Oleh:
Shofi Khaqul Ilmy
NIM: 105070200131010
I DEFINISI
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang/
membujur dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum
uteri.
Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus
uteri (Manuaba, 2001 : 237).
Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau memanjang
dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998 :
350).
Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungkai janin berpresentasi
ke dalam pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254).
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
(wiknjosastro, 2006 : 606).
II EPIDEMIOLOGI
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan
tunggal. Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang di
mana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya
Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan
presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Mortalitas perinatal: kematian perinatal 13
kali lebih tinggi daripada kematian perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas
perinatal: 5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini
dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi bokong. Sebab
utama kematian perinatal pada presentasi bokong: hipoksia, trauma persalinan,
prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada
presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala.
III
KLASIFIKASI
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:
-
IV
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
VI
bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa
penuh dibagian atas (subkostal) dan gerakan lebih hanyak dibagian bawah.
Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya.
Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa
Leopold I difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala.
Leopold II teraba punggung disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV
teraba bokong dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat
dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan
setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Pemeriksaan untuk dapat membedakan bokong dengan muka yaitu
dengan memasukkan jari, bila teraba anus akan ada rintangan otot, sedangkan
bila teraba mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan,
mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuberosis
iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki
dapat di raba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak
sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong.2
VII
DIAGNOSIS
1
Data Subjektif
a
Data Objektif
1
Pemeriksaan luar
a
Pemeriksaan obstetri
Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi.
VIII
DIAGNOSIS BANDING
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan kehamilan
dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold masih
ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada letak
sungsang akan didapatkan saat jari dimasukkan dan meraba ke dalam anus,
akan teraba rintangan otot dan anus dengan tuberosis iskii membentuk garis
lurus. Pada letak muka, jari saat masuk akan teraba mulut, tulang rahang dan
alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk segitiga.
Sedangkan dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan.
IX
MEKANISME PERSALINAN
Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:
Tipe dari presentasi bokong:
a) Presentasi bokong (frank breech)
b) Presentasi bokong kaki sempurna
(complete breech)
c)
Presentasi
sempurna
dan
bokong
kaki
tidak
presentasi
kaki
(incomplete or footling)
berlanjut,
sehingga
depan,
sehingga
seluruh
Terjadi
putar
paksi
luar,
yang
Penurunan
bokong
berkelanjutan
Jika kaki janin telah keluar, penolong dapat menyusupkan tangan sepanjang
kaki anterior dan melahirkan kaki dengan
flexi dan abduksi sehingga bagian badan
lainnya dapat dilahirkan.
diameter
diameter
biacromion
terdapat
anteroposterior
diameter
berada
pada
tepi
diameter
Bayi tidak terlalu besar atau kecil (estimasi berat bayi 2500-4000 gram).
Anomali fetus.6
Persalinan sungsang pervaginam memiliki beberapa risiko di antaranya
Tahap pertama: fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat.
Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya
mulut. Pada fase ini kepala janin masuk PAP sehingga kemungkinan tali
pusat terjepit.
Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh
kepala lahir. Kepala keluar dari ruangan bertekanan tinggi (uterus) ke dunia
luar yang tekanannya lebih rendah sehingga kepala harus dilahirkan
perlahan-lahan untuk menghindari perdarahan intrakranial.
Teknik:
Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berada di depan vulva. Ketika
timbul his, ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada
saat bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin
intramuskuler.
Janin yang baru lahir segera diletakkan di perut ibu. Bersihkan jalan nafas
dan rawat tali pusat.
Keuntungan: Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena
tangan penolong tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang
paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian: Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan
letak sungsang dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi pada keadaan
panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya
lengan menjungkit atau menunjuk.7
2
Tahap kedua: lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara:
a
Klasik (Deventer)
Mueller
Lovset
Bickenbach.
Mauriceau (Veit-Smellie)
Najouks
Wigand Martin-Winckel
Prague terbalik
Cunam piper
Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan
belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sakrum),
kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simpisis. Kedua kaki
janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan
dilahirkan. Keuntunga cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada
semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relative tinggi
di dalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang
dapat menimbulkan infeksi.7
b
Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu
dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu
dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuropelvik yaitu kedua
ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada
krista iliaka dan jari-jari lain mencengkeram bagian depan. Kemudian badan
ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah
simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah
bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang
lahir. Tangan penolong tidak masuk kedalam jalan lahir sehingga mengurangi
infeksi.7
c
Cara Lovset
Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan
cara klasik.
Tahap ketiga ialah melahirkan kepala yang menyusul (after coming head).
Masing-masing teknik tahap ketiga adalah sebagai berikut:
a
Cara Mauriceau
kuda.
Jari
telunjuk
dan
jari
ketiga
penolong
yang
lain
Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang
dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong
mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak
tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan
kaki, kemudian ditarik ke atas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin
sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion,
kepala janin dapat dilahirkan.7
d
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua
lengan janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke
atas sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam
piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya
saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha
belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan
dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka,
dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.7
berada di dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan
penolong yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait
dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka
jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.7
B Persalinan Perabdominam
Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan
yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak
sungsang pervaginam memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Angka
survival ditemukan lebih tinggi pada persalinan perabdominam.8 Namun hal ini
tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan perabdominam.
Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria bila:
1
Arti nilai:
3 : persalinan perabdominam
Didapatkan distosia.
Umur kehamilan:
Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, nilai sosial janin
tinggi.
6
XPENTALAKSANAAN
Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital,
kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka
dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada
kontraindikasi).2
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9. Kalau versi
luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan
narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain: narkosis harus
dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan digunakannya
tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari pada versi
luar.4
Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan
dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama
hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi
seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam
rongga panggul.4 Pada kasus di mana versi luar gagal/ janin tetap letak
sungsang, maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada
letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria).
Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan
bokong.2,4 Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna
(complete breech) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri klinis yang
adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan
indikasi CPD, kepala fleksi.
Prosedur Versi
Versi adalah prosedur untuk melakukan perubahan presentasi janin
melalui manipulasi fisik dari satu kutub ke kutub lain yang lebih menguntungkan
bagi berlangsungnya proses persalinan pervaginam dengan baik.10 Klasifikasi
versi antara lain:
DJJ baik.
Pada ibu yang belum inpartu: pada primigravida usia kehamilan 3436 minggu; pada multi gravida usia kehamilan lebih dari 38 minggu.10
Kontraindikasi:
-
Ketuban pecah.
lepas
perdarahan.
dari
insersionya
sehingga
akan
menambah
pembuluh
arteriole
plasenta
sehingga
manipulasi
Kehamilan kembar.
Primi tua, nilai sosial anak yang tinggi atau riwayat infertilitas,
insufisiensi plasenta atau gawat janin.
IUGR.10
Paritas.
Presentasi janin.
Hidramnion.
Teknik:
1
dan
dilakukan
atas
persetujuan
penderita
setelah
Kelainan kongenital
Lokasi plasenta
Sebelum
melakukan
tindakan
VL,
harus
dilakukan
pemeriksaan
Setelah diluar panggul, bokong ditempatkan pada salah satu dari fossa
iliaka agar radius putaran tidak terlalu jauh.
Tahap rotasi: memutar janin ke kutub yang dikehendaki.
Pada waktu akan melakukan rotasi penolong menghadap ke arah muka ibu
Bagian janin tidak dapat diidentifikasi dengan baik oleh karena sering
terjadi kontraksi uterus saat dilakukan palpasi.
Solutio plasenta
Ruptura uteri
Hemorrhagia fetomaternal
Isoimunisasi
Persalinan preterm
Pengkajian
Aktifitas / Istirahat : Melaporkan keletihan, kurang energy, Letargi, penurunan
penampilan
Sirkulasi : Tekanan darah dapat meningkat
Eliminasi : Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada
Integritas ego : Mungkin sangat cemas dan ketakutan
Nyeri / Ketidaknyamanan
Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan
terjadi (disfungsi fase aktif sekunder).
Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara
(rata- rata adalah 8 jam), atau 14 jam pada multipara (rata rata adalah 5
jam)
6.
Keamanan
Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya
untukmengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala
Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi (mis.,dagu wajah,
atau posisi bokong)
Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari 2
cm/jam pada multipara
7.
Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara. Uterus mungkin distensi berlebihan
karena hidramnion, gestasi multipel,janin besar atau grand multiparit
8.
Pemeriksaan Diagnosis
Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi
multiple
Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi
janin ,posisi dan formasi.
B.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
2. Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada
penurunan janin
3. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
4. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
C.
INTERVENSI
Dx1 : Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
ditandai dengan : Peningkatan tonus otot, pengungkapan, Prilaku distraksi
(gelisah, meringis, menangis),wajah menunjukan nyeri.
Kriteria Evaluasi :
Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan
kanyamanan
Tampak rileks diantara kontraksi
Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi
INTERVENSI
RASIONAL
Buat
upaya
yang
Jawaban
untuk
peningkatan pemahaman
merasa
nyaman
Mendorong
relaksasi
dan
memberikan
klien
cara
pernafasan sederhana
mengatasi
Anjurkan
klien
tingkat ketidaknyamanan.
tehnik
relaksasi.
menggunakan
Berikan
Relaksasi
mengontrol
dapat
membantu
menurunkan
(mis.
nyeri
Masage,
gosokan
punggung,
sandaran
bantal,
pemberian
kompres
sejuk,
Anjurkan
dan
analgetik
:
saat
dan
dan
menghambat
kemajuan persalinan
Meningkatkan
posisi
klien
meningkatkan
dan
koping
dan
kontrol klien
penyelarasan EFM
Kolaborasi
tegangan
relaksasi,menurunkan
bantu
dalamperubahan
dan
pemberian es batu)
dapat
memungkinkanklien/pelatih
mengajukan pertanyaan
pertanyaan
Berikan
dilatasi
obat
Mencegah
dan
membatasi
dan
sirkulasi
kontaksi terjadi
Menghilangkan
meningkatkan
koping
relaksasi
dengan
memungkinkan
focus
nyeri,
dan
kontraksi,
klien
tetap
kemungkinan
kebutuhan
menyertai,
serta
istirahat
sebelum
aktifitas
dan
ibu
yang
berlebihan
atau
persalinan lama
Tempat
klien
pada
mungkin
akibat
dari
posisi
risiko
toleransi
Kelelahan
pemeriksaan
penyebab,
tepat
awitan
persalinan
RASIONAL
Membantu dalam mengidentifikasi
Kolaborasi
Bantu
untuk
hipertonik.
membantu
Ambulasi
dapat
kekuatan
grafitasi
yang
tidak
mungkin
Kriteria Evaluasi :
1. Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada deselerasi
lambat
INTERVENSI
Kaji DDJ secara manual atau
RASIONAL
Mendeteksi
respon
elektronik,perhatikan
seperti
variabilitas
frekuensi dasar.
Perhatikan
tekanan
stres,
uterus
asidosis,
atau
bila tersedia
mmHg
mengganggu
ruang intravilos
yang
sepsis
hipoksia,
abnormal,
menurunkan
atau
oksigenasi
dalam
menit
memungkinkan
presentasi bokong
akut
bila
atau
Presentasi
kurang
tidak
oksigenasi
ini
meningkatkan
malposisi
sering
memerlukan
kelahiran
pervagina
bila
derajat
nyeri
dalam
berakibat
yang
lama
keletihan
yang
dapat
penonjolan
Kenali
realitas
keluhan
Ketidaknyamanan
dan
dapat
frustasi
dikenali
disfungsional
disalahartikan
nyeri
kontraksi
klien
sebagai
Ansietas
yang
pada
masalah
berlebihan
meningkatkan
adrenal/pelepasan katekolamin,
Anjurkan
menyebabkan
penggunaan
tehnik
aktifitas
ketidak
dipelajari
Dapat
ansietas
membantu
dan
reduksi
meningkatkan
koping
Menurunkan
ansietas,
klien
mengatasi
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG. Breech Presentation and Delivery. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL,
Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams Obstetrics. 22nd ed. New York: Mc Graw Hill
Medical Publishing Division; 2005: 509-36.
Deutsch A, Salihu HM, Lynch O, Phillip J, Belogolovkin M, Belogolovkin V. Cesarean delivery
versus vaginal delivery: impact on survival and morbidity for the breech fetus at the
threshold of viability. Journal of Maternal-Fetal dan Neonatal Medicine 2011 May; 24(4):
713-7. Available at: http://informahealthcare.com/doi/abs/10.3109/14767058.2010.516287.
Accessed August 29, 2014.
Gabbe SG. Malpresentation. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, eds. Obstetrics: Normal
and Problem Pregnancies. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone Ltd; 2000: 478-90.
Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome of 699 term
singleton breech deliveries at a single center. Am J Obstet Gynecol 2002 Dec; 187(6):
1694-8.
Accessed
August
29,
2014.
Available
at:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002937802004921.
Hacker NF, Gambone JC, Hobel CJ, Azziz R, Alexander CJ, Bashore RA, et al. Multifetal
Gestation and Malpresentation. In: Merritt J, Abshire C, eds. Hacker and Moores
Essentials of Obstetrics and Gynecology. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010:
167.
Kotaska A, Menticoglou S, Gagnon R, Farine D, Basso M, Bos H, et al. Vaginal delivery of
breech presentation. Int J Gynecol Obstet 2009 Nov; 107(2): 169-76. Accessed August 29,
2014. Available at: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S002072920900349X.
Saifuddin AB, Aristiarini A, Kaptiningsih A, Azwar A, Waspodo D, Adriaansz G, et al. Versi luar
dan Versi ekstraksi. Buku Acuan Nasional: Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D, editors. 1st ed. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta, 2006. P. 470-5.
Siswishanto R. Malpresentasi dan Malposisi. In: Prawirohardjo S, Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH, eds. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010: 588-97.
Syamsuddin KA. Kedudukan Janin Intrauterin. In: Prawirohardjo S, Saifuddin AB, Rachimhadhi
T, Wiknjosastro GH, eds. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010: 205-7.
Whitehead E. Vaginal Breech Delivery. East Lancashire Hospitals NHS Trust; 2010. Accessed
August
29,
2014.
%20DELIVERY.pdf.
Available
at:
http://www.eastlancsdue.nhs.uk/images/BREECH