Gambaran Radiologi
Osteoarthritis
Daerah Predileksi
Sendi penyangga
berat badan seperti
Arthritis Rheumatoid
Gout
Mengenai sendiPaling sering pada
sendi kecil PIP,
MTP 1
Menyempit
Tidak ada
kaki, dll
Menyempit
Baik sehingga
menyempit
Erosi pada pinggir
tulang over hanging
lip, punched out
dengan garis
Simetri
Kista
Osteofit
Tidak simetris
Semetris
Ada
Ada pada pinggir
bilateral
Ada (pseudocyst)
Tidak ada
sklerotik
dan Asimetris
Tidak ada
Tidak ada
sendi
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA, penggunaan obat NSAIDs dan
Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun
karena risiko toksisitas obat NSAIDs lebih tinggi daripada asetaminofen,
asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada
OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari NSAIDs adalah dengan cara
mengkombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 (Felson, 2006).
Keterbatasan penggunaan NSAIDs adalah toksisitasnya. Toksisitas NSAIDs yang
sering dijumpai efek sampingnya pada traktus gastrointestinal, terutama jika NSAIDs
digunakan bersama obat lain, alkohol, kebiasaan merokok atau dalam keadaaan stres.
Usia juga merupakan faktor resiko untuk mendapatkan efek samping gastrointestinal
akibat NSAIDs. Bagi pasien yang sensitif dapat digunakan preparat NSAIDs dalam
bentuk supositoria, pro drug, enteric coated, slow realease atau non-acidic. Preparat
dalam bentuk ini kurang berpengaruh pada mukosa lambung dibanding dengan
preparat biasa. Pada pihak lain walaupun NSAIDs dalam bantuk ini seringkali
dianggap kurang menyebabkan timbulnya iritasi gastrointestinal akibat kontak
langsung dengan gastroduodenal umumnya obat dalam bentuk ini tetap memiliki efek
sistemik terutama dalam menekan sintesis prostaglandin sehingga obat ini juga harus
digunakan secara hati-hati terutama pada pasien yang telah memiliki gangguan
mukosa gastroduodenal. Efek samping lain yang mungkin dijumpai pada pengobatan
NSAIDs antara lain adalah reaksi hipersensitivitas, gangguan fungsi hati dan ginjal
serta penekanan hematopoetik (Felson, 2006).
2) Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obatobatan yang dapat menjaga atau merangsang
perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obatobatan yang termasuk dalam
kelompok obat ini adalah: tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,
glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya (Felson, 2006).
a) Tetrasiklin dan derivatnya, contohnya doxycycline, mampu menghambat kerja
enzim MMP. Obat ini baru dipakai pada hewan, belum dipakai pada manusia.
b) Asam hialuronat disebut viscosupplement karena dapat memperbaiki viskositas
cairan sinovial. Obat ini diberikan secara intraartikular. Asam hialuronat
berperan penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi
dengan proteoglikan.
c) Glikosaminoglikan dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam
degradasi tulang rawan dan merangsang sintesis proteoglikan dan asam
hialuronat pada kultur tulang rawan sendi manusia.
Daftar Pustaka
1. Soeroso S, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku