Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MONOSODIUM GLUTAMAT
(MSG)
Dosen pembimbing:
Akyunul Jannah, M. P
Oleh :
Dewi Fatimah
Lailatul Mukarromah
Nur Khamdiyah
JURUSAN KIMIA
2007
BAB I
PENDAHULUAN
Tentu saja agak misterius ketika kristal putih lembut tak berdosa ini, yang
kalau dicicipi langsung tidak memiliki keistimewaan namun bisa meningkatkan
citarasa bawaan bermacam-macam makanan. Misterinya bukan terletak pada
apakah MSG sukses-karena ini tak perlu diragukan-melainkan bagaimana cara
kerjanya. Seperti dalam kasus yang terkait dengan begitu banyak kebiasaan lama,
kurangnya pemahaman ilmiah tidak menghentikan orang dari menikmati manfaat
MSG selama lebih dari dua ribu tahun.
Apa yang membuat reputasi MSG untuk meningkatkan citarasa begitu
sulit ditelan sehingga terminologinya menjadi agak keliru. Penyedap citarasa
sesungguhnya tidak menyedapkan citarasa makanan dalam arti tidak membuat
makanan tidak enak menjadi lezat. Yang mereka kerjakan sesungguhnya adalah
mengintensifkan, atau menguatkan citarasa tertentu yang sudah ada. Industri
makanan olahan lebih suka menyebutnya potensiator atau penguat citarasa.
MSG yang berbentuk kristal putih ini sebenarnya tidak mempunyai rasa,
tetapi mempunyai fungsi sebagai penegas cita rasa (flavor enhancer) makanan,
terutama dari protein hewani (daging, ikan, ayam). Glutamat, selain terdapat
dalam tubuh, juga mendapat sumbangan dari bahan makanan yang kita makan
seperti keju, telur, daging, ikan, ayam, susu, kentang, tomat, brokoli, jamur,
anggur. Jadi, penambahan MSG pada makanan sebenarnya hanya untuk
menyenangkan atau memanjakan lidah dan otak kita dengan kelezatan makanan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Sejarah
Jurnal Chemistry Senses menyebutkan, Monosodium Glutamate (MSG)
mulai terkenal tahun 1960-an, tetapi sebenarnya memiliki sejarah panjang. Selama
berabad-abad orang Jepang mampu menyajikan masakan yang sangat lezat.
Rahasianya adalah penggunaan sejenis rumput laut bernama Laminaria japonica.
Pada tahun 1908, Kikunae Ikeda, seorang profesor Kimia Fisis pada Fakultas
Sains Imperial Universitas Tokyo ini, menemukan kunci kelezatan itu pada
kandungan asam glutamat. Penemuan ini melengkapi 4 jenis rasa sebelumnya -
asam, manis, asin dan pahit - dengan umami (dari akar kata umai yang dalam
bahasa Jepang berarti lezat). Sementara menurut beberapa media populer,
sebelumnya di Jerman pada tahun 1866, Ritthausen juga berhasil mengisolasi
asam glutamat dan mengubahnya dalam bentuk Monosodium Glutamate (MSG),
tetapi belum tahu kegunaannya sebagai penyedap rasa.
Sejak penemuan itu, Jepang memproduksi asam glutamat melalui ekstraksi
dari bahan alamiah. Tetapi karena permintaan pasar terus melonjak, tahun 1956
mulai ditemukan cara produksi L-glutamic acid melalui fermentasi. L-glutamic
acid inilah inti dari MSG, yang berbentuk butiran putih mirip garam. MSG sendiri
sebenarnya tidak memiliki rasa. Tetapi bila ditambahkan ke dalam makanan, akan
terbentuk asam glutamat bebas yang ditangkap oleh reseptor khusus di otak dan
mempresentasikan rasa dasar dalam makanan itu menjadi jauh lebih lezat dan
gurih.
Sejak tahun 1963, Jepang bersama Korea mempelopori produksi masal
MSG yang kemudian berkembang ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Setidaknya sampai tahun 1997 sebelum krisis, setiap tahun produksi MSG
Indonesia mencapai 254.900 ton/tahun dengan konsumsi mengalami kenaikan
rata-rata sekitar 24,1% per tahun.
2.2 Pengertian Monosodium Glutamat (MSG)
Monosodium Glutamat (MSG) adalah kristal putih yang biasanya dibuat
sebagai pelengkap bumbu masak yang mempunyai cita rasa yang kuat.
Monosodium Glutamat (MSG), merupakan turunan kimia L-Glutamic acid
monosodium salt, yang jika di-Indonesia-kan menjadi garam natrium dari asam
glutamate(natrium glutamate atau sodium glutamate). Sodium itu nama lain dari
Natrium. Sedangkan ikatan aslinya adalah asam glutamat atau glutamic acid yang
mampu mengikat dua ion positif. Karena unsur Na hanya memiliki satu valensi,
maka masih ada satu unsur asam. Karena yang diikat baru satu, maka disebut
mono, artinya satu. Satu sodium asam glutamat alias monosodium glutamat
disingkat menjadi MSG. Dan rumus kimianya: C5H8NNaO4. Rumus struktur dari
Monosodium Glutamat menurut Winarno (1989) sebagai berikut :
OH H H H
C C C C COONa
O H H NH2
Dari struktur ini terlihat bahwa MSG memiliki satu karbon asimetrik yaitu
karbon empat dari kiri. Karbon tersebut terikat oleh 4 gugus yang saling berbeda
sehingga merupakan bentuk isomer yang aktif. Bentuk garam yang terikat pada
karbon empat dari kiri ini memiliki kekutan membangkitkan atau mempertegas
citarasa dari daging, ikan atau jenis makanan lainnya.
Pada zaman dahulu di Cina senyawa Monosodium Glutamat diproduksi
dari rumput laut. Sekarang senyawa MSG dibuat dan diproduksi dengan
menggunakan bahan mentah gluten dari gandum, jagung, kedelai dan hasil
samping dari pembuatan gula bit atau molase (tetes) gula tebu. Selain itu juga
dibuat dari hasil fermentasi karbohidrat. Tetapi secara komersil MSG diproduksi
dari gluten gandum hasil samping gula bit atau molases. Di Indonesia MSG lebih
banyak dibuat dari molases (tetes).
Glutamat biasanya terdapat dalam zat asam amino yang terdapat dalam
dalam protein dalam tubuh kita dan pada makanan yang kita makan. MSG yang
dibutuhkan dalam makanan adalah sama halnya dengan glutamate alami yang
terdapat dalam bahan makanan. Glutamate “alami” dan bumbu masakan tidak
dapat dibedakan oleh analisa kimia. Sebagai glutamate, mereka selalu ada di
setiap makanan. Secara alamiah glutamate terdapat dalam bahan makanan seperti
tomat, jamur, kobis, keju, ikan laut, daging dan bahkan air susu ibu (yang
kadarnya 20 kali lebih tinggi dari susu sapi).
Versi monosodium pada hakikatnya merupakan bentuk glutamat dengan
konsentrasi paling tinggi dan mudah ditangani. Indera pengecap kita bekerja
melalui beberapa reaksi kimia dan fisiologis yang rumit sekali. Bagaimana
tepatnya glutamat beraksi sulit dijabarkan. Akan tetapi ada beberapa gagasan yang
dianggap dapat diterima.
Orang sudah tahu bahwa molekul-molekul dengan citarasa tertentu
melekat ke reseptor dalam sistem pengecap kita dengan lama yang berbeda-beda
sebelum terlepas kembali. Maka salah satu kemungkinan dalam hal ini adalah
glutamat berfungsi memastikan agar molekul-molekul tertentu bisa melekat lebih
lama, dan karena itu memberi rasa lebih kuat. Begitu pula, tidak mustahil
glutamat mempunyai seperangkat reseptor mereka sendiri, terpisah dari resptor-
reseptor utnuk empat kelompok rasa yang sudah kita kenal yaitu manis, asam, asin
dan pahit. Yang menjadikan lebih rumit, ternyata hanya beberapa zat selain
glutamat memiliki kemampuan „meningkatkan citarasa“.