Makalah Print Fixxxx
Makalah Print Fixxxx
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di akhir tahun 1895, Roentgen (Wilhelm Conrad Roentgen, Jerman, 1845-1923),
seorang profesor fisika dan rektor Universitas Wuerzburg di Jerman dengan sungguhsungguh melakukan penelitian tabung sinar katoda. Ia membungkus tabung dengan suatu
kertas hitam agar tidak terjadi kebocoran fotoluminesensi dari dalam tabung ke luar. Lalu
ia membuat ruang penelitian menjadi gelap. Pada saat membangkitkan sinar katoda, ia
mengamati sesuatu yang di luar dugaan. Pelat fotoluminesensi yang ada di atas meja
mulai berpendar di dalam kegelapan. Walaupun dijauhkan dari tabung, pelat tersebut
tetap berpendar. Dijauhkan sampai lebih 1 m dari tabung, pelat masih tetap berpendar.
Roentgen berpikir pasti ada jenis radiasi baru yang belum diketahui terjadi di dalam
tabung sinar katoda dan membuat pelat fotoluminesensi berpendar. Radiasi ini disebut
sinar-X yang maksudnya adalah radiasi yang belum diketahui.
Semenjak penemuan sinar-X oleh Roentgen, telah ditemukan banyak sumber radiasi
yang bersifat unsur alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam
lapisan bumi. Beberapa di antaranya adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan
bumi; Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan Deuterium yang ada di dalam air.
Bahkan juga telah diketahui sumber-sumber radiasi di sekitar kehidupan kita, contohnya
adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer,
dan lain-lain.
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas,
partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Radiasi
memiliki dampak negatif untuk berbagai material maupun makhluk hidup. Untuk
menghindari efek-efek yang merugikan tubuh manusia dan makhluk biologis yang
diakibatkan oleh radiasi pengion, perlu diperlukan tindakan perlindungan (proteksi)
terhadap radiasi. Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian radiasi, jenis, sifat,
sumber, dan efek radiasi, serta satuan radiasi dan perlindungan terhadap radiasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perlindungan Terhadap Radiasi
1. Pengertian dan Defenisi Radiasi
Radiasi
adalah
fenomena
peristiwa
penyebaran
energi
gelombang
elektromagnetik atau partikel subatom melalui vakum atau media material. Gelombang
Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak ada medium, yang
dirumuskan oleh Maxwell ternyata terbentang dalam rentang frekuensi yang luas.
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada
beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah
televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer,dan lainlain.
Menurut Gabriel JF (2001: 68) Radiasi terdiri dari beberapa jenis, dan setiap jenis
radiasi tersebut memiliki panjang gelombang masing-masing,lihat gambar-1,skema
radiasi.
e. partikel neutron,
Partikel beta (), partikel alfa (), dan neutron dapat menimbulkan ionisasi
secara langsung. Meskipun tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar
gamma dan sinar kosmik juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat
menimbulkan ionisasi secara tidak langsung. Jenis-jenis radiasi ini memiliki
karakteristik khusus.
a. Partikel Alpha ()
Mempunyai ukuran (volume) dan muatan listrik positif yang besar dan tersusun dari dua
proton dan dua neutron, sehingga identik dengan inti atom helium. Daya ionisasi
partikel alpha sangat besar, kurang lebih 100 kali daya ionisasi partikel beta dan
10.000 kali daya ionisasi sinar gamma. Karena mempunyai muatan listrik yang
besar maka partikel alpha mudah dipengaruhi oleh medan listrik yang ada
disekitarnya. Partikel alpha tidak mampu menembus pori-pori kulit pada lapisan
yang paling luar sekalipun karena mempunyai ukuran yang besar.
b. Partikel Beta ()
Mempunyai ukuran dan muatan listrik lebih kecil dari partikel alpha. Daya ionisasi di
udara 1/100 kali daya ionisasi partikel alpha. Partikel beta mempunyai daya
tembus lebih besar dari partikel alpha karena ukurannya lebih kecil.
c. Sinar Gamma ()
Sinar gamma tidak mempunyai besaran volume dan muatan listrik sehingga
dikelompokkan kedalam gelombang elektromagnetik. Daya ionisasinya di dalam
medium sangat kecil. Tidak terbelokkan oleh medan listrik yang ada
disekitarnya, sehingga daya tembusnya sangat besar dibandingkan dengan daya
tembus partikel alpha atau beta.
d. Sinar-X
Mempunyai kemiripan dengan sinar gamma, yaitu dalam hal daya jangkau pada suatu
media dan pengaruhnya oleh medan listrik. Yang membedakan antara keduanya
adalah proses terjadinya, sinar gamma dihasilkan dari proses peluruhan zat
radioaktif yang terjadi pada inti atom, sedangkan sinar-X dihasilkan pada waktu
elektron berenergi tinggi yang menumbuk suatu target logan.
e. Partikel Neutron
Partikel neutron mempunyai ukuran kecil dan tidak mempunyai muatan listrik, serta
memiliki daya tembus yang tinggi. Partikel neutron dapat dihasilkan dari reaksi
nuklir antara satu unsur tertentu dengan unsur lainnya.
2. Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi
non-pengion antara lain antara lain:
a.
Gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan
televisi)
sumber
Ada beberapa tipe reaktor nuklir berdasarkan reaksi inti yang dipakai.
Reaktor yang berdasarkan proses fisi menghasilkan reaksi berantai di dalam
reaktor. Sebagai bahan fisi biasanya digunakan U-235 atau Pu-235. Dengan
U-235 reaksi fisi berlangsung sebagai berikut:
235
92
U + 0n
140
54
94
Xe + 38 Sr +2 0 n
Efek ini timbul beberapa bulan atau tahun setelah terkena radiasi.
Efek ini timbul akibat dosis radiasi yang tinggi atau dosis rendah yang
kronis selama bertahun-tahun terhadap seluruh atau sebagian tubuh. Ada 4
tipe efek somatik jangka panjang:
a. Karsinogenesis
Kanker pada manusia karena radiasi dapat timbul setelah 5 tahun atau
lebih. Namun, sulit membedakan antara karena radiasi atau penyebab
yang lain, karena keadaan fisiknya tidak berbeda. Contoh kanker
karena radiasi antara lain:
Beberapa pekerja industri-industri pembuatan jarum radium di
beberapa pabrik
Pekerja tambang uranium
Pekerja radiasi medis yang ceroboh dalam pekerjaannya.
b. Nodola dan karsinoma tiroid
Terjadi setelah 20 tahun kemudian, akibat radiasi sinar-X yang harus
diterima dengan dosis terapeutik (1,2-60 Gray).
c. Katarogenesis
Dosis radiasi ionisasi yang mengenai tubuh sebesar 1 Gray (100 rad)
atau lebih dapat mendorong pembentukan katarak (opositas lensa
mata). Hal ini berakibat kebutaan.
d. Embriologi
Semua makhluk hidup sangat sensitif terhadap radiasi selama tahap
embrionik. Periode pembuahan, di mana embrio atau fetus terkena
radiasi, dapat menimbulkan kematian atau gangguan kongenital
tertentu.
Menurut Ahmadi Ruslan Hani. (2010 : 194 ) Pada efek somatic , yang di
timbulkan oleh radiasi pengionan terutama terlihat kelainan pada tubuh , yaitu :
1. Terhadap kulit : timbul dermatitis kulit , dermatitis khronika dan late effect
dari pada dermatitis akuta.
10
2. Dosis Radiasi
Menurut Latar Muhamad Arief (2012:15-16) Bila ditinjau dari dosis radiasi
(untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek stokastik dan
efek deterministic (non-stokastik).
Dalam masalah proteksi radiasi, efek radiasi juga dibedakan atas efek stokastik
dan efek non stokastik atau deterministik. Efek stokastik adalah efek yang belum
tentu terjadi (probabilistik) sedangkan efek deterministik pasti akan terjadi bila
terkena radiasi dengan dosis yang melebihi batas ambang.
1. Efek stokastik
Efek Stokastik Adalah efek yang penyebab timbulnya merupakan fungsi
dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi
sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada sel. Radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan
untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat
11
molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel
tetapi mengubah sel, sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini
mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha
untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau
transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak.
Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul
setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar
peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak
ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami
perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan
diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan.
Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu
yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat
toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau
kanker. Maka dari itu dapat disimpulkan ciri-ciri efek stokastik :
Tidak mengenal dosis ambang
Timbul setelah melalui masa tenang yang lama
Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi
Tidak ada penyembuhan spontan
Efek ini meliputi : kanker, leukemia (efek somatik), dan penyakit keturunan
(efek genetik).
Dalam warintek (2013:4- 6) Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel
genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada
turunannya sehingga timbul efek genetik atau efek pewarisan. Apabila sel
terubah ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang
relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik
lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.
12
Gambar : hubungan antara dosis radiasi terhadap kemungkinan terjadinya efek stokastik
Paparan radiasi dosis rendah dapat meningkatkan risiko kanker dan efek
pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak
secara serta merta terkait dengan paparan individu. Berdasarkan studi
epidemiologi, kanker kulit di daerah wajah banyak dijumpai pada para
penambang uranium akibat paparan radiasi dari debu uranium yang menempel
pada wajah. Selain itu, karena selama melakukan aktivitasnya para pekerja
tambang juga menghirup gas radon sebagai hasil luruh dari uranium, banyak
pula yang mengalami kanker paru. Kanker tulang banyak terjadi pada pekerja
pabrik jam sebagai akibat dari penggunaan bahan berpendar.
Berdasarkan pengamatan pada para korban bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki, leukemia merupakan efek stokastik tertunda pertama yang terjadi
setelah paparan radiasi seluruh tubuh dengan masa laten sekitar 2 tahun dengan
puncaknya setelah 6 ~ 7 tahun. Perubahan kode genetik yang terjadi akibat
paparan radiasi akan diwariskan pada keturunan individu terpapar. Penelitian
pada hewan dan tumbuhan menunjukkan bahwa efek pewarisan dapat terjadi
bervariasi dari ringan hingga kehilangan fungsi atau kelainan
anatomik yang parah bahkan kematian prematur.
2. Efek Deterministik (non-stokastik)
Efek Deterministik Adalah efek yang kualitas keparahannya bervariasi
menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek ini terjadi
karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah
fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari
13
paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul
bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya
timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek
deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis
ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah
dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik
dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang
terjadinya efek ini menjadi 100%. Adapun ciri-ciri efek non-stokastik, antara
lain ;
Mempunyai dosis ambang
Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi
Adanya penyembuhan spontan (tergantung keparahan)
Tingkat keparahan tergantung terhadap dosis radiasi
Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak (efek
somatik)
Efek ini terjadi karena adanya kematian sel sebagai akibat dari
paparanradiasi baik pada sebagian atau seluruh tubuh. Efek deterministik timbul
bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya
timbul dengan waktu tunda yang relatif singkat dibandandingkan dengan efek
stokastik. Keparahan efek ini akan meningkat bila dosis yang diterima semakin
besar. Dosis radiasi yang masih lebih rendah daripada dosis ambang tidak
menyebabkan efek deterministik, sedangkan bila dosisnya di atas dosis ambang
maka akan terjadinya efek ini.
14
Beberapa contoh efek deterministik adalah eritema atau kulit yang menjadi merah,
pelepuhan dan terkelupas; katarak pada lensa mata; peradangan akut paru; gangguan
proses pembentukan sel sperma, bahkan sampai sterilitas; gangguan proses
pembentukan sel-sel darah; dan gangguan perkembangan janin dalam kandungan.
2.3
Satuan Radiasi
Satuan radiasi menunjukkan besarnya paparan atau pancaran radiasi dari suatu sumber radiasi
maupun banyaknya dosis radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang
terkena radiasi. Radiasi nuklir memiliki satuan karena juga membawa atau mentransfer
energi dari sumber radiasi yang diteruskan ke medium yang menerima radiasi. Sumber
radiasi dapat berasal dari zat radioaktif, sinar-X, dan lain-lain
a. Satuan Radiasi Nuklir
Menurut Ahmadi Ruslan Hani. (2010 : 193 ) Berbagai satuan digunakan untuk
menyatakan intensitas atau jumlah radiasi bergantung pada jenis yang diukur . Satuan
radiasi tergantung pada kriteria penggunaannya:
Bila medium yang dikenai radiasi adalah jaringan kulit manusia, harga 1 R =
0,0096 Joule/kg. jaringan, sehingga dosis serap untuk jaringan kulit dengan paparan
radiasi sebesar 1 R = 0,96 Rad. Namun secara praktisnya 1 R = 1 Rad.
Gray (Gy) Satuan Internasional (SI)
1 Gy = energi yang diberikan kepada medium sebesar 1 Joule/kg.
1 Gy = 100 Rad
15
1R = 0,00869 Gy
16
2.4
6) Kotoran penderita harus ditampung pada suatu tempat dan dibuang pada tempat
tertentu.
c. Proteksi terhadap pekerja diagnostik radiologi
Pekerja diagnostik radiologi umumnya mendapat radiasi dari tabung sinar-X.
Untuk menghindari radiasi dari sinar-X dapat dibuat sekecil mungkin 50% tanpa
mengganggu informasi medis yang diperlukan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
proteksi terhadap pekerja adalah :
Filter/filtration
Kollimator
Kualitas film
Distribusi dari hasil luas penyinaran
Faktor Waktu
Meskipun banyak dari efek bahaya radiasi bergantung pada laju dosis, namun untuk
tujuan pengawasan lingkungan dapat dianggap hubungan "laju dosis x waktu
penyinaran = dosis total" selalu berlaku. Dengan kata lain, makin lama seseorang
berada dalam medan radiasi, makin besar pemaparan dan dosis serap yang diterima.
Dt = Do x t (dosis = laju dosis mula-mula x waktu)
Hubungan antara pemaparan dan waktu, bila kecepatan pemaparan adalah QR/jam
dan berada dalam medan radiadi itu selama waktu t jam, maka pemaparan yang
diterima adalah sebesar : Q x t Roentgen. Faktor waktu ini memegang peranan dalam
hal terjadi kecelakaan atau keadaan darurat di dalam medan radiasi yang kuat. Agar
hal tersebut dapat tercapai, maka pekerjaan harus dilakukan dengan cepat dan tepat
serta cermat sekali.
18
Faktor Jarak
Dengan jelas dapat dirasakan bahwa penyinaran radiasi makin berkurang dengan
makin bertambah jauh dari sumber radiasi. Kenyataan ini merupakan alat yang
tangguh dalam keselamatan radiasi. Bila ukuran sumber radiasi dibandingkan dengan
jarak adalah kecil hingga sumber radiasi dapat dianggap sebagai titik sumber, maka
pemaparan akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak terhadap sumber.
Dr = K/r2 (K = tetapan yang besarnya bergantung pada sumber)
atau:
Dr x r2 =K
sehingga dapat ditulis:
Dr1 x r12 = Dr2 x r22 = Dr3 x r32 = ... = K, tetap
dengan,
Dr1 = laju dosis pada jarak r1 dari sumber,
Dr2 = laju dosis pada jarak r2 dari sumber,
Dr3 = laju dosis pada jarak r3 dari sumber.
Faktor Perisai
Bila harus bekerja pada jarak yang dekat dengan sumber radiasi dan dalam waktu
yang lama, perisai dapat mereduksi pemaparan hingga serendah-rendahnya.
Keefektifan perisai ditentukan oleh interaksi radiasi dengan atom-atom perisai yang
juga tergantung pada macam energi radiasi dan nomor atom materi perisai.
Radiasi alpha dapat diserap oleh kertas yang tebalnya lebih kecil dari 1/64 inci dan juga oleh
lapisan aluminium. Radiasi beta mempunyai jangicau yang lebih panjang
dibandingkan dengan radiasi alpha. Dengan menggunakan perspex setebal 10 mm
tenaga radiasi beta sudah terserap secara keseluruhan. Materi perisai yang digunakan
dalam radiasi elektromagnetik (radiasi sinar-X dan sinar gamma) ialah bahan-bahan
yang mempunyai rapat massa yang tingggi misalnya Pb, U, Au, Fe, Cr, dan Ni.
Sementara itu bahan yang mengandung boron, misalnya boral atau campuran Al dan
B4C, biasa digunakan sebagai perisai neutron.
b. Standar Untuk Lingkungan Tempat Kerja
Menurut Ahmadi Ruslan Hani. (2010 : 198 ) Untuk menghindari efek efek
yang merugikan tubuh manusia dan makhluk biologis yang diakibatkan oelh radiasi
pengionan , perlu dilakukan tindakan perlindungan (proteksi) terhadap radiasi. Tentu
19
saja dalam menerima radiasi ada batasan batasan tertentu yang masih dapat ditolerir
oelh berbagai jaringan misalnya tangan dan kaki boelh menerima lebih banyak radiasi
dari pada organ ginad dan lensa mata yang sangat peka / sensitive terhadap radiasi.
Efek kronis dari radiasi dapat timbul beberapa tahun kemudian. Missal kanker
kulit atau kanker darah (leukemia) timbul setelah 10 20 tahun kemudian akibat suatu
occupational exposure (pekerjaan penyinaran).
Salah satu usaha yang dilaukan oelh internasional commission on radiological
protection (ICRP) untuk menghindari bahaya radiasi maka ditentukan suatu dosis
maksimum yang dapat diperkenalkan sebagai pedoman adalam proteksi radiasi ,yaitu
maximum permissible dose (MPD) . Nilai MPD ini telah beberapa kali mengalami
perubahan. Oleh karena proteksi radiasi tidak saja ditinjau dari sudut efek somatic saja,
tetapi juga efek genetis.
Menurut Ahmadi Ruslan Hani. (2010 : 199 ) Dosis maksimum yang
diperkenankan bagi pekerja radiasi berbeda dengan masyarakat umum. Bagi
masyarakat umum tidak lagi memakai MPD, akan tetapi diganti dengan dosis limit
(batas dosis). Maksud dari pemakaian dosis limit ini untuk memperoleh standarisasi
dalam pelaksanaan
masyarakat tidak mungkin mendapatkan radiasi yang membahayakan. Nilai batas dosis
untuk masyarakat ialah 1 / 10 dari pada MPD bagi pekerja radiasi..
Table dosis maksimum yang diperkenankan bagi pekerja radiasi
Pekerja Radiasi
Seluruh tubuh , sumsum tulang , kelenjar
kelamin
Kulit , tulang , dan kelenjar thyroid
Tangan lengan bagian bawah dan pengkal kaki
Bagian lain dari tubuh
MPD
1. 5 rem dalam 1 tahun atau 3 rem dalam 3
bulan. Dosis seluruhnya tidak melebihi
5 rem (N-18) rem . N = umur
2. 30 rem dalam 1 tahun
3. 75 rem dalam 1 tahun
4. 15 rem dalam 1 tahun
MPD
1. 0,5 rem dalam 1 tahun atau 0,3 rem
kelamin
dalam 3 bulan
2. 3 rem dalam 1 tahun , anak anak
20
Proteksi radiasi bagi orang orang yang berhubungan langsung dengan sumber pengion
dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :
a. Proteksi radiasi terhadap penderitaan dengan terapi radiasi. Pada terapi dosis tertentu
yang diberikan kepada penderita, jaringan sehat sekitarnya perlu mendapat
perlindungan sebaik baiknya. Pada penyinaran sekitar mata, mata harus mendapat
perlindungan dengan menggunakan timah hitam lead eye shield agar lensa mata
terhindar dari kerusakan. Pada penyiaran tumor yang tidak ganas dan terhadap anak
anak perlu hati hati dengan jumlah dosis yang diberikan, tidak dipekenankan
dilakukan berulang kali penyinaran oleh karenak radiasi bersifat karsinogen/
penyebab kanker.
b. Proteksi terhadap pekerja diagnostic radiologi
Pekerja diagnostic radiologi umumnya mendapat radiasi dari tabung sinar X.
Untuk menghindari radiasi dari sinar-X dapat dibuat sekecil mungkin 50% tanpa
mengganggu informasi medis yang diperlukan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
proteksi terhadap pekerja adalah :
1. Filter / filtration , penyaringan / filter sangat berguna untuk mengurangi intensitas
sinar-X yang dihasilkan oleh tabung sinar-X. umumnya setiap unit sinar-X harus
mempunyai filter Al setebal 3mm, jika tidak maka energy rendah sinar-X yang
seharusnya dihilangkan oleh filter akan mencapai pada tubuh, sehingga tubuh
akan lebih banyak menerima radiasi yang tidak diperlukan.
2. Kollimator, merupakan suatu cela yang mengatur luas (area) dari berkas sinar-X
yang diperlukan. Menurut Next (nationwide evaluation of X Ray Trends),
perbandingan antara luas berkas sinar dengan luas lempeng film yang ideal adalah
lebih kecil dari satu. Oleh sebab itu untuk proteksi radiasi, kollimator harus diatur
agar berkas sinar-X yang diterima oleh tubuh secukupnya saja.
21
3. Kualitas film, apabila digunakan kualitas film yang kurang sensitive akan
diperoleh gambaran yang kurang jelas sehingga diperlukan sinar-X yang lebih
keras agar diperoleh gambaran yang jelas, hal ini dapat menimbulkan radiasi
semakin besar.
Distribusi dari hasil luas penyinaran, ini dapat dipertoleh dengan mengukur total
radiasi pada penderita. Hasil luas penyinaran berkaitan dengan perkalian penyinaran
dalam Roentgen dan luas penyinaran dalam cm 2 (Rap). Selain apa yang disebut diatas,
setiap pegawai yang berkecimpung dengan sinar X maupun operator harus memakai
led apron dan berdiri dibelakang dari arah sinar. Harus memakai film bedge sehingga
jumlah dosis yang diterima dapat diketahui dan apabila ada kesalahan dan kelainan
dalam proteksi dapat segera diselidiki. Petugas dilarang memegang tabung radium atau
jarum radium dengan tangan, melainkan harus menggunakan alat pemegang khusus
yaitu long handled forcep. Tidak diperkenankan menggunakan
BAB III
22
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Radiasi alam dapat berasal dari sinar kosmos, sinar gamma dari kulit bumi, hasil
peluruhan radon dan thorium di udara, serta berbagai Radionuklida alamiah:
radionuklida yang terbentuk secara alami.
REM
Standar internasional
3.2 Saran
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa radiasi belum tentu aman, yang bisa kita lakukan
adalah mengambil risiko yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan
yang sebesar-besarnya. Tidak ada salahnya kita menggunakan radiasi, jika
manfaat yang akan kita dapat jauh lebih besar daripada risikonya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Ruslan Hani. 2010. Teori Dan Aplikasi Fisika Kesehatan . Yogyakarta : Nuha
Medika
Gabriel JF. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates;
Latar Muhamad Arief, Ir.MSc. http://ikk354.weblog.esaunggul.ac.id/wpcontent/uploads/sites/310/2012/12/PENGENDALIAN-BAHAYA-RADIASI.pdf
Diakses pada tanggal 30 April 2013
Tasripin. 2002. Ketentuan Keselamatan Kerja Dengan Radiasi. Jakarta : Pusat
Keselamatan Kerja Badan Tenaga Atom Nasional
Warintek. Efek Radiasi Dan Proteksi Radiasi. Kementerian Negara Riset dan
Teknologi. http://www.warintek.ristek.go.id/nuklir/efek_radiasi_proteksi.pdf, 28
November 2013 Diakses pada tanggal 30 April 2013
24