260 PMK 05 2014PerLamp
260 PMK 05 2014PerLamp
260/PMK.OS/2014
LAINNYA
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
B.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
D asar Pembentukan
UBL
dibentuk
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan .
Pembentukan ini ada yang bersifat j angka pendek, namun ada pula yang
bersifat j angka panj ang mengingat pembentukan UBL tergantung dari
kebutuhan Presiden selaku kepala pemerintahan dalam menj alankan roda
pemerintahan guna menciptakan kesejahteraan bagi rakyat. Apabila Presiden
membutuhkan unit baru guna mendukung tupoksi
Kementerian
Negaraj Lembaga maka Presiden membentuk UBL dengan melalui penetapan
peraturan
perundang-undangan .
Peraturan yang
digunakan untuk
membentuk UBL dapat berupa:
1 . Undang-undang;
2 . Peraturan Pemerintah;
3 . Peraturan Presiden; atau
4 . Keputusan Presiden .
D.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 3-
5.
6.
E.
Kriteria UBL
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4iI
ANT ..U.
MENTERIAN
- I ,
:
- -
1 9S' . 4 Q_ 9_8
. 1 - i
G IART
NIP
--
,,
--.,...
...'
--
,.
/;
BAMBANG P. S. B RODJONEGORO
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
2 60 I p MK 0 5 I 2 01 4
TENTANG
SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
BADAN LAINNYA
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
URAIAN
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
(AIPI)
Badan Ko ordinasi Pemberantasan Rupiah
Palsu (BOTASUPAL)
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
Badan Koordinasi Keamanan Laut
(BAKORKAMLA)
Badan Koordinasi Penataan Ruang
Nasional (BKPRN)
Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal
(BPPMI)
Badan Pendukung Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (BPP-SPAM)
Badan Pengatur Hilir Migas (BPH MIGAS)
9.
18.
19.
KETERANGAN
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagan Satker
Satker I Bagiap.. satker
Satker 1 Bagi an Satker
..
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-
NO
20.
2 1.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
3 1.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
2-
URAIAN
Badan Pengelola KAPET Sasamba Pembinaan Manaj emen Pengelolaan
Badan Pengelola KAPET Seram Pembinaan Manaj emen Pengelolaan
Badan Perlindungan Konsumen Nasional
RI (BPKN) .
Badan Pertimbangan Kepegawaian
(BAPEK)
Badan Pertimbangan Perfilman Nasional
(BP2 N)
Badan Promosi Pariwisata Indonesia
Dewan Energi Nasional (DEN)
Dewan Gula Indonesia (DGI)
Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan
Karimun
Dewan Kelautan Indonesia (DEKIN)
Dewan Ketahanan Pangan (DKP)
Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN)
Dewan Nasional Kawasan Ekonomi
Khusus (DN KEK)
Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI)
Dewan Penerbangan dan Antariksa
Nasional (DEPANRI I LAPAN)
Dewan Pengupahan Nasional (DEPENAS)
Dewan Pers
Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah
(DPOD)
Dewan Pertimbangan Presiden
(Wantimpres)
Dewan Riset Nasional (DRN)
Dewan Sumber Daya Air Nasional
(DSDAN)
Dewan Teknologi Informasi Komunikasi
Nasional (DETIKNAS)
Komisi Banding Merek
Komisi Banding Paten
Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Informa si Pusat (KIP)
Komisi Keaman an Hayati Produk
Rekaya sa Geneti k (KKH PRG)
KETERANGAN
Satker I Bagian Satker
Satker I B agian Satker
Satker I B agian Satker
Satker I B agian Satker
Satker I Bagian Satker
Satker I Bagian
Satker I Bagian
Satker I Bagian
Satker I Bagian
S atker
Satker
Satker
Satker
Satker I Bagian
Satker I Bagian
Satker j Bagian
Satker I B agian
Satker
Satker
Satker
Satker
Satker
Satker
Satker
Satker
Satker
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-3NO
URAIAN
KETERANGAN
47.
48 .
49 .
50 .
51.
52 .
53 .
. 54 .
55 .
56.
57 .
58 .
59 .
60 .
61.
62 .
63 .
64 .
65.
66 .
67.
68 .
69 .
70.
..
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
71.
72 .
73 .
74 .
75 .
76.
77.
78 .
79 .
80.
81.
82 .
83 .
84 .
85 .
86 .
87.
88.
KETERANGAN
URAIAN
NO
S atker I B agian
S atker I B agian
Satker I B agian
Satker I B agian
S atker
S atker
S atker
Satker
'
, .
'
aslinya
S alina se;uai dng
KEPA A .BIRO UMUM
. .
/
. ... 1
,.
.ub
KEPL 1 BAQ-!A1N T. U 1 KEMENTERIAN
.;?:fUi1
' j
"' 1-'
""'
2
)
'
1
GIARQf'l
.
:.
.
'
'
<
)
195W4
'
----
* I
NIP
2:Q.lll84 2 1 00 1
BAMBANG P . S . B RODJONEGORO
LAMPIRAN III
::
T
260/PMK. 05 /20 1 4
SISTEM
AKUNTANSI
BADAN LAINNYA
DAN
PELAPORAN
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
M O D U L SI STEM AKUNTAN S I
DAN PELAPO RAN KEUANGAN BADAN LAI NNYA
KEUANGAN
M ENTER I KEUANGAN
REPU BLIK INDONES IA
-
2-
DAFTAR lSI
1 . BAB I
PENDAHULUAN
. . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
11
17
5 . BAB V PENUTUP
20
M ENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-
3-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyusunan laporan keuangan dan laporan manajerial merupakan wujud
pengimplementasian kegiatan pertanggungjawaban seperti yang diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 1 7 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Laporan keuangan yang disusun harus disajikan berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan mengikuti ketentuan sisteni akuntansi yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan . Agar laporan keuangan
dapat bermanfaat secara optimal maka laporan keuangan harus memehuhi
karakteristik kualitatif laporan keuangan sebagaimana yang telah diatur dalam
SAP.
Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 7 Tahun 2003 menyatakan
bahwa laporan keuangan setidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilarhpiri dengan
Laporan Keuangan Perusahaari Negara dan Badan Lainnya. Laporan Keuangan
Badan Lainnya disusun untuk memberikan informasi yang jelas atas unit
o rganisasi pada pemerintah pusat yang termasuk dalam Badan Lainnya karena
pendirian unit organsasi tersebut akan membawa konsekuensi timbulnya hak
dan kewaj iban bagi Negara. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu
disusun pedoman pelaporan dan konsolidasian badan lainnya untuk
mendukung kebutuhan pelaporan di tingkat Laporan Keuangan Bendahara
Umum Negara (LKBUN) dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) .
B . Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang diatur dalam Modul Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Badan Lainnya ini adalah penyusunan dan penyampaian laporan
keuangan dan / atau Ikhtisar Laporan Keuangan (ILK) tingkat Unit Badan
Lainnya (UBL) , penyusunan dan penyampaian laporan keuangan dah ILK di
tingkat Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara Pelapo:ran Badan
Lainnya (UAPBUN PBL) untuk seluruh UBL yang secara hierarkis organisasi
tidak di bawah dan tidak bertanggung j awab secara langsung kepada
Kementerianj Lembaga tertentu.
M ENTER I KEUANGAN
REPU BLIK I NDONES IA
-
4-
C. Maksud
Maksud disusunnya modul ini adalah :
1 . Agar seluruh posisi keuangan, operasi, dan realisasi dana dari APB N pada
UBL dapat dilaporkan kepada Menteri Keuangan selaku BUN.
2. Agar berdasarkan laporan keuangan dari seluruh UBL Bukan Satker dapat
disusun laporan keuangan yang menj adi bahan konsolidasiari penyusunan
LKBUN dan LKPP.
3. Agar berdasarkan ILK dari seluruh UBL dapat disusun ILK yang menj adi
lampiran LKBUN dan LKPP.
4. Agar laporan keuangan dan ILK Badan Lainnya dapat menj a<:ii bahan
pengambilan keputusan bagi pimpinan.
_
D . Tujuan
Tujuan Modul Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Lainnya
adalah:
1 . Memberikan pedoman penyusunan dan penyampaian laporan keuangan dan
ILK Badan Lainnya.
2 . Memberikan pedoman bagi pengguna Laporan Keuangan dan ILK Badan
Lainnya.
E . Sistematika
Modul Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Lainnya disusun
dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN :
Meliputi Latar Belakang, Ruang Lingkup, Pengertian, Maksud, Tujuan,
dan Sistematika.
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
PENUTUP
MENTERIKEUANGAN
REPUBLJK INDONES IA
-5BAB II
TATA CARA PELAPORAN KEUANGAN
Setiap entitas akuntansi menyampaikan laporan keuangan secara berjenj ang
ke entitas pelaporan . UBL sebagai entitas akuntansi menyampaikan laporan
keuangan dan/ atau Ikhtisar Lq.poran Keuangan (ILK) kepada UAPBUN PBL untuk
selanjutnya digabu_ngkan menjadi laporan keuangan dan ILK tingkat entitas
pelaporan UAPBUN PBL. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi
yang relevan mengenai posisi keuangan pada tanggal pelaporan dan transaksi yang
dilakukan entitas pelaporan selama periode pelaporan . Sedangkan ILK memuat
informasi mengenai pendapatan, beban, surplusj defisit, aset, kewajibari, ekuitas
danj atau realisasi anggaran atas dana yang diperoleh dari APBN dalam
penguasaan UBL.
UBL secara struktural bukan bagian dari Kementerian Negaraj Lembaga
tertentu, mengingat UBL merupakan bagian dari keuangan negara yang harus
disaj ikan dan diungkapkan dalam LKPP, maka UBL waj ib menyampaikan informasi
mengenai sumber daya yang dikuasai dan penggunaannya dalam bentuk laporan
keuangan dan/ atau ILK kepada Menteri Keuangan selaku BUN dengan akurat dan
handal.
M ENTER I KEUANGAN
REPUBLIK INDONES IA
MENTER I KEUANGAN
REPUBLJK INDONES IA
M ENTER I KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-8B . Penyampaian Laporan Keuangan dan/ atau Ikhtisar Laporan Keuangan tingkat
UBL
1 . Penyampaian Laporan Keuangan dan/ atau Ikhtisar Laporan Keuangan UBL
Satker j Bagian Satker
UBL S atker j Bagian Satker menyampaikan ILK kepada UAPBUN PBL
setiap semesteran maupun tahunan secara tepat waktu seuai sesuai j adwal
penyampaian - laporan keuangan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan mengenai tata cara penyusunan Laporan . Keuangan
Konsolidasian BUN agar dapat digabungkan secara tepat waktu di tingkat
UAPBUN PBL.
Disamping menyampaikan ILK kepada UAPBUN PBL, UBL Satker
sebagai UAKPA pada Kementerian Negaraj Lembaga j uga menyampaikan
laporan keuangan kepada unit akuntansi di atasnya setiap bulanan,
semesteran, dan tahunan . Untuk penyampaian laporan keuangan
. semesteran dan tahunan, UBL Satker melampirkan ILK.
Untuk UBL Bagian Satker, selain menyampaikan ILK ke UAPBUN PBL
juga menyampaikan ILK ke Satkernya, untuk kemudian ILK tersebut
dilampirkan pada Laporan Keuangan Satker yang disampaikan ke unit
akuntansi instansi di atasnya.
Penyampaian laporan keuangan yang dilampiri ILK disampaikan secara
berj enj ang sesuai struktur organisasi pada masing-masing Kementerian
Negaraj Lembaga. Menteri/ Pimpinan Lembaga melakukan penggabungan ILK
dari seluruh UBL Satkerj Bagian Satker. ILK gabungan tingkat Kementerian
Negaraj Lembaga dilampirkan pada Laporan Keuangan Kementerian
Negaraj Lembaga Semesteran dan Tahunan yang disampaikan kepada
Menteri Keuangan .
Penyampaian ILK UBL Satker disertai dengan Pernyataan Tanggurig
Jawab yang ditandatangani oleh penanggungj awab UBL Satker yang memuat
pernyataan bahwa ILK telah disusun berdasarkan data pelaksanaan
anggaran dan posisi keuangan yang ada di UBL satker. Sedangkan
penyampaian ILK UBL Bagian Satker disertai dengan Pernyataan Tanggung
Jawab yang ditandatangani oleh penanggungjawab UBL Bagian Satker yang
memuat pernyataan ILK telah disusun berdasarkan data anggaran dan
realisasi belanj a yang ada di UBL Bagian Satker.
2 . Penyampaian Laporan Keuangan danj atau Ikhtisar Laporan Keuangan UBL
Bukan Satker
UBL Bukan Satker menyampaikan laporan keuangan dan ILK kepada
UAPBUN PBL setiap semesteran maupun tahunan secara tepat waktu sesuai
j adwal penyampaian laporan keuangan sebagaimana diatur daJain Peraturan
Menteri Keuangan mengenai tata cara penyusunan Laporan Keuangan
Konsolidasian BUN agar dapat digabungkan secara tepat waktu di tingkat
UAPBUN PBL.
MENTEAIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Disaj ikan sebagai Aset Lainnya dan Ekuitas jika memenuhi kriteria aset dan
ekuitas atau disajikan sebagai Aset Lainnya dan Utang Kepada Pihak Ketiga
jika memenuhi kriteria aset dan kewajiban; dan
b . Pas tersebut di atas disajikari sebesar nilai ekuitas bersih dari Ekuitas pada
UBL, tidak menyajikan nilai aset dan kewajiban UBL Bukan Satker.
Aset, kewaj iban, dan ekuitas yang terdapat pada UBL Satker / Bagian
Satker tidak dikonsolidasi ke dalam Neraca Badan Lainnya karena sudah
dikonsolidasikan ke dalam Neraca masing-masing Laporan Keuangan
Kementerian/ Lembaga.
Aset yang terdapat pada UBL Bukan Satker yang bersumber dari APBN
sepanj ang belum dipindahtangankan kepada UBL Bukan Satker tidak
dimasukkan ke dalam Neraca Badan Lainnya, karena sudah dikonsolidasikan
ke dalam Neraca Bagian Anggaran yang mengalokasikan dana APB N .
Agar memudahkan pengguna laporan keuangan dalam mer:p.ahami
informasi yang disajikan, maka Neraca UAPBUN PBL dapat disertai dengan
catatan ringkas
Selanjutnya, UAPBUN PBL menyusun ILK berdasarkan :
a. ILK UBL Bukan Satker; dan
b . ILK UBL Satker / Bagian Satker.
Penyusunan ILK dimaksud bertujuan untuk memberikan informasi
tambahan bagi pengguna laporan keuangan terkait penguasaan sumber daya
dan penggunaan dana yang diterima baik dari APBN maupun dari Pihak Ketiga.
ILK digunakan untuk mengikhtisarkan data-data laporan keuangan dari
seluruh UBL.
D. Penyampaian Neraca dan Ikhtisar Laporan Keuangan tingkat UAPBUN PBL
UAPBUN PBL menyampaikan Laporan Keuangan berupa Neraca dan ILK
UAPBUN PBL kepada UABUN setiap semesteran dan tahunan secara: tepat
waktu sesuai j adwal penyampaian laporan keuangan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara penyusunan Laporan
Keuangan Konsolidasian BUN .
M ENTER I K EUANGAN
REPUBLIK INDONES IA
-
10 -
lsi dari laporan keuangan tingkat UBL Bukan Satker merupakaq tanggung
j awab masing-masing Ketuaj Kepalaj Pimpinan UBL Bukan S atker. UAPBUN PBL
hanya bertanggung j awab atas kebenaran penyusunan laporan keuangan di
tingkat UAPBUN PBL.
Didalam Pernyataan Tanggung Jawab yang disusun oleh UAPBUN PBL
dapat ditambahkan paragraf penjelasan atas suatu kej adian yari.g belum
termuat di dalam laporan keuangan .
.-- .
- - ------ -- - - --
M ENTE R! KEUANGAN .
REPUBLIK I N DO N ESIA
---
- -- - -
-- ---- - - - --
- 11 BAB III
'
- - - -----
r ----
- - --
REALISASI
NO
NAMA UBL
(1)
(2)
-----
ALOKASI
BELANJA
BELANJA BELANJA BELANJA
APBN
LAINMODAL
PEGAWAI BARANG
LAIN
(3 )
(4)
(5)
(6)
JUMLAH
(Format ILK diisi oleh UBL Satker / Bagian Satker dan UBL Bukan Satker)
-
(7)
JUMLAH
REALISASI
SISA
NON
APBN
BA
KETERANGAN
(8) =
(4) + (5) + (6) + (7)
( 9) = (3)- ( )
( 1 0)
(1 1)
( 12)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONES IA
- 12 PETUNJUK PENGISIAN
FORMAT IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN UNIT BADAN LAINNYA
DANA APBN/ NON APBN
URAIAN ISIAN
NOMOR
(1)
(2)
(3)
.,
.,
(4)
(5)
(6)
Diisi dengan jumlah reallsasi APBN netto jenis Belanj a Modal (53)
(7)
Diisi dengan jumlah realisasi APBN netto jenis Belanj a Lain-Lain (58)
(8)
(9)
Diisi dengan sisa dana alokasi APBN (kolom (3) dikurangi kolom (8))
( 1 0)
(1 1)
( 1 2)
Diisi dengan status UBL (Satuan Kerjaj Bagian Satuan Kerja/ Bukan
Satuan Kerj a) atau Belum Aktif atau Tidak Aktif
M ENTE R I K E UANGAN
R E P U B L I K I N DON ESIA
13
NAMA
NO
UNIT
BADAN
LAINNYA
Jl)
(2)
JUMLAH
- - - -- -- - - - -- - - -- -
PENDAPATAN
PENDAPATAN NON
TOTAL
BEBAN
BEBAN NON
TOTAL
SURPLUS
OPERASIONAL
OPERASIONAL
PENDAPATAN
OPERASIONAL
OPERASIONAL
BE BAN
(DEFISIT)
(3)
(4)
(5) =
3
( )+(4)
( 6)
(7)
(8) =
6
( )+(7)
(9) =
5
( ) - (8)
(Format ILK di atas diisi oleh UBL Satker dan UBL Bukan Satker)
""""'-
BA
. ( 1 0)
KET
( 1 1)
MENTERI KEUANGAN
AEPUBLIK INDON ESIA
-
14
PETUNJUK PENGISIAN
IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN UNIT BADAN LAINNYA
PENDAPATAN, BEBAN, DAN SURPLUS / DEFISIT
URAIAN ISIAN
NOM O R
( 1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Diisi dengan total pendapatan (penjumlahan kolom (3) dan kolom (4) )
(6)
(7)
(8)
Diisi dengan total beban (penjumlahan kolom (6) dan kolom (7) )
(9)
Diisi dengan jumlah surplus atau defisit (selisih kolom (5) dan
kolom (8) )
( 1 0)
(1 1)
--
- - -- -- ------------ - - -
NO
( 1)
NAMA
ASET
UBL
LAN CAR
INVESTASI
(2)
(3)
(4)
ASET
. ASET
TETAP
LAINNYA
(5)
(6)
TOTAL ASET
(7)=
(3)+(4) + (5)+(6)
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN
TOTAL
JK PENDEK
JK PANJANG
KEWAJIBAN .
( 8)
(9)
( 1 0) =
( 8) + (9)
TOTAL
EKUITAS
TOTAL
KEWAJIBAN &
( 12)=
( 1 0)+( 1 1)
(1 1)
BA
KET
( 13)
( 1 4)
. EKUITAS DANA
TOTAL
- ---
(Format ILK di atas diisi oleh UBL Satker dan UBL Bukan Satker
...!::::. .
---
MENTER I KEUANGAN
REPUBLIK INDON ES IA
- 16 PETUNJUK PENGISIAN
IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN UNIT BADAN LAINNYA
AKTIVA, KEWAJIBAN, DAN EKUITAS
URAIAN ISIAN
NOMOR
(1)
(2)
(3)
(4)
( 5)
(6)
(7)
Diisi dengan total nilai asset (penjumlahan kolom (3) s . d . kolom (6) )
(8)
(9)
..
( 1 0)
Diisi dengan
dan kolom (9) )
(1 1)
( 1 2)
( 1 3)
( 1 4)
total
nilai
Kewajiban
(penjumlahan
kolom
Ekuitas
(8)
Dana
MENTE R I KEUANGAN
REPUBLIK INDONES IA
- 17 BAB IV
FORMAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
UNIT BADAN LAINNYA SATKER/ BAGIAN SATKER
Pernyataan Tanggung Jawab
lsi
. .
j awab kami.
Jakarta,
Kepalaj Ketuaj Pimpinan Unit Badan Lainnya
MENTE R I K E UANGAN
REP UBLIK INDONES IA
lsi Laporan Keuangan dan Ikhtisar Laporan Keuangan . . . . . . . ( diisi dengan nama
UBL Bukan Sat ker} yang merupakan Unit Badan Lainnya Bukan Satuan Kerj a
sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggung j awab kami.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 7 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, bahwa Unit Badan Lainnya yang kami pimpin merupakari bagian dari
Keuangan Negara, baik yang mendapatkan da:na dari APBN maupun non
APBN, sehingga kami wajib melaporkan seluruh sumber daya dan ealisasi
penggunaan dana yang menj adi tanggung j awab kami kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan selaku Pimpinan Unit Akuntansi Pembantu
Bendahara Umum Negara Pelaporan Keuangan Badan Lainnya.
< Paragraph penjelasan - untuk menjelas kan hal yang perlu dijelas kan terkait
dengan hal yang khusus dalam penyusunan laporan keuangan>
M ENTER I KE UANGAN
REP UBLIK INDONESIA
Jakarta,
Direktur Jenderal Perbendaharaan,
Selaku Pimpinan dari UAPBUN PBL
MENTERIKEUAN GAN
REPUBLI K I NDONESIA
- 20 BAB V
PENUTUP
Modul Sistem Akuntansi dan Pela poran Keuangan B adan Lainnya disusun
sebagai pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan dan laporan
manaj erial sesuai dengan prinsi p- prinsip yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 1 7 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 1 Tahun
20 1 0 tentang S tandar Akuntansi Pemerintahan. Penyusunan modul ini sebagai
u paya untuk mewuj udkan trans paransi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
di seluruh UBL yang menj adi bagian dari Keuangan Negara.
Diharapkan dengan tersusunnya modul ini maka . ke depannya penyusunan
laporan keuangan dan ILK Badan Lainnya da pat dilakukan secara sistematis dan
terstruktur untuk membantu menghasilkan informasi tambahan dalam LKBUN dan
LKPP sehingga informasi yang disaj ikan lebih akurat, informatif, dan tepat waktu
sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2 006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerj a Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 2 1 3 / PMK. O S / 20 1 3 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat.
1:5 - -:---...
"U
y KEP
M ENTERJAN
/;?
(f tSaC;.
GIA f' O\
NIP 11
"
r '
. ' .
'
- .
'l
'}
4 20 1 84 0 2 1 00 1
.....::_..
)
........, __
-"
..:<..- .
BAMBANG P . S . BRODJONEGORO