PENDAHULUAN
Cakupan kunjungan ibu nifas di Indonesia pada tahun 2009 adalah 71,54%,
sementara target cakupan kunjungan ibu nifas pada tahun 2015 adalah 90%
(Kemenkes RI, 2009). Perawatan nifas adalah perawatan terhadap ibu yang telah
selesai melahirkan, salah satunya adalah perawatan payudara (Siregar, 2009).
Perawatan nifas mencakup pemeriksaan tanda vital, keadaan umum untuk melihat
tanda tanda anemia, pemeriksaan abdomen dan luka, pemeriksaan genitalia,
melihat komplikais persalinan, dan perawatan payudara.
Data yang didapat di Puskesmas Pembina Palembang tahun 2014, cakupan
pelayanan nifas lengkap (ibu dan neonatus) sesuai statndar (KN3) hanya 81% dari
target 94%. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menganalisis penyebab tidak
tercapainya target layanan nofas lengkap di wilayah kerja Puskesmas Pembina
Palembang.
b. Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan keunggulan dan keuntungan dari program pelayanan
nifas lengkap
2. Mendeskripsikan kelemahan dan kekurangan dari program pelayanan
nifas lengkap
3. Mendeskripsikan kesempatan dan peluang yang didapatkan melalui
program pelayanan nifas lengkap
4. Mendeskripsikan ancaman yang dapat terjadi jika program pelayanan
nifas lengkap terlaksanan maupun tidak terlaksana
1.4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini dilakukan agar peneliti dapat menerapkan ilmu
pengetahuan telah didapat serta dapat meningkatkan ketrampilan dan
wawasan terhadap penelitian yang akan dilakukan
b. Manfaat praktis
Pembahasan dan penelitian mengenai rendahnya cakupan program
pelayanan nifas di wilayah kerja Puskesmas Pembina dapat digunakan
sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan di Puskemas maupun
Dinas Kesehatan. Hasil pembahasan diharapkan dapat dijadikan sumber
informasi tambahan bagi masyarakat terutama ibu nifas sehingga
mendapat pengetahuan lebih serta memotivasi petugas ksehatan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada ibu nifas.
c. Manfaat akademis
Memberikan informasi kepada instansi terkait mengenai penyebab
rendahnya cakupan program pelayanan nifas wilayah kerja Puskesmas
Pembina sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan untk penelitian
lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama, dengan ukuran konstanta dalam
persentase (%).
Contoh Perhitungan
Jumlah Penduduk 500.000, Angka Kelahiran Kasar (CBR) 2,3 %. Hasil pelayanan
nifas = 10.000 Januari - Desember tahun 2003. Maka, persentase cakupan
pelayanan nifas adalah =
Pelayanan pada masa nifas terdiri dari tiga standar yakni, perawatan bayi baru
lahir, penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan, serta pelayanan Bagi
ibu dan bayi pada masa nifas.
2. Perawatan Bayi Baru Lahir (standar 13)
Perawatan bayi baru lahir bertujuan untuk menilai kondisi bayi baru lahir dan
membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemia dan
infeksi. Pada tahap ini tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan dan menilai bayi
baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder,
menemukan kelainan, mencegah dan menangani hipotermia dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan.
Dengan penerapan perawatan bayi baru lahir diharapkan bayi baru lahir
menerima perawatan dengan segera dan tepat, mendapatkan perawatan yang tepat
untuk dapat memulai pernafasan dengan baik, penurunan kejadian hipotermia,
asfeksia, infeksi, dan hipoglikemia pada bayi baru lahir serta penurunan terjadinya
kematian bayi baru lahir.
Untuk dapat menerapkan perawatan bayi baru lahir yang sesuai standar
dibutuhkan berbagai syarat yang meliputi :
1.
2.
Bidan sudah terlatih dan terampil untuk memeriksa dan menilai bayi baru
lahir dengan menggunakan skor apgar, menolong bayi untuk memulai
terjadinya pernapasan dan melakukan resusitasi bayi baru lahir, mengenal
tanda-tanda hipotermi dan dapat melakukan tindakan yang tepat untuk
mencegah dan menangani hipotermi, pencegahan infeksi pada bayi baru
lahir
serta
mengenal
tanda-tanda
hipoglikemia
dan
melakukan
4.
1.
2.
3.
4.
Bayi harus tetap diselimuti dengan baik, anjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan segera mulai menyusui. Riset menunjukan pemberian ASI dini
penting untuk keberhasilan awal pemberian ASI. Kontak kulit ibu dan bayi
juga merupakan cara yang baik untuk menjaga pengaturan suhu tubuh bayi
pada saat lahir. Pastikan, jika bayi tidak didekap oleh ibunya, selimut ibayi
dengan handuk yang bersih dan hangat. Tutupi kepala bayi dengan baik
untuk mencegah kehilangan panas. Sesudah 5 menit lakukan penilaian
terhadap keadaan bayi secara umum dengan menggunakan skor APGAR
5.
Jika kondisi bayi stabil, lakukan pemeriksaan bayi setelah plasenta lahir dan
kondisi ibu stabil. Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan
menggunakan thermometer yang diletakkan di ketiak (jangan memasukkan
thermometer dalam anus bayi, hal ini merupakan prosedur yang tidak perlu
dan dapat membahayakan bayi). Bila suhu bayi <36C atau jika tubuh atau
kaki bayi teraba dingin, maka segera lakukan penghangatan tubuh bayi
seperti pada penangaan hipotermi. Amati suhu bayi setiap jam sampai
suhunya normal dan stabil
6.
Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk mencari kemungkinan
adanya kelainan. Periksa anus dan daerah kemaluan. Lakukan pemeriksaan
ini dengan cepat agar bayi tidak kedinginan. Ibu hendaknya menyaksika
pemeriksaan tersebut. Timbang bayi dan ukur panjangnya. Lakukan dengan
cepat agar bayi tidak mengalami hipotermi
7.
Tetap selimuti bayi pada saat ditimbang, meletakkan bayi pada timbangan
yang dingin akan menyebabkan kehilangan panas. Berat yang tercatat
kemudian dpat disesuaikan dengan mengurangi jumlah berat handuk/ kain
tersebut. Setelah memeriksa dan mengukur bayi, selimuti dengan baik,
pastikan bahwa kepala bayi tertutup dan berikan bayi kembali untuk dipeluk
ibu. Hal in merupakan cara yang sangat baik untuk mencegah hipotermi
8.
Cuci tangan lagi dengan sabun, air, dan handuk yang bersih. Dalam waktu
satu jam setelah kelahiran, berikan salep/ obat tetes mata pada mata bayi
baru lahir, untuk mencegah oftalmia neonatorum : salep mata tetrasikilin
1%, lautan perak 1%, atau eritromisin 1%. Biarkan obatnya tetap di mata
bayi, jangan dibersihkan salep/ obat tets mata yang berada di sekitar mata
9.
Jika bayi belum diberi ASI, bantu ibu untuk mulai menyusui. (riset
menunjukan bahwa memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama
ketelah kelahiran adalah penting untuk keberhasilan awal pemberian ASI.
Kolostrum, ASI pertama, penting karena mengandung zat kekebalan
untukpencegahan infeksi dan penyakit pada bayi baru lahir. Pemberian ASI
dini akan mencegah/ menangani hipoglikemia pada bayi baru lahir. Hindari
pemberian susu formula pada bayi baru lahir, hal ini tidak perlu dan
mungkin membahayakan
10.
11.
Periksa apakah bayi baru lahir mengeluarkan urine dan meconium dalam 24
jam pertama kehidupannya., catat waktu pengeluaran urine dan meconium.
Mintalah ibu memperhatikannya bila persalinan berlangsung di rumah. Bila
dalam 24 jam bayi tiak mengeluarkan urine dan meconium, segera rujuk ke
rumah sakit. Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang
diberikan dengan cermat dan lengkap dalam partograf, Karu Ibu dan Kartu
Bayi. Rujuk segera ke puskesmas atau rumah sakit yang tepat jika
ditemukan kelainan dari normal.
3. Penanganan pada 2 jam Pertama Setelah Persalinan (standar 14)
Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan bertujuan untuk
mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama kala 4
guna memulihkan kesehatan bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang
bayi, serta memulai pemberian IMD. Pada tahap ini, tenaga kesehatan melakukan
pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah
persalinan, serta melakukan tindakan yang di perlukan
Dengan penerapan penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan
diharapakan dapat mengurangi komplikasi segera dideteksi dan dirujuk,
penurunan kejadian infeksi pada ibu dan bayi baru lahir, penurunan kematian
akibat perdarahan pasca persalinan primer serta pemberian ASI dapat dimulai
dalam 1 jam pertama sesudah persalinan
bayi kering,
selimuti bayi dengan handuk baru yang bersih dan hangat. Bila bayi bernafas/
menangis tanpa kesulitan, dukung ibu untuk memeluk bayinya. Jika bayi
mengalami kesulitan bernafas.
3. Sangat penting untuk menilai keadaan ibu beberapa kali selama dua jam pertama
setelah persalinan. Berada bersama ibu da melakukan setiap pemeriksaan ini
jangan pernah meninggalkan ibu sendirian sampai paling sedikit 2 jam setelah
persalinan dan kondisi ib stabil. Lakukan penatalaksanaan yang tepat dan
persiapkan rujukan jika diperlukan.
melakukan penilaian dan masase fundus uteri setiap 15 menit selama satu
jam pertama persalinan, kemudian setiap 30 menit selama satu jam kedua
setelah persalinan. Pada saat melakukan masase uterus, perhatikan berapa
banyak darah yang keluar dari vagina. Jika fundus tidak teraba keras, terus
lakukan masase daerah fundus agar uterus berkontraksi. Periksa jumlah
perdarahan yang keluar dari vagina. Periksa perineum ibu apakah
membengkak, hematoma, dan berdarah dari tempat perlukaan yang sudah
dijahit setiap kali memeriksa perdarahan fundus dan vagina
jika terjadi perdarahan, segera lakukan tindakan sesuai dengan standar 21.
Berbahaya jika terlambat bertindak. Periksa tekanan darah dan nadi ibu
setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah persalinan, dan setiap 30
menit selama satu jam kedua setelah persalinan (jika tekanan darah ibu
naik, lihat standar 17)
lakukan palpasi kandung kemih ibu setiap 15 menit selama satu jam pertama
setelah persalinan dan kemudian setiap 30 menit selasa satu jam kedua
setelah persalinan. Bila kandung kemih penuh dan meregang, mintalah ibu
untuk BAK, jangan memasang kateter kecuali ibu tidak bisa melakukannya
sendiri. Retensi urine dapat mengakibtkan perdarahan uterus . Mintalah ibu
untuk BAK dalam dua jam sesudah melahirkan.
Periksa suhu tubuh ibu beberapa saat setelah persalinan dan sekali lagi satu
jam setelah persalinan. Jika suhu tubuh ibu > 38 C, minta ibu untuk minum
1L cairan, jika suhunya tetap 38 C segera rujuk ibu ke pusat rujukan
terdekat (jika mungkin mulai berikan IV RL dan berikan ibu 1gr amoksilin
dan ampisilin oral)
4. Secepatnya bantu ibu agar dapat menyusui (lihat standar 10 dan 13). Atur posisi
bayi agar dapat melekat dan mengisap dengan benar. Semua ibu membutuhkan
pertolongan untuk mengatur posisi bayi, baik untuk ibu yang baru pertama kali
menyusui maupun ibu yang sudah pernah menyusui. Penggunaan gurita atau
stagen harus diunda hingga 2 jam setelah melahirkan. Kontraksi uterus dan
jumlah perdarahan harus dinilai, dan jika ibu mengenakan gurita atau stgen hal
ini sulit dilakukan
5. Bila bayi tidak memperlihatkan tanda-tanda kehidupan setelah dlakukan
resusitasi, maka beritahu orangtua bayi apa yang terjadi. Berikan penjelasan
secara jujur dan sederhana. Biarkan mereka melihat atau memeluk bayi
mereka. Berlakulah bijaksana dan penuh perhatian. Biarkan orangtua
melakukan upacara untuk bayi yang meninggal sesuai dengan adat istiadat atau
kepercayaan mereka. Setelah orangtua bayi mulai tenang, bantulah mereka dan
perlakukan bayi dengan baik dan penuh pengertian terhadap kesedihan mereka
6. Bantu ibu membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian, ingatkan ibu untuk
selalu menjaga kebersihan tubh dan mengganti kain pembalut secara teratur,
berikan penjelasan perubahan-perubahan yang terjadi pasca persalinan. Catat
semua temuan dan tindakan dengan lengkap dan seksama pada partograf, kartu
ibu, dan kartu bayi
7. Sebelum meninggalkan ibu, diskusikan semua bahaya potential dan tandatandanya dengan suami dan keluarga. Bahaya potensial dan tanda-tandanya
yakni, ibu mengalami perdarahan hebat, mengeluarkan gumpalan darah,
pusing, lemas yang berlebihan, suhu tubuh ibu >38C, suhu tubuh bayi < 36C
atau > 37,5C, bayi tidak mau menyusui serta bayi tidak mengeluarkan urine
atau meconium dala 24 jam pertama
8. pastikan ibu dan keluarganya mengetahui bagaimana dan kapan harus memminta
pertolongan. Jangan meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam keadaan
baik dan semua catatan lengkap. Jika ada hal yang mengkhawatirkan, lakukan
rujukan ke puskesmas atau rumah sakit
4. Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas (standar 15)
Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas bertujuan untuk memberikan
pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan penyuluhan
ASI ekslusif. Pada tahap ini, tenaga kesehatan memberikan pelayanan selama
masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu
ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan
penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan
bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB
Dengan penerapan penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan
diharapakan dapat segera mendeteksi dan merujuk komplikasi pada masa nifas
pada saat yang tepat, mendukung dan menganjurkan pemberian ASI eksklusif,
mendukung penggunaan cara tradisional yang berguna dan menganjurkan untuk
menghindari kebiasaan yang merugikan, menurunkan kejadian infeksi pada ibu
dan bayi, masyarakat semakin menyadari pentingnya keluarga berencana/
penjarangan kelahiran, serta meningkatnya imunisasi pada bayi.
Untuk dapat menerapkan pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas yang
sesuai standar dibutuhkan berbagai syarat yang meliputi :
1. System yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi mendapatkan pelayanan
pasca persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah persalinan,
baik di rumah, puskesmas, atau rumah sakit
2. Bidan telah terlatih dan terampil dalam perawatan nifas, termasuk pemeriksaan
ibu dan bayi dengan cara yang benar, membantu ibu untuk memberikan ASI,
mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan bayi pada masa nifas,
serta mampu melakukan penyuluhan dan pelayanan KB/ penjarangan kelahiran
3. bidan dapat memberikan pelayanan imunisasi atau bekerja sama dengan juur
imunisasi di puskesmas atau fasilitas kesehatan masyarakat
4. tersedia vaksin, alat suntik, tempat penyimpanan vaksin dan tempat pembuangan
benda tajam yang memadai, tablet besi dan asam folat, perlengkapan, misalnya
untuk membersihkan tangan, yaitu sabun, air bersih dan handuk bersih, sarung
tanagn bersih/ DTT
5. Tersedia kartu pencatatan, kartu ibu, kartu bayi, buku KIA
6. Sistem rujukan untuk perawatan komplikasi kegawatdaruratan ibu dan bayi baru
lahir yang berjalaan dengan baik
Berikut tahapan yang harus ditempuh tenaga kesehatan dalam melakukan
pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas, yakni :
1. Pada kunjungan rumah, sapalah ibu dan suami/ keuarganya dengan ramah.
Tanyakan pada ibu dan suami/ keluarganya jika ada masalah atau kekhawatiran
tentang ibu atau bayinya. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan
bayi. Pakai sarung tangan DTT/ bersih bila melakukan kontak dengan darah
atau cairan tubuh
2. Periksa tanda-tanda vital ibu (suhu tubuh, nadi, dan tekanan darah). Periksa
payudara ibu, amati bila puting retak, dan tanda-tanda atau gejala-gejala
saluran ASI tersumbat atau infeksi payudara. Periksa involusi uterus
(oengecilan uterus sektar 2 cm/ hari selama 8 hari pertama). Periksa lochia,
yang pada hari ketiga seharusnya mulai berkurang dan berwarna coklat, dan
pada hari ke 8-10 menjadi sedikit dan berwarna merah muda. Jika ada kelainan
segera rujuk. Jika dicurigai sepsis puerperalis gunakan standar 23. Untuk
penanganan perdarahan pasca persalinan gunakan standar 22
3. Tanyakan apakah ibu meminum tablet sesuai ketentuan sampai 42 hari setelah
melahirkan, dan apakah persediaannya cukup. Bila ibu menderita anemia
semasa hamil atau mengalami perdarahan berat selama proses persalinan,
periksa Hb pada hari ketiga. Nasehati ibu supaya makan makanan bergizi dan
berikan tablet tambah darah
4. Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kebersihan diri,
memakai pembalut yang bersih, makanan bergizi, istirahat cukup dan cara
merawat bayi. Cucilah tangan, lalu periksalah bayi. Periksalah tali pusat pada
setiap kali kunjungan, paling sedikit sampa hari ketiga, minggu kedua, dan
minggu keenam. Tali pusat harus tetap kering.
5. Ibu perlu diberitahu bahayanya membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi,
misalnya minyak atau bahan lain. Jika ada kemerahan pada tali pusat,
perdarahan atau tercium bau busuk, bayi segera dirujuk. Perhatikan kondisi
umum bayi, tanyakan pada ibu pemberian ASI, BAK, dan bentuk fesesnya
6. Perhatikan warna kuit bayi, apakah ada ikterus atau tidak. Ikterus pada hari ketiga
postpartum adalah ikterus fisiologis yang tidak memerlukan pengobatan.
Namun, bila icterus terjadi sesudah hari ketiga/kapan saja, dan bayi malas
menyusui dan tampak mengantuk, maka bayi harus segera dirujuk ke RS
7. Bicarakan pemberian ASI, dan bila mungkin perhatikan apakah bayi menyusu
dengan baik (amati apakah ada kesulitan atau masalah). Nasehati ibu tentan
gpentingnya pemberian ASI eksklusif sediki 4 sampai 6 bulan. Bicarakan
bahaya pemberian unsur tambahan (susu formula, air, atau makanan lain)
sebelum bayi berumur 4 bulan
8. Bicarakan tentang KB dan kapan senggama dapat dimulai. Sebaiknya hal ini
didiskusikan dengan kehadiran suaminya. Catat dengan tepat semua yang
ditemukan. Jika ada hal-hal yang tidak normal, segeralah merujuk ibu dan/ atau
bayi ke puskesmas/ rumah sakit. Jika ibu atau bayi meninggal, penyebab
kematian harus diketahui sesuai dengan standar kabupaten/ propinsi/nasional
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini berbentuk analisis deskriptif, yaitu jenis penelitian
survei yang bertujuan untuk menganalisis cakupan pelayanan nifas KN3
yang tidak mencapai target pada tahun 2014. Cakupan ini akan dianalisis
dengan menggunakan metode swot, meliputi penganalisisan kekuatan dan
kelemahan, serta peluang dan ancaman yang meyebabkan tidak tercapainya
target pada cakupan tersebut.
3.2
Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihakpihak yang berkaitan dengan pelayanan nifas KN3 di Puskesmas
Pembina yaitu ibu hamil, ibu postpartum, bidan serta dokter Spesialis
Obstetri dan Ginekologi.
3.7
Peluang (Opportunities-O)
Ancaman (Threats-T)
Kekuatan (Strengths-S)
Strategi SO
Strategi ST
Kelemahan (Weaknesses-W)
Strategi WO
Strategi WT
BAB IV
PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG
4.1
Keadaan Demografi
Wilayah
kerja
Puskesmas
Pembina
meliputi
Kelurahan
4.3.1 Ketenagaan
Untuk
kelancaran
pelaksanaan
kegiatan
sehari-harinya,
sejak April 2009 dijabat oleh Dr. Hj. Erfiana Umar M.kes yang
dibantu oleh 2 orang dokter umum, 1 orang dokter spesialis
kandungan, 1 orang Spesialis Anak , 1 orang spesialis penyakit dalam,
1 orang dokter gigi, 1 orang Apoeker, 2 orang sarjana kesehatan
masyarakat, 6 orang perawat ahli madya, 4 orang perawat, 3 orang
perawat gigi, 6 orang bidan, 1 orang asisten apoteker, 2 orang
sanitarian, 1 orang petugas gizi, 1 orang analis.
Sesuai dengan komitmen yang telah disepakati bersama antara
pimpinan dan seluruh staf Puskesmas Pembina maka diadakan jadwal
pembelajaran dan pelatihan baik di dalam maupun di luar Puskesmas
Pembina, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
keterampilan Sumber Daya Manusia yang ada di Puskesmas Pembina
BAB V
PEMBAHASAN
N
o
1
PROGRAM
TARGET
PENCAPAIAN
Pelayanan Nifas
Lengkap (ibu &
neonatus) sesuai standar
(KN3)
94%
81%
Dari faktor manusia, terdapat dua masalah utama, yaitu kurangnya tenaga di
Puskesmas dan SDM yang pensiun atau pindah tugas. Hal ini menyebabkan
pelayanan menjadi tidak maksimal sebab terbatas oleh sumber daya yang akan
melakukannya. Hal serupa juga dialami dalam cakupan pelayanan neonatus risiko
tinggi, sehingga banyak neonatus kategori risiko tinggi tidak terdeteksi dan lepas
dari pematauan.
Dari faktor lingkungan, masih kurang adanya kerjasama lintas sektoral
antara Puskesmas dengan bidan-bidan praktek swasta, dokter umum, ataupun
klinik-klinik setempat sehingga Puskesmas tidak memiliki data mengenai ibu
nifas dan neonatus risiko tinggi yang ditangani atau dirujuk setiap bulannya.
Selain itu, lingkungan masyarakat yang kebanyakan berstatus ekonomi rendah
juga mengakibatkan banyak masyarakat berpendidikan rendah sehingga tidak
mengetahui mengenai pentingnya pelayanan nifas.
Terakhir, dari faktor sarana, faktor yang menjadi penyebab utama adalah
masih kurangnya informasi/ penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat
mengenai pentingnya pelayanan nifas dan penanganan neonatus risiko tinggi yang
dilakukan oleh pihak Puskesmas. Hal ini menyebabkan tidak adanya kesadaran
dari masyarakat mengenai dua aspek kesehatan tersebut.
25
DATA
K E L U R AH AN
Jumlah
DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk
Silaberanti
17082
8 Ulu
10385
27467
2
3
4
5
6
7
10
11
12
14
Jumlah KK
Jumlah KK Gakin
Jumlah Ibu Hamil
Jumlah Ibu Bersalin
Jumlah Ibu Menyusui
Jumlah Bayi
Jumlah RT
Jumlah Rumah
Jumlah Posyandu
Jumlah Kader
565
2416
425
419
419
321
42
3665
9
60
2816
1763
307
239
239
201
31
2174
12
65
7381
4179
732
658
658
522
73
5839
21
125
No
Nama
Desa
Bidan di
Pondok
desa
bersalin desa
Posyandu
Pos lainlain
Silaberanti
15
8 ULU
12
Jenis Ketenagaan
Jumlah
Kekuranga
Status
Keteranga
Tenaga
Kepegawaia
26
yang ada
I. Puskesmas Induk
1
1
Dokter
3 PNS 1 Non
PNSD
Dokter
Umum
1
Dokter
Spesialis
Kebidanan
2
3
Dokter Gigi
Sarjana/D3
PNS
1
a. SKM
b. Akper
c. Akbid
d. Akzi
e. Apoteker
f. Psikologi
Bidan
2
7
6
1
1
I
1
5
6
7
8
Perawat ( SPK )
Perawat Gigi
Sanitarian
SPAG
Tenaga
3
3
2
9
10
11
13
Laboratorium
Pengelola Obat
SMU
Rekam Medik
Total
II.
Puskesmas
1
1
1
1
35
Pembantu
Perawat Kesehatan
Tenaga Lain
III. Polindes
Bidan
Tenaga Lain
IV. Poskesdes
Bidan
Tenaga Lain
1
2
1
2
1
2
PNS,
Honda
5 PNS,
Honda
PNS
PNS
PNS
Honda
PNS
2 PNS,
Honda
3 PNS
PNS
1
1
PNS
PNS
Honda
PNS
Tenaga TU
27
KELURAHAN /
DESA
JUMLAH
JUMLAH KADER
DUKUN BAYI
%
Dilatih Aktif %
1.
Silaberanti
12
60
55
81,3
8 Ulu
12
60
55
79,9
JUMLAH
24
120
110
80,6
5.1
Analisa SWOT
Analisa SWOT adalah suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu
organisasi sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan yang akurat
tentang berbagai faktor kekuatan (Strength/S), kelemahan (Weakness/W),
kesempatan (Opportunity/O), serta hambatan (Threat/T) yang dimiliki dan
atau dihadapi oleh organisasi. Unsur S dan W pada dasarnya bersifat
internal, unsur O dan T bersifat eksternal (diluar organisasi). Disamping itu
unsur S dan O merupakan faktor positif yang menguntungkan organisasi,
sementara unsur W dan T merupakan faktor negatif yang merugikan
organisasi.
5.1.1 Analisa Kekuatan dan Kelemahan Organisasi
Unsur yang dinilai biasanya perangkat organisasi (tenaga, dana,
sarana, serta metoda) dan proses (POAC).
Baik
Pentin Spesialis Kebidanan
g
bersalin
KIA set
6 orang bidan
Buruk
Jumlah dan kualitas Ranjang
Pelayanan persalinan
Emergency set
Oksigen
100
100
28
Tidak
bed ginekologi
KB pasca persalinan
USG
Doppler
Spesialis anak
penting
Kekuatan Organisasi
Berdasarkan tabel analisa SWOT diatas dapat disimpulkan bahwa adanya
spesialis kebidanan, jumlah bidan yang mencapai 6 orang, lengkapnya KIA set di
ruang bersalin maupun ruang pemeriksaan, dan adanya pelayanan persalinan di
Puskesmas Pembina menjadi faktor kekuatan yang dapat menunjang cakupan
pelayanan nifas. Adanya dokter spesialis kebidanan dapat membantu proses
deteksi kehamilan sehingga pasien dengan risiko tinggi dapat dievaluasi, selain itu
spesialis ini dapat menjadi tempat bagi para bidan atau tenaga kesehatan lainnya
untuk berkonsultasi, serta dapat meningkatkan rasa percaya masyarakat terhadap
pelayanan Puskesmas sehingga diharapkan pelayanan nifas dan neonatus dapat
meningkat.
Jumlah bidan yang terbilang banyak juga meningkatkan cakupan
pelayanan nifas dan. Kuantitas yang banyak ini dapat membantu program
program yang telah dicanangkan oleh puskesmas. Adanya pelayanan persalinan
dan perawatan pasca melahirkan yang ditunjang dengan kelengkapan KIA set
dapat membuat masyarakat mau untuk bersalin di Puskesmas sehingga pelayanan
nifas dapat terukur, terdata, dan memudahkan pihak Puskesmas untuk melakukan
kunjungan bagi pasien nifas yang drop out. Adanya bed ginekologi sebenarnya
merupakan hal yang baik dalam menunjang proses pelayanan, akan tetapi tidak
terlalu penting dalam penggunaanya sehari-hari sebab kebanyakan pasien akan
langsung dirujuk. Faktor-faktor di atas merupakan kekuatan bagi Puskesmas
sehingga sangat baik apabila terus dipertahankan demi mencapai target yang telah
ditetapkan.
29
30
31
FAKTOR INTERNAL
S1
STRENGTHS
Sumber daya manusia untuk
melaksanakan program yang
terdiri dari 6 orang bidan.
W1
WEAKNESS
Belum
semua
mendapatkan
berkesinambungan
petugas
pelatihan
terhadap
32
S2
W2
pelayanan nifas
Data ibu hamil, bersalin, dan
S3
W3
S4
S5
W5
FAKTOR EKSTERNAL
OPPORTUNITIES
THREATHS
O1 Kebijakan
desentralisasi T1 Masih banyak masyarakat yang
sebagaimana
diberlakukannya
kurang
pengetahuan
masih
belum
1999
pelayanan nifas.
yang
kemudian
tahu
sehingga
tentang
Pemerintahan
Daerah
untuk
memperbaiki
operasional,
mengembangkan
program
kegiatan
Puskesmas
mandiri
sesuai
masyarakat
dan
dan
secara
kebutuhan
potensi
yang
tersedia.
O2 Sistem JKN yang diberlakukan T2 Pengetahuan
Ibu
yang
kurang
33
mengenai
tanda-tanda
bahaya
bayi.
baik
antara
Puskesmas
dan
terhadap
pelayanan
Puskesmas
maksimal
petugas
untuk
dalam
menunjang
melaksanakan
program.
SKORING SWOT
Tabel 5.5 Skoring SWOT
Strength
Poin
Skor
Nomor
1
2
3
4
5
Total
5
5
4
4
5
23
Weakness
Poin
Skor
Nomer
1
2
3
4
5
Total
Hasil5.6
: Hasil skor SWOT
Tabel
Presentase Daya Dorong :
3
5
4
5
4
21
Opportunity
Poin
Skor
Nomer
1
2
3
4
5
Total
5
5
5
4
3
22
Threat
Poin
Skor
Nomer
1
2
3
4
5
Total
45
X 100% = 53,57 %
84
39
X 100% = 46,42 %
84
3
3
3
5
4
18
34
Bobot
Ratin
Skor
bobot
0,42
0,14
g
3
0,11
0,09
2
2
0,22
0,18
melaksanakan program
4. Penggunaan teknologi tepat guna
5. Adanya pelayanan Persalinan dan perawatan
0,09
0,12
1
4
0,09
0,48
pasca persalinan
Kelemahan
1. Belum semua petugas mendapatkan pelatihan
0,07
0,14
nifas.
2. Belum stand by nya peralatan emergensi (O2)
3. Kurangnya kunjungan ibu nifas yang drop out
4. Kurangnya pendataan bagi ibu nifas risiko tinggi
0,11
0,09
0,12
3
2
1
0,33
0,18
0,12
0,08
0,16
berkesinambungan
terhadap
pelayanan
post partum
Total :
2,32
Bobot
desentralisasi
sebagaimana
0,9
Ratin
Skor
g
3
bobot
0,27
35
rencana
operasional,
strategik,
dan
rencana
0,14
0,56
0,13
0,26
0,1
0,2
Pembina
5. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap
0,07
0,21
pelayanan Puskesmas
Ancaman
1. Masih banyak masyarakat
0,07
0,14
0,08
0,16
0,06
0,06
2014
memberikan
fasilitas
bagi
seluruh
pasca
persalinan
di
Puskesmas
yang
kurang
menyukseskan
progam
dan
belum
36
dan
lembaga-
lembaga
0,15
0,30
0,11
0,11
lintas
sektoral.
5. Alokasi dana yang masih kurang maksimal
untuk menunjang petugas dalam melaksanakan
program.
Total : Selisih kesempatan-ancaman: 1,5-0,77= 0,73
2,27
Sumber
Kelemahan (W)
daya
manusia
pelatihan
berkesinambungan
stand
by
nya
peralatan
emergensi (oksigen)
melanjutkan KB
Belum maksimalnya penggunaan IUD
pada ibu post partum
Ancaman (T)
Peluang (O)
Kebijakandesentralisasi sebagaimana
diberlakukannya Undang-Undang RI
disempurnakan
dengan
Undang-
Pengetahuan
Ibu
yang
kurang
37
bagi
seluruh
pesertanya
untuk
Tersedianya
persalinan
sarana
dan
pelayanan
perawatan
pasca
Meningkatnya
masyarakat
kepercayaan
terhadap
pelayanan
Puskesmas
Strategi SO
Strategi WO
demi
meningkatkan
cakupan
puskesmas.
Dilakukan
tentang
dan
mencapai
target
di
tahun
selanjunya.
satu
orang
petugas
merangkap
38
Strategi ST
Peningkatan
kerjasama
antara
pemerintah
dan
Strategi WT
memelihara
kesinambungan
yang
mengelola
cakupan pelayanan
poskesdes,
atau
kader
untuk
cakupan pelayanan.
Peluang (O)
Kuadran I (Strategi SO)
0,73
Kelemahan (W)
0,46
Kekuatan (S)
Ancaman (T)
39
BAB VI
KESIMPULAN
40
41
meningkatkan
kepercayaan
masyarakat
terhadap
pelayanan
Puskesmas
e. Hambatan yang dapat terjadi dalam pelaksanaan pelayanan nifas lengkap
antara lain masih banyak masyarakat yang kurang pengetahuan sehingga
masih belum tahu tentang pelayanan nifas, pengetahuan Ibu yang kurang
mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas dan keadaan risiko bagi bayi,
masih banyak masyarakat yang belum aktif dalam menyukseskan progam
dan belum meratanya kader yang terlatih di tiap RT, kerjasama yang belum
maksimal antara Puskesmas dan lembaga- lembaga lintas sektoral, dan
lokasi dana yang masih kurang maksimal untuk menunjang petugas dalam
melaksanakan program.