disusun oleh
Dewi Ratna Ningsih NPM 1323041003
Mata Kuliah
Dosen Pengampu
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia Allah Swt. yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di bawah bimbingan Prof. Dr. Patuan
Raja, M.Pd.,Dr. Edi Suyanto, M.Pd., dan Dr. Siti Samhati, M.Pd. Dalam makalah
ini kami mencoba memaparkan tentang proses analisis butir soal bahasa
Indonesia pada jenjang sekolah menengah kejuruan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat kami nantikan demi penyempurnaan
makalah ini. Dalam kesempatan ini pula kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dan akhirnya, semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung,
Penyusun
Mei 2014
DAFTAR ISI
BAB 1 PENGANTAR
....................................................
....................................................
....................................................
....................................................
....................................................
....................................................
4
13
29
71
72
74
BAB II ANALISIS
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
BAB I
PENGANTAR
Untuk memastikan adanya umpan balik yang positif antara proses pembelajaran
dan kemampuan peserta didik, seorang pendidik biasanya akan memberikan testes atau ujian tertentu. Tes atau ujian ini berupa pemberian soal-soal yang
berkaitan dengan materi pembelajaran. Agar soal yang diberikan kepada peserta
didik dapat menggambarkan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran secara maksimal, maka soal-soal yang diberikan harus dianalisis.
Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan
guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan
proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa
untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian (Nitko, 1996: 308).
Tujuan penelahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar
diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan. Di samping itu, tujuan
analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau
membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik
pada siswa apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan
(Aiken, 1994: 63). Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan
informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya di antaranya dapat
menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi yang
diajarkan guru.
Tujuan utama analisis butir soal dalam sebuah tes yang dibuat guru adalah untuk
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam tes atau dalam pembelajaran
(Anastasi dan Urbina, 1997:184). Berdasarkan tujuan ini, maka kegiatan analisis
butir soal memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah: (1) dapat membantu para
pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan, (2) sangat relevan bagi
penyusunan tes informal dan lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di
kelas, (3) mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat
memperbaiki tes di kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas
(Anastasi and Urbina, 1997:172).
Selain itu, manfaat lainnya adalah: (1) menentukan apakah suatu fungsi butir soal
sesuai dengan yang diharapkan, (2) memberi masukan kepada siswa tentang
kemampuan dan sebagai dasar untuk bahan diskusi di kelas, (3) memberi masukan
kepada guru tentang kesulitan siswa, (4) memberi masukan pada aspek tertentu
untuk pengembangan kurikulum, (5) merevisi materi yang dinilai atau diukur, (6)
meningkatkan keterampilan penulisan soal (Nitko, 1996: 308-309).
Linn dan Gronlund (1995: 315) juga menambahkan tentang pelaksanaan kegiatan
analisis butir soal yang biasanya didesain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini. (1) Apakah fungsi soal sudah tepat? (2) Apakah soal ini memiliki
tingkat kesukaran yang tepat? (3) Apakah soal bebas dari hal-hal yang tidak
relevan? (4) Apakah pilihan jawabannya efektif? Lebih lanjut Linn dan Gronlund
(1995: 3 16-318) menyatakan bahwa kegunaan analisis butir soal bukan hanya
terbatas untuk peningkatkan butir soal, tetapi ada beberapa hal, yaitu bahwa data
analisis butir soal bermanfaat sebagai dasar: (1) diskusi kelas efisien tentang hasil
tes, (2) untuk kerja remedial, (3) untuk peningkatan secara umum pembelajaran di
kelas, dan (3) untuk peningkatan keterampilan pada konstruksi tes.
Berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa analisis butir soal adalah: (1) untuk
menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi penggunaannya; (2) untuk
meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu tingkat kesukaran,
daya pembeda, dan pengecoh soal, serta meningkatkan pembelajaran melalui
ambiguitas soal dan keterampilan tertentu yang menyebabkan peserta didik sulit.
Soal yang diujikan berjumlah lima puluh buah yang terdiri dari dua jenis soal.
Soal pertama berupa pilihan jamak dan soal kedua berupa pernyataan benar salah.
Ujian dilakukan pada tanggal 23 April 2014 di Sekolah Menengah Kejuruan
Dinamika. Pelaksanaan ujian berjalan dengan lancar. Kelancaran pelaksanaan
ujian tidak terleas dari bentuan pihak-pihak yang telah bersedia dan berpartisipasi.
Pelaksanaan ujian dibantu oleh kepala sekolah Sekolah Menengah Kejuruan
Dinamika, wakil kepala bidang kesiswaan, dan guru wali kelas.
BAB II
ANALISIS
1. Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut
tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan
sukar atau mudahnya sesuatu soal. (Arikunto, 1999: 207).
Cara Menentukan Tingkat Kesukaran Suatu Butir Tes: untuk menghitung tingkat
kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan:
P= B
Jx
dengan: P adalah indeks kesukaran, B adalah banyaknya siswa yang menjawab
soal dengan benar, dan J x adalah jumlah seluruh siswa peserta tes. Indeks
kesukaran diklasifikasikan seperti tabel berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kesukaran
P-P
Klasifikasi
0,00 0,29
Soal sukar
0,30 0,69
Soal sedang
0,70 1,00
Soal mudah
(Arikunto; 1999: 210)
Rumus lain yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal uraian
sama dengan soal pilihan ganda yaitu :
Keterangan:
Tk
Sa
Sb
Ia
Ib
Setelah indeks tingkat kesukaran diperoleh, maka harga indeks kesukaran tersebut
diinterpretasikan pada kriteria sesuai tabel berikut:
Tabel 2. Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks
Tingkat Kriteria
Kesukaran
0 15 %
Sangat sukar, sebaiknya dibuang
16 % 30 %
Sukar
31 % 70 %
Sedang
71 % 85 %
Mudah
86 % 100 %
Sangat mudah, sebaiknya di
Buang
(Karno To, 1996:15)
Berikut merupakan hasil analisis butir soal bahasa Indonesia berdasarkan tingkat
kesukaran.
1) P
25
35
2) P
0.71 (Mudah)
5
35
3) P
0.14 (Sukar)
20
35
4) P
0.57 (Sedang)
3
35
0.08 (Sukar)
5) P
15
35
6) P
0.42 (Sedang)
27
35
7) P
0.77 (Mudah)
12
35
8) P
0.34 (Sedang)
17
35
9) P
0.48 (Sedang)
21
35
10) P
0.6 (Sedang)
24
35
11) P
0.68 (Sedang)
35
=
12) P
0.08 (Sukar)
25
35
13) P
0.71 (Mudah)
14
35
14) P
0.4 (Sedang)
26
35
15) P
0.74 (Mudah)
25
35
16) P
0.71 (Mudah)
0
35
17) P
0.0 (Sukar)
11
35
0.31 (Sedang)
18) P
9
35
19) P
0.25 (Sukar)
4
35
20) P
0.11 (Sukar)
8
35
21) P
0.22 (Sukar)
4
35
22) P
0.11 (Sukar)
6
35
23) P
0.17 (Sukar)
14
35
24) P
0.4 (Sedang)
34
35
25) P
0.97 (Mudah)
33
35
26) P
0.94 (Mudah)
32
35
27) P
0.91 (Mudah)
7
35
28) P
0.2 (Sukar)
30
35
29) P
0.85 (Mudah)
2
35
30) P
0.05 (Sukar)
14
35
0.4 (Sedang)
10
31) P
5
35
32) P
0.14 (Sukar)
1
35
33) P
0.02 (Sukar)
24
35
34) P
0.68 (Sedang)
21
35
0.6 (Sedang)
10
35) P
35
=
36) P
0.28 (Sukar)
18
35
37) P
0.51 (Sedang)
11
35
=
38) P
0.11 (Sukar)
13
35
39) P
0.37 (Sedang)
12
35
40) P
0.34 (Sedang)
18
35
41) P
0.51 (Sedang)
12
35
42) P
0.34 (Sedang)
4
35
43) P
0.11 (Sukar)
26
35
0.74 (Mudah)
12
44) P
24
35
45) P
0.68 (Sedang)
33
35
46) P
0.94 (Mudah)
28
35
47) P
0.8 (Mudah)
3
35
48) P
0.08 (Sukar)
2
35
49) P
0.05 (Sukar)
32
35
50) P
0.91 (Mudah)
13
35
=
0.0 (Sukar)
2. Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah
(Arikunto, 1999 : 211).
CARA MENENTUKAN DAYA PEMBEDA BUTIR TES
persamaan:
Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan
Kualifikasi
Jelek
cukup
baik
baik sekali
tidak baik, harus dibuang
Untuk mengetahui keberartian daya pembeda soal dilakukan dengan statistik uji-t,
dengan persamaan berikut.
14
Kriteria Daya
Pembeda
15
Negatif 9%
10%19%
20%29%
30%-49%
Baik
50% keatas
Sangat baik
(KarnoTo,1996:15)
Berdasarkan hasil analisis daya pembeda dari rumus di atas didapat hasil sebagai
berikut.
1) Daya Pembeda
= 65
0,5 x 18
= 1
9
= 0.111111111111 (Jelek)
2) Daya Pembeda
= 31
0,5 x 18
= 2
9
= 0.222222222222 (Cukup)
3) Daya Pembeda
= 9-1
0,5 x 18
= 8
9
= 0.888888888889 (Sangat Baik)
4) Daya Pembeda
1-1
16
0,5 x 18
=
0
9
5) Daya Pembeda
0.0 (Jelek)
= 6-1
0,5 x 18
= 5
9
= 0.555555555556 (Baik)
6) Daya Pembeda
= 8-6
0,5 x 18
= 2
9
= 0.222222222222 (Cukup)
7) Daya Pembeda
= 3-2
0,5 x 18
= 1
9
= 0.111111111111 (Jelek)
8) Daya Pembeda
= 5-2
0,5 x 18
= 3
17
9
= 0.333333333333 (Cukup)
9) Daya Pembeda
= 7-6
0,5 x 18
= 1
9
= 0.111111111111 (Jelek)
= 7-4
0,5 x 18
= 3
9
= 0.333333333333 (Cukup)
= 1-0
0,5 x 18
= 1
9
= 0.111111111111 (Jelek)
= 9-1
0,5 x 18
= 8
9
= 0.888888888889 (Sangat Baik)
18
= 6-0
0,5 x 18
= 6
9
= 0.666666666667 (Baik)
= 9-3
0,5 x 18
= 6
9
= 0.666666666667 (Baik)
= 7-3
0,5 x 18
= 4
9
= 0.444444444444 (Baik)
0-0
0,5 x 18
0
9
= 3-5
0.0 (Jelek)
19
0,5 x 18
= -2
9
= -0.222222222222 (Sangat Jelek)
= 4-1
0,5 x 18
= 3
9
= 0.333333333333 (Cukup)
= 1-2
0,5 x 18
= -1
9
= -0.111111111111 (Sangat Jelek)
= 2-3
0,5 x 18
= -1
9
= -0.111111111111 (Sangat Jelek)
= 1-3
0,5 x 18
= -2
20
9
= -0.222222222222 (Sangat Jelek)
= 2-3
0,5 x 18
= -1
9
= -0.111111111111 (Sangat Jelek)
= 6-1
0,5 x 18
= 5
9
= 0.555555555556 (Baik)
= 9-8
0,5 x 18
= 1
9
= 0.111111111111 (Jelek)
= 9-7
0,5 x 18
= 2
9
= 0.222222222222 (Cukup)
21
= 9-8
0,5 x 18
= 1
9
= 0.111111111111 (Jelek)
= 4-1
0,5 x 18
= 3
9
= 0.333333333333 (Cukup)
= 7-8
0,5 x 18
= -1
9
= -0.111111111111 (Sangat Jelek)
1-1
0,5 x 18
0
9
= 7-2
0.0 (Jelek)
22
0,5 x 18
= 5
9
= 0.555555555556 (Baik)
= 4-0
0,5 x 18
= 4
9
= 0.444444444444 (Baik)
= 0-1
0,5 x 18
= -1
9
= -0.111111111111 (Sangat Jelek)
= 8-5
0,5 x 18
= 3
9
= 0.333333333333 (Cukup)
= 6-4
0,5 x 18
= 2
23
9
= 0.222222222222 (Cukup)
= 2-5
0,5 x 18
= -3
9
= -0.333333333333 (Sangat Jelek)
= 6-2
0,5 x 18
= 4
9
= 0.444444444444 (Baik)
= 1-3
0,5 x 18
= -2
9
= -0.222222222222 (Sangat Jelek)
= 6-1
0,5 x 18
= 5
9
= 0.555555555556 (Baik)
24
= 5-3
0,5 x 18
= 2
9
= 0.222222222222 (Cukup)
= 5-0
0,5 x 18
= 5
9
= 0.555555555556 (Baik)
= 2-8
0,5 x 18
= -6
9
= -0.666666666667 (Sangat Jelek)
= 1-2
0,5 x 18
= -1
9
= -0.111111111111 (Sangat Jelek)
= 8-3
25
0,5 x 18
= 5
9
= 0.555555555556 (Baik)
= 8-2
0,5 x 18
= 6
9
= 0.666666666667 (Baik)
= 9-8
0,5 x 18
= 1
9
= 0.111111111111 (Jelek)
= 8-4
0,5 x 18
= 4
9
= 0.444444444444 (Baik)
1-1
0,5 x 18
26
9
=
0.0 (Jelek)
= 0-1
0,5 x 18
= -1
9
= -0.111111111111 (Sangat Jelek)
= 9-6
0,5 x 18
= 3
9
= 0.333333333333 (Cukup)
= 1-5
0,5 x 18
= -4
9
= -0.444444444444 (Sangat Jelek)
3. Efektivitas pengecoh
Menganalisis fungsi pengecoh (distractor) dikenal dengan istilah menganalisis
pola penyebaran jawaban butir soal pada soal bentuk pilihan ganda. Pola tersebut
diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban
butir soal atau yang tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dari pola
27
dengan baik atau tidak. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik
jika paling sedikit dipiliholeh 5% pengikut tes.
Pertimbangan terhadap analisis pengecoh:
a. Diterima, karena sudah baik
b. Ditolak, karena tidak baik
c. Ditulis kembali, karena kurang baik
Sebuah pengecoh dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5%
pengikut tes. Contoh:
Pilihan
Jawaban
Jumlah
15
33
37
13
15
21
10
70
Kelompok
Atas
Kelompok
Bawah
Jumlah
B : 15/70x 100%>5%,berfungsi
D: 8/70x100%>5%,berfungsi
E : 10/70x100%> 5%. berfungsi
Untuk tes pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban dan P = 0,8, dilihat dari segi
Omitted (O), sebuah butir soal dikatakan baik jika persentase O-nya 10%.
28
Setelah dilakukan proses analisis diperoleh hasil daya pengecoh disetiap soal
tersebut sebagai berikut.
1) Jawaban benar = A
DP Pilihan B
2 x 100
35
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
2) Jawaban benar = C
DP Pilihan A
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
29
35
=
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
2 x 100
3) Jawaban benar = A
DP Pilihan B
35
=
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
30
4) Jawaban benar = D
DP Pilihan A
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
22% (diterima)
25 x 100
5) Jawaban benar = D
DP Pilihan A
35
=
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
31
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
22% (diterima)
6) Jawaban benar = A
DP Pilihan B
2 x 100
35
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
7) Jawaban benar = D
DP Pilihan A
25 x 100
32
35
=
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
22% (diterima)
25 x 100
8) Jawaban benar = D
DP Pilihan A
35
=
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
33
35
=
800
35
22% (diterima)
9) Jawaban benar = A
DP Pilihan B
2 x 100
35
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
34
35
DP Pilihan C
71% (diterima)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
2 x 100
35
=
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
22% (diterima)
25 x 100
35
=
2500
35
71% (diterima)
36
DP Pilihan C
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
DP Pilihan C
71% (diterima)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
37
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
DP Pilihan C
71% (diterima)
8 x 100
35
38
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
DP Pilihan C
71% (diterima)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
=
18) Jawaban benar = C
0% (ditolak)
39
DP Pilihan A
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
DP Pilihan C
71% (diterima)
8 x 100
35
800
35
40
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
DP Pilihan C
71% (diterima)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
41
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
22% (diterima)
2 x 100
35
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
42
35
=
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
DP Pilihan C
71% (diterima)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
2 x 100
35
=
200
35
43
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
2 x 100
35
=
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
44
35
=
0% (ditolak)
2 x 100
35
=
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
2 x 100
35
=
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
45
35
=
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
DP Pilihan C
71% (diterima)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
46
25 x 100
35
2500
35
DP Pilihan C
71% (diterima)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
DP Pilihan C
71% (diterima)
8 x 100
35
800
47
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
2 x 100
35
=
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
48
35
=
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
2 x 100
35
=
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
49
35
=
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
50
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
2 x 100
35
=
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
51
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
71% (diterima)
52
DP Pilihan C
8 x 100
35
800
35
=
DP Pilihan D
22% (diterima)
=
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
=
DP Pilihan C
5% (ditolak)
8 x 100
35
800
35
53
22% (diterima)
25 x 100
35
=
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
54
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
=
43) Jawaban benar = C
0% (ditolak)
55
DP Pilihan A
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
56
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
57
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
58
35
=
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
59
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
0
35
0% (ditolak)
25 x 100
35
2500
35
=
DP Pilihan B
71% (diterima)
=
2 x 100
35
200
35
DP Pilihan D
5% (ditolak)
0 x 100
35
60
35
=
0% (ditolak)
4. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes.
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.
Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti
memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999: 65).
Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir
yang dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal
dinyatakan skor X dan skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya
indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang
memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya
(Arikunto, 1999: 78).
Validitas butir secara statistik dianalisis berdasakan jenis data yang terkumpul.
Data diskrit (misalnya hasil tes obyektif) dihitung dengan korelasi point
biserial sedangkan data kontinu (misalnya hasil tes uraian atau skala sikap)
digunakan korelasi Pearson product moment.
61
5. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk
mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif koefisien, maka
alat pengukur tersebut reliabel.
Analisis reliabilitas mengkaji keajegan (stability) atau ketetapan hasil tes manakala
tes tersebut diujikan kepada siswa yang sama lebih dari satu kali, atau dari dua
perangkat tes yang setara kepada objek yang sama.Tes yang memiliki konsistensi
reliabilitas tinggi adalah akurat, reprodusibel, dan generalized terhadap kesempatan
testing dan instrumen tes lainnya.
1.
Keterangan:
r11
: koefisien reliabilitas
1-p
S2
62
BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan simpulan sebagai
berikut.
1. Tingkat kesukaran yang terdapat dalam soal bahasa Indonesia terbagi
menjadi tiga bagian, yakni tingkat kesukaran sukar, sedang, dan mudah.
Terdapat 19buah soal dengan kategori soal sukar, 18 buah soal dengan
kategori sedang, dan 13 soal dengan kategori mudah.
2. Daya pembeda yang terdapat dalam soal bahasa Indonesia yang terbagi
menjadi lima bagian, yakni daya beda soal tersebut jelek, sanagat jelek,
cukup, baik, dan sangat baik. Terdapat 11 buah soal dengan kategori daya
beda jelek, 13 buah soal dengan kategori sangat jelek, 11 buah soal dengan
daya beda cukup, 13 buah soal dengan kategori daya beda baik, dan 2 buah
soal dengan kategori daya beda sangat baik.
3. Daya pengecoh yang terdapat dalam soal yang dianalisis terbagi menjadi
dua kategori, yakni kategori ditolak dan diterima. Kategori ditolak terjadi
apabila hasil perhitungan kurang dari 5%. Kategori diterima terjadi apabila
hasil perhitungan lebih dari 5 %. Dari hasil analisis, didapat sebagian besar
daya pengecoh diterima.
4. Dari hasil analisis, diperoleh tingkat validitas dan reliabilitas soal
mayoritas bersifat valid dan reliabel.
63
DAFTAR RUJUKAN
64
LAMPIRAN