Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Muskuloskeletal
Sistem Muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa.
Masalah yang berhubungan dengan stuktur ini sangat sering terjadi dan mengenai
semua kelompok usia. Masalah sistem muskuloskeletal biasanya tidak
mengancam jiwa, namun mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktivitas
dan produktivitas penderita.
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam
berbagai bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang optimum.
Anatomi :
Ada sekitar 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam 4 kategori :
1.

Tulang Panjang

2.

Tulang Pendek

3.

Tulang Pipih

4.

Tulang Tak Teratur

Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan daya yang
bekerja padanya.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (Trabekular atau Spongius) atau
koltikal (kompak). Tulang panjang berbentuk seperti tangkai atau batang panjang
dengan ujung yang membulat, misalnya femur. Batang atau diafisis terutama
tersusun atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan
terutama tersusun oleh tulang kanselus. Tulang panjang disusun untuk menyangga
berat badan dan gerakan. Tulang pendek terdiri dari tulang kanselus ditutupi
selapis tulang kompak. Tulang pipih merupakan tempat penting untuk

hematopoiesis dan sering memberikan perlindungan bagi organ vital. Tulang pipih
tersusun dari tulang konselus diantara kedua tulang kompak. Tulang tak teratur
mempunyai bentuk yang unik sesuai dengan fungsinya.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral.Sel-selnya terdiri
atas tiga jenis dasar osteoblast, osteosit, dan osteoklast.Osteoblast berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.Matriks tersusun atas
98% kolagen dan 2% substansi dasar {glukosaminoglikosan (asam polosakarida)
dan proteoglikan}.Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral
anorganik ditimbun.Osteosit adalah sel dewasa yang berfungsi dalam
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks
tulang).Osteoklast adalah sel multinuklear (berinti banyak) yang berperan dalam
penghancuran, resorbsi dan remodelling tulang.
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrus padat dinamakan
periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkan tumbuh,
selain sebagai tempat pelekatan tendon dan ligamen.
Sum sum tulang merupakan jaringan vaskular dalam rongga sum sum (batang)
tulang panjang dan tulang pipih.Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang
sangat baik.Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui
pembuluh darah metafisis dan epifisis.Pembuluh periosteum mengangkut darah ke
tulang kompak melalui kanal volkman yang sangat kecil.Selain itu ada arteri
nutrien yang menembus periosteum dan memasuki rongga medular melalui
foramina (lubang-lubang kecil).Arteri nutrien memasok darah ke sumsum dan
tulang.Sistem vena ada yang mengikuti arteri dan ada yang keluar sendiri.
Tulang mulai terbentuk lama sebelum kelahiran.Osifikasi adalah proses dimana
matriks tulang (disini serabut kolagen dan substansi dasar) terbentuk dan
pergeseran mineral (disini garam kalsium) ditimbun diserabut kolagen dalam
suatu lingkungan elektro negatif. Serabut kolagen memberi kekuatan terhadap
tekanan kepada tulang.
B.

Defenisi

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah
kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi
kadang-kadang disebabkan oleh jamur.
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
a.

Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang

yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus


influensae (Depkes RI, 1995).
b.

Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

c.

Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang

disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)


d.

Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang

yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus


influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.
e.

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat

disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).


f.

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena

penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering,
setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin,
2001).

C. Etiologi
Adapun penyebab penyebab osteomielitis ini adalah:
1.

Bakteri

Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus


aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli,
Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2.

Virus

3.

Jamur

4.

Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara yaitu:


1.

Aliran darah

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi).
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan.
Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul.
Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana
terdapat trauma.
2.

Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera
traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang
tercemar yang menembus tulang.
3.

Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya

Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak


Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang
mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di

kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus
yang terinfeksi).
D. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit yaitu virulensi
organisme dan kerentanan hospes dengan status imun yang rendah.
Penyakit ini lebih terbatas pada metafisis tulang karena pembuluh darah
cenderung melingkari metafisis sehingga memungkinkan emboli terinfeksi
menyangkut di daerah itu dan lapisan epifisis dapat mencegah penyebaran
infeksi ke sendi sehingga infeksi terkoalisir di metafisis. Itulah sebabnya
mengapa infeksi terjadi pada lapisan metafisis tulang yang mengalami
pertumbuhan pada anak-anak. Tetapi pada orang dewasa terjadi di diafisis..
Emboli yang terinfeksi menyangkut di dalam pembuluh darah,
menyebabkan trombosis sehingga mengakibatkan nekrosis avaskuler pada
bagian korteks tulang. Respons peradangan terhadap infeksi
mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan terjadi oedem dan
mengakibatkan terangkatnya periosteum dari tulang sehingga memutuskan
lebih banyak suplai darah. Pengangkatan periosteum ini menimbulkan
nyeri hebat, apalagi dengan adanya tegangan eksudat dibawahnya, infeksi
dapat pecah ke subperiosteal kemudian menembus subkutis dan menyebar
menjadi selulitis atau menjalar melalui rongga subperiosteal ke diafisis.
Infeksi juga dapat pecah ke bagian tulang diafisis melalui kanalis
medularis, penjalaran subperiosteal ke arah diafisis akan memasuki
pembuluh darah yang ke diafisis sehingga menyebabkan nekrosis tulang.
Tulang yang mengalami nekrosis dikenal sebagai sekuestrum. Tulang
dimana periosteum terangkat melapisi tulang yang mati dikenal dengan
involukrum. Pus mencari jalan keluar dari lapisan tulang baru melalui
serangkaian lubang yang dikenal dengan kloaka (Sachdeva, 1996, hal 92
dan Sjamsuhidayat, 1997,1221)..
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit,
dapat berkembang secara progresif atau cepat.
a. Fase akut

Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Panas makin tinggi, terasa nyeri tulang dekat
sendi, terkadang tidak dapat menggerakan anggota tubuh.
b.

Fase kronik

Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan
pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan
parut akibat kurangnya asupan darah.
Berikut juga ada beberapa tanda dan gejala dari osteomielitis berdasarkan cara
penyebarannya :
1.

Infeksi dibawa oleh darah

Biasanya awitannya mendadak.

Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam

tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).


2.

Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang

Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.

3.

Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi

langsung

Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.

4.

Osteomyelitis kronik

Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami

periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.

F. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

a.

Evaluasi Diagnostik

Pada Osteomielitis akut ; pemeriksaan sinar-x hanya menunjukan pembengkakan


jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler,
nefrosis tulang, pengangkatan periosteum dan pembentukan tulang baru.
Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitive awal.
Pemeriksaan darah memperhatikan peningkatan leukosit dan peningkatan laju
endap darah. Kulur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis
antibiotika yang sesuai.
Pada Osteomielitis kronik, besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum,
sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar-x. Pemindaian tulang
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area terinfeksi. Laju sedimentasi dan
jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik.
Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotic
yang tepat.
b.

Pemeriksaan penunjang

1.

Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endapan darah.
2.

Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas.
3.

Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri Salmonella.
4.

Pemeriksaan Biopsi tulang.

5.

Pemeriksaan ultra sound

Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.


6.

Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan


radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus.
c.

Pemeriksaan tambahan

1. Bone scan
2. MRI

: dapat dilakukan pada minggu pertama

: jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,

maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat
terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan
4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat. Jika terapi antibiotic gagal, debridement
dan pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan.
Setelah kultur mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral
(nafcillin[unipen] + cefotaxime lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin])
diawali untuk menutupi gejala klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah
diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya
diobati dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak
dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis.
2.

Daerah yang mengalami osteomielitis harus dilakukan diimobilisasi untuk

mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan


rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran darah.

3.

Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang

yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik


diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis
steril.

H. Komplikasi
1.

Dini :

b.

Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)

c.

Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang

mendasarinya sembuh
d.
2.
a.

Atritis septik
Lanjut :
Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan

fungsi tubuh yang terkena


b.

Fraktur patologis

c.

Kontraktur sendi

d.

Gangguan pertumbuhan

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Identitas Klien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk, No.MR, dll.
2.2.2 Pengkajian
1.
1)

Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut (misalnya
: nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari
sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
2)

Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan sekarang,
atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma tulang, infeksi tulang,
fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
3)

Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya tidak
ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.

2.
1)

Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon


Persepsi dan Manajemen Kesehatan

Klien biasanya tidak mengerti bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit
yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien memandang penyakit
yang dideritanya, apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
2)

Nutrisi Metabolik

Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena demam yang ia
diderita.

3)

Eliminasi

Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien mengalami


penurunan nafsu makan akibat demam.
4)

Aktivitas Latihan

Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan aktivitas karena rasa nyeri
yang ia rasakan
5)

Istirahat Tidur

Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri yang ia
rasakan pada tulangnya.
6)

Kognitif Persepsi

Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan persepsinya.


7)

Persepsi Diri Konsep Diri

Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi


takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang,
gagal menepati janji atau banyak janji.
8)

Peran Hubungan

Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang dialaminya. Serta


adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat
melakukan perannya dengan baik.
9)

Seksual Reproduksi

Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.


10)

Koping Toleransi Stress

Biasanya pasien mengalami stress ysng berat karena kondisinya saat itu.
11)

Nilai Kepercayaan

Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan spiritual
klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji apakah ada
pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien biasanya mengalami
gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah,


edisi 8, Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku patofi siologi.
Jakarta: EGC.
Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit
dalam. Jakarta: EGC
http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askeposteomielitis/
IOWA OUTCOME PROJECT (2000). Nursing Outcomes
Classifi cation ( NOC ). 2 nd ed. Mosby. Inc
IOWA OUTCOME PROJECT (2000). Nursing Intervention
Classifi cation ( NIC ).2 n d ed. Mosby. Inc
Muttaqin, Arif. 2008. AsuhanKeperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
NANDA (2009). Nursing Diagnosis : Defi nition and
Classifi cation ( NANDA ) 2009 2011 willey. Balck Well
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofi siologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai