Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM VI

PEMERIKSAAN NS1 DENGUE dan


PEMERIKSAAN ANTI DENGUE IgG dan IgM
Hari/Tanggal Praktikum
Tempat

:
: Laboratorium

Patologi

Klinik,

Poltekkes

Denpasar.

I. TUJUAN
I.1 Pemeriksaan Dengue NS1 Ag
Untuk mendeteksi secara kualitatif antigen NS1 Dengue virus didalam
sampel (serum, plasma, atau whole blood) pasien.
I.2 Pemeriksaan Anti Dengue IgG dan IgM
Untuk mendeteksi secara kualitatif sekaligus membedakan antibodi IgG
dan IgM terhadap virus dengue di dalam sampel (serum, plasma atau
whole blood) pasien.
II. METODE
II.1
Pemeriksaan Dengue NS1 Ag
Metode yang digunakan pada pemeriksaan dengue NS1 Ag adalah
Imunochromatografi rapid test.
II.2
Pemeriksaan Anti Dengue IgG dan IgM
Metode yang digunakan pada pemeriksaan dengue Anti Dengue IgG dan
IgM adalah Imunochromatografi rapid test.

III.
III.1

PRINSIP
Pemeriksaan Dengue NS1 Ag
Dengue NS1 Ag yang terdapat dalam serum, plasma atau whole
blood sebagai antigen bereaksi dengan anti NS1 Ag yang dilapisi
koloidal emas pada strip sebagai antibodi akan bergerak di sepanjang
membran secara kromatografi menuju wilayah test yang dilapisi oleh
antibodi spesifik terhadap dengue yang akan membentuk garis warna
sebagai kompleks partikel emas antibodi-antigen-antibodi.
1

III.2

Pemeriksaan Anti Dengue IgG dan IgM


Ketika sebuah sampel yang mengandung anti dengue IgG dan IgM
diteteskan pada sumur uji , anti dengue IgG dan IgM dalam sampel akan
bereaksi dengan rekombinan virus dengue yang terdapat dalam protein
koloidal emas dan membentuk kompleks antibodi antigen. Kompleks
tersebut akan bermigrasi sepanjang membran dengan gaya kapiler yang
akan ditangkap oleh anti-human IgG dan atau anti-human IgM yang
spesifik sehingga menghasilkan garis warna.

IV.

DASAR TEORI
4.1 Demam Berdarah
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit demam yang disertai perdarahan bawah kulit, selaput hidung dan
lambung, yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang
mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh empat serotipe virus
dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4) dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae dengan daya infeksi tinggi pada manusia. Setiap serotipe cukup
berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan
beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Virus dengue ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah menggigit
orang yang terinfeksi dengue. (Soegijanto S, 2004).
Gejala demam dengue akan diawali oleh perasaan menggigil, nyeri
kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung. Kesakitan
pada tungkai dan sendi akan terjadi beberapa jam sejak gejala demam dengue
mulai dirasakan. Suhu tubuh akan meningkat dengan cepat mencapai 40
derajat celcius dengan detak nadi yang normal serta tekanan darah yang
cenderung turun. Bola mata akan tampak kemerahan. Kemerahan juga
tampak pada wajah yang dengan cepat akan menghilang. Kelenjar pada leher
dan tenggorokan terkadang ikut membesar. Setelah itu mulai muncul antibodi
yang spesifik untuk penyakit dengue. (Soegijanto S, 2004).
Infeksi virus dengue menyebabkan timbulnya respon imun baik
respon imun yang didapat (humoral dan seluler). Respon Imun bawaan

melibatkan berbagai sel dalam sistem imun bawaan misalnya monosit,


leukosit, polimorfonuklear, natular killer cell. Respon imun humoral
diperankan oleh antibodi sedangkan respon imun seluler diperankan oleh
MHC class II- restricted CD4 T cells dan MHC class I- restricted CD 8 T
cells ( Hadinegoro SR. 1999).
Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, untuk
Infeksi primer ditandai dengan timbulnya antibodi IgM terhadap dengue
sekitar tiga sampai lima hari setelah timbulnya demam, meningkat tajam
dalam satu sampai tiga minggu serta dapat dideteksi sampai tiga bulan.
Antibodi IgG terhadap dengue diproduksi sekitar dua minggu sesudah infeksi.
Titer IgG ini meningkat cepat, kemudian menurun secara lambat dalam waktu
yang lama dan biasanya bertahan seumur hidup. Pada infeksi sekunder terjadi
reaksi anamnestik dari pembentukan antibodi, khususnya dari kelas IgG
dimana pada hari kedua saja, IgG ini sudah dapat meningkat tajam. (Rejeki,
sri. Hadinegoro dan Hindra Irawan Satari.1999).
Dalam tubuh manusia virus dengue berkembang biak didalam sel
retikuloendotelial, kemudian terjadi viraemia yang diikuti dengan respon
imun terhadap virus dengue baik humoral maupun seluler. Virus bersirkulasi
dalam darah perifer di dalam sel monosit, sel limfosit B dan sel limfosit T.
Sebagi reaksi terhadap infeksi virus, tubuh akan membuat antibodi antidengue, baik berupa anti netralisasi, anti-hemaglutinasi dan anti komplemen.
Diduga bahwa kebocoran vaskuler pada DBD disebabkan oleh pelepasan
sitokin (IL-1 dan TNF-) serta PAI oleh monosit dan pelepasan IL-2, IL-1
serta TNF- oleh limfosit T yang terinfeksi oleh infeksi virus tersebut (Aryati,
Yolanda Probohoesodo, 2000).

4.2 Protein Non Struktural-1 (NS1 dengue)


NS1 adalah glikoprotein non struktural dengan berat molekul 46-50 kD
dan merupakan glikoprotein yang sangat conserved. Pada mulanya NS1
digambarkan sebagai suatu antigen Soluble Complement Fixing (SCF) pada
kultur sel yang terinfeksi. NS1 diperlukan untuk kelangsungan hidup virus
namun tidak diketahui dengan pasti aktivitas biologisnya. Dari bukti yang

sudah ada menunjukkan bahwa NS1 terlibat dalam proses replikasi virus. NS1
dihasilkan dalam dua bentuk yaitu membrane associated (mNS1) dan secreted
form (sNS1). NS1 pada mulanya ditranslokasikan ke retikulum endoplasma
melalui sekuens signal hidrofobik yang dikode dibagian C terminal E, dan
secara cepat didimerisasi di dalam organel-organel intrasel, kemudian
ditransfer ke membran sitoplasma. NS1 dilepaskan dalam bentuk hexameric
solubilized (sNS1), yang terbentuk di 3 sub unit dimerik yang heksamer
dihubungkan secara kovalen. Selama infeksi sel NS1 ditemukan berkaitan
dengan organel-organel intrasel atau ditransfer melalui jalur sekresi ke
permukaan sel (membran sitoplasma). Bentuk yang larut dilepaskan dari sel
mamalia yang terinfeksi. NS1 bukan bagian dari struktur virus

tetapi

diekspresikan pada permukaan sel yang terinfeksi dan memilki determinan


determinan dan spesifik grup dan tipe. NS1 falvirus telah dikenal sebagai
imunogen yang penting dan menunjukkan peran dalam proteksi terhadap
penyakit.

Namun,

peran

NS1

dalam

imunopatogenesis

juga

telah

dikemukakan berdasarkan temuan anti SCF antibodies dalam serum pasienpasien dengan infeksi sekunder tetapi tidak pada primer, ( Alcon S, Talarmin
A, Debruyne M 2002).
NS1 dengue diekskresikan ke dalam sistem darah pada individuindividu yang terinfeksi dengan virus dengue. NS1 bersikulasi pada
konsentrasi yang tinggi di dalam serum pasien dengan infeksi primer maupun
sekunder selama fase klinik sakit (clinical phase of illness) dan hari-hari
pertama fase konvalesens (pemulihan). Dari penelitian juga ditunjukkan
bahwa deteksi NS1 dapat memberikan diagnosis spesifik dengue. (Rothman
AL. 2004).
4.3 Pemeriksaan laboratorium Infeksi Virus Dengue
Pemeriksaan laboratorium untuk infeksi virus dengue ada yang bersifat
spesifik dan non spesifik. Pemeriksaan yang bersifat spesifik diantaranya
isolasi virus/identifikasi virus dan pemeriksaan serologi (uji hambatan
hemaglutinasi) (HAI), anti dengue IgM dan IgG. Pemeriksaan yang bersifat
non spesifik misalnya pemeriksaan hematologi dan radiologi. Saat ini telah
dikembangkan suatu pemeriksaan baru terhadap antigen Non Struktural-1

dengue (NS1) yang dapat mendeteksi infeksi virus dengue dengan lebih awal
bahkan pada hari onset demam (Kaniawati M, 1996).
4.3.1 Pemeriksan dengue NS1 antigen
Baru-baru ini telah ditemukan rapid test yang mendeteksi adanya antigen
dari protein struktural virus dengue. Untuk mempertahankan hidup, virus
dengue memerlukan dukungan dari protein yang mempertahankan tubuhnya,
terutama untuk membantu masuk dalam sel inang. Protein ini disebut sebagai
protein struktural yang berfungsi sebagai enzim dan katalis dalam upaya virus
mempertahankan hidupnya.
Pemeriksaan NS1 Ag yang berarti nonstruktural 1 antigen adalah
pemeriksaan yang mendeteksi bagian tubuh virus dengue sendiri. Karena
mendeteksi bagian tubuh virus dan tidak menunggu respon tubuh terhadap
infeksi maka pemeriksaan ini dilakukan paling baik saat panas hari ke-0 hingga
hari ke -4, karena itulah pemeriksaan ini dapat mendeteksi infeksi virus dengue
bahkan sebelum terjadi penurunan trombosit. Setelah hari keempat kadar NS1
antigen ini mulai menurun dan akan hilang setelah hari ke-9 infeksi. Angka
sensitivitas dan spesifisitasnya pun juga tinggi. Bila ada hasil NS1 yang positif
menunjukkan kalau seseorang hampir pasti terkena infeksi virus dengue.
Sedangkan kalau hasil NS1 Ag dengue menunjukkan hasil negatif tidak
menghilangkan kemungkinan infeksi virus dengue dan masih perlu dilakukan
observasi serta pemeriksaan lanjutan. Ini terjadi karena untuk mendeteksi virus
dengue diperlukan kadar yang cukup dari jumlah virus dengue yang beredar,
sedangkan pada fase awal mungkin belum terbentuk cukup banyak virus
dengue tetapi apabila pengambilan dilakukan setelah munculnya antibodi maka
kadar virus dengue juga akan turun.
Keuntungan mendeteksi antigen NS1 yaitu untuk mengetahui adanya
infeksi dengue pada penderita tersebut pada fase awal demam, tanpa perlu
menunggu terbentuknya antibodi. Dengan demikian kita dapat segera
melakukan terapi suportif dan pemantauan pasien . Hal ini tentunya akan
mengurangi risiko komplikasi seperti demam berdarah dengue dan dengue
shock syndrome yang dapat berakibat kematian (Anonim, 2011).
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan (NS1 AG)
:
1. Antikoagulan ( EDTA, Heparin, citrate) tidak mempengaruhi hasil test

2. Gunakan pipet kapiler dan tip mikropipet yang berbeda untuk setiap
sampel untuk menghindari kontaminasi silang
3. Sampel yang ikterik, hemolysis dan mengandung factor rheumatoid dapat
memberikan hasil uji yang tidak sesuai.
4.3.2 Anti Dengue IgM dan IgG Rapid Test
IgG/IgM Dengue adalah rapid test yang muncul lebih dulu dibanding
NS1 Ag Dengue, pemeriksaan ini mendeteksi adanya antibodi terhadap virus
dengue. Ada dua antibodi yang dideteksi yaitu Imunoglobulin G dan
Imunoglobulin M, dua jenis antibodi ini muncul sebagai respon tubuh terhadap
masuknya virus ke dalam tubuh penderita. Imunoglobulin G akan muncul
sekitar hari ke-4 dari awal infeksi dan akan bertahan hingga enam bulan pasca
infeksi. Atas dasar hal diatas maka antibodi ini menunjukkan kalau seseorang
pernah terserang infeksi virus dengue, setidaknya dalam enam bulan terakhir.
Imunoglobulin M juga diproduksi sekitar hari ke-4 dari infeksi dengue,
tetapi antibodi jenis ini lebih cepat hilang dari tubuh. Adanya Imunoglobulin M
dalam tubuh seseorang menandakan adanya infeksi akut dengue atau dengan
kata lain menunjukkan kalau penderita sedang terkena infeksi virus dengue.
Sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan ini cukup tinggi dalam menentukan
adanya infeksi virus dengue.
Pemeriksaan IgG/IgM anti dengue meskipun cukup baik dalam
mendeteksi adanya infeksi virus dengue dalam tubuh seseorang tapi masih
memiliki kekurangan dalam mendeteksi virus dengue secara dini. Karena yang
diperiksa adalah antibodi terhadap virus dengue dan antibodi baru muncul hari
keempat pasca infeksi, maka pemeriksaan ini seringkali tidak dapat mendeteksi
infeksi virus dengue pada penderita yang mengalami gejala panas hari ke-0
hingga hari ke-4.
Saat ini talah banyak dikembangkan reagen untuk peneriksaan anti
dengue IgM dan IgG dengan pemeriksaan yang ceat (rapid test). Metode yang
digunakan adalah imunokhromatografi dimana pengerjaannya sangat sederhana
dan hanya membutuhkan waktu 15 menit sehingga hasil pemeriksaan dapat
diperoleh dengan cepat. Reagen ini dapat mendeteksi antibodi terhadap
keempat serotif virus dengue dan dapt membedakan antara infeksi primer
dengan infeksi sekunder. (Kaniawati M, 1996).

Pemeriksaan IgG/IgM anti dengue meskipun cukup baik dalam


mendeteksia danyainfeksi virus dengue dalam tubuh seseorang tapi masih
memiliki kekurangan dalam mendeteksi virus dengue secara dini, karena yang
diperiksa adalah antibody terhadap virus dengue dan antibody baru muncul hari
keempat pasca infeksi, maka pemeriksaan ini seringkali tidak dapat mendeteksi
infeksi virus dengue pada penderita yang mengalam igejala panas hari ke-0
hingga hari ke-4.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan (IgM/IgG Dengue) :
1. Semua specimen sebaiknya dikerjakan layaknya spesimen infeksius.
Direkomendasikan untuk mengerjakan specimen yang berpotensi infeksius
pada Biosafety Cabinet level 2
2. Jangan memipet menggunakan mulut dan jangan biarkan specimen atau
reagen mengalami kontak dengan kulit
3. Reagent harus ditambahkan secara hati hati untuk memperoleh hasil
yang akurat dan tepat
4. Penggunaan alat diluar suhu dan waktu yang ditentukan dapat
5.
6.
7.
8.
9.

menyebabkan hasil invalid.


Jangan mencampurkan reagen dari pabrikan yang berbeda
Jaga kotak penyimpanan agar tetap kering
Jangan menggunakan kembali casset test yang telah terpakai
Jangan gunakan casset test apabila kemasan rusak
Reagen dalam kit harus dihindarkan dari kontaminasi. Jangan digunakan
apabila terdapat tanda kontaminasi atau endapan yang timbul oleh
mikroba.

Penyimpanan reagen
1. Kit disimpan pada suhu 20C dan 300C. Temperatur penyimpanan harus
stabil untuk memelihara kestabilan reagen sampai tanggal kadaluarsa dari
kit.
2. Komponen kit tidak boleh dibekukan.
3. Test kit boleh digunakan sampai tanggal kadaluarsa yang tertera pada
pembungkus.
4. Jangan menggunakan reagen yang sudah kadaluarsa.
V. ALAT DAN BAHAN.
V.1 Pemeriksaan Dengue NS1 Ag
A. Alat
a. Disposible dropper
b. Stopwacth
7

B. Bahan
a. Sampel ( serum, plasma, whole blood).
b. Cassete test (SD Bioline Dengue NS1 Ag)
V.2 Pemeriksaan Anti Dengue IgG dan IgM
A. Alat
a. Pipet microsafe 10 l atau mikropipet 10 l
b. Stopwacth
B. Bahan
a. Sampel (serum, plasma, whole blood)
b. Kit Anti Dengue IgG IgM merck Panboi terdiri atas :
1. Cassete test Merck Panbio
2. Buffer
VI.

CARA KERJA
VI.1 Pemeriksaan Dengue NS1 Ag
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Semua komponen pemeriksaan (cassete test dan sampel) dikondisikan
pada suhu ruang.
3. Cassete test dikeluarkan dari kantong pembungkus dan diletakkan
pada tempat dengan permukaan yang datar dan kering.
4. Dengan menggunakan disposable dropper, ditambahkan 3 tetes
sampel kedalam sumur (well) sampel bertanda (S).
5. Jika tes berjalan dengan baik, akan terlihat pergerakan warna ungu
sepanjang jendela casset test hasil menuju kebagian tengah cassete
test.
6. Casset test diinkubasi selama 15-20 menit, kemudian dilakukan
pengamatan hasil kemudian dilakukan interprestasi hasil. (Interpretasi
hasil tidak boleh dibaca lebih dari 20 menit).
6.2 Pemeriksaan Anti Dengue IgG dan IgM
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Semua komponen pemeriksaan (reagen, sampel dan cassete test)
dikondisikan pada suhu ruang.
3. Sebanyak 10 L sampel (whole blood atau serum atau plasma)
ditambahkan kedalam cassete test pada sumur uji yang berbentuk
bulat dengan menggunakan mikropipet atau Microsafe pipet.
4. Untuk penggunaan Microsafe pipet cara kerjanya :
a. Microsafe pipet dipegang secara horisental
b. Untuk mengumpulkan sampel, ujung Microsafe pipet ditempelkan
pada sampel darah, serum atau plasma.
8

c. Untuk mengeluarkan sampel, bagian atas Microsafe pipet dipencet


dengan lembut.
5. Kemudian buffer diteteskan sebanyak 2 tetes ke dalam cassete test
pada sumur uji yang berbentuk persegi dengan botol buffer
diposisikan vertical dan 1 cm diatas sumur uji.
6. Hasil pemeriksaan dibaca setelah 15 menit dihitung setelah
penambahan buffer
7. Apabila hasil yang dibaca setelah 15 menit menunjukkan hasil invalid
maka pemeriksaan harus diulang.
VII.

INTERPRETASI HASIL
VII.1 Pemeriksaan Dengue NS1 Ag
1. Negatif

: Terbentuk garis berwarna hanya pada tanda C saja.


NS1 Ag

2. Positif

C
T
C 2 1

: Terbentuk garis berwarna pada C dan T.


NS1 Ag

3. Invalid

VII.2

C
T
C 2 1

: Tidak terbentuk garis pada C dan T.


Terbentuknya garis hanya pada T saja.
NS1 Ag

C
T
C 2 1

NS1 Ag

T
C 2 1

Pemeriksaan Anti Dengue IgG dan IgM

7.3

7.3 KESIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN (NS1 DAN IgG/IgM)


NO

NS-1

IgM

IgG

Infeksi Dengue Primer

Infeksi dengue primer

Infeksi Dengue Sekunder

Ulangi hari ke 5 demam

Infeksi Lainnya

Ulangi Pemeriksaan

10

Keterangan

11

Anda mungkin juga menyukai