patogen srangga dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
o Sterilisasi permukaan tubuh serangga dengan cara mencelupkannya ke
dalam larutan desinfektan (misalnya larutan 5% NaClO, alkohol 70%)
selama 2-5 menit, kemudian bilas dengan air steril minimal 3 kali.
o Letakan serangga pada caawan petri yang steril, bedah tubuhnya dan ambil
sebagian kcil jaringan terinfeksi dan tanam pada media buatan (misalnya
PDA)
o Kelembapan dijaga dengan memberi air steril ke kertas hisap. Inkubasi pada
suhu 25oC selama 1-2 minggu dalam kondisi gelap karena sinar dapat
menghalangi tumbuhnya koloni. Diharapkan dengan cara ini cendawan akan
bersporulasi.
o Tahap selanjutnya adalah melakukan pemurnian. Untuk meyakinkan
patogen serangga, perlyu dilakukan pengujian kembali ke serangga dengan
menggunakan postulat koch.
Tahapan Uji Postulat Koch sebagai berikut :
o Hasil isolasi diencerkan dengan air steril shingga kepadatan spora dalam
larutan mncapai 106-107 spora/mili liter
o Semprotkan larutan tersebut pada serangga uji
o Plihara serangga uji samapai mati
o Apabila pada permukaan tubuh serangga yang mati tumbuh spora maka
lakukan reisolasi
o Lakukan reinokulasi

dengan

menggunakan

hasl

reisolasi

untuk

membuktikan bahwa cndawan tersebut adalah patogen serangga.


PDA adalah media yang umum dapat dipakai dan murah, namun media ini tidak
selektif sehingga cendawan lain mungkin juga dapat tumbuh dengan mudah terutama
kontaminan seperti Aspergillus dan Mucor. Medium SDA dengan tambahan yeast lebih
selektif dibandingkan dengan PDA. Ke dalam media dapat ditambahkan antibiotik
misalnya Streptomycin sulfat (0,08%) dan Penicillin (0,03%) untuk mencegah
pertumbuhan cendawan.
b. Bakteri

o Sterilisasi permukaan tubuh serangga dengan cara mencelupkannya ke


dalam desinfektan (misalnya larutan etanol 70% atau NaClO% selama
beberapa menit )
o Masukan ke dalam larutan 10% sodium thiosulfat selama 3,5 menit untuk
menghilangkan chlorine, kemudian bilas dengan air steril minimal 3 kali
o Letakan serangga pada cawan petri yang steril, bedah tubuhnya pada bagian
dursal dan ambil cairan tubuh dengan menggunakan pipet kapiler dan
masukan dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml air steril
o Tuangkan larutan tersebut pada media NA (nutrien agar) atau media yang
sesuai untuk pertumbuhan bakteri
o Inkubasi pada suhu 25-27oC selama 2 hari
o Murnikan masing-masing isolat bakteri yang muncul
c. Virus/NPV
o Serangga terinfeksi virus dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berisi air
steril dan diinkubasikan selama kurang lebih 2-3 hari. Selanjutnya
inclussion bodies akan membentuk lapisan putih di dasar tabung reaksi
o inclussion bodies dipisahkan dari jaringan serangga inang, sel baktri dan
bahan lainnya dengan pencucian berulang-ulang dan sentrifugasi dengan
kecepatan yang berbeda \
d. Nematoda
Pemerangkapan nematoda dari tanah dapat dilakukan sebagai berikut :
o Pemerangkapan dilakukan dengan larva Tenebrio molitor (Ordo Coleoptera;
Famili Tenebrionidae)
o Tanah lembab (+ 150 ml) dimasukan dalam wadah plastik yang diberi 5-10
larva
o Wadah kemudian dibalikkan sehingga larva T. Molitor terkubur tanah,
selanjutnya diinkubasikan pada suhu ruangan
o Setelah 3-4 hari bangkai larva diangkat dan dibilas dengan akuades
o Bangkai yang terserang nematoda kemudian diproses lebih lanjut dengan
perangkap White.
Perangkap White (White Trap)
o Tempatkan tutup cawan petri (100 x 15 mm) dalam cawan petri yang lebih
besar 9150 x 25 mm)
o Alasi tutup cawan petri dengan kertas saring
o Susun ulat T. Mollitor yang sudah mati (oleh nematoda entomopatogen) di
atas krtas saring
o Tambahkan air ke dalam cawan petri hingga mnyentuh kertas saring

o Inkubasikan perangkap White di tempat yang gelap pada suhu ruangan


o Nematoda Junvenil infektif nmatoda akan muncul dari bangkai ulat (5-10
hari kmudian ) dan bergrak ke dalam air
o Cuci nmatoda bbrapa kali dalam saringan 400-500 Mesh dengan air,
nematoda kemudian dapat dikumpulkan dan disimpan.
1.4 Isolasi Agen Antagonis
Isolasi dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran sebagai berikut :
a. Cendawan
Isolasi cendawan agen antagonis penyakit tumbuhan dapat dilaksanakan dengan
metode pengenceran, sebagai berikut :
o Sampel tanah atau bagian tanaman 10 gram dimasukan ke dalam 10 ml air
steril dalam tabung reaksi, kemudian digoyang-goyangkan secara horizontal
selama 15 menit,
o Encerkan larutan yang didapat sampai 106,
o Ambil 1 ml masing-masing pngenceran dan masukan cawan petri (media
PDA atau PSA), martin agar,
o Inkubasi selama 24-72 jam
o Murnikan masing-masing isolat cndawan yang didapat.
Selain teknik isolasi tersebut diatas, agns antagonis penyakit tumbuhan dari golongan
cndawan (non-obligat) dapat diisolasi dngan tknik monokonidia. Scara lengkap
prosedur isolasi adalah sebagai berikut :
Secara penempelan langsung :
o Bagian tanaman yang tidak bergejala srangan penyakit dilmbabkan di dalam
cawan petri dengan water agar atau PDA selama 24 jam
o Amati pertumbuhan spora atau miselia, spora atau miselia yang tumbuh
ditempelkan pada water agar
o Dengan bantuan mikroskop, pindahkan satu spora/konidia cawan petri lain
yang berisi media PDA
o Inkubasi selama 2-3 hari
o Miselia yang tumbuh dari spora tersbut dipindahkan ke dalam tabung reaksi
dengan media PDA atau PSA
o Inkubasi sampai seluruh permukaan media ditumbuhi miselia m
b. Bakteri
Isolasi bakteri agen antagonis pnyakit tumbuhan dapat dilaksanakan dengan
metode pengenceran. Secara lngkap prosedur isolasi bakteri antagonis adalah sebagai
berikut:

o 10 gram sampel tanah atau bagian tanamn dimasukan ke dalam 100 ml air
steril, kemudian digoyang-goyang secara horisontal selama 20 menit.
o Buat seri larutan pengenceran dari 10-1 s/d 10-9. Ambil 1 ml hasil
pengenceran dan masukan ke dalam cawan petri yanvg berisi NA atau
Kings B, dan inkubasikan selama 24 jam.
o Mum,ikan masing-masing isolat bakteri yang diproleh . khusus untuk
bakteri Pseudomonas fluorescens dapat digunkan lampu ultra violet. Koloni
P. fluorescens di bawah klampu ultra violet akan memendar warna putih
khijauan . sedangkan Corynebacterium berwarna putih kotor, di bawah
lampu ultra violet tidak bereaksi seperti P. fluorescens.
1.5 Identifikasi Patogen Hama
Identifikasi patogen serangga meliputi 2 (dua) aspek yaitu identifikasi status dan
identifikasi taksonomi.
o Identifikasi taksonomi dapat dilakukan dengan memanfaatkan refrensi yang ada
atau tenaga ahli
o Identifikasi status dimaksudkan untuk mengklasifikasi apakah cendawan yang
ditmukan mrupakan patogen srangga atau bukan. Identifikasi status ini
dilakukan dengan menggunakan Postulat Koch
o Cendawan
o Spora cendawan diencerkan dengan air steril sehingga kpadatan spora dalam
larutan mncapai 106 spora/ml.
o Semprotkan suspnsi tersebut pada seangga uji.
o Pelihara srangga uji sampai mati
o Apabila pada permukaan tubuh srangga yang mati telah tumbuh spora, maka
lakukan re-isolasi, atau
o Apabila pada permukaan tubu serangga yang mati blum tumbuh spora,
lembabkan dalam cawan petri sampai tumbuh spora dan lakukan re-isolasi
o Lakukan re-isolasi dengan mnggunakan hasil reisolasi untuk mmbuktikan bahwa
cendawan tersebut patogen serangga.
Identifikasi taksonomi terhadap cendawan didasarkan pada bentuk dan ukuran spora,
bentuk dan ukuran miselia, warna koloni dan inang.
o Bakteri
o Hasil isolasi diencerkan dengan air steril sehingga kerapatannya mencapai 10 6
Colont Forming Unit (CPU),

o Semprotkan suspensi tersebut pada pakan (daun atau makanan buatan) dan
tiriskan (kering angin).
o Lepaskan serangan uji (sehat) sehingga makan pakan yang telah diprlakukan
dengan larutan baktri,
o Plihara dan amati prubahan tingkah laku dan morfologi serangga uji.
o Lakukan re-isolasi bakteri dari serangga uji yang mnunjukan gejala tersrang
bakteri
o Lakukan re-inokulasi terhadap serangan sehat untuk membuktikan bahwa
bakteri tersebut adala patogen serangga.
Identfikasi taksonomi trhadap bakteri didasarkan pada reaksi fisiologis (reaksi
terhadap karbohidrat, asam, protein, dan nitrogen), bentuk morfologis sel bakteri
(keberadaan, jumlah dan ukuran flagla) dan bentuk morfologi koloni pada media
buatan.
c. Nematoda
o Tempatkan 2 lapis kertas sarinbg dalam cawan petri (ukuran 100x15mm)
o Siramkan 23 ml suspnsi nematoda (1000-5000 juvenil infektif/Jl). Kertas saring
harus basah tetapi tidak boleh ada air yang menggenang.
o Pindahakan sjumlah ulat bembu (T. molitor) ke dalam cawan. Jumlah ulat
tergantung pada ukuran cawan petri misalnya ke dalam cawan petri ukuran 100x
15 mm ditambahkan 10-25 ulat untuk 1000-5000 nematoda.
o Biakan kmudian diinkubasi pada suh kamar dan ulat bambu akan mati dalam
waktu kurang lbih 2 hari setelah inokulasi.
o Lakukan re-isolasi terhadap serangga uji yang amtyi
o Lakukan reinokulasi dengan menggunakan hasil re-isolasi untuk mmbuktikan
bahwa nematoda trsebut patogen sangga.
Identifikasi taksonomi terhadap nematoda didasarkan pada bentuk morfologinya.
1.6 Identifikasi Agen Antagonis
Identifikasi antagonis meliputi 2 aspek yaitu identifikasi status dan identifikasi
taksonomi.
o Identifikasi status mikroorganisme dan identifikasi taksonomi.

Identifikasi

taksonomi dapat dilakukan dengan kunci atau rifikasi yang ada atau tenaga ahli.
o Identifikasi agen antagonis dilakasanakan dengan uji efek antagonis dengan
metode ganda pada mdia (in vitro).
Tahapan uji efek antagonis secara rinci adalah sbagai berikut
a. Cendawan
o Siapkan media PDA/PSA pada petri dengan volume 7-10 ml per cawan petr.

o Siapkan umur inokulim 5-7 hari pada PDA untuk cendawan sedangkan umur
inokulum 24-48 jm pada NA
o Siapkan potongan kertas saring stril dengan diameter 0,5 cm, lalu celupkan
masing-masing ke dalam larutan calon antagonis dan patogen tumbuhan.
o Letakan potongan kertas yang telah diperlakukan pada permukaan media dengan
membentuk satu garis lurus dengan jarak 4 cm.
o Inkubasikan pada suhu ruang (25oC) slama 1-7 hari, kemudian amati
pertumbuhan masing-masing mikroorganisme pada media buatan tersebut,
o Apabila perkembangan koloni calon agen antagonis berlangsung lebih cepat
(mmbnttuk

zona

pnghambatan

pertumbuhan

patogen,

terjadinya

hyperparasitisme terhadap patogen dan blokade zone tumbuh) maka


mikroorganisme uji tersbut mrupakan agn antagonis dari patogen
b. Bakteri
Identifikasi bakteri agen antagonis dilaksanakan dengan uji efek antagonis dengan
metode ganda pada media (in vitro). Tahaan uji efek antagonisme scara rinci adalah
sbagai berikut :
o Siapkan mdia NA pada cawan petri dengan volume 7-10 l per cawan petri
o Siapkan larutan calon antagonis dan patogen tumbuhan yang diuji dhingga
kepadatan sl bakteri dalam larutan mencapai 106-107 CFU (Coloni Forming
Unit) dengan metode pengenceran dihitung koloni per unitnya. Untuk
mengamati sel baktri digunakan pembesaran 1000 kali dengan minyak imersi.
o Siapkan potongan kertas steril dengan diameter 0,5 cm, lalu celupkan masingmasing ke dalam larutan calon antagonis dan patogn tumbuhan.
o Letakan potongan kertas yang telah diperlakukan pada permukaan media dengan
membentuk satu garis lurus dengan jarak 4 cm.
o Inkubasikan pada suhu ruang (25oC) slama 1-7 hari, kemudian amati
pertumbuhan masing-masing mikroorganisme pada media buatan tersebut,
o Apabila perkembangan koloni calon agen antagonis berlangsung lebih cepat
(mmbnttuk

zona

pnghambatan

pertumbuhan

patogen,

terjadinya

hyperparasitisme terhadap patogen dan blokade zone tumbuh) maka


mikroorganisme uji tersbut mrupakan agn antagonis dari patogen.

PRAKTIKUM II

PEMBIAKAN MASAL AGEN HAYATI


2.1 Pembiakan massal patogen serangga
Pembiakkan massal atau produksi massal yang dimaksudkan adalah keahlian untuk
memproses dan memperbanyak cendawan pathogen serangga dengan biaya produksi
murah, serta fektif dan stabil. Produksi massal pathogen serangga umumnya dengan
menggunakan inang atau alternative yang disesuaikan dengan sifat-sifatnya yaitu parasit
obligat atau non obligat. Parasit obligat hanya dapat diperbanyak dengan inang
alaminya, sedangkan parasit non obligat dapat diperbanyak dengan media buatan (yang
mudah dan murah). Dalam hal ini perbanyakan massal cendawan yaitu sebagai berikut.
a. Cendawan
Produksi massal cendawan pathogen serangga umumnya dengan menggunakan media
buatan yang terutama mengandung karbohidrat dan protein dalam jumlah yang cukup.
Tahapan untuk perbanyakan massal yang sering digunakan dengan media jagung pecah
atau menggunakan beras. Dalam hal ini beras yang digunakan yaitu beras meniran.

Rendam media (jagung pecah atau beras) dalam air selama kurang lebih 24 jam,
kemudian tiriskan atau kukus media selama kurang lebih 5-10 menit, kemudian

tiriskan.
Kemas media tersebut dengan plastik tahan panas masing-masing berisi 100-200

gram.
Sterilkan dengan uap panas sesuai dengan jenis peralatan yang digunakan,

kemudian dinginkan.
Inokulasikan biakan murni (kurang lebih 1 sendok the media padat) secara aseptic

ke dalam masing-masing kantong plastic.


Inkubasikan pada suhu kamar (27C) dan amati perkembangannya.
Setelah biakan berumur 7-21 hari, lakukan perhitungan jumlah spora/konidiospora.
Lakukan tahapan tersebut diatas untuk generasi-generasi yang lain.
Miselia cendawan akan tumbuh merata pada beras/jagung setelah 7 hari, untuk
Beuveria sp berwarna putih dan Metharrizium sp. berwarna hijau.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam produksi massal cendawan pathogen serangga
sebagai berikut :

Penggunaan media, alat dan ruangan harus benar-benar bersih/steril.


Starter yang digunakan tidak terkontaminasi.

Penurunan virulensi dapat terjadi selama pertumbuhan dan perkembangan


dalam media buatan.

Perbanyakan secara massal dapat menggunakan media beras dan jagung. Media jagung
bagus untuk pertumbuhan vegetative tetapi konidiagenesis (pembentukan konidia) lebih
rendah disbanding dengan beras. Perlu diingat bahwa untuk tahap pengeringan
cendawan sesudah pemanenan, sama sekali tidak dibenarkan mengeringkan langsung di
bawah sinar matahari, karena akan menurunkan viabilitas atau daya kecambah konidia.
Uji kestabilan dilakukan untuk mengetahui efektivitas cendawan pathogen serangga
setelah melalui beberapa cara dan lama waktu penyimpanan. Untuk menguji kestabilan
dapat digunakan metode uji keefektivitan seperti tersebut diatas.
Cara aplikasi :

Siapkan suspense semprot dengan cara mencuci hasil biakan cendawan dalam

media padat 1 bungkus (100 gram) dalam 1 liter air.


Saring dengan kain dan masukan larutan yang didapat ke dalam tangki semprot

kemudian tambahkan 10 liter air (tambahkan larutan perekat).


Dapat diaplikasikan untuk OPT sasaran sesuai dengan ambang pengendalian

pada sore hari untuk menghindari sinar ultra violet.


Amati hasil pengendalian setiap hari atau minimal setiap minggu.

2.2 Pembiakan massal agen antagonis


Produksi massal yang dimaksudkan adalah keahlian untuk memproses dan
memperbanyak bakteri antagonis dengan biaya produksi yang murah, serta efektivitas
stabil. Produksi massal agens antagonis umumnya dengan menggunakan media
alternative, yang umumnya bahan-bahan limbah pertanian yang mudah didapatkan dan
murag harganya. Dalam hal ini perbanyakan massal cendawan yaitu sebagai berikut.
a. Cendawan
Produksi massal cendawan antagonis umumnya dengan menggunakan media
buatan terutama limbah pertanian campuran. Tahapan untuk perbanyakan massal adalah
sebagai berikut.
Media beras

Rendam media dalam air selama kurang lebih 24 jam, kemudian tiriskan hingga
mencapai kadar air 45%.

Kemas media tersebut dengan plastic tahan panas masing-masing berisi 40-50

gram.
Sterilkan dengan uap panas sesuai dengan jenis peralatan yang tersedia,
kemudian dinginkan (menggunakan autoclave 1 jam atau menggunakan

dandang 2x1 jam).


Inokulasikan biakan murni yang berumur maksimum 7 hari (kurang lebih 0,5
cm2 media agar atau 1 sendok the media padat) secara aseptis ke dalam masing-

masing kantong plastic.


Inkubasikan pada suhu kamar (27C) dan amati perkembangannya.
Setelah biakan berumur 4 hari, lakukan perhitungan jumlah spora/konidiospora

sampai berumur 14 hari.


Lakukan tahapan tersebut untuk generasi yang lain.

PRAKTIKUM III
PRODUKSI PESTISIDA NABATI

Pestisida nabati dapat tumbuh atau menggangu serangan hama dan penyakit melalui
carakerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal.
Cara kerja pestisida nabati sangan spesifik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara
atausecara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :

Merusak perkembangan telur, larva dan pupa


Menghambat pergantian kulit
Mengganggu komunikasi serangga
Menyebabkan serangga menolak makan
Menghambat reproduksi serangga betina
Mengurangi nafsu makan
Memblokir kemampuan makan serangga
Mengusir serangga
Menghambat perkembangan pathogen penyakit

Keunggulan pestisida nabati adalah :


Murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani relative aman terhadap lingkungan tidak
menyebabkan keracunan pada tanaman sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain menghasilkan produk
pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
Sirsak (Annona muricata L.)
Sirsak tak hanya kaya kandungan vitamin A, B dan C tetapi bijinya masih dapat
dimanfaatkan sebagai penumpas hama Crocidolomia binotalis (ulatperusak daun) pada
kubis, sawi dan petai. Biji sirsak mengandung senyawa annonain dan 42% minyak.
Sebagai pestisida nabati ia bersifat biodegradable (mudah terurai di alam). Kandungan
daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan
squamosin.
Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti
feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi berkeinginan untuk melahap bagian
tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang
bisa mengakibatkan serangga hama mati.
Manfaat :
Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun sirsak
efektif untuk mengendalikan hama Trip, Belalang dan Wereng Coklat.
Bahan :

50 lembar daun sirsak


Satu genggam (100 gr) serai
Satu suing bawang putih
Sabun colek 20 gr

Cara membuat :

Daun sirsak, serai dan bawang putih dihaluskan


Seluruh bahan dicampur dan direndam dengan air selama 2 hari.
Larutan disaring
Untuk aplikasi 1 liter dicampur dengan 10-15 liter air

Cara penggunaan :
Larutan ekstrak sirsak dimasukkan ke dalam hand sprayer sesuai dengan kapasitasnya.
Selanjutnya, larutan ekstrak disemprotkan setiap serangga hama.

PRAKTIKUM IV
TEKNIS PEMANFAATAN
4.1 Uji Keefektifan
4.1.1 Patogen serangga
a. Cendawan

Uji keefktifan cndawan patogn sangga dilakukan secara langsung dengan


mengaplikasikannya pada serangga sasaran (uji) . Tahapan kegiatan dalam uji
keefektifan cndawan patogen srangga adalah sebagai berikut :
o Siapkan srangga uji dan tanaman inang dalam pot
o Siapkan suspnsi cndawan patogn dngan konsntrasi jumlah spora/konidiospora
106 pr mili litr kontrol
o Aplikasi pada srangga uji dan amati setiap hari selama kurang lebih 7 hari.
Apabila presntase kematian serangga uji menjapai minimal 50% maka dapat
dikatakan efektif.
o Lakukan tahap tersbut diatas untuk mngetahui kstabilan keefektifitasan dari
bbrapa turunan isolat.
Prosedur pngujian patognitas cendawan terhadap serangga pada prinsipnya sama
dngan pngujian bakteri. Perbedaannya terltak pada proses infksinya kalau bakteri harus
trmakan leh serangga, sedangkan cndawan ntomopatogen harus mnmpel pada kulit
tubuh (integumen) srangga. Suspnsi cndawan dapat diolskan, dicelupkan atau
dismprotkan k tubuh srangga. Pada umumnya yang digunakan untuk pngujian adalah
konidia, akan tetapi propagul lain sprti miselia dan blastospora juga dapat digunakan.
Harus diingat cara kerja cndawan, supaya propagul cndawan tersbut dapat fektif bekrja.
Sring terjadi konidia bberapa jenis cendawan sulit skali menybar dengan rata dalam air,
karna mmpunyai sifat hidrofob, sprti konidia Beuveria Bassiana. Untuk mngatas hal ini
prlu ditambahkan bahan perata sprti tween 80.
b. Bakteri
Uji efktifitas bakteri patogn sangga dapat dilakukan dengan uji scara langsung atau
tidak langsung. Uji scara langsung dilakukan dengan memasukan suspensi sel baktri
dngan mnggunakan hypodmic syringe mlalui mulut srangga inang dengan dosis yang
bervariasi. Sdangkan uji tidak langsung dilakukan dngan mmperlakukan pakan
(tanaman/pakan buatan) dengan larutan sel bakteri dngan dodis yang berbeda.
Tahapan kgiatan dalam uji keefektifan bakteri adalah sbagai berikut :
o Siapkan srangga uji dan pakan (tanaman/pakan buatan)
o Siapkan suspensi sl bakteri dngan kepadatan sel yang berbeda
o Inokulasikan scara langsung larutan sl bakteri dngan bantuan hypodmic
syringe ke dalam mulut serangga uji, atau
o Rendam/semprot pakan (daun) atau campurkan (pelet) dngan larutan sel bakteri,
o Plihara dalam suhu ruangan sampai kurang lbih 3-4 hari,
o Amati dan evaluasi tingkat efktivitasnya,

Ulangi tahapan trsbut di atas untuk generasi-generasi yang lain.


Nematoda
Siapkan srangga uji dan tanah (mdia untuk nematoda)
Siapkan suspensi nematoda dengan kepadatan yang berbeda,
Usahakan kontak antara nmatoda dengan sangga sasaran. Misalnya, untuk

o
c.
o
o
o

serangga hama pemakan daun, nematoda dismprotkan ke daun.


o Amati tingkat efektivitasnya dengan mnghitung jumlah kematian srangga uji
setelah 2-3 hari.
4.1.2 Agen antagonis
a. Cendawan
Uji

efektifitas

cndawan

antagonis

dilakukan

scara

langsung

mencampurkan antara cendawan antagonis dengan patogen tumbuhan

dengan
dan

mengaplikasikannya pada media tanah yang akan digunakan untuk pertanaman tanaman
inang patognnya. Tingat fektivitasnya dilihat brdasarkan kebugaran tanaman dan atau
gejala penyakit yang muncul. Tahapan kgiatan dalam uji efktifitas cndawan antagonis
adalah sebagai berikut :
o Siapkan suspensi larutan inokulum umur 5-7 hari pada PDA dengan konsntrasi
yang berbeda
o Siapkan larutan inokulum patogn tumbuhan dengan konsntrasi jumlah 10 6
spora .konidiiospora.cndawan per mili liter
o Biarkan inokulum patogn slama 1 minggu kemudian diinvestasikan agen
antagonis. Atau siapkan dulu agn antagonis kemudian biarkan 1 (satu) minggu
baru invstasikan dengan patogen
o Tanam/smai bnih tanaman uji dan plihara sampai tumbuh
o Lakukan pngamatan 7 dan 14 hari stlah tanam/smai, dan bandingkan kbugaran
tanaman pada masing-masing perlakuan dan bandingkan dengan kontrol, atau
o Amati kmunculan gejala penyakit pada tanamn uji masing-masing dan
dibandingkan dengan kontrol ulangi tahapan tersbut di atas untuk rekultura atau
turunan isolat berikutnya
b. Bakteri
Uji efktifitas baktri agens antagonis dilakukan dengan mencampur anatar bakteri
antagonis dengan patogen tumbuhan dan mengaplikasikannya pada tanamn inang (shat).
Tingkat efektifitasnya dilihat dengan membandingkan kemunculan gjala penyakit laju
infeksinya pada tanaman uji (sehat), tanamn dengan patogen dan tanamn tanpa patogn
(kontrol). Tahapan kegiatan dalam uji efektivitas bakteri agns antagonis adalah sbagai
brikut :

o
o
o
o
o

Siapkan tanaman uji (inang patogen tumbuhan)


Siapkan larutan bakteri antagonis dengan konsentrasi 106-107 cfu/ml
Siapkan larutan patogen tumbuhan dengan konsentrasi minimal 106 cfu/ml
Tanam/smai bnih tanamn uji dan plihara sampai tumbuh
Amati kmunculan gelaja penyakit pada tanaman uji masing-masing dan

dibandingkan dengan kontrol


o Lakukan tahap tersbut di atas untuk mngetahui kesetabilan efktivitas dari
beberapa turunan isolat
4.2 Uji Efektivitas Skala Lapang
Uji skala lapang perlu dilakukan terhadap patogen serangga sebelum
dimasyarakatkan secara luas. Efektifitas agen hayati di lapangan dipengaruhi olh faktor
biotik (makanan, persaingan predasi dan parasitasi, infeksi patogen) dan abiotik
(suhu,angin, kelmbaban). Olh sbab itu dalam melaksanakan uji efektifitas, cendawan
patogen serangga harus dipertimbangkan kdua faktor tersebut. tahapan pelaksanaan uji
efktifitas agn hayati skala lapang sebagai berikut :
o Memilih tempat pengujian di daerah serangan endemis OPT sasaan
o Membuat rancangan petak uji yang memenuhi standar uji stastistik perlakuan
standar yang harus ada dalam rancangan tersbut adalah petak perlakuan
cendawan patogen serangga dan kotrol (tanppa prlakuan atau dengan aplikasi
oestisida/agen hayati yang telah mantap)
o Pengamatan populasi awal (seangga hama) atau intnsitas penyakit dilakukan 1
(satu) hari sebelum diaplikasi
o Aplikasi patogn srangga umumnya dilakukan sor hari untuk mnghindari
krusakan akibat deraan sinar UV
o Efektifitas cndawan patogen serangga dapat diamati sjak 7 hari setelah aplikasi
intrval 1 minggu
o Pengamatan dampak aplikasi cndawan patogn sangga bukan sasaran, juga
diamati pada saat yang bersamaan

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembuatan Nutrient Agar


Nutrient Agar (NA) merupakan media umum untuk bakteri.
Bahan :
o
o
o
o
o
o

Beef extract
Yeast extract
Pepton (bacteriological)
Sodium Chloride (Na Cl)
Agar-agar
Air Steril

Alat :
o
o
o
o
o

Autoclave
Kompor
Panci
Glass ware (gelas piala, cawan petri, tabung reaksi, dll)
Clean bench

Cara pembuatan :

1. Campur bahan (1,2,3,4) Kecuali agar-agar


2. Aduk sampai larutan terlihat homogen
3. Masukan kedalam panci dan panaskan dengan api kcil, sambil diaduk
tambahkan agar-agar.
4. Tuangkan ke dalam erlenmeyer/tabung reaksi. Kemudian strilkan dengan
autoclave pada suhu 121oC, tekanan 1 atm selama 15 menit.

Lampiran 2. Pembuatan Media Potato Dextro Agar (PDA)/ Potato Sucrose Agar
(PSA)
Bahan :
o
o
o
o

200 gram kentang


20 gram gula pasir
20 gram agar-agar
1 liter aquades

Peralatan
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Gelas piala (500 ml, 1ml)


Alumunium foil
Pisau
Kertas atau Kompor
Kapas
Petridish
Tabung Reaksi
Autoclave (dapat pula Digunakan panci)
Pengaduk

Cara Pembuatan :
1. Kupas kentang, kemudian dipotong kecil-kecil ( + 1cm x 1cm), kemudian dicuci
sampai bersih.
2. Rebus potongan kentang selama + 15 Menit
3. Saring
4. Pada ekstrak kentang tersebut tambahkan agar, gula pasir dan aquades hingga
volume menjadi 1 liter, dan diaduk hingga larut.
5. Tuang ke dalam tabung reaksi (+ 5 ml) atau petridish (+ 10 ml)

6. Sterilkan dengan menggunakan autoclave (suhu 120oC selama 15 menit)


7. Kemudian didinginkan. Sebaiknya tabung gelas siletakan agak miring untuk
memperoleh permukaan agar-agar yang lbih luas. Jangan ditutup sebelum media
menjadi dingin
8. Simpan di almari es
Lampiran 3. Pembuatan Kings Medium B
Kings mdium B, umunya digunakan untuk mndiagnosa bakteri-bakteri yang
menghasilkan pigmen flourescens.
Bahan :

Proteose pepton
Glycrol
K2 HPO4
Mg SO4 7 H20
Agar
Air steril

Alat :

Ph meter/kertas indikator
Homogenizer (stirer)
Autoclave
Kompor dan Panci
Glass ware (gelas piala, cawan ptri, tabung raksi, dll)
Clean Bench

Cara pembuatan :
1.
2.
3.
4.

Campur bahan 1,2,3,4, dangan air stril


Aduk dngan stirer, sampai larutan trlihat homogen.
Tes larutan sampai dengan PH 7,2
Masukan larutan ke dalam panci dan panaskan dengan api kecil, sambil diaduk

masukan agar sampai larutan homogen.


5. Masukan k dalam erlenmeyer, kemudian sterilkan dengan autoclave pada suhu
121o C, tkanan 1 atm dan waktu 15 menit.
Cara sterilisasi

1. Dengan mengukus selama 2-3 jam, atau secara bertingkat 2 x 2 jam. Kemudian
bahan yang dikukus dikeluarkan dari dandang dan dibiarkan dingin. Keesokan
hariannya, setelah 24 jam, dilakukan sterilisasi kembali selama 2 jam.
2. Sterilisasi dengann menggunakan autoclave, dikenal sebagai steilisasi basah.
Cara ini digunakan untuk sterilisasi media atau bahan kimia lain. Suhu 120121oC selama 15-20 menit biasanya memadai untuk mematikan sebagian bsar
mikroba.
3. Sterilisasi dengan menggunakan oven, dikenal sebagai sterilisasi kering, cara ini
digunakan untuk sterilisasi alat gelas. Suhu 160oC selama 2 jam biasanya
memadai.
4. Hal yang juga perlu diperhatikan adalah stelan suhu. Bahan yang terbuat dari
selain gelas dan logam (dan bahan-bahan plastik tertentu) akan rusak/meleleh di
atas suhu 142oC. Jadi alat-alat yang demikian jangan disterilkan dengan
menggunakan oven.
5. Bahan kimia tertentu seperti gula akan rusak bila disterilkan di atas suhu 80 oC.
Untuk itu harus digunakan teknik filtrasi (misalnya dengan Millipore) jika
diperlukan (cari informasi lebih lanjut ke laboratorium yang kompenen)

PENULISAN LAPORAN FORMAT JURNAL


Laporan Jurnal PHPT ditulis menggunakan hurufTimes New Roman ukuran 12 dengan
jarak
baris 1,15 spasi, ukuran kertas A-4, margin kiri 4 cm, margin kanan, atas, dan bawah
masing-masing 3 cm, serta mengikuti sistematika sebagai berikut.
a. HALAMAN SAMPUL (Lampiran 2.16).
ISI ARTIKEL
1. JUDUL
Judul tulisan hendaknya menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas.
2. NAMA PENULIS
Nama-nama penulis dituliskan tepat dibawah judul, disertai dengan alamat institusi
penulis, serta catatan kaki untuk penulis korespondensi.
3. ABSTRAK DAN ABSTRACT (maksimum satu halaman)
Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. Abstrak berisi tidak lebih
dari 250 kata dan merupakan intisari seluruh tulisan yang meliputi: latar belakang,
tujuan, metode, hasil dan kesimpulan dan ditulis dengan jarak baris 1,0 spasi. Di
bawah abstrak disertakan 3-5 kata-kata kunci (keywords).
4. PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan gambaran umum dari observasi awal dan fenomena
mengenai topik yang diangkat. Latar belakang, rumusan, tujuan dari kegiatan
(penelitian, pengabdian, atau yang lainnya) serta manfaat untuk waktu yang akan
datang ditunjukkan dalam pendahuluan. Dengan merujuk dari berbagai sumber
pustaka, pandangan singkat dari para penulis/peneliti lain yang pernah melakukan
pembahasan topik terkait dapat dikemukakan di sini untuk menerangkan
kemutakhiran substansi pekerjaan.
5. TUJUAN
Tujuan artikel ilmiah harus diungkapkan secara jelas dan mencerminkan judul
artikel.
6. METODE

Judul dari bagian ini dapat diganti dengan Metode Penelitian, Metode Pelaksanaan
atau Bahan dan Metode, namun dapat diberi judul lain bergantung pada kegiatan
dan metodologi yang telah dilakukan sehingga penulis diberi kebebasan untuk
memberi judul lain seperti Pendekatan Teoritik atau Konsideran Percobaan. Secara
umum, metode berisi tentang bagaimana observasi dilakukan termasuk waktu,
lama, dan tempat dilakukannya observasi, bahan dan alat yang digunakan, metode
untuk memperoleh data/informasi, serta cara pengolahan data dan analisis yang
dilakukan. Metode harus dijelaskan secara lengkap agar peneliti lain dapat
melakukan uji coba ulang. Acuan (referensi) harus dimunculkan jika metode yang
ditawarkan kurang dikenal atau unik.
7. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini menjelaskan tentang apa saja yang diperoleh dari observasi. Data dapat
diringkas dalam bentuk tabel dan gambar. Tidak ada spekulasi dan interpretasi
dalam bagian ini, yang ada hanya fakta. Umumnya berisi uraian dan analisis
berkaitan dengan temuan-temuan dari observasi yang telah dilakukan, terutama
dalam konteks yang berhubungan dengan apa yang pernah dilakukan oleh orang
lain. Interpretasi dan ketajaman analisis dari penulis terhadap hasil yang diperoleh
dikemukakan di sini, termasuk pembahasan tentang pertanyaan2 yang timbul dari
hasil observasi serta dugaan ilmiah yang dapat bermanfaat untuk kelanjutan bagi
penelitian mendatang. Pemecahan masalah yang berhasil dilakukan, perbedaan dan
persamaan dari hasil pengamatan terhadap informasi yang ditemukan dalam
berbagai pustaka (penelitian terdahulu) perlu mendapatkan catatan disini. Hasil dan
Pembahasan handaknya menjadi satu kesatuan, dan tidak dipisah menjadi subbab
tersendiri.
8. KESIMPULAN
Kesimpulan merupakan bagian akhir tulisan yang membawa pembaca keluar dari
pembahasan. Secara umum kesimpulan menunjukkan jawaban atas tujuan yang
telah dikemukakan dalam pendahuluan.
9. UCAPAN TERIMAKASIH
Apabila memang ada pihak yang telah membantu dalam kegiatan yang dilakukan,
maka ucapan terima kasih dapat disampaikan di sini.
10. DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisi informasi tentang sumber pustaka yang telah dirujuk dalam
tubuh tulisan. Untuk setiap pustaka yang dirujuk dalam naskah harus muncul dalam
daftar pustaka, begitu juga sebaliknya setiap pustaka yang muncul dalam daftar
pustaka harus pernah dirujuk dalam tubuh tulisan. Format perujukan pustaka
mengikuti Harvard style.
Contoh :
Buller H, Hoggart K. 1994a. New drugs for acute respiratory distress syndrome.
NewEngland J Med 337(6): 435-439.
Buller H, Hoggart K. 1994b. The social integration of British home owners into rench
rural communities. J Rural Studies 10(2):197210.
Dower M. 1977. Planning aspects of second homes. di dalam Coppock JT (ed.),
SecondHomes: Curse or Blessing? Oxford: Pergamon Pr. Hlm 210237.
Grinspoon L, Bakalar JB. 1993. Marijuana: the Forbidden Medicine. London: Yale Univ
Press.
Palmer FR. 1986. Mood and Modality. Cambridge: Cambridge Univ Press.
Contoh melakukan perujukan sumber pustaka dalam naskah tulisan:
"Smith (1983) menemukan bahwa tumbuhan pengikat N dapat diinfeksi oleh beberapa
spesies Rhizobium yang berbeda.
"Integrasi vertikal sistem rantai pasokan dapat menghemat total biaya distribusi antara
15% sampai 25 % (Smith, 1949, Bond et al., 1955, Jones dan Green, 1963)."
"Walaupun keberadaan Rhizobium normalnya mampu meningkatkan pertumbuhan
kacang-kacangan (Nguyen, 1987), telah didapat pula hasil yang berbeda
d. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai