Mukasyafah
Mukasyafah
PEMBAHASAN
A.
Mukasyafah adalah salah satu contoh pengetahuan mistik, ini termasuk mis
tik putih. Inti semua ilmu pengetahuan adalah kesadaran (consciousness) tentang
hubungan dan kesatuan subjek-objek. Pengetahuan filsafat oleh karena itu muncul
dari kesadaran tentang relasi subjek-objek. Fenomena ini di gambarkan oleh kesad
aran metodologis Descartes cogito ergo sum, suatu kesadaran rasional. Karena itu
kita dapat mengatakan bahwa pengetahuan filsafat diawali dengan pemisahan subje
k-objek, demikian pula dengan sain.
Berbeda halnya dengan filsafat dan sain, pengetahuan mukasafah justru di awali o
leh asumsi dan kesadaran tentang adanya kesatuan esensial secara asasi antara su
bjek-objek, yaitu manusia-Tuhan.
Mukasyafah yang benar merupakan ilmu yang disusupkan Allah ke dalam hati
hamba dan menampakkan kepadanya perkara-perkara yang tidak diketahui orang lain
. Namun Allah juga bisa memalingkan dan menahannya karena kelalaian dan membuat
tutupan di dalam hatinya. Tapi tutupan ini amat tipis, yang disebut al-ghain. Ya
ng lebih tebal lagi disebut al-ghaim, dan yang paling tebal adalah ar-ran. Yang
pertama berlaku bagi para nabi, seperti yang disabdakan Nabi Shallallahu Alaihi
wa Sallam, "Sesungguhnya ada tutupan dalam hatiku, dan sesungguhnya aku memohon
ampun kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali (dalam sehari)." Yang kedua berla
ku bagi orang-orang Mukmin, dan yang ketiga bagi orang-orang yang menderita, sep
erti firman Allah, "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mer
eka usahakan itu menutup hati mereka." (Al-Muthaffifin: 14).
B.
alam hatimu (QS. 33:51). Orang-orang munafik itu takut jika diturunkan sebuah su
rat yang mengungkapkan apa-apa yang tersirat didalam hati mereka (QS.9:64 ; 3:16
7 ; 48:11). Hati juga mengambarkan memiliki mata dan telinga karena itu ia meru
pakan pusat pandangan, pemahaman dan ingatan atau dzkir. Sehingga wajar jika ima
n tumbuh didalam hati, juga keraguan tumbuh disana, penyelewengan dari jalan lur
us juga wajar.
Al-Qur an menempatkan kebikan-kebaikan seperti kesucian, kelembutan, kelua
san, perdamaian, cinta dan taubat didalam hati. Namun kebaikan itu tidak melekat
didalam hati. Jika Tuhan tidak mensucikan hati, mka hati akan sakit, berdosa, k
asar, jahat. Untuk itu hati hendaknya lembut dan bersifat reseptif terhadap petu
njuk Ilahi, cahaya dan cinta.
Berdasarkan ayat-ayat al-Qur an dapat diketahui dua hal, pertama, hati pada dasrny
a bersifat netral, ia diciptakan mempunyai kecenderungan lurus atau bengkok (ses
at), kedua, hati dipertahankan oleh Tuhan untuk cenderung pada sifat baik, seper
ti pada petuntuk, iman, cahaya, cinta.
Dalam kenyataan sesungguhnya, hati terperangkap antara dua sisi yaitu ca
haya dan kegelapan, roh dan jasad. Hati mungkin dikuasai oleh jiwa yang menguasai
kejahatan yang diselubungi oleh kegelapan. Hati mungkin berada diantara jiwa dan
roh, yang disitu Chaya dan kegelapan bersaing. Hati dengan demikian adalak loku
sbagi ingatan akan tuhan, ia meupakan tempat kebimbangan (hawa) muncul dan mengu
bah individu menjadi begini atau begitusekaligus tempat pertimbangan (hilm) dar
i akal, muncul cenderunglah hati pada kebaikan.
Mukasyafah adalah upaya penyingkapan hijab-hijab yang menutupi diri. Secara esen
sial penyingkapan adalah penghancuran tirai yang menutup objek dengan jalan roha
ni.
Hijab ada sepuluh macam:
1. Hijab peniadaan dan penafian hakikat asma' serta sifat. Ini merupakan
hijab yang paling tebal. Orang yang memiliki hijab ini tidak mempunyai kesiapan
untuk mengetahui Allah dan sama sekali tidak sampai kepada Allah, sebagaimana b
atu yang tidak bisa naik ke atas.
2. Hijab syirik, yaitu membuat hati menyembah kepada selain Allah.
3. Hijab bid'ah yang bersifat perkataan, seperti hijab orang-orang yang
mengikuti hawa nafsu dan berbagai macam perkataan yang batil lagi rusak.
4. Hijab bid'ah yang bersifap ilmiah, seperti hijab para ahli thariqah y
ang melakukan bid'ah dalam perjalanannya kepada Allah.
5. Hijab orang-orang yang melakukan dosa besar secara batinnya, seperti
hijab orang-orang yang takabur, ujub, riya', dengki, membanggakan diri dan lain
sebagainya.
6. Hijab orang-orang yang melakukan dosa besar secara zhahir. Hijab mere
ka lebih tipis daripada hijab orang-orang yang melakukan dosa besar secara batin
, sekalipun mereka lebih banyak ibadahnya dan lebih zuhud. Dosa besar secara zha
hir lebih dekat kepada taubat daripada dosa besar secara batin. Orang yang melak
ukan dosa besar secara zhahir lebih bisa diselamatkan dan hatinya lebih baik dar
ipada orang yang melakukan dosa besar secara batin.
7. Hijab orang-orang yang melakukan dosa-dosa kecil.
8. Hijab orang-orang yang berlebih-lebihan dalam hal-hal yang mubah.
9. Hijab orang-orang yang lalai melakukan tujuan penciptaannya dan yang
dikehendaki dari dirinya, tidak senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah ke
pada Allah.
10. Hijab orang-orang yang berijtihad namun menyimpang dari tujuan.
Inilah sepuluh macam hijab yang mendinding antara hati dengan Allah, men
jadi penghalang di antara keduanya. Hijab-hijab ini muncul dari empat unsur: Jiw
a, syetan, dunia dan nafsu. Hijab tidak bisa disingkirkan jika unsur-unsur penye
babnya masih ada. Empat unsur inilah yang merusak perkataan, perbuatan, tujuan d
an jalan, tergantung dari banyak dan sedikitnya, memotong jalan perkataan, perbu
atan dan tujuan untuk sampai ke hati. Sementara apa yang dipotong agar tidak sam
pai ke hati, juga dipotong agar tidak sampai kepada Allah. Antara perkataan dan
perbuatan dengan hati terbentang jarak perjalanan. Seorang hamba menempuh jarak
perjalanan itu agar sampai ke hatinya, agar dia bisa melihat berbagai macam keaj
aiban di sana. Dalam perjalanan ini terdapat banyak perampok jalanan seperti yan
g sudah disebutkan di atas. Jika dia bisa memerangi para perampok jalanan itu da
n amalnya bisa sampai ke hati, maka ia akan menetap di dalam hati, lalu dari hat
i ini dia akan mendapatkan jendela agar dapat melihat Allah.
Sekalipun perjalanan itu sudah sampai ke hati, namun hamba tidak mendapa
tkan jendela untuk melihat Allah, bahkan di dalamnya bersemayam nafsu dan pasuka
nnya, sekalipun dia orang yang zuhud dan paling banyak beribadah, maka dia adala
h orang yang paling jauh dari Allah.
Bahkan orang-orang yang melakukan dosa besar, hatinya bisa lebih dekat d
engan Allah daripada mereka. Lihatlah seorang ahli ibadah dan zuhud,yang di keni
ngnya terdapat bekas sujud, tapi justru mengingkari Nabi Shallallahu Alaihi wa S
allam karena amalnya yang kelewat batas, sehingga dia pun mencemooh orang Muslim
lainnya dan menumpahkan darah para shahabat. Di sisi lain lihat seorang peminum
berat,(Orang pertama adalah Dzul-Khuwaishirah At-Tamimy Al-Khariji, dan orang k
edua adalah Iyadh bin Himar). yang sering mendatangi Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam, dan dia pun siap dijatuhi hukuman karena kebiasaannya itu. Karena iman,
keyakinan dan kecintaannya kepada Allah serta Rasul-Nya, dia rela menerimanya, s
ampaisampai beliau melarang orang lain yang memakinya. Dari sini dapat diketahui
bahwa orang yang melakukan kedurhakaan lebih baik kesudahannya daripada orang y
ang melanggar ketaatan.