Anda di halaman 1dari 8

Langkah-langkah pembentukan posbindu PTM adalah:

a. Identifikasi segala macam bentuk perkumpulan orang dewasa di


masyakat dengan jumlah peserta minimal 50 orang yang mempunyai
aktifitas berkumpul secara rutin minimal 1 kali sebulan, dan telah
berlangsung lancar minimal 1 tahun terakhir
b. Terhadap
perkumpulan
yang
telah
teridentifikasi
tersebut,
sosialisasikan masalah PTM ( morbiditas,mortalitas dan disabilitasnya),
upaya yang dapat dilkukan oleh masyarakat untuk mencegah dan
mengendalalikan msalah PTM melalui posbindu PTM. Kemudian
anjurkan perkumulan tersebut menyelenggarakan posbindu PTM,
dengan menjelaskan kegiatan yang dilakukan, tyujuan dan
manfaatnya.
c. Konfirmasi kesediaan perkumpulan tersebut untuk menyelenggarakan
posbindu PTM 1 bulan setelah sosialisasi dilaksanakan. Konfirmasi
dapat dilakukan melalui kontak dengan telepon atau kunjungan
langsung. Biasanya perkumpulan tersebut tidak langsung bersedia
untuk menyelenggarakan posbindu PTM. Dalam kondisi ini konfirmasi
perlu dilakukan berulang, dan kepada perkumpulan tersebut dapat
ditawarkan unuk melakukan kunjungan ke perkumpulan lain yang telah
menyelenggarakan posbindu PTM.
d. Terhadap perkumpulan yang telh bersedia menyelenggarakan Posbindu
PTM, selenggarakan musyawarah untuk menetapkan coordinator,
kader monitor, kader konselor, dan admisnistrator sebagai tenaga
pelaksana
kegiatan,
kesepakatan
pembiayaan
dan
lain-lain.
Musyarawah ini perlu difasilitasi puskesmas untuk memberikan arahan
criteria anggota perkumpulan yang sebaiknya dipilih untuk menjadi
tenaga pelaksana Posbindu PTM, dan juga memberikan bantuan dalam
mencari dukungan yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang
ditemukan misalnya bantuan tenaga paramedic, peralatan medis, dan
dukungan kelembagaan. Kepada tenaga pelaksana Posbindu yang
telah terpilih dilakukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan
dan kapsitasnya dalam menyelenggarakan Posbindu PTM. Kegiatan
pelatihan dilaksanakan oleh puskesmas yang difasilitasi oleh dinas
kesehatan. Jenis pelatihan yang diperlukan antara lain :
- Pelatihan tentang penyelenggaraan dan manajemen Posbindu PTM
untuk para coordinator
- Pelatihan cara pengukuran antropometri, pengukuran tekanan
darah dengan tensimeter digital, pemeriksaan glukosa dan
kolesterol, darah perifer dengan alat digital untuk para kader
monitor.

Pelatihan tentang pengetahuan maslah PTM serta upaya


pencegahan dan pengendaliannya, pengaturan diet yang sehat
dengan kalori seimbang, manajemen stress, pengendalian merokok,
upaya peningkatan aktifitas fisik, cara edukasi dan rujukan kasus
untuk kader konseler.
- Pelatihan tentang pencatatan pelaporan untuk para administrator.
e. Pendampingan penyelenggaraan Posbindu PTM oleh puskesmas
terhadap perkumpulan yang siap menyelenggarakannya. Tujuan
pendampingan
adalahmembantu
perkumpuln
tersebut
dalm
mengawali kegiatannya sekligus mengevaluasi apakah kegiatan
Posbindu PTM khususnya monitoring dan tindak lanjut, telah dilakukan
dengan benar. Pendampingan ini perlu dilakukan minimal 2x
penyelenggaraan.

Pada prinsipnya kegiatan posbindu PTM tidak berbeda dengan upaya


Kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) lain di masyarakat misalnya
posyandu dan poskestren. Kegiatan diselenggarakan setiap xbulan oleh
masyarakat
dan untuk masyarakat,sesuai dengan sumber daya,
kemampuan dan keinginan masyarakat. Hal yang berbeda adalah jenis
kegiatan berupa monitoring factor resiko PTM utama secara terintegerasi dan
sistematik, kemudian diakhiri dengan tindak lanjut peningkatan pengetahuan
untuk mencegah dan mengendalikan factor risikoberup konseling sesuai
masalah yang ditemukan. Dan sasaaran yang ditemukan adalah masyarakat
yang berupa usia 25 tahun keatas. Kegiatan monitoring dan peningkatan
pengetahuan pencegahan dan pengendalian fktor risiko dilakukan oleh
anggot masyarakat selektif dari masing-masing kelompok, yang dilatih
secarah khusus untuk melkukan monitoring factor risiko PTM utama (kader
monitor) atau untuk menjadi penyuluh dan pelaksana konseling factor risiko
PTM utama (kader konseelor/educator).
Jenis kegiatan yang dilaksanakan di posbindu PTM meliputi lima kegiatan
yaitu:
a. Kegiatan pengukuran IMT dan pengukuran tekana darah sebaiknya
dilakukan minimal 1 bulan sekali.
b. Kegiatan pemeriksaan kolesterol dan glukosa darah bagi individu sehat
minimal dilakukan satu tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai
faktor risiko PTM atau penderita minimal 3 bulan sekali.
c. Kegitan konseling dan penyuluhan harus dilakukan setiap posbindu
diselenggarakan. Hal ini perlu dilakukaan karena monitoring factor

risiko kurang bermanfaat bila masyakat tidak tahu cara


pengendalikannnya.
d. Kegiatan aktifitasfisik atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya
dilakukan
jika ada penyelenggaraan posbindu PTM namun perlu
dilakukan setiap minggu
Penyelengaraan posbindu PTM diatur melalui musyawarah dan
kesepakatan warga, dengn memperhatikan anjuran jangka monitoring factor
risiko PTM yang bermanfaat secara klinis. Jangka waktu monitoring factor
risiko PTM dapat dilihat pada tabel,
Faktor Risiko
Glukosa darah puasa
Glukosa darah 2 jam
Glikosa darah sewaktu
Kolesterol darah total
Tekanan darah
Indeks
masa
tumbuh
(IMT)
Rasio lingkar pinggangpinggul

Orang Sehat
tahun sekali
tahun sekali
tahun sekali
tahun sekali
bulan sekali
bulan sekali

Kasus Faktor
Risiko
3 bulan sekali
3 bulan sekali
1 bulan sekali
1 bulan sekali
1 bulan sekali
1 bulan sekali

3 bulan sekali

1 bulan sekali

1
1
1
1
3
3

Manajemen penyelenggaraan Posbindu PTM diatur dan dilaksanakan


berdasarkan azas gotong royong dan kebersamaan untuk sehat yang
diorganisir oleh seorang organisator. Selain kader monitor dan kader
konselor / edukator, dalam penyelenggaraannya diperlukan motivator untuk
memotivasi anggota mengikuti kegiatan posbindu PTM, adsminisstrator
untuk melakukan pencatatan dan pelaporan, dan paramedic. Kegiaatan
posbindu PTM akan berjalan optimal apabila posbindu tersebut mempunyai
dokter keluarga, karena kasus dengan factor risiko atau pasien PTM yang
sudah membutuhkan tindak lanjut pengobatan dapat terlayani secara
langsung.
Pemilihan
tenaga
pelksana,
jenis
kegiatan,
jadwal
penyelenggaraan , dan pembiayaa n posbindu PTM, diatur berdasarkan
kesepakatan anggota masyarakat melalui musyawarah dan dipertanggung
jawabkan kepada masyarakat.
Berdsarkn pengalaman di kota Depok, penyelenggaraan kegiatan
posbindu PTM berjalan dengan baik bila tenaga pelaksananya adalah
sebagai berikut:

a. Koordinator adalah ketua dari perkumpulan inti kelompok masyarakat


tersebut.
b. Motivator adalah anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif
c. Kader monitor adalah anggota perkumpulan yang komunikatif dan
berpendidiikan minimal tamat SLTA
d. Kader konselor / edukator adalah anggota perkumpulan yang telah
menjadi panutan masyarakat khususnya untuk berprilaku hidup sehat,
berpendidikan minimal SLTA, sabar dan komunikatif
e. Administrator adalah anggota perkumpulan minimal berpendidikan
SLTP
f. Tenaga paramedis adalah anggota perkumpuln inti kelompok
masyarakat tersebut
penyelenggaraan kegiatan yang lebih banyak dihadiri oleh peserta,
adalah hari libur yang seminggu sebelumnya telah diumumkan terlebih
dahulu. Namun untuk perkumpulan kelompok masyarakat yang mempunyai
aktivitas bersama secara berkala (mingguan atau bulanan), jadwal
penyelenggaraan yang baik adalah digabungkan dengan aktivitas inti.
Sedangkan system pembiayaan yang disukai anggotadan berlangsung
dengan baiik dalm mendukung keuangan Posbindu PTM adalah tidak adanya
iuran wajib, namun berupa pembayaran dengan tarif khusus yang disepakati
untuk pemeriksaan glukos dan kolesterol darah, dan sumbangan sukarela
untuk kegiatan lainnya.
Dalam penyelenggaraan Posbindu PTM perlu dilakukan kemitraan dengan
forum desa siaga, industri, dan klinik swasta untuk mendukung implementasi
dan pengembangan kegiatan. Manfaat kegiatan tersebut antara lain:
a. Kemitraan dengan forum/klinik desa siaga bermanfaat bagi posbindu
PTM untuk komunikasi dan koordinasi dalam mendapatkan dukungan
dari pemerintah daerah berupa sarana / prasarana lingkungan yang
kondusif untuk bergaya hidup sehat., misalnya fasilitas olah raga atau
sarana jalan kaki yang aman dan sehat. Melalui poskesdes (jika sudah
ada) dapat dikembangkan system rujukan dan dapat diperoleh
bantuan teknis medis untuk pelayanan kesehatan. Sebaliknya bagi
forum desa siagapenyelenggaraan posbindupTM merupakan akselerasi
pencaapaian Desa Siaga.
b. Kemitraan dengan industry, khususnya industri farmasi, bermanfaat
dalam pendanaan ddan fasilitas alat. Misalnya pemberian alat
glukotest secara gratis sangat bermanfaat dalam pelaksanaan
posbindu PTMdengan standar lengkap. Sebaliknya bagi industri

kegiatan posbindu PTM akan meningkatkan penjualan strip


pemeriksaan glukosa darah.
c. Kemitraan dengan klinik swasta, bagi poswindu PTM bermanfaat untuk
memperoleh bantuan tenaga untuk pelayanan medis atau alat
kesehatan misalnya tensi meter. Sementara bagi klinik swasta,
kegiatab posbindu PTM dapat meningkatkan jumlah pasien yang
datang berobat atau membutuhkan pertolongan medis lebih lanjut.
Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan PTM
adalah sebai berikut:
a. Untuk standar minimal yaitu tempat berkumpul yang luasnya memadai
dengan jumlah anggota (tidak harus berupa ruang atau gedung), Lima
set meja kursi, pengukur tinggi badan, dan tensi meter digital. Serta
pedoman tinggi badan dan berat badan, pengukuran linggar pinggang
dan lingkaran pinggul
b. Untuk standar lengkap diperlukan alat gluko test dan kolesterol test
digital
c. Untuk pelaksanaan pencatatan dan pelaporan factor risiko PTM
diperlukan buku identitas peserta, Kartu monitoring factor risiko PTM,
dan formulir pencatatanpelaporan ke puskesmas

Kegiatan pencatatan pelaporan kegiatan pelaporan posbindu PTM meliputi


pencatatan pelaporan secara individu dan wahana pobindu PTM. Untuk
mempermudah pemahaman dan kelancaran dalam pelaksanaan, penjelasan
pencatatan- pencatatan dilakukan berdasarkan media yang diperlukan,
tujuan dan manfaat kegiatan tersebut addalah:
a. Kartu monitoring factor risiko PTM (KMR-PTM)
Kartu ini disimpan oleh masing-masing peserta dan mesti dibawa
ketika berkunjung ke posbindu dan ketika melakukan perjalanan.
Tujuan agar setiap individu dapat melakukan mawas diri dan petugas
dapat memberikan saran sesuai dengan tindak lajut yang diperlukan
sesuai dengan kondisi yang dialami.
Format
KMR-PTM
mencakup
nomor
identitas,data
demografi,alamat, waktu berkunjung, jenis fktor risiko PTM dan tindak
lanjut. Pada KMR-PTM ditambahkan keterangan golongan darah dan
status pasien PTM yang berguna sebagai informasi medis jika
pemegang kartu mengalami kondisi darurat di perjalanan (Contoh
format dapat dilihat pada formulir 1). KMR-PTM sebaiknya dicatat

melebar 10x22cm, kemudian dilipat menjadi ukuran 10x5 cm, dan


diberi kantong plastic dengn ukuran yang sama, dengan tujuan dapat
dimsukkan dalam dompet dan mudah dibawa. Hasil dari setiap jenis
pengukuran atau dari setiap kunjungan peserta ke posbindu dicatat
pada KMR-PTM oleh masing-masing kader.
b. Buku Peserta
Diperlukan untuk mencatat identitas peserta dan keterangan lain
secara lengkap, nomor identitas peserta,nama lengkap,umur, tanggal
lahir , jenis kelamin, suku, pekerjaan, pendidikan, alamat lengkap, no
KTP, telepon, dan lain-lain (contoh format dapat dilihat pada formulir
2). Buku ini merupakan dokumen/file data pribadi peserta yang
berguna untuk konfirmasi lebih lanjut jika suatu saat diperlukan.
Melalui buku ini, daapat diketahui karakteristik peserta secara umum.
c. Buku monitoring factor risiko PTM
Ini diperlukan untuk mencatat semua kondisi factor risiko PTM dari
setiap peserta. Buku ini sebagai alat bantu mawas diri bagi coordinator
dan seluruh petugas posbindu dalam mengevaluasi kondisi factor
risiiko PTM seluruh peserta. Hasil pengukuran factor risiko yang masuk
dalam ktegori buruk diberi warna yang mencolok (contoh format dapat
dilihat pada formulir 3).
Melalui buku ini kondisi kesehatan peserta dapat terpantau
secara langsung, sehingga coordinator dan petugas dapat mengetahui
dan mengingatnya serta memberikan motivasi lebih lanjut. Selain itu
itu buku itu dapat berfungsi sebagi file data kesehatan peserta yang
sangat berguna untuk laporan secara khusus ketika diminta
datakesehatan untuk kelompok usia lanjut atau data jumlah penderita
PTM, dan juga sebagai sumber data surveilans atau riset atau
penelitian secara khusus jika suatu saat diperlukan.
d. Formulir kegiatan Posbindu PTM
Formulir ini diperlukan untuk mencatat dan melaporkan seluruh
kegiatan posbindu PTM dan jumlah kasus factor risiko PTM dan jumlah
kasus factor risiko PTM ke yang terdeteksi, yang terkendali maupun
yang tidak berubah dilaporkan setiap bulan ke puskesmas (contoh
format dapat dilihat pada formulir 4). Puskesmas perlu dilakukan
rekapitulasi laporan dari posbindu PTM dengan menggunakan format
yang sama dan melaporkannya ke dinas kesehatan. Melalui laporan ini
puskesmas dapat mengetahui gambaran kasus dan factor risiko PTM
dimasyarakatdan perkembangan Posbindu PTM.

Lampiran.

Formulir 1

No. Peserta

Nama

Umur/Tahun Lahir :
Jenis Kelamin

Alamat

: RTRWNo. Tlp..
Kelurahan.Kecamatan.
Sumatera Barat

Formulir 2
Kriteria pengendalian factor risiko PTM dicantumkan dibalik KMR-PTM
Keterangan

Gula darah puasa

80 - 109

Agar penyelenggaraan posbindu PTM dapat berjalan dengan lancar,


setiap posbindu perlu dipantau dan dibina agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Menumbuhkan posbindu PTM adalah upaya
mengintegrasikan upaya kesehatan yang berkaitan dengan faktor risiko PTM
pada kegiatan umum dari perkumpulan masyarakat yang telah aktif atau
mempunyai aktifitas berkumpul secara rutin Mengembangkan posbindu PTM
adalah meningkatkan fungsi keberadaannya ke strata yang lebih tinggi.
Pemantauan tumbuh kembang posbindu PTM dilakukan oleh puskesmas
minimal 1 tahun sekali dengan menggunakan formulir 5. Hasil pemantauan
tumbuh kembang posbindu PTM merupakan dasar informasi untuk
pembinaan lebih lanjut.
Katagori tingkat tumbuh-kembang posbindu PTM meliputi tingkat
pratama, madya, purnama dan mandiri. Untuk mengukur tingkat tumbuh
kembang posbindu PTM, telah disusun beberapa variabel dengan indikator
tingkat perkembangan sebagaimana dapat dilihat pada formulir 6.
Definisi operasional setiap variabel setiap adalah sebagai berikut:
1) Penyelenggaraan kegiatan:
Adalah frekuensi pelaksanaan kegiatan monitoring faktor risiko PTM
dan konseling / penyuluhan secara terpadu dalam satu tahun
2) Cakupan monitoring obesitas
Obesitas diukur melalui IMT, yaitu berdasarkan hasil bagi nilai berat
badan dalam kg dengan nilai kuadrat tinggi badan dalam meter
Cakupan monitoring obesitas adalah

Anda mungkin juga menyukai