Anda di halaman 1dari 20

LANDASAN PENGEMBANGAN

KURIKULUM
Mar
1.

28

Hakikat dan Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk mencari bagaimana
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu lembaga. Pengembangan kurikulum di
arahkan pada pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan
menjadi isi kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi. Adapun selain berpedoman
pada landasan-landasan yang ada, pengembangan kurikulum juga berpijak pada prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum.
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36 ayat 1 bahwa
pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu kurikulum diharapkan memberkan landasan, isi dan
menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan
dan tantangan perkembangan masyarakat.
Setiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada sejumlah landasan, juga harus
menerapkan atau menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap
pengembangan kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam pengembangannya
mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip yang telah disepakati. Prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
1.

Prinsip Relevansi

Prinsip relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara komponen tujuan, isi, strategi, dan evaluasi.
Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum,yaitu relevansi keluar dan relevansi di
dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi keluar yaitu tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup
dalam kurkulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Adapun relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu
antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi ini menunjukkan suatu
keterpaduan kurikulum.
1.
Prinsip

Prinsip Fleksibilitas
fleksibilitas

berkenaan

dengan

kebebasan/keluwesan

yang

dimiliki

guru

dalam

mengimplementasikan kurikulum dan adanya alternatif pilihan program pendidikan bagi siswa
sesuai dengan minat dan bakatnya.
1.

Prinsip Kontinuitas

Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambungan materi pelajaran antarberbagai jenis
dan jenjang sekolah serta antartingkatan kelas. Perkembangan dan proses belajar berlangsung
secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti-henti.
1.

Prinsip Praktis dan Efisiensi

Kurikulum harus mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga
murah. Tepat pelaksanaannya dan menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu,
tenaga, dan biaya.
1.

Prinsip Efektifitas

Keberhasilan

pelaksanaan kurikulum harus diperhatikan, baik kuantitas maupun kualitas.

Keberhasilan kuntitas ditinjau dari komponen-komponen kurikulum, seperti tujuan, isi, proses
belajar, dan evaluasi. Sedangkan keberhasilan kualitasnya dilihat dari hasil pelaksanaan kurikulum
yang ada.
1.

Prinsip khusus

Adapun prinsip khusus yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, antara lain:
prinsip keimanan, nilai dan budi pekerti luhur, penguasaan integrasi nasional, keseimbangan etika,
logika, estetika, dan kinetika, kesamaan memperoleh kesempatan, abad pengetahuan dan
teknologi informasi, pengembangan keterampilan hidup, berpusat pada anak, serta pendekatan
menyeluruh dan kemitraan.
1.

Pengertian Kurikulum

Istilah Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang
pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda
satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang
bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni Curriculae, artinya jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan
menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya
merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran,
sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat
lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai
jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh
perolehan suatu ijazah tertentu. Di Indonesia istilah kurikulum boleh dikatakan baru menjadi
populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di
Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim
digunakan adalah rencana pelajaran pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan
rencana pelajaran.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject
matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang
telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi pelajaran yang
disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna
baginya.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi
siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun
sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah
mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan

siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar,


halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara
efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan
dalam suatu kurikulum.
Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak
berbeda

dengan

pengertian-pengertian

sebelumnya

lebih

menekankan

bahwa

kurikulum

merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini
menyatakan sebagai berikut:
Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which
pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not (Romine, 1945,h. 14).
Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas
saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas
antara

intra

dan

ekstra

kurikulum.

Semua

kegiatan

yang

memberikan

pengalaman

belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang No.20 TH. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun
bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. (Pasal 1 Butir 6
KemendiknasNo.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa).
Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai tujuan tertentu,
yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi. (Badan Standardisasi
Nasional SIN 19-7057-2004 tentang Kurikulum Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi
Dokter Perusahaan).
Dari berbagai macam pengertian kurikulum diatas kita dapat menarik garis besar pengertian
kurikulum yaitu:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
1.

Landasan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia,
maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum
membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat
dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat
pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan
nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan

jenjang masing-masing satuan pendidikan. (Bab IX, Ps.37). Pengebangan kurikulum berlandaskan
faktor-faktor sebagai berikut:
1.

Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan
tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan
kurikulum suatu satuan pendidikan.

2.
3.

Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.


Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik perkembangan peserta
didik.

4.

Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal),
lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan lingkungan hidup (bioekologi), serta
lingkungan alam (geoekologis).

5.

Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi,


kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.

6.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem nilai dan
kemanusiawian serta budaya bangsa.

Keenam faktor tersebut saling kait-mengait antara satu dengan yang lainnya.
1.

Filsafat dan tujuan pendidikan

Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat. Berdasarkan cita-cita tersebut
terdapat landasan, mau dibawa kemana pendidikan anak. Dengan kata lain, filsafat pendidikan
merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang
tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar yang bersifat
mendidik. Filsafat pendidikan dipengeruhi oleh dua hal pokok, yakni (1). Cita-cita masyarakat, dan
(2). Kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat.
Nilai-nilai filsafat pendidikan harus dilaksanakan dalam perilaku sehari-hari. Hal ini menunjukkan
pentingnya filsafat pendidikan sebagai landasan dalam rangka pengembangan kurikulum.
Filsafat pendidikan sebagai sumber tujuan. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau
perbuatan seseorang atau masyarakat. Dalam filsafat pendidikan terkandung cita-cita tentang
model manusia yang diharapakan sesuai dengan nilai-nilai yang disetujui oleh individu dan
masyarakat. Karena itu, filsafat pendidikan harus dirumuskan berdasarkan kriteria yang bersifat
umum dan obyektif. Hopkin dalam bukunya Interaction The democratic Process, mengemukakan
kriteria antara lain:
1) Kejelasan, filsafat/keyakinan harus jelas dan tidak boleh meragukan.
2) Konsisten dengan kenyataan, berdasarkan penyelidikan yang akurat.
3) Konsisten dengan pengalaman, yang sesuai dengan kehidupan individu.
1.

Sosial budaya dan agama yang berlaku di masyarakat

Keadaan sosial budaya dan agama tidaklah terlepas dari kehidupan kita. Keadaan sosial budayalah
yang sangat berpengaruh pada diri manusia, khususnya sebagai peserta didik. Sikap atau tingkah
laku seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh interaksi sosial yang membuat sseeorang untuk
bertingkah laku yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar. Agama yang
membatasi tingkah laku kita juga sangat besar pengaruhnya dalam membuat suatu kurikulum.
1.

Perkembangan Peserta didik yang menunjuk pada karateristik perkembangannya

Setiap peserta didik pasti mempunyai karateristik yang berbeda. Dengan keadaan peserta didik
yang memiliki perbedaan dalam hal kemampuan beradaptasi atau dalan hal perkembangan,
tentunya juga ikut ambil bagian dalam melandasi terwujudnya kurikulum yang sesuai dengan
harapan. Kurikulum akan dibuat sedemikian rupa untuk mengimbangi perkembangan peserta
didiknya.
1.

Kedaaan lingkungan

Dalam arti yang luas, lingkungan merupakan suatu sistem yang disebut ekosistem, yang meliputi
keseluruhan faktor lingkungan, yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan di atas bumi ini.
Faktor-faktor dalam ekosistem itu, meliputi:
1) Lingkungan manusiawi/interpersonal
2) Lingkungan sosial budaya/kultural
3) Lingkungan biologis, yang meliputi flora dan fauna
4) Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.
Masing-masing faktor lingkungan memiliki sumber daya yang dapat digunakan sebagai modal atau
kekuatan yang mempengaruhi pembangunan. Lingkungan manusiawi merupakan sumber daya
menusia (SDM), baik dalam jumlah maupun dalam mutunya. Lingkungan sosial budaya merupakan
sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber daya yang
terkait erat dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
1.

Kebutuhan Pembangunan

Tujuan pokok pembangunan adalah untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia
dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk
mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, adil dan merata. Keberhasilan
pembangunan ditandai oleh terciptanya suatu masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera.
Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, maka dilaksanakan proses pembangunan yang
titik

beratnya

terletak

pada

pembangunan

ekonomi

yang

seiring

dan

didukung

oleh

pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, serta upaya-upaya pembangunan di


sektor lainnya. Hal ini menunjuk pada kebutuhan pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang
perlu dibangun itu sendiri, yang bidang-bidang industri, pertanian, tenaga kerja, perdagangan,
transportasi, pertambangan, kehutanan, usaha nasional, pariwisata, pos dan telekomunikasi,
koperasi, pembangunan daerah, kelautan, kedirgantaraan, keuangan, transmigrasi, energi dan
lingkungan hidup (GBHN, 1993).
Gambaran tentang proses dan tujuan pembangunan tersebut di atas sekaligus menggambarkan
kebutuhan pembangunan secara kesuluruhan. Hal mana memberikan implikasi tertentu terhadap
pendidikan di perguruan tinggi. Dengan kata lain, penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi
harus disesuaikandan diarahkan pada upaya upaya dan kebutuhan pembangunan, yang
mencakup pembangunan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Penyelenggaraan pendidikan diarahkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan keilmuan dan keahlian, yang bersifat mendukung
ketercapaian cita-cita nasional, yakni suatu masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera.
1.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi

Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam rangka
mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan iptek terhadap
pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat
mandiri, maju dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan tersebut, maka
ada tiga hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni:
1)

Pembangunan iptek harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan efektif dengan

pembinaan sumber daya manusia, pengembangan sarana dan prasarana iptek, pelaksanaan
penelitian dan pengembangan serta rekayasa dan produksi barang dan jasa.
2)

Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk meningkatkan kualitas

kesejahteraan dan kehidupan bangsa.


3)

Pembangunan iptek harus selaras (relevan) dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya

bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup.


4)

Pembangunan iptek harus berpijak pada upaya peningkatan produktivitas, efisiensi dan

efektivitas penelitian dan pengembangan yang lebih tinggi.


5)

Pembangunan iptek berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang dapat memberikan

pemecahan masalah konkret dalam pembangunan.


Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmupengetahuan dan tekhnologi dilaksanakan
oleh berbagai pihak, yakni:
1)

Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan iptek untuk menunjang pembangunan

dalam segala bidang.


2)

Masyarakat,

yang

memanfaatkan

iptek

itu

untuk

pengembangan

masyarakat

dan

mengembangkannya secara swadaya.


3)

Akademisis

terutama

di

lingkungan

perguruan

tinggi,

mengembangkan

iptek

untuk

disumbangkan kepada pembangunan.


4) Pengusaha, untuk kepentingan meningkatan produktivitas.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan
kurikulum, yaitu: (1) filosofis ; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan
tekhnologi.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.
1.

Landasan Filosofis

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam
Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme,
essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan
kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai
terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada
pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran
filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.

1.

Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari
warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang
memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada
kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini
lebih berorientasi ke masa lalu.

2.

Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan


dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi
kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.

3.

Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup


dan makna. Untuk memahamu kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran
ini mempertanyakan bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?

4.

Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat


pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan
landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.

5.

Rekonstruktivisme
rekonstruksivisme,

merupakan

peradaban

elaborasi

manusia

lanjut

masa

dari

depan

aliran

sangat

progresivisme.
ditekankan.

Pada

Disamping

menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstuktivisme lebih


jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis , memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu?
Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses.
Aliran filsafat Perenialisme, Essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang
mendasari

terhadap

progresivisme

pengembangan Model

memberikan

dasar

bagi

Kurikulum

Subjek-Akademis. Sedangkan,

pengembangan Model

Kurikulum

filsafat

Pendidikan

Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam Pengembangan Model


Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu,
dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara
eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait
dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di
Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu
dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
Berdasarkan luas lingkup yang menjadi objek kajiannya, filsafat dapat dibagi dalam dua cabang
besar, yaitu: 1) Filsafat Umum atau Fisafat Murni, dan 2) Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan.
Cabang Filsafat Umum terdiri atas:
1) Metafisika, membahas hakikat kenyataan atau realitas yang meliputi (1) metafisika umum atau
ontologi, dan (2) metafisika khusus yang meliputi kosmologi (hakikat alam semesta), teologi
(hakikat ketuhanan) dan antrofologi filsafat (hakikat manusia).
2) Epistemologi dan logika, membahas hakikat pengetahuan (sumber pengetahuan, metode
mencari pengetahuan, kesahihan pengetahuan,

dan batas-batas pengetahuan); dan hakikat

penalaran (induktif dan deduktif).A


3) Aksiologi, membahas hakikat nilai dengan cabang-cabangnya etika (hakikat kebaikan), dan
estetika (hakikat keindahan).

Cabang-cabang filsafat khusus atau filsafat terapan, pembagiannya didasarkan pada kekhususan
objeknya antara lain: filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat ilmu, filsafat religi, filsafat moral,
filsafat ilmu, dan filsafat pendidikan.
Manfaat Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran filsafat untuk
memecahkan

permasalahan

pendidikan.

Dengan

demikian

filsafat

memiliki

memberikan kontribusi yang besar terutama dalam memberikan kajian

manfaat

dan

sistematis berkenaan

dengan kepentingan pendidikan. Nasution (1982) mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat


pendidikan, yaitu:
1) Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak-anak melalui pendidikan
di sekolah? Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan untuk mendidik anak-anak ke arah yang
dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa, dan negara.
2) Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita mendapat
gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai. Manusia yang bagaimanakah yang harus
diwujudkan melalui usaha-usaha pendidikan itu?
3) Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan.
4) Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya, hingga manakah tujuan itu
tercapai.
5) Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidikan.
Filsafat dan Tujuan Pendidikan
Pandangan-pandangan

filsafat

sangat

dibutuhkan

dalam

pendidikan,

terutama

dalam

menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik
akan dibawa. Untuk itu harus ada kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup
dan eksistensinya. Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok
masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat mempengaruhi tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan
rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya dicapai.
Tujuan

pendidikan

memuat

pernyataan-pernyataan

mengenai

berbagai

kemampuan

yang

diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan sistem nilai dan falsafah yang
dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau filsafat yang dianut oleh suatu komunitas akan
memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkannya.
Dengan kata lain, filsafat suatu negara tidak bisa dipungkiri akan mempengaruhi tujuan pendidikan
di negara tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan
tujuan pendidikan di negara lainnya, sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat yang
dianutnya.
2.

Landasan Psikologis

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi
yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi
belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan,

pentahapan

perkembangan,

aspek-aspek

perkembangan,

tugas-tugas

perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks
belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai
aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologis
yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella
Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan karakteristik
mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif
dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:
1.

Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk
melakukan suatu aksi.

2.

Bawaan; yaitu karakteristik fisisk yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau
informasi.

3.

Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.

4.

Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang;

5.

Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.

Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya
manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada
permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan
lebih

mendalam

serta

merupakan

pusat

kepribadian

seseorang.

Kompetensi

permukaan

(pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan Pelatihan merupakan hal tepat untuk
menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali
dan dikembangkan.
Psikologi Belajar dan Pengembangan Kurikulum Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang
bagaimana individu belajar. Pembahasan tentang psikologi belajar erat kaitannya dengan teori
belajar. Pemahaman tentang teori-teori belajar berdasarkan pendekatan psikologis adalah upaya
mengenali kondisi objektif terhadap individu anak yang sedang mengalami proses belajar dalam
rangka pertumbuhan dan perkembangan menuju kedewasaannya. Pemahaman yang luas dan
komprehensif tentang berbagai teori belajar akan memberikan kontribusi yang sangat berharga
bagi para

pengembang kurikulum baik

di tingkat makro

maupun tingkat

mikro untuk

merumuskan model kurikulum yang diharapkan. Pendekatan terhadap belajar berdasarkan satu
teori tertentu merupakan asumsi yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaannya berkaitan
dengan aspek-aspek dan akibat yang kungkin ditimbulkannya.
3.

Landasan Sosial-Budaya

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan
bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan
serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus
acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia manusia yang menjadi terasing
dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti
dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses
pendidikan

harus

disesuaikan

dengan

kebutuhan,

kondisi,

karakteristik,

kekayaan

dan

perkembangan yang ada di masyakarakat.


Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya tersendiri yang mengatur
pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarkat. Salah satu aspek penting dalam
sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku
para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segisegi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut
berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan
penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan
manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat
peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah
seharusnya mempertimbankan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya
dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
Gagasan pemerintah untuk merealisasikan pengembangan kurikulum muatan lokal tersebut yang
dimulai pada sekolah dasar, telah diwujudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 0412/U/1987 Tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan Muatan Lokal Sekolah
Dasar kemudian disusul dengan penjabaran pelaksanaannya dalam Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah No. 173/C/Kep/M/1987 Tanggal 7 Oktober 1987. Dalam
sambutannya Mendikbud menyatakan: Dalam hal ini harus diingat bahwa adanya muatan lokal
dalam kurikulum bukan bertujuan agar anak terjerat dalam lingkungannya semata-mata. Semua
anak berhak mendapat kesempatan guna lebih terlibat dalam mobilitas yang melampaui batas
lingkungannya sendiri (Umar Tirtarahardja dan la Sula, 2000:274).
Contoh kurikulum muatan lokal yang saat ini sudah dilaksanakan di sebagian besar sekolah adalah
Mata Pelajaran Keterampilan, Kesenian, dan Bahasa Daerah. Tujuan pengembangan kurikulum
muatan lokal dapat dilihat dari kepentingan nasional dan kepentingan peserta didik. Dalam
hubungannya dengan kepentingan nasional muatan lokal bertujuan:
a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah.
b. Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan kearah yang positif.
Jika dilihat dari sudut kepentingan peserta didik pengemangan kurkulum muatan lokal bertujuan:
a. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap lingkungannya (lingkungan alam, sosial, dan
budaya).

b. Mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya sehingga mereka tidak asing dengan
lingkungannya.
c. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk memecahkan masalah yang
ditemukan di lingkungan sekitarnya (Umar Tirtarahardja dan La Sula, 2000:276
4.

Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi

Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang
dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah

aplikasi dari ilmu

pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi
tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan telah berkembang dengan
pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil
pemikiran para filsuf purba seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey, Archimides, dan lainlain.
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana,
namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teoriteori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin
berkembang.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan
baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli
suatu

bangsa

atau

kelompok

tertentu.

Baik

secara

langsung

maupun

tidak

langsung

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan pendidikan. Industri
dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alatalat dan bahan yang secara langsung
atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya manusia
yang handal untuk mengaplikasikannya.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak
mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa
menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong
merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah
berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.
Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada
konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan
melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan
yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum
yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar
bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta
menngatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu,
kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti
televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan
untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk
teknologi komunikasi yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta
kecakapan yang memadai dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat
pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan
masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi

secara langsung

berimplikasi terhadap

pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan,


penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak
langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat

membekali

peserta didik

agar memiliki

kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu


pengetahuan

dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga

dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.

D.

KESIMPULAN

Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun kurikulum
sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan landasan yang kuat
dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan
pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional
yang telah digariskan dalam UU no. 20 tahun 2003.
Pada

prinsipnya

ada

empat

landasan

pokok

yang

harus

dijadikan

dasar

dalam

setiap

pengembangan kurikulum, yaitu:


1.

Landasan Filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat

pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Asumsiasumsi filosofis tersebut berimplikasi pada permusan tujuan pendidikan, pengembangan isi
atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik dan peranan
pendidik.
2.

Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi yang dijadikan titik

tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologi yang harus menjadi acuan yaitu
psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan mempelajari proses dan
karaktersitik perkembangan peserta didik sebagai subjek pendidikan, sedangkan psikologi belajar
mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar. Ada tiga jenis teori belajar yang
mempunyai pengaru besar dalam pengembangan kurikulum, yaitu teori belajar kognitif,
behavioristik, dan humanistic.

3.

Landasan sosial budaya, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antrofologi

yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Karakterstik sosial budaya di mana
peserta didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang akan dikembangkan.
4.
atau

Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset
penelitian

dan

aplikasi

dari

ilmu

pengetahuan

yang

menjadi

titik

tolak

dalam

mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum membutuhkan sumbangan dari berbagai


kajian ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware maupun software sehingga pendidikan
yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pngetahuan dan
teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, O. (1990). Pengembangan Kurikulum: Dasar-dasar dan Perkembangannya. Bandung:
Mandar Maju.
Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: P2LPTK
Kaber, A. (1988). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.
Nasution, S. (2005). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Syadih, S. Nana. (1997). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.
Sutikno, M. Sobry. (2009). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Prospect.

A.

Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum


Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman
belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat,
nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para
ahli pendidikan/ ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidikan, pejabat pendidikan,
pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan
maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses
pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh
siswa sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Hal ini
berarti bahwa kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar
sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
masyarakat yang sedang membangun. Pengembangan kurikulum harus didasarkan
pada prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar hasil
pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan peserta
didik, lingkungan, kebutuhan daerah sehingga dapat memperlancar pelaksanaan
proses pendidikan dalam rangka perwujudan atau pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengelompokkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum ke dalam dua bagian yaitu prinsip-prinsip umum dan
prinsip-pinsip khusus.
1. Prinsip-Prinsip Umum yang terdiri dari lima prinsip :
a. Prinsip Relevansi
- Relevansi keluar kurikulum yaitu tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup
dalam kurikulum itu sendiri. Maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang
tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat, yang menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja
dalam masyarakat. Isi kurikulum mempersiapkan siswa sekarang dan siswa yang
akan datang untuk tugas yang ada dalam perkembangan masyarakat.
- Relevansi didalam kurikulum yaitu: adanya kesesuaian atau konsistensi antara
kompenen-kompenen kurikulum yaitu antara tujuan, isi proses penyampaian dan
penilaian. Relevansi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
b. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum
mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan
ditempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang
berbeda. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang
solid, tetapi dalam pelaksanaannya mungkin terjadinya penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.
c. Prinsip Kontinuitas (kesinambungan)
Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan,
tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman
belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu
tingkat kelas, dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang
lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan
kurikulum perlu dilakukan serempak bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi
dan kerja sama antara para pengembangan kurikulum sekolah dasar dengan SMTP,
SMTA, dan Perguruan Tinggi.
d. Prinsip Praktis
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana

dan biayanya juga murah. dan efisien.. Walaupun bagus dan idealnya suatu
kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan-peralatan yang sangat
khusus dan mahal biayanya maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar
dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasanketerbatasan , baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum
bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis
e. Prinsip Efektivitas
Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya
tetap harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara
kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan
dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan dibidang
pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijaksanaankebijaksanaan pemerintah dibidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan
mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
Kurikulum pada dasarnya berintikan empat aspek utama yaitu:
a. Tujuan-tujuan pendidikan.
b. Isi Pendidikan
c. Pengalaman belajar
d. Penilaian
Keempat aspek diatas serta kebijaksanaan pendidikan perlu selalu mendapat
perhatian dalam pengembangan kurikulum.

2. Prinsip-Prinsip Khusus
Prinsip-prinsip khusus ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman
belajar dan penilaian. Prinsip khusus ini terdiri dari lima hal yakni:
Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan merupakan pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan.
Perumusan kompenen-kompenen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau
berjangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perumusan tujuan
pendidikan bersumber pada:
Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumendokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk
didalamnya pendidikan
Survai mengenai persepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan mereka yang
dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka
Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun
melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa
Survai tentang manpower
Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama
Penelitian
Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan keutuhan pendidikan yang telah
ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal
yaitu:
Perlu penjabaran tujuan pendidikan/ pengajaran kedalam bentuk perbuatan hasil
belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar
dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar
Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
Pengetahuan, sikap dan ketrampilan diberikan secara simultan dalam urutan
situasi belajar
Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan halhal sebagai berikut:

Apakah metode/ teknik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk mengajarkan


bahan pelajaran?
Apakah metode/ teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga
dapat melayani perbedaan individual siswa
Apakah metode/ teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkattingkat?
Apakah metode/ teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan yuntuk mencapai
tujuan, kognitif, afektif dan psikomotor?
Apakah metode/ teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa atau mengaktifkan guru
atau kedua-duanya.
Apakah metode/ teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru.?
Apakah metode/ teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar disekolah
dan di rumah juga mendorong penggunaan sumber yang ada dirumah dan di
masyarakat?
Untuk belajar ketrampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan
learning by doing di samping learning by seeing and knowing.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan
alat-alat bantu pengajaran yang tepat.
Alat / media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia?
Bila alat tersebut tidak ada apa penggantinya?
Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan bagaimana
pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya dan waktu pembuatannya?
Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk
modul, paket belajar, dan lain-lain?
Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran:
Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah :
Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif,
afektif dan psikomotor. Uraikan kedalam bentuk tingkah laku murid yang dapat
diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran. Tuliskan butir-butir test.
Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan : bagaimana kelas,
usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan dites?. Berapa lama waktu
dibutuhkan untuk pelaksanaan test?. Apakah test tersebut berbentuk uraian atau
objektif?. Berapa banyak butir test perlu disusun?. Apakah test tersebut
diadministrasikan oleh guru atau oleh murid?
Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?
Apakah digunakan formula quessing?
Bagaimana pengubahan skor mentah ke dalam skor masak?
Skor standar apa yang digunakan?
Untuk apakah hasil-hasil test digunakan?
Pengembangan kurikulum sekolah di Indonesia mengikuti prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang berbeda, namun sasaran yang hendak dicapai
adalah sama , yaitu dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional
pada umumnya dan tujuan pendidikan nasional pada khususnya dengan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pengembangan kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia antara lain:
Kurikulum 1975; mengacu pada prinsip pengembangan:
- Fleksibelitas,
- Efesiensi dan efektivitas,
- Berorientasi pada tujuan,

- Kontinuitas,
- Pendidikan seumur hidup,
Kurikulum 1984; mengacu pada prinsip:
- Relevansi,
- Pendekatan pengembangan,
- Pendidikan seumur hidup,
- Keluwesan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); mengacu pada:
- Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya,
- Beragam dan terpadu,
- Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
- Relevan dengan kebutuhan kehidupan,
- Menyeluruh dan berkesinambungan,
- Belajar sepanjang hayat,
- Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah,
B. Pihak-Pihak Yang Berperan Dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi,
yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu
pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari
pihak-pihak tersebut secara terus menerus turut terlibat dalam pengembangan
kurikulum
Peranan para administrator pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri atas: direktur bidang pendidikan, pusat
pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan
kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator di tingkat pusat
dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasr hukum, menyusun
kerangka dasar serta program inti kurikulum. Kerangka dasar dan program inti
tersebut akan menentukan minimum course yang dituntut.
Para kepala sekolah mempunyai wewenang dalam membuat operasionalisasi
sistem pendidikan pada masing-masing sekolah. Para kepala sekolah ini
sesungguhnya secara terus menrus terlibat dalam pengembangan dan
implementasi kurikulum, memberikan dorongan dan bimbingan kepada guru-guru.
Peran kepala sekolah lebih banyak berkenaan dengan implementasi kurikulum dan
menciptakan kondisi untuk pengembangan kurikulum di sekolahnya. Kepala
sekolah merupakan figur kunci di sekolahnya kepemimpinannya mempengaruhi
suasana sekolah dn pengembangan kurikulum.
Peran para ahli
Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum sangat dibutuhkan dalam
pengembangan kurikulum pada tingkat pusat. Apabila pengembangan kurikulum
sudah banyak dilakukan pada tingkat daerah atau lokal, maka partisipasi mereka
pada tingkat daerah, lokal bahkan sekolah juga sangat diperlukan , sebab apa yang
telah digariskan pada tingkat pusat belum tentu dapat dengan mudah dipahami
oleh para pengembang dan pelaksana kurikulum di daerah.
Pengembangan kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang studi/
bidang ilmu yang juga mempunyai wawasan tentang pendidikan serta
perkembangan kebutuhan masyarakat. Sumbangan mereka dalam memilih materi
bidang ilmu yang mutakhir dan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat sangat diperlukan. Mereka juga sangat diharapkan partisipasinya
dalam menyusun materi ajaran dalam sekuens yang sesuai dengan struktur
keilmuan tetapi sangat memudahkan para siswa untuk mempelajarinya.
Peran guru
Peran guru sangat penting dalam perancangan maupun dalam pelaksanaan
kurikulum. Guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi
kelasnya. Meskipun guru tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang
kurikulum, namun guru mampu menerjemahkan kurikulum yang datang dari atas

dengan mengolah, meramu kembali kurikulum yang datang dari pusat untuk
disajikan di kelasnya. Karena guru merupakan barisan pengembang kurikulum
yang terdepan maka guru juga yang selalu melakukan evaluasi dan
penyempurnaan terhadap kurikulum.
Peran guru bukan hanya menilai prilaku dan partisipasi belajar murid dalam kelas,
tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih luas. Peran
guru di kelas adalah seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar,
pengembang alat-alat belajar, pencoba, penyusunan organisasi, manajer sistem
pengajaran, pembimbing baik di sekolah maupun di masyarakat. Guru sebagai
pelaksana kurikulum yang menciptakan kegiatan belajar mengajar untuk muridnya.
Guru menciptakan situasi belajar yang aktif , menggairahkan, penuh kesungguhan,
dan mampu mendorong kreativitas anak dengan ketrampilan dan kemampuan
seninya dalam mengajar.
Peran orang tua murid
Peran orang tua dalam pengembangan kurikulum hanya terbatas pada beberapa
orang saja yang cukup waktu dan yang mempunyai latar belakang yang memadai.
Peran orang tua lebih besar dalam pelaksana kurikulum karena dalam
pelakasanaan kurikulum diperlukan kerjasama yang sangat erat dengan guru atau
sekolah. Didalam kegiatan kurikulum dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah.
Tentu saja peran orang tua sangat diperlukan untuk mengikuti dan mengamati
kegiatan belajar anaknya di rumah dan orang tua secara berkala akan menerima
laporan kemajuan anaknya berupa rapor sebagai alat komunikasi program
pendidikan di sekolah. Orang tua dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan di
sekolah melalui kegiatan diskusi, lokakarya, seminar, pertemuan orang tua-guru,
pameran sekolah, dan sebagainya. Kegiatan kegiatan tersebut akan memberikan
umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Menghambat Pengembangan Kurikulum
Faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatankekuatan yang ada dalam masyarakat yaitu:
a) Perguruan tinggi
Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum
serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di Perguruan
Tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam
kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung
pengembangan alat bantu dan media pendidikan. Kurikulum Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui
penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya
b) Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk
kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah
sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di mana sekolah tersebut berada.
Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi
yang ada di masyarakat, salah satu kekuatan yang ada di masyarakat adalah dunia
usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarakat mempengaruhi
pengembangan kurikulum sebab sekolah bukan hanya mempersiapkan anak untuk
hidup, tetapi juga untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan dan perusahaan
yang ada di masyarakat menuntut persiapannya di sekilah.
c) Sistem nilai
Sistem nilai yang ada dalam masyarakat adalah sistem nilai moral, keagamaan,
sosial, budaya dan nilai politis.. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga
bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai
yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam
kurikulum. Masalah utama yang dihadapi para pengembang kurikulum menghadapi

nilai adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya.heterogen Masyarakat
umumnya heterogen dan multifaset. Masyarakat memiliki kelompokkelompok
etnis, kelompok intelek, kelompok sosial dan spiritual. Dalam masyarakat juga
terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, fisik, estetika, etika, religius dan
sebagainya. Aspek-aspek tersebut mengandung nilai-nilai yang berbeda.
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai pada siswa adalah:
1) Guru harus mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam
masyarakat.
2) Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis dan moral
3) Guru berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
4) Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain
5) Guru memahami dan menerima keragaman budaya sendiri.
Hambatan pengembangan kurikulum
Penghambat dalam pengembangan kurikulum terletak pada:
Guru :
Guru yang kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum karena
kekurangan waktu, kekurangsesuaian pendapat baik antara sesama guru maupun
dengan kepala sekolah dan administrator. Sebab lain karena kurangnya
pengetahuan dan kemampuan dari guru tersebut.
Masyarakat:
Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam
pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan
atau kurikulum yang sedang berjalan Masyarakat adalah sumber input dari
sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan
membutuhkan bantuan , serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat.
Biaya:
Hambatan yang tidak kalah pentingnya adalah terbatasnya dana untuk mendukung
pengembangan kurikulum, apalagi jika pengembangan kurikulum banyak
berbentuk kegiatan eksperimen baik metode, isi atau sistem secara keseluruhan
yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Pengembangan kurikulum dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsipprinsip yang sedang berlaku agar hasil pengembangan tersebut sesuai dengan
minat, bakat, kebutuhan peserta didik, lingkungan dan kebutuhan daerah sehingga
dapat memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka perwujudan
atau pencapaian tujuan pendidikan nasional.
2) Pihak-pihak yang berperan dalam pengembangan kurikulum yaitu:
Administrator pendidikan
Ahli pendidikan
Guru
Orangtua murid
3) Kurangnya partisipasi guru dan dukungan masyarakat, serta terbatasnya dana
merupakan faktor penghambat dalam pengembangan kurikulum.
B. Saran
a. Sebagai pelaksana kurikulum, guru hendaknya mampu menciptakan situasi

belajar yang aktif dan mampu mendorong kreatifitas siswa.


b. Dalam pengembangan kurikulum, hendaknya pihak-pihak yang berperan
(administrator pendidikan, ahli pendidikan, guru dan orangtua siswa) duduk
bersama untuk dapat menghasilkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik/siswa dan daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Miller, John P dan Seller, Wayne. 1985. Curriculum Perspectives and Practice,
London: Longman
Sukmadinata, N.S. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Bandung :
Remaja Rosda Karya
Subandijah. 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?
menu=bmpshort_detail2&ID=424.
http://thita-lil.blogspot.com/2008/06/prinsip-prinsip-dalampengembangan.html.

http://asnidawati.blogspot.com/2009/04/bab-i-pendahuluan.html

Anda mungkin juga menyukai