Berikut ini adalah data tentang kondisi di China dari buku yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia dengan judul PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA
SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN I 2012. Buku ini menyyebutkan bahwa
pertumbuhan ekonomi China terlihat melambat. Perekonomian China setelah melalui
perhitungan pada TW1- 12 tumbuh 8,1% yoy, diketahui bahwa pertumbuhan melambat dari
triwulan sebelumnya yang mencapai 8,9% yoy. Angka pertumbuhan TW1-12 ini merupakan
angka pertumbuhan terendah sejak TW1-09. Di samping faktor eksternal, perlambatan ini
dipicu oleh melemahnya permintaan domestik dan eksternal, investasi dan konsumsi yang
melambat serta kontribusi net ekspor pada pertumbuhan yang turun 0,8% yoy. Dilihat dari
Pendekatan Moneterist, pelemahan seluruh komponen pertumbuhan ini merupakan dampak
kebijakan ketat di sektor moneter dan property yang dilakukan pada tahun sebelumnya.
Konsumsi domestik melemah akibat kebijakan ketat yang diterapkan pemerintah sejak dua
tahun sebelumnya dan kondisi ekonomi global yang mengalami perlambatan. Setelah melalui
perhitungan, rata-rata penjualan ritel tumbuh 15,9% yoy, melambat dari triwulan sebelumnya
yang mencapai 17,5% yoy. Sementara itu, penjualan kendaraan TW1-12 terkontraksi lebih
dalam (0,8% yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh minus 0,6% yoy.pada tahun 2011,
China mencatat pertumbuhan penjualan total kendaraan 2,45% yoy di mana kendaraan
penumpang tumbuh 5,19% yoy. Pertumbuhan ini melambat cukup signifikan dari dua tahun
sebelumnya yang tumbuh 46,2% yoy (2009) dan 32,0% yoy (2010). Perlambatan ini terutama
akibat berakhirnya insentif pemerintah berupa tax break yang diberikan sepanjang tahun 2009
dan 2010.
Maret ini kembali surplus USD5,3 milyar. Secara triwulanan, ekspor dan impor
masingmasing tumbuh 7,6% yoy dan 6,9% yoy, sehingga neraca perdagangan mencatatkan
surplus tipis USD0,7 milyar. Pertumbuhan ekspor impor yang hanya satu digit ini
mencerminkan lemahnya permintaan eksternal dan domestik. Sementara itu, kinerja ekspor
China ke EU dan AS bervariasi, mencerminkan kondisi fundamental masingmasing negara
yang menunjukkan arah yang berbeda di triwulan laporan. Pada Maret ini, ekspor ke EU
turun 3,1% yoy sedangkan ke AS tumbuh 14% yoy.
Pasar tenaga kerja relatif stabil. Sejak akhir 2010
sampai dengan awal 2012, angka pengangguran tercatat
stabil di kisaran 4,1% yang dapat dilihat dari grafik
2.52. Kondisi ini sejalan dengan komitmen pemerintah
untuk menjaga tingkat pengangguran di bawah 4,6%.
Upaya yang ditempuh antara lain dengan cara
memperluas cakupan jaminan sosial ketenagakerjaan
dalam empat tahun mendatang, seperti skema pensiun,
asuransi kesehatan dan asuransi unemployment. Ke
depan, angka pengangguran diperkirakan masih akan tetap stabil seiring dengan masih relatif
solidnya kinerja perekonomian. Menurut pandangan Keynesian dalam analisa Lipsey
mengenai kurva Philip dengan menggunakan teori pasar tenaga kerja, yang pertama
permintaan dan penawaran akan tenaga kerja menentukan tingkat upah dan yang kedua
tingkat atau laju perubahan tingkat upah ditentukan oleh besarnya kelebihan permintaan akan
tenaga kerja. Tingkat perubahan upah mempunyai hubungan positif dengan kelebihan
permintaan. Makin besar permintaan akan tenaga kerja tingkat perubahan upah juga makin
besar. Sedangkan kelebihan permintaan mempunyai hubungan negatif dengan tingkat
pengangguran. Hubungan antara semakin besar pengangguran tingkat perubahan upah makin
kecil hal inilah yang tercermin dalam kurva Philip.
Inflasi CPI kembali naik namun masih di bawah target PBoC sebesar 4%. Pada Maret 2012,
inflasi CPI tercatat 3,6% yoy, sedikit naik dari tahun sebelumnya yang berada di level 3,2%
(Grafik 2.53). Sementara secara triwulanan, TW1-12 menunjukkan penurunan dari triwulan
sebelumnya, yaitu dari 4,6% yoy menjadi 3,8% yoy. Kenaikan inflasi pada Maret ini
didorong oleh kenaikan harga makanan khususnya sayuran. Harga makanan yang naik pada
saat tahun baru China, tetap bertahan bahwa terus mengalami kenaikan. Sementara itu harga
nonmakanan juga mengalami kenaikan, mencerminkan dampak langsung dari kenaikan
bahan bakar. Sebagai dampak dari kenaikan harga minyak dunia, dalam jangka waktu kurang
dari 6 minggu, China Grafik 2.53 Inflasi telah dua kali menaikan harga bahan bakar.
Kenaikan terakhir dilakukan pada tanggal 20 Maret 2012. Menurut pandangan keynesian
mengenai trade-off inflasi output adalah pendapatan nasional tidak akan bisa berjalan
bersama-sama dengan menurunnya tingkat inflasi. Pendapatan nasional tinggi dengan inflasi
tinggi ataupun pendapatan nasional rendah dengan inflasi yang rendah. Namun yang terjadi
di China adalah pendapatan nasional yang menurun belakanagan ini dan inflasi yang juga
ikut naik dari 3,2% ke 3,6%.
Harga properti terus merosot akibat terus dipertahankannya kebijakan ketat di sektor properti.
Harga properti pada Maret 2012 merupakan titik terendah paling tidak dalam setahun terakhir
(Grafik 2.54). Perkembangan harga rumah ini mencerminkan kebijakan ketat yang diterapkan
selama hamper 2 tahun oleh pemerintah sangat efektif untuk meredam bubble pada sektor
properti. Dalam rangka menekan spekulasi di sektor properti, sejak April 2010 Pemerintah
China menerapkan kebijakan ketat di sektor property yaitu melarang pembelian rumah kedua,
menaikan minimum uang muka dan menerapkan pajak properti pada sejumlah kota. Namun
demikian, pemerintah tidak mengumumkan sampai di level mana harga rumahyang
diinginkan. Dari sisi penyaluran kredit, pada Maret 2012 perbankan China mampu
menyalurkan kredit hingga RMB1,01 trilyun, jauh melampaui ekspektasi pasar sebesar
RMB800 milyar dan naik dari bulan sebelumnya yang mencapai RMB710 milyar (Grafik
2.55). Peningkatan penyaluran kredit ini menunjukkan pelonggaran kebijakan moneter
melalui penurunan GWM untuk mendukung pertumbuhan ekonomi mulai memperlihatkan
dampaknya.
Berbeda dari triwulan sebelumnya, pasar keuangan China pada TW1-12 mempunyai tren
membaik. Sepanjang triwulan laporan, terjadi penguatan indeks pasar saham Grafik 2.55
Pertumbuhan Kredit dan Uang Beredar Grafik 2.57 Nilai Tukar (Grafik 2.56). Shanghai
Stock Index yang pada akhir tahun 2011 tercatat 2199,42, pada akhir Maret 2012 mencapai
2262,79 (naik 2,88%). Indikator risiko juga menunjukkan perbaikan dimana CDS turun dari
148,74 pada akhir Desember 2011 menjadi 112,76 pada akhir Maret 2012. Sementara itu,
penguatan nilai tukar yang terjadi secara cepat sejak Juni 2010 mulai stabil di dua bulan
terakhir di triwulan laporan (Grafik 2.57). Membaiknya indicator pasar keuangan China pada
TW1-12 ini terutama akibat pelaku pasar masih melihat kondisi fundamental China yang
meski melambat namun masih tumbuh di level yang tinggi. Hal itu juga didorong oleh
Daftar Pustaka
Mankiw, R. Gregory, 2006. Makroekonomi. 6. Erlangga : Jakarta
Menguasai IPS: Sistem Kebut Semalam
Bank Indonesia, 2012. Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerja Sama Internasional
Triwulan 1-2012 : Jakarta