Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KURIKULUM
Mar
1.
28
Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk mencari bagaimana
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu lembaga. Pengembangan kurikulum di
arahkan pada pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan
menjadi isi kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi. Adapun selain berpedoman
pada landasan-landasan yang ada, pengembangan kurikulum juga berpijak pada prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum.
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36 ayat 1 bahwa
pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu kurikulum diharapkan memberkan landasan, isi dan
menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan
dan tantangan perkembangan masyarakat.
Setiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada sejumlah landasan, juga harus
menerapkan atau menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap
pengembangan kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam pengembangannya
mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip yang telah disepakati. Prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
1.
Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara komponen tujuan, isi, strategi, dan evaluasi.
Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum,yaitu relevansi keluar dan relevansi di
dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi keluar yaitu tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup
dalam kurkulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Adapun relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu
antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi ini menunjukkan suatu
keterpaduan kurikulum.
1.
Prinsip
Prinsip Fleksibilitas
fleksibilitas
berkenaan
dengan
kebebasan/keluwesan
yang
dimiliki
guru
dalam
mengimplementasikan kurikulum dan adanya alternatif pilihan program pendidikan bagi siswa
sesuai dengan minat dan bakatnya.
1.
Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambungan materi pelajaran antarberbagai jenis
dan jenjang sekolah serta antartingkatan kelas. Perkembangan dan proses belajar berlangsung
secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti-henti.
1.
Kurikulum harus mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga
murah. Tepat pelaksanaannya dan menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu,
tenaga, dan biaya.
1.
Prinsip Efektifitas
Keberhasilan
Keberhasilan kuntitas ditinjau dari komponen-komponen kurikulum, seperti tujuan, isi, proses
belajar, dan evaluasi. Sedangkan keberhasilan kualitasnya dilihat dari hasil pelaksanaan kurikulum
yang ada.
1.
Prinsip khusus
Adapun prinsip khusus yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, antara lain:
prinsip keimanan, nilai dan budi pekerti luhur, penguasaan integrasi nasional, keseimbangan etika,
logika, estetika, dan kinetika, kesamaan memperoleh kesempatan, abad pengetahuan dan
teknologi informasi, pengembangan keterampilan hidup, berpusat pada anak, serta pendekatan
menyeluruh dan kemitraan.
1.
Pengertian Kurikulum
Istilah Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang
pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda
satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang
bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni Curriculae, artinya jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan
menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya
merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran,
sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat
lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai
jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh
perolehan suatu ijazah tertentu. Di Indonesia istilah kurikulum boleh dikatakan baru menjadi
populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di
Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim
digunakan adalah rencana pelajaran pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan
rencana pelajaran.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject
matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang
telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi pelajaran yang
disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna
baginya.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi
siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun
sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah
mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan
dengan
pengertian-pengertian
sebelumnya
lebih
menekankan
bahwa
kurikulum
merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini
menyatakan sebagai berikut:
Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which
pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not (Romine, 1945,h. 14).
Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas
saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas
antara
intra
dan
ekstra
kurikulum.
Semua
kegiatan
yang
memberikan
pengalaman
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia,
maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum
membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat
dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat
pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan
nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan
jenjang masing-masing satuan pendidikan. (Bab IX, Ps.37). Pengebangan kurikulum berlandaskan
faktor-faktor sebagai berikut:
1.
Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan
tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan
kurikulum suatu satuan pendidikan.
2.
3.
4.
Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal),
lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan lingkungan hidup (bioekologi), serta
lingkungan alam (geoekologis).
5.
6.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem nilai dan
kemanusiawian serta budaya bangsa.
Keenam faktor tersebut saling kait-mengait antara satu dengan yang lainnya.
1.
Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat. Berdasarkan cita-cita tersebut
terdapat landasan, mau dibawa kemana pendidikan anak. Dengan kata lain, filsafat pendidikan
merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang
tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar yang bersifat
mendidik. Filsafat pendidikan dipengeruhi oleh dua hal pokok, yakni (1). Cita-cita masyarakat, dan
(2). Kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat.
Nilai-nilai filsafat pendidikan harus dilaksanakan dalam perilaku sehari-hari. Hal ini menunjukkan
pentingnya filsafat pendidikan sebagai landasan dalam rangka pengembangan kurikulum.
Filsafat pendidikan sebagai sumber tujuan. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau
perbuatan seseorang atau masyarakat. Dalam filsafat pendidikan terkandung cita-cita tentang
model manusia yang diharapakan sesuai dengan nilai-nilai yang disetujui oleh individu dan
masyarakat. Karena itu, filsafat pendidikan harus dirumuskan berdasarkan kriteria yang bersifat
umum dan obyektif. Hopkin dalam bukunya Interaction The democratic Process, mengemukakan
kriteria antara lain:
1) Kejelasan, filsafat/keyakinan harus jelas dan tidak boleh meragukan.
2) Konsisten dengan kenyataan, berdasarkan penyelidikan yang akurat.
3) Konsisten dengan pengalaman, yang sesuai dengan kehidupan individu.
1.
Keadaan sosial budaya dan agama tidaklah terlepas dari kehidupan kita. Keadaan sosial budayalah
yang sangat berpengaruh pada diri manusia, khususnya sebagai peserta didik. Sikap atau tingkah
laku seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh interaksi sosial yang membuat sseeorang untuk
bertingkah laku yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar. Agama yang
membatasi tingkah laku kita juga sangat besar pengaruhnya dalam membuat suatu kurikulum.
1.
Setiap peserta didik pasti mempunyai karateristik yang berbeda. Dengan keadaan peserta didik
yang memiliki perbedaan dalam hal kemampuan beradaptasi atau dalan hal perkembangan,
tentunya juga ikut ambil bagian dalam melandasi terwujudnya kurikulum yang sesuai dengan
harapan. Kurikulum akan dibuat sedemikian rupa untuk mengimbangi perkembangan peserta
didiknya.
1.
Kedaaan lingkungan
Dalam arti yang luas, lingkungan merupakan suatu sistem yang disebut ekosistem, yang meliputi
keseluruhan faktor lingkungan, yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan di atas bumi ini.
Faktor-faktor dalam ekosistem itu, meliputi:
1) Lingkungan manusiawi/interpersonal
2) Lingkungan sosial budaya/kultural
3) Lingkungan biologis, yang meliputi flora dan fauna
4) Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.
Masing-masing faktor lingkungan memiliki sumber daya yang dapat digunakan sebagai modal atau
kekuatan yang mempengaruhi pembangunan. Lingkungan manusiawi merupakan sumber daya
menusia (SDM), baik dalam jumlah maupun dalam mutunya. Lingkungan sosial budaya merupakan
sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber daya yang
terkait erat dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
1.
Kebutuhan Pembangunan
Tujuan pokok pembangunan adalah untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia
dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk
mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, adil dan merata. Keberhasilan
pembangunan ditandai oleh terciptanya suatu masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera.
Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, maka dilaksanakan proses pembangunan yang
titik
beratnya
terletak
pada
pembangunan
ekonomi
yang
seiring
dan
didukung
oleh
Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam rangka
mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan iptek terhadap
pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat
mandiri, maju dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan tersebut, maka
ada tiga hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni:
1)
Pembangunan iptek harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan efektif dengan
pembinaan sumber daya manusia, pengembangan sarana dan prasarana iptek, pelaksanaan
penelitian dan pengembangan serta rekayasa dan produksi barang dan jasa.
2)
Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk meningkatkan kualitas
Pembangunan iptek harus selaras (relevan) dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya
Pembangunan iptek harus berpijak pada upaya peningkatan produktivitas, efisiensi dan
Masyarakat,
yang
memanfaatkan
iptek
itu
untuk
pengembangan
masyarakat
dan
Akademisis
terutama
di
lingkungan
perguruan
tinggi,
mengembangkan
iptek
untuk
Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam
Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme,
essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan
kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai
terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada
pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran
filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
1.
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari
warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang
memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada
kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini
lebih berorientasi ke masa lalu.
2.
3.
4.
5.
Rekonstruktivisme
rekonstruksivisme,
merupakan
peradaban
elaborasi
manusia
lanjut
masa
dari
depan
aliran
sangat
progresivisme.
ditekankan.
Pada
Disamping
terhadap
progresivisme
pengembangan Model
memberikan
dasar
bagi
Kurikulum
Subjek-Akademis. Sedangkan,
pengembangan Model
Kurikulum
filsafat
Pendidikan
Cabang-cabang filsafat khusus atau filsafat terapan, pembagiannya didasarkan pada kekhususan
objeknya antara lain: filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat ilmu, filsafat religi, filsafat moral,
filsafat ilmu, dan filsafat pendidikan.
Manfaat Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran filsafat untuk
memecahkan
permasalahan
pendidikan.
Dengan
demikian
filsafat
memiliki
manfaat
dan
sistematis berkenaan
filsafat
sangat
dibutuhkan
dalam
pendidikan,
terutama
dalam
menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik
akan dibawa. Untuk itu harus ada kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup
dan eksistensinya. Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok
masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat mempengaruhi tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan
rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya dicapai.
Tujuan
pendidikan
memuat
pernyataan-pernyataan
mengenai
berbagai
kemampuan
yang
diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan sistem nilai dan falsafah yang
dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau filsafat yang dianut oleh suatu komunitas akan
memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkannya.
Dengan kata lain, filsafat suatu negara tidak bisa dipungkiri akan mempengaruhi tujuan pendidikan
di negara tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan
tujuan pendidikan di negara lainnya, sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat yang
dianutnya.
2.
Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi
yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi
belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan,
pentahapan
perkembangan,
aspek-aspek
perkembangan,
tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks
belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai
aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologis
yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella
Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan karakteristik
mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif
dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:
1.
Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk
melakukan suatu aksi.
2.
Bawaan; yaitu karakteristik fisisk yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau
informasi.
3.
4.
5.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya
manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada
permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan
lebih
mendalam
serta
merupakan
pusat
kepribadian
seseorang.
Kompetensi
permukaan
(pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan Pelatihan merupakan hal tepat untuk
menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali
dan dikembangkan.
Psikologi Belajar dan Pengembangan Kurikulum Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang
bagaimana individu belajar. Pembahasan tentang psikologi belajar erat kaitannya dengan teori
belajar. Pemahaman tentang teori-teori belajar berdasarkan pendekatan psikologis adalah upaya
mengenali kondisi objektif terhadap individu anak yang sedang mengalami proses belajar dalam
rangka pertumbuhan dan perkembangan menuju kedewasaannya. Pemahaman yang luas dan
komprehensif tentang berbagai teori belajar akan memberikan kontribusi yang sangat berharga
bagi para
di tingkat makro
maupun tingkat
mikro untuk
merumuskan model kurikulum yang diharapkan. Pendekatan terhadap belajar berdasarkan satu
teori tertentu merupakan asumsi yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaannya berkaitan
dengan aspek-aspek dan akibat yang kungkin ditimbulkannya.
3.
Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan
bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan
serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus
acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia manusia yang menjadi terasing
dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti
dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses
pendidikan
harus
disesuaikan
dengan
kebutuhan,
kondisi,
karakteristik,
kekayaan
dan
b. Mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya sehingga mereka tidak asing dengan
lingkungannya.
c. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk memecahkan masalah yang
ditemukan di lingkungan sekitarnya (Umar Tirtarahardja dan La Sula, 2000:276
4.
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang
dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah
pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi
tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan telah berkembang dengan
pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil
pemikiran para filsuf purba seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey, Archimides, dan lainlain.
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana,
namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teoriteori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin
berkembang.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan
baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli
suatu
bangsa
atau
kelompok
tertentu.
Baik
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan pendidikan. Industri
dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alatalat dan bahan yang secara langsung
atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya manusia
yang handal untuk mengaplikasikannya.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak
mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa
menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong
merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah
berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.
Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada
konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan
melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan
yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum
yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar
bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta
menngatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu,
kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti
televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan
untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk
teknologi komunikasi yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta
kecakapan yang memadai dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat
pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan
masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Perkembangan
secara langsung
berimplikasi terhadap
membekali
peserta didik
agar memiliki
dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
D.
KESIMPULAN
Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun kurikulum
sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan landasan yang kuat
dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan
pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional
yang telah digariskan dalam UU no. 20 tahun 2003.
Pada
prinsipnya
ada
empat
landasan
pokok
yang
harus
dijadikan
dasar
dalam
setiap
Landasan Filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat
pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Asumsiasumsi filosofis tersebut berimplikasi pada permusan tujuan pendidikan, pengembangan isi
atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik dan peranan
pendidik.
2.
Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi yang dijadikan titik
tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologi yang harus menjadi acuan yaitu
psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan mempelajari proses dan
karaktersitik perkembangan peserta didik sebagai subjek pendidikan, sedangkan psikologi belajar
mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar. Ada tiga jenis teori belajar yang
mempunyai pengaru besar dalam pengembangan kurikulum, yaitu teori belajar kognitif,
behavioristik, dan humanistic.
3.
Landasan sosial budaya, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antrofologi
yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Karakterstik sosial budaya di mana
peserta didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang akan dikembangkan.
4.
atau
Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset
penelitian
dan
aplikasi
dari
ilmu
pengetahuan
yang
menjadi
titik
tolak
dalam
A.
dan biayanya juga murah. dan efisien.. Walaupun bagus dan idealnya suatu
kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan-peralatan yang sangat
khusus dan mahal biayanya maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar
dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasanketerbatasan , baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum
bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis
e. Prinsip Efektivitas
Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya
tetap harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara
kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan
dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan dibidang
pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijaksanaankebijaksanaan pemerintah dibidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan
mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
Kurikulum pada dasarnya berintikan empat aspek utama yaitu:
a. Tujuan-tujuan pendidikan.
b. Isi Pendidikan
c. Pengalaman belajar
d. Penilaian
Keempat aspek diatas serta kebijaksanaan pendidikan perlu selalu mendapat
perhatian dalam pengembangan kurikulum.
2. Prinsip-Prinsip Khusus
Prinsip-prinsip khusus ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman
belajar dan penilaian. Prinsip khusus ini terdiri dari lima hal yakni:
Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan merupakan pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan.
Perumusan kompenen-kompenen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau
berjangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perumusan tujuan
pendidikan bersumber pada:
Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumendokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk
didalamnya pendidikan
Survai mengenai persepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan mereka yang
dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka
Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun
melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa
Survai tentang manpower
Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama
Penelitian
Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan keutuhan pendidikan yang telah
ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal
yaitu:
Perlu penjabaran tujuan pendidikan/ pengajaran kedalam bentuk perbuatan hasil
belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar
dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar
Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
Pengetahuan, sikap dan ketrampilan diberikan secara simultan dalam urutan
situasi belajar
Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan halhal sebagai berikut:
- Kontinuitas,
- Pendidikan seumur hidup,
Kurikulum 1984; mengacu pada prinsip:
- Relevansi,
- Pendekatan pengembangan,
- Pendidikan seumur hidup,
- Keluwesan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); mengacu pada:
- Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya,
- Beragam dan terpadu,
- Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
- Relevan dengan kebutuhan kehidupan,
- Menyeluruh dan berkesinambungan,
- Belajar sepanjang hayat,
- Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah,
B. Pihak-Pihak Yang Berperan Dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi,
yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu
pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari
pihak-pihak tersebut secara terus menerus turut terlibat dalam pengembangan
kurikulum
Peranan para administrator pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri atas: direktur bidang pendidikan, pusat
pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan
kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator di tingkat pusat
dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasr hukum, menyusun
kerangka dasar serta program inti kurikulum. Kerangka dasar dan program inti
tersebut akan menentukan minimum course yang dituntut.
Para kepala sekolah mempunyai wewenang dalam membuat operasionalisasi
sistem pendidikan pada masing-masing sekolah. Para kepala sekolah ini
sesungguhnya secara terus menrus terlibat dalam pengembangan dan
implementasi kurikulum, memberikan dorongan dan bimbingan kepada guru-guru.
Peran kepala sekolah lebih banyak berkenaan dengan implementasi kurikulum dan
menciptakan kondisi untuk pengembangan kurikulum di sekolahnya. Kepala
sekolah merupakan figur kunci di sekolahnya kepemimpinannya mempengaruhi
suasana sekolah dn pengembangan kurikulum.
Peran para ahli
Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum sangat dibutuhkan dalam
pengembangan kurikulum pada tingkat pusat. Apabila pengembangan kurikulum
sudah banyak dilakukan pada tingkat daerah atau lokal, maka partisipasi mereka
pada tingkat daerah, lokal bahkan sekolah juga sangat diperlukan , sebab apa yang
telah digariskan pada tingkat pusat belum tentu dapat dengan mudah dipahami
oleh para pengembang dan pelaksana kurikulum di daerah.
Pengembangan kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang studi/
bidang ilmu yang juga mempunyai wawasan tentang pendidikan serta
perkembangan kebutuhan masyarakat. Sumbangan mereka dalam memilih materi
bidang ilmu yang mutakhir dan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat sangat diperlukan. Mereka juga sangat diharapkan partisipasinya
dalam menyusun materi ajaran dalam sekuens yang sesuai dengan struktur
keilmuan tetapi sangat memudahkan para siswa untuk mempelajarinya.
Peran guru
Peran guru sangat penting dalam perancangan maupun dalam pelaksanaan
kurikulum. Guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi
kelasnya. Meskipun guru tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang
kurikulum, namun guru mampu menerjemahkan kurikulum yang datang dari atas
dengan mengolah, meramu kembali kurikulum yang datang dari pusat untuk
disajikan di kelasnya. Karena guru merupakan barisan pengembang kurikulum
yang terdepan maka guru juga yang selalu melakukan evaluasi dan
penyempurnaan terhadap kurikulum.
Peran guru bukan hanya menilai prilaku dan partisipasi belajar murid dalam kelas,
tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih luas. Peran
guru di kelas adalah seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar,
pengembang alat-alat belajar, pencoba, penyusunan organisasi, manajer sistem
pengajaran, pembimbing baik di sekolah maupun di masyarakat. Guru sebagai
pelaksana kurikulum yang menciptakan kegiatan belajar mengajar untuk muridnya.
Guru menciptakan situasi belajar yang aktif , menggairahkan, penuh kesungguhan,
dan mampu mendorong kreativitas anak dengan ketrampilan dan kemampuan
seninya dalam mengajar.
Peran orang tua murid
Peran orang tua dalam pengembangan kurikulum hanya terbatas pada beberapa
orang saja yang cukup waktu dan yang mempunyai latar belakang yang memadai.
Peran orang tua lebih besar dalam pelaksana kurikulum karena dalam
pelakasanaan kurikulum diperlukan kerjasama yang sangat erat dengan guru atau
sekolah. Didalam kegiatan kurikulum dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah.
Tentu saja peran orang tua sangat diperlukan untuk mengikuti dan mengamati
kegiatan belajar anaknya di rumah dan orang tua secara berkala akan menerima
laporan kemajuan anaknya berupa rapor sebagai alat komunikasi program
pendidikan di sekolah. Orang tua dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan di
sekolah melalui kegiatan diskusi, lokakarya, seminar, pertemuan orang tua-guru,
pameran sekolah, dan sebagainya. Kegiatan kegiatan tersebut akan memberikan
umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Menghambat Pengembangan Kurikulum
Faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatankekuatan yang ada dalam masyarakat yaitu:
a) Perguruan tinggi
Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum
serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di Perguruan
Tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam
kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung
pengembangan alat bantu dan media pendidikan. Kurikulum Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui
penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya
b) Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk
kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah
sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di mana sekolah tersebut berada.
Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi
yang ada di masyarakat, salah satu kekuatan yang ada di masyarakat adalah dunia
usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarakat mempengaruhi
pengembangan kurikulum sebab sekolah bukan hanya mempersiapkan anak untuk
hidup, tetapi juga untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan dan perusahaan
yang ada di masyarakat menuntut persiapannya di sekilah.
c) Sistem nilai
Sistem nilai yang ada dalam masyarakat adalah sistem nilai moral, keagamaan,
sosial, budaya dan nilai politis.. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga
bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai
yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam
kurikulum. Masalah utama yang dihadapi para pengembang kurikulum menghadapi
nilai adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya.heterogen Masyarakat
umumnya heterogen dan multifaset. Masyarakat memiliki kelompokkelompok
etnis, kelompok intelek, kelompok sosial dan spiritual. Dalam masyarakat juga
terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, fisik, estetika, etika, religius dan
sebagainya. Aspek-aspek tersebut mengandung nilai-nilai yang berbeda.
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai pada siswa adalah:
1) Guru harus mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam
masyarakat.
2) Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis dan moral
3) Guru berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
4) Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain
5) Guru memahami dan menerima keragaman budaya sendiri.
Hambatan pengembangan kurikulum
Penghambat dalam pengembangan kurikulum terletak pada:
Guru :
Guru yang kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum karena
kekurangan waktu, kekurangsesuaian pendapat baik antara sesama guru maupun
dengan kepala sekolah dan administrator. Sebab lain karena kurangnya
pengetahuan dan kemampuan dari guru tersebut.
Masyarakat:
Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam
pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan
atau kurikulum yang sedang berjalan Masyarakat adalah sumber input dari
sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan
membutuhkan bantuan , serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat.
Biaya:
Hambatan yang tidak kalah pentingnya adalah terbatasnya dana untuk mendukung
pengembangan kurikulum, apalagi jika pengembangan kurikulum banyak
berbentuk kegiatan eksperimen baik metode, isi atau sistem secara keseluruhan
yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Pengembangan kurikulum dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsipprinsip yang sedang berlaku agar hasil pengembangan tersebut sesuai dengan
minat, bakat, kebutuhan peserta didik, lingkungan dan kebutuhan daerah sehingga
dapat memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka perwujudan
atau pencapaian tujuan pendidikan nasional.
2) Pihak-pihak yang berperan dalam pengembangan kurikulum yaitu:
Administrator pendidikan
Ahli pendidikan
Guru
Orangtua murid
3) Kurangnya partisipasi guru dan dukungan masyarakat, serta terbatasnya dana
merupakan faktor penghambat dalam pengembangan kurikulum.
B. Saran
a. Sebagai pelaksana kurikulum, guru hendaknya mampu menciptakan situasi
http://asnidawati.blogspot.com/2009/04/bab-i-pendahuluan.html