Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan Rahmat-Nya


sehingga tugas ini dapat diselesaikan pada waktunya .
Penyusunan

tugas

ini

disusun

untuk

memenuhi

tugas

Pendidikan

Kewarganegaraan. Dan dalam penyelesaian tugas ini tentunya tidak


terlepas dari berbagai bantuan dan peran serta berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihakpihak yang sudah membantu. Semoga bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.

Jakarta,April 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Penghantar ..
1
Daftar Isi . 2
BAB I Pendahuluan
Latar

Belakang

.... 3
BAB II Pembahasan
1.Sistem Konstitusi
1.

Pengertian Konstitusi ..

4
2.

Tujuan dan Nilai Konstitusi ....

5
3.

Macam-macam

dan

Fungsi

Konstitusi

...

.... 6
4.

Sifat dari Konstitusi ...

7
5.

Klasifikasi Konstitusi .....

9
2.Sistem Politik dan Ketatanegaraan Indonesia
1.
10

Pengertian Sistem Politik ..

2.

Proses Politik Di Indonesia ...

11
3.

Sejarah

Sistem

Politik

di

Indonesia ... 13
4.

Perbedaan Sistem Politik

di

berbagai

Negara 14
BAB III Penutup
Kesimpulan

.....

16
Daftar Pustaka

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah
UUD 1945 karena yang menjadi causa prima penyebab tragedy nasional
mulai gagalnya suksesi kepemimpinan yang berlanjut kepada krisis sosialpolitik. Itu terjdia karena fundamen ketatanegaraan yang di bangun dalam
UUD 1945 bukanlah bangunan yang demokratis yang secara jelas dan
tegas diatur dalam pasal-pasal dan juga terlalu menyerahkan sepenuhnya
jalan proses pemerintahan kepada penyelenggara negara. Akibatnya
dalam penerapannya kemudian bergantung pada penafsiran siapa yang
berkuasalah

yang

lebih

banyak

untuk

legitimasi

dan

kepentingan

kekuasaannya.
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan dan tidak boleh
diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan
terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi
adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan


kondisi negara yang ototarian menuju kearah sistem yang demokratis
dengan

relasi

lembaga

negara

yang

seimbang.

Dengan

demikian

perubahan konstitusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal
ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya
demokratisasi suatu bangsa.

SISTEM KONSTITUSI
Pengertian Konstitusi
Kata Konstitusi berarti pembentukan, berasal dari kata kerja
yaitu constituer (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah
negara,

dengan

demikian

konstitusi

mengandung

makna

awal

(permulaan) dari segala peraturan perundang-undangan tentang negara.


Belanda menggunakan istilah Grondwet yaitu berarti suatu undangundang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia
menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang-undangDasar.
Menurut Brian Thompson, secara sederhana pertanyatan: what is a
constitution dapat dijawab bahwa a constitution is a document which
contains the rules for the the operation of an organization Organisasi
dimaksud beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya. Negara sebagai

salah satu bentuk organisasi, pada umumnya selalu memiliki naskah yang
disebut sebagai konstitusi atau Undang-Undang Dasar.
Pengertian konstitusi menurut para ahli:
1) K.C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketaatanegaraaan
suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk
mengatur /memerintah dalam pemerintahan suatu negara.
2) Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada

UUD.

Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis
3) Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat
di dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan
nyata di dalam masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang,
partai politik dsb
4) L.j Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun
peraturan tak tertulis
5) Koernimanto soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa latin
cisme yang berarati bewrsama dengan dan statute yang berarti
membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan
secara bersama.
6) Carl schmitt membagi konstitusi dalam 4 pengertian yaitu:
a. Konstitusi dalam arti absolut mempunyai 4 sub pengertian yaitu;
Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum
dan semua organisasi yang ada di dalam negara.
Konstitusi sebagai bentuk negara
Konstitusi sebagai faktor integrasi
Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang
tertinggi di dalam negara
b. Konstitusi dalam artoi relatif dibagi menjadi 2 pengertian yaitu
konstitusi sebagai tuntyutan dari golongan borjuis agar haknya
dapat dijamin oleh penguasa dan konstitusi sebagai sebuah
konstitusi dalam arti formil (konstitrusi dapat berupa terttulis) dan
konstitusi dalam arti materiil (konstitusi yang dilihat dari segi isinya)
c. konstitusi dalam arti positif adalah sebagai sebuah keputusan politik
yang tertinggi sehingga mampu mengubah tatanan kehidupan
kenegaraan
d. konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi yang memuat adanya
jaminan atas hak asasi serta perlindungannya

Tujuan Konstitusi
1) Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang
wenang

maksudnya

tanpa

membatasi

kekuasaan

penguasa,

konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja kekuasaan
penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak
2) Melindungi Ham maksudnya setiap penguasa berhak menghormati
Ham orang lain dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam
hal melaksanakan haknya.
3) Pedoman penyelengaraan

negara

maksudnya

tanpa

adanya

pedoman konstitusi negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.


Nilai Konstitusi
Karl Laewenstein memberikan tiga tingkatan nilai pada konstitusi yaitu :
1.

Nilai yang bersifat Normatif


Peraturan hukun yang bersifat normatif ialah kalau peraturan hukum

itu masih di patuhi oleh masyarakat, kalau tidak ia merupakan peraturan


yang mati, yang tidak pernah terujud.
2.

Nilai yang bersifat Nominal


Nilai konstitusi yang bersifat nominal ialah kalau konstitusi itu

kenyataannya tidak dilaksanakan dan hanya disebutkan namanya saja.


Dengan kata lain konstitusi tersebut menurut hukum berlaku.
3.

Nilai yang bersifat Simantik


Nilai konstitusi yang bersifat simantik ialah suatu konstitusi yang

dilaksanakan dan diperlakukan dengan penuh, tetapi hanyalah sekedar


memberi bentuk dari tempat yang telah ada untuk melaksanakan
kekuasaan politik.
Macam macam Konstitusi
1)

Menurut CF. Strong konstitusi terdiri Konstitusi tertulis (dokumentary


constiutution / writendari:

constitution) adalah aturan aturan

pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara, demikian


juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu
2)

bangsa di dalam persekutuan hukum negara.


Konstitusi tidak tertulis / konvensi(nondokumentary constitution)
adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.

Adapun syarat syarat konvensi adalah:

Diakui dan dipergunakan berulang ulang dalam praktik

penyelenggaraan negara.
Tidak bertentangan dengan UUD 1945
Memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.

secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi:

konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam


penyelenggaraan negara, hubungan rakyat dengan pemerintah,

hubuyngan antar lembaga negara.


Konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita cita
sosial bangsa, rumusan filosofis negara, sistem sosial, sistem
ekonomi, dan sistem politik yang ingin dikembangkan bangsa
itu.

Fungsi Konstitusi
Bila dilihat dari fungsinya, maka konstitusi dapat dibagi menjadi 2
yaitu :
Konstitusi berfungsi serta mengatur pembagian konstitusi dalam negara
dalam dua bentuk :
1.

Membagi kekuasaan dalam negara.

2.

Membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam negara.

Secara Vertikal
Yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatanya yang di maksud ialah
pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan. Carl J
Friedrich

memakai

istilah

pembagian

kekuasaan

secara

territorial.

Pembagian kekuasaan ini dengan jelas dapat kita saksikan kalau kita
bandingkan antara negara kesatuan, negara federal, serta konfederasi. Di
samping itu kita melihat bahwa konstitusi itu mengatur juga pembagian
kekuasaan dalam negara. Macam-macam konstitusi tersebut adalah :

1.

Konstitusi Unitaris.

2.

Konstitusi Federalistis.

3.

Konstitusi Konfederalistis

Secara Horizontal
Yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya. Pembagian kekuasaan ini
menunjukkan pula perbedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan yang
bersifat legislative, eksekutif dan yudikatif yang lebih dikenal sebagai Trias
Politica. Fungsi konstitusi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional, maka konstitusi mempunyai fungsi yang khas yaitu
membatasi

kekuasaan

pemerintahan

sedemikian

rupa

sehingga

penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan


demikian di harapkan hak-hak warga negara akan lebih terlindung.
Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme.
Sifat dari Konstitusi
Menurut prof. K.C wheare, sifat dari konsitusi dapat di bagi sebagai berikut
:
Tertulis dan Tidak Tertulis
Dalam dunia modern, pahamm yang membedakan tertulis atau tidak
tertulis suatu konstitusi sudah hampir tidak ada. Kalau masih ada
konstitusi yang tidak tertulis hanya di Inggris.. namun demikian gambaran
dari konstitusi ini sudah kabur atau sudha tidak bisa di buktikan secara
pasti,

demikian

pula

sebaliknya

kalau

dikatakan

suatu

negara

berkonstitusi tertulis dimana ada juga konstitusinya tidak tertulis.


Konstitusi di Inggris seperti disebutkan Dicey dapat dibagi dalam dua
golongan besar, yaitu :
1.

The law of the constitution (hukum konstitusi)

Unsur-unsur utamanya adalah :


a.

Historic Document seperti : Magna Carta 1215 (the great charter

1215), petition of rights (1689, bill of rights).


b.

Parliamentary Statutes seperti : undang-undang yang membatasi

kekuasaan raja, undang-undang yang menjamin hak sipil, undang-undang


yang mengatur pemungutan suara.
c.

Judicial Decissicons yaitu yangf menentukan arti dan member

batasan undang-undang dan traktat.

d.

Principles and Rule of Common Law, ini timbul atas dasar kebiasaan

yang kadang-kadang diperkuat oleh putusan pengadilan.

2.

The Conventation of the Constitution

Unsure-unsur utamanya adalah :


a.

Kelaziman

b.

Tradisi-tradisi

c.

Kebiasaan-kebiasaan

d.

Praktek-praktek

3.

Tergantung kekuatan yang nyata, yang ada dalam masyarakat.

Suatu konstitusi dikatakan fleksibel atau rigid, juga tergantung dari


kekuatan-kekuatan

yang

terdapat

dalam

masyarakat

negara

bersangkutan. Ini adalah pengertian politis. Kekuatan-kekuatan dalam


masyarakat itu misalnya Angkatan bersenjata, Buruh, Tani, Preassure
group.
Syarat terjadinya konstitusi yaitu: Agar suatu bentuk pemerintahan
dapat dijalankan secara demokrasi dengan memperhatikan kepentingan
rakyat. Melinmdungi asas demokrasi Menciptakan kedaulatan tertinggi
yang

berada

ditangan

rakyat

Untuk

melaksanakan

dasar

negara

Menentukan suatu hukum yang bersifat adil


Kedudukan konstitusi (UUD) Dengan adanya UUD baik penguasa
dapat mengetahui aturan / ketentuan pokok

mendasar mengenai

ketatanegaraan . Sebagai hukum dasar Sebagai hukum yang tertinggi


Perubahan konstitusi / UUD yaitu: Secara revolusi, pemerintahan baru
terbentuk sebagai hasil revolusi ini yang kadang kadang membuat
sesuatu UUD yang kemudian mendapat persetujuan rakyat. Secara
evolusi, UUD/konstitusi berubah secara berangsur angsur yang dapat
menimbulkan suatu UUD, secara otomatis UUD yang sama tidak berlaku
lagi.

Keterkaitan

antara

dasar

negara

dengan

konstitusi

yaitu: keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi nampak pada


gagasan dasar, cita cita dan tujuan negara yang tertuang dalam
pembukaan

UUD

suatu

negara.

Dasar

negara

sebagai

pedoaman

penyelenggaraan negara secara tertulis termuat dalam konstitusi suatu


negara
Keterkaitan konstitusi dengan UUD yaitu: Konstitusi adalah hukum
dasar tertulis dan tidak ter tulis sedangkan UUD adalah hukum dasar
tertulis. Uud memiliki sifat mengikat oleh karenanya makin elastik sifatnya
aturan itui makin baik, konstitusi menyangkut cara suatu pemeritahan
diselenggarakan.

Klasifikasi konstitusi
Hampir semua negara memiliki kostitusi, namun antara negara satu
dengan negara lainya tentu memiliki perbeadaan dan persamaan. Dengan
demikian akan sampai pada klasifikasi dari konstitusi yang berlaku di
semua negara. Para ahli hukum tata negara atau hukum konstitusi
kemudian mengadakan klasifikasi berdasarkan cara pandang mereka
sendiri, antara lain K.C. Wheare, C.F. Strong, James Bryce dan lain-lainnya.
Dalam buku K.C. Wheare Modern Constitution (1975) mengklasifikasi
konstitusi sebagai berikut:
a.

Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution

and unwritten constitution)


b.

Konstitusi

fleksibel

dan

konstitusi

rigid

(flexible

and

rigid

constitution)
Konstitusi fleksibelitas merupakan konstitusi yang memiliki ciri-ciri pokok:
1.

sifat elastic, artinya dapat disesuaikan dengan mudah

2.

dinyatakan

dan

dilakukan

mengubah Undang-Undang.

perubahan

adalah

mudah

seperti

c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi


(Supreme

and

not

supreme

constitution). Konstitusi

derajat

tinggi,

konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara (tingkatan


peraturan perundang-undangan). Konstitusi tidak derajat tinggi adalah
konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan seperti yang pertama.
d. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary
Constitution)
Bentuk

negara

bersangkutan.

akan
Dalam

sangat

menentukan

suatu

negara

konstitusi

serikat

negara

terdapat

yang

pembagian

kekuasaan antara pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara


bagian. Hal itu diatur di dalam konstitusinya. Pembagian kekuasaan
seperti itu tidak diatur dalam konstitusi negara kesatuan, karena pada
dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat.
e. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer
(President Executive and Parliamentary Executive Constitution).
Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara
lain:
1.

presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi

juga memiliki kedudukan sebagai kepala pemerintahan.


2.

Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.

3.

Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislative dan tidak

dapat memerintahkan pemilihan umum.


SISTEM POLITIK DAN KETATANEGARAAN INDONESIA
A.

Pengertian Sistem Politik

1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan
terorganisasi.
2. Pengertian Politik

Politik berasal dari bahasa yunani yaitu polis yang artinya Negara kota.
Istilah

politik

dalam

ketatanegaraan

berkaitan

dengan

tata

cara

pemerintahan, Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik,


tentara dan organisasi kemasyarakatan. Dapat disimpulkan bahwa politik
adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses
pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan
bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
3. Pengertian Sistem Politik
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat,
prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama
lain

untuk

mengatur

mempertahankan

pemerintahan

kekuasaan

dengan

serta

cara

melaksanakan

mengatur

individu

dan
atau

kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan
Negara dengan Negara.
4. Pengertian Sistem Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan
berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan
kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan,
Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut di dalam
konstitusi negara ( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ).
Dalam

Penyusunan

keputusan-keputusan

kebijaksanaan

diperlukan

adanya kekuatan yang seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik


antara suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga memudahkan
terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan masyarakat/Negara. Dalam hal ini
yang dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara.
Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni
MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden,
B.

Proses Politik Di Indonesia

Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat
dari masa-masa berikut ini:
- Masa prakolonial
- Masa kolonial (penjajahan)
- Masa Demokrasi Liberal
- Masa Demokrasi terpimpin
- Masa Demokrasi Pancasila
- Masa Reformasi

Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari


aspek :
- Penyaluran tuntutan
- Pemeliharaan nilai
- Kapabilitas
- Integrasi vertikal
- Integrasi horizontal
- Gaya politik
- Kepemimpinan
- Partisipasi massa
- Keterlibatan militer
- Aparat negara
- Stabilitas
Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut :
1. Masa prakolonial (Kerajaan
- Penyaluran tuntutan rendah dan terpenuhi
- Pemeliharaan nilai disesuikan dengan penguasa
- Kapabilitas SDA melimpah
- Integrasi vertikal atas bawah
- Integrasi horizontal nampak hanya sesama penguasa kerajaan
- Gaya politik kerajaan

- Kepemimpinan raja, pangeran dan keluarga kerajaan


- Partisipasi massa sangat rendah
- Keterlibatan militer sangat kuat karena berkaitan dengan perang
- Aparat negara loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah
- Stabilitas stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang
2. Masa kolonial (penjajahan)
- Penyaluran tuntutan rendah dan tidak terpenuhi
- Pemeliharaan nilai sering terjadi pelanggaran ham
- Kapabilitas melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah
- Integrasi vertikal atas bawah tidak harmonis
- Integrasi horizontal harmonis dengan sesama penjajah atau elit
pribumi
- Gaya politik penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)
- Kepemimpinan dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat
- Partisipasi massa sangat rendah bahkan tidak ada
- Keterlibatan militer sangat besar
- Aparat negara loyal kepada penjajah
- Stabilitas stabil tapi dalam kondisi mudah pecah

3. Masa Demokrasi Liberal


- Penyaluran tuntutan tinggi tapi sistem belum memadani
- Pemeliharaan nilai penghargaan HAM tinggi
- Kapabilitas baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih
potensial
- Integrasi vertikal dua arah, atas bawah dan bawah atas
-

Integrasi

administrator

horizontal-

disintegrasi,

muncul

solidarity

makers

dan

- Gaya politik ideologis


- Kepemimpinan angkatan sumpah pemuda tahun 1928
- Partisipasi massa sangat tinggi, bahkan muncul kudeta
- Keterlibatan militer militer dikuasai oleh sipil
- Aparat negara loyak kepada kepentingan kelompok atau partai
- Stabilitas - instabilitas
4. Masa Demokrasi terpimpin
- Penyaluran tuntutan tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front
nas
- Pemeliharaan nilai Penghormatan HAM rendah
- Kapabilitas abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju
- Integrasi vertikal atas bawah
- Integrasi horizontal berperan solidarity makers,
- Gaya politik ideolog, nasakom
- Kepemimpinan tokoh kharismatik dan paternalistik
- Partisipasi massa dibatasi
- Keterlibatan militer militer masuk ke pemerintahan
- Aparat negara loyal kepada negara
- Stabilitas - stabil
5. Masa Demokrasi Pancasila
- Penyaluran tuntutan awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi
karena fusi
- Pemeliharaan nilai terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM
- Kapabilitas sistem terbuka
- Integrasi vertikal atas bawah
- Integrasi horizontal nampak
- Gaya politik intelek, pragmatik, konsep pembangunan
- Kepemimpinan teknokrat dan ABRI
- Partisipasi massa awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak
dibatasi
- Keterlibatan militer merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI

- Aparat negara loyal kepada pemerintah (Golkar)


- Stabilitas stabil

6. Masa Reformasi
- Penyaluran tuntutan tinggi dan terpenuh
-Pemeliharaan nilai Penghormatan HAM tinggi
- Kapabilitas disesuaikan dengan Otonomi daerah
- Integrasi vertikal dua arah, atas bawah dan bawah atas
- Integrasi horizontal nampak, muncul kebebasan (euforia)
- Gaya politik pragmatik
- Kepemimpinan sipil, purnawiranan, politisi
- Partisipasi massa tinggi
- Keterlibatan militer dibatasi
- Aparat negara harus loyal kepada negara bukan pemerintah
- Stabilitas instabil

C.

Sejarah Sistem Politik di Indonesia


Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang

terjadi di dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar


melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar
lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi
fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya.
Sistem politik merupakan sistem yang terbuka, karena sistem ini
dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan tekanan.

Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi


pandangan saja seperti dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa
dilihat dari pendekatan tradisional dengan melakukan proyeksi sejarah
yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus dilakukan
dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelaku-saranantujuan dan pengambilan keputusan
Kapabilitas sistem adalah kemampuan sistem untuk menghadapi
kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai keberhasilan dalam
menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik
zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal
abad ke-18 dan 19 melihat prestasi politik diukur dari sudut moral.
Sedangkan pada masa modern sekarang ahli politik melihatnya dari
tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar pengaruh
lingkungan

dalam

masyarakat,

lingkungan

luar

masyarakat

dan

lingkungan internasional. Pengaruh ini akan memunculkan perubahan


politik. Adapun pelaku perubahan politik bisa dari elit politik, atau dari
kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.
Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output.
Proes mengkonversi input menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang
(gatekeeper).

Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem


politik :
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan
sumber

daya

manusia.

Kemampuan

SDA

biasanya

masih

bersifat

potensial sampai kemudian digunakan secara maksimal oleh pemerintah.


Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang ketika datang
para penanam modal domestik itu akan memberikan pemasukan bagi
pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian menghidupkan
negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara
diolah sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata,
misalkan seperti sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya
keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak sebagai pemasukan
negara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah.
3. Kapabilitas

Regulatif

(pengaturan).

Dalam

menyelenggaran

pengawasan tingkah laku individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya


pengaturan. Regulasi individu sering memunculkan benturan pendapat.
Seperti

ketika

pemerintah

membutuhkan

maka

kemudian

regulasi

diperketat, hal ini mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.


4. Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi
dan secara selektif membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat.
Semakin diterima kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin baik
kapabilitas simbolik sistem.
5. Kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara
input dan output, output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana
dipengaruhi oleh masukan atau adanya partisipasi masyarakat sebagai
inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif. kapabilitas dalam
negeri dan internasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian hidup dalam
dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara yang
memiliki kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal
dalam

kapabilitas

internasional

ini

negara

kaya

atau

berkuasa

(superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan) kepada


negara-negara berkembang.

D.

Perbedaan sistem politik di berbagai Negara

1. Sistem Politik Di Negara Komunis


Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milk pribadi,
peniadaan hak-haak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu
yang terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap
arus informasi dan kebebasan berpendapat

2. Sistem Politik Di Negara Liberal


Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok,
pembatasan
penegakan

kekuasaan,
hukum;

khususnya

pertukaran

dari

gagasan

pemerintah
yang

dan

agama,

bebas,

sistem

pemerintahan yang transparan yang didalamnya terdapat jaminan hakhak kaum minoritas.
3. Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia
Sistem politik

yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan

kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem


politik demokrasi di Indonesia adalah :
1.

ide kedaulatan rakyat

2.

negara berdasarkan atas hokum

3.

bentuk republic

4.

pemerintahan berdasarkan konstitusi

5.

pemerintahan yang bertanggung jawab

6.

sistem pemilihan langsung

7.

sistem pemerintahan presidensiil

KESIMPULAN
Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar)
tidak bersifat absolute (kekuasaan tidak terbatas). Sistem ini memberikan
penegasan

bahwa

cara

ketentuan-ketentuan

pengendalian

hukum

lain

pemerintahan

merupakan

produk

dibatasi

oleh

kostitusional,

ketetapan MPR, Undang-Undang dan sebagainya. Dengan demikian,


sistem ini memperkuat dan menegaskan lagi bahwa sistem negara
hukum. Dengan landasan kedua sistem negara hukum dan sitem
konstitusional di ciptakan syitem mekanisme hubungan dan hukum antar
lembaga negara, yang sekiranya dapat menjamin terlaksananya sistem
itu sendiri dan dengan sendirinya juga dapat memperlancar pelaksana
pencapaian cita-cita nasional.
Hubungannya

sistem konstitusi

dengan

sistem politik

dan

ketatanegaraan itu sendiri adalah dimana pengertian sistem politik

yaitu sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk satu kesatuan


yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta
melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur
individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan
hubungan Negara dengan Negara yang terikat akan suatu sistem
konstitusi itu sendiri yaitu suatu peraturan perundang-undangan yang di
atur oleh suatu negara itu sendiri untuk segala unsur yang ada dalam
sitem politik dan ketatanegaraan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai