1.
Guru-guru di masjid mpunyai ilmu pengetahuan yang
kukuh dan memiliki pelbagai pengetahuan lain.
2.
Mereka mengajar dengan ikhlas tanpa mengharapkan
gaji.
3.
Guru-guru di Istana di gelar Muaddib dan kurang
berpengetahuan berbanding guru-guru di masjid.
4.
Mereka bukan sahaja mengajar ilmu tetapi mendidik
anak-anak khalifah.
5.
Antara ulama yang terkenal yang menjadi guru di
masjid ;
a.
Abdullah bin Abbas ; ahli tafsir, Hadis, Fekah dan
Sastera.
b.
Hassan al-Basri ; ahli fekah, usuluddin, dan murid
beliau yang terkenal ialah Wasil bin Ata iaitu pengasas
mazhab Mutazillah.
Mata Pelajaran Yang Diajar
1.
Pengajian seni muzik dan puisi berpusat di Makkah
dan Madinah.
2.
Pengajian kesusasteraan dan ilmiah berpusat di Kufah
dan Basrah. Khutbah, syarahan, dan puisi menjadi subjek
yang utama untuk menyampaikan propaganda kerajaan
Bani Umaiyah.
3.
Semasa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz,
ilmu falsafah telah diajar.
4.
Ilmu Qiraat (ilmu membaca al-Quran) dikembangkan.
5.
Ilmu diajar di masjid-masjid di Damsyik, Madinah,
Kufah, dan Basrah.
5.
Terdapat juga pusat pengajian yang lebih rendah
disekitar Baghdad seperti Khuttab dan tempat pengajian
umum seperti perpustakaan, istana, kedai-kedai buku dan
sebagainya
Tenaga Pengajar
1.
Guru dipandang tinggi oleh masyarakat serta diberi
gaji yang tinggi.
2.
Kebanyakan Khalifah Bani Abbasiyyah mencintai ilmu
pendidikan dan kesusasteraan serta menjadi penaung.
3.
Pada zaman ini lahir beberapa orang tokoh ulamak
seperti Imam Abu Hanifah( 150 Hijrah), Imam Malik( 178
Hijrah), Imam Syafie ( 204 Hijrah), Imam Ahmad ( 241
Hijrah) dan lain-lain.
Mata pelajaran yang diajar
1.
Di Khuttab, diajar menulis, membaca, mengira serta
mengaji dan membaca Al-Quran
2.
Di peringkat menengah, semua bidang diajar seperti
falsafah, matematik,kimia, dan astronomi.
Sistem pengajaran
1.
Terbagi kepada dua, iaitu sistem bersekolah dan
sistem halaqah.
2.
Murid-murid di peringkat sekolah rendah
menggunakan batu tulis dan pena batu.
3.
Bahan bacaan ialah Al-Quran, beberapa rangkap syair,
dan bahan-bahan yang mudah serta kitab nahu dan
sastera.
4.
Peringkat menengah, peralatan pengajian lebih
moden.\
4.
Pendidikan kesehatan, seperti tentang kebersihan,
gerak-gerik dalam Shalat merupakan didikan untuk
memperkuat jasmani dan rohani.[3]
Menurut Ahmad Syalabi, lembaga untuk belajar membaca
menulis ini disebut dengan kuttab,[4] merupakan lembaga
pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya
Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa kuttab didirikan
oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar[5] dan pusat
pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan
yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para
sahabat Nabi yang terdekat. Lembaga pendidikan Islam
adalah masjid, masjid dijadikan sebagai benteng
pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga
pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjamaah,
membaca al-Quran dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, kesimpulannya adalah
pelaksanaan pendidikan Islam pada masa Abu Bakar sama
dengan pendidikan Islam pada masa Nabi, baik materi
maupun lembaga pendidikannya.
B.
Masa kepemimpinan Umar bin Khattab (634644 M)
Sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk yang
mulia, pikiran, perasaan dan kemampuan berbuat,
merupakan komponen dari kemuliaan dan kesempurnaan
ynag melengkapi ciptaan (kejadian) manusia.
Abu Bakar telah menyaksikan persoalan yang timbul di
kalangan kaum muslimin setelah Rasul wafat, berdasarkan
hal inilah Abu Bakar menunjuk penggantinya yaitu Umar
yang
kemudian
mendorong
lahirnya
sejumlah
pembidangan disiplin keagamaan.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang
diberikan adalah membaca dan menulis al-Quran dan
menghafalkannya serta belajar pokok-pokok agama Islam.
Pendidikan pada masa Umar bin Khattab lebih maju
daripada dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan
untuk belajar bahasa Arab juga sudah mulai nampak, orang
yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukan harus
belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena
itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab.
Berdasarkan hal di atas, pelaksanaan pendidikan di masa
khalifah Umar bin khattab lebih maju, sebab selama Umar
memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan
aman, ini disebabkan di samping telah diterapkannya
masjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya
pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan
materi yang dikembangkan, baik dari ilmu bahasa, menulis,
dan pokok ilmuilmu lainnya. Pendidikan dikelola di bawah
pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu, serta diiringi
kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos,
kepolisian, baitulmal, dan sebagainya. Adapun sumber gaji
para pendidik pada waktu itu diambilkan dari daerah yang
ditaklukan dan dari baitulmal.
C.
Masa Kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan
(23-35 H: 644-656 M)
Nama lengkapnya adalah Usman ibn Abil
Ash ibn Umayah. Beliau masuk Islam atas seruan Abu
Bakar as-Shiddiq.[10] Usman bin Affan adalah termasuk
saudagar besar dan sangat pemurah menafkahkan
kekayaannya untuk kepentingan umat Islam. Usman
diangkat menjadi khalifah hasil pemilihan panitia enam
yang ditunjuk olek Khalifah Umar bin Khattab menjelang
beliau akan meninggal. Panitia yang enam itu adalah:
Usman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam,
Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf.
Pada masa khalifah Usman bin Affan,
pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengna
masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya
melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit
terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para
sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah
yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa
khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar ban
menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan
tersebut sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan
pendidikan di daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada
masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau
oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar
Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak,
sebab pada masa ini para sahabat bias memilih tempat
10
3.
Basrah. Sahabat yang termasyhur antara lain: Abu
Musa al-Asyari, dia adalah seorang ahli fikih dan al-Quran.
4.
Kuffah. Sahabat-sahabat yang termasyhur adalah Ali
bin Abi Thalib dan Abdullah bin Masud, Abdullah bin
Masud mengjarkan Al-Quran, ia ahli tafsir, hadis, dan fikih.
5.
Damsyik (Syam). Setelah Syam menjadi bagian
Negara Islam dan penduduknya banyak beragama Islam.
Maka khalifah Umar mengirim tiga orang guru ke negara
itu. Yang dikirin adalah Muaz bin Jabal, Ubaidah, dan Abu
Darda. Ketiga sahabat itu mengajar di Syam pada tempat
yang berbeda. Abu Darda di Damsyik, Muaz bin Jabal di
Palestina, Ubaidah di Hims.
6.
Mesir. Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah
dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah bin Amru bin
Ash, ia adalah seorang ahli hadist.
Setelah Rasulullah wafat, kepemimpinan Islam dilanjutkan
oleh para Khulafaur Rasyidin. Khulafaur Rasyidin berasal
dari bahasa Arab, terdiri atas 2 kata yaitu khulafa dan
arrasyidin. Khulafa atau khalifah artinya pengganti yaitu
orang orang yang berada di belakang seseorang,
sedangkan Arrasyidin artinya yang diberi hidayah, benar,
pandai, dan bijaksana. Jadi pengertian khulafaur rasyidin
secara istilah adalah pemimpin yang benar, bijaksana, dan
mendapat petunjuk.
Khulafaur Rasyidin jumlahnya ada empat yaitu:
1). Abu Bakar As Sidiq
Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar
disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam
11
12
13