Gastritis Ikakom
Gastritis Ikakom
GASTRITIS
Oleh :
Nama : HASANAH
NIM : 2010730139
Nama pembimbing : drg. Robyanto
BAB I
PENDAHULUAN
Januari sampai 31 Maret 2014, gastritis menduduki peringkat kedua sebesar 10,35%. Dari
jumlah pasien 3 bulan terakhir tahun 2014 berjumlah 7.169 orang, penderita gastritis
berjumlah 742 orang. Kejadian Gastritis, terutama Gastritis kronis sesuai dengan peningkatan
usia. Terjadinya gastritis disebabkan karena produksi asam lambung yang berlebih. Penyebab
asam lambung tinggi pada warga langensari diduga adanya stress yang tinggi.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui prevalensi penyakit gastritis yang terjadi di Desa Langensari Kota
Banjar, melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya terjadinya gastritis, serta
menghindari terjadinya kekambuhan pada gastritis di Desa Langensari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. Secara
histopologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis adalah salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam
pada umumnya.
Gastritis terbagi dua, yaitu :
1. Gastritis akut
Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang
khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil.
2. Gastritis kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik yang
bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan infeksi H. pylori.
2.2 Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah iritasi lambung misalnya oleh makanan yang
merangsang asam lambung, alkohol, obat atau stress. Pada keadaan ini terjadi gangguan
keseimbangan antara produksi asam lambung dan daya tahan mukosa. Penyebab asam
lambung tinggi adalah aktivitas padat sehingga telat makan, Stress yang tinggi, yang
berimbas pada produksi asam lambung berlebih, makanan dan minuman yang memicu
tingginya sekresi asam lambung, seperti makanan dan minuman dengan rasa asam, pedas,
kecut, berkafein tinggi, mengandung vitamin C dosis tinggi , termasuk buah-buahan. Penyakit
sistemik, kebiasaan merokok, infeksi kuman Helicobacter pilori juga berperan dalam
penyakit ini.
2.3 Patofisiologi
Terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan faktor defensif yang berperan
dalam menimbulkan lesi pada mukosa. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada table berikut.
Dalam keadaan normal, faktor defensif dapat mengatasi faktor agresif sehingga tidak
terjadi kerusakan atau kelainan patologi.
Faktor Defensif
Mukus
Pepsin
Bikarbonas mukosa
AINS
Prostaglandin mikrosirkulasi
Empedu
Infeksi virus
Infeksi bakteri : H. Pylory
Bahan korosif : asam dan basa kuat
2.5 Diagnosis
Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Mereka yang mempunyai keluhan biasanya berupa
keluhan yang tidak khas. Keluhan yang sering dihunung-hubungkan dengan gastritis adalah
nyeri panas dan pedih di ulu hati disertai mual kadang-kadang sampai muntah. Keluhankeluhan tersebut sebenarnya tidak berkolerasi baik dengan gastritis. Keluhan-keluhan tersebut
juga tidak dapat digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan fisis
juga tidak dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan histopatologi.
Sebaiknya biopsi dilakukan dengan sistematis sesuai dengan update Sydney System yang
mengharuskan mencantumkan topografi. Gambaran endoskopi yang dapat dijumpai adalah
eritema, eksudatif, flat-erosion, raised erosion, perdarahan, edamatous rugae. Perubahanperubahan histopatologi sealain menggambarkan perubahan morfologi sering juga dapat
menggambarkan proses yang mendasari, misalnya otoimun atau respon adaptif mukosa
lambung.
2.6 Komplikasi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat
berakhir sebagai syok hemoragik. Khususnya untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan
dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang perlu diperhatikan hampir sama. Namun pada
tukak peptik penyebab utamanya ada infeksi Helicobacter pylori, sebesar 100% pada tukak
duedonum dan 60-90% pada tukak lambung.
2.7 Pengobatan
Pengobatan gastritis akibat infeksi kuman Helicobacter pylori bertujuan untuk
melakukan radikasi kuman tersebut. Pada saat ini indikasi yang telah disetujui secara
universal untuk melakukan eradikasi adalah infeksi kuman Helocobacter pylori yang ada
hubungannya dengan tukak peptik dan yang berhubungan dengan low grade B cell
lymphoma. Sedangkan pasien yang menderita dispepsia non tukak, walaupun berhubungan
dengan infeksi kuman Helicobacter pylori eradikasi terhadap kuman tersebut masih menjadi
perdebatan. Eradikasi dilakukan dengan kombinasi antara berbagai antibiotik dan proton
pump inhibitor (PPI). Antibiotika yang dianjurkan klaritomisin, amoksisilin, metronidazol
dan tetrasiksilin. Bila PPI dan kombinasi 2 antibiotika gagal dianjurkan menambahkan
bismuth subsalisilat/subsitral.
Contoh Regimen untuk Eradikasi Infeksi Helicobacter pylori
Obat 1
PPI
Dosis ganda
PPI
Dosis ganda
PPI
Dosis ganda
Obat 2
Obat 3
Klarithomisin
Amoksisilin
(2x500 mg)
(2x1000 mg)
Klarithomisin
Metronidazol
(2x500 mg)
(2x500 mg)
Tetrasiklin
Metronidazol
(4x500 mg)
(2x500 mg)
Obat 4
Subsalisilat/subsitral
sebelum makan.
Bila nyeri hebat dapat dikombinasikan dengan semitidin 200 mg 2xsehari atau
ranitidine 150 mg 2xsehari.
Penderita dengan tanda perdarahan seperti hematemesis atau melena perlu segera
dirujuk ke Rumah sakit karena kemungkinan terjadi perdarahan pada tukak lambung
yang dapat menjadi perforasi.
2.8 Pencegahan
Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis
dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan
gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi
pencernaan.
2.9 Prognosis
Prognosis baik dengan penanganan yang baik dan cepat. Mereka yang mempunyai
faktor risiko untum mendapat komplikasi berat, sebaiknya diberi terapi pencegahan
menggunakan PPI atau misoprostol. Bila tidak ditangani dengan baik, dapat juga berakibat
fatal.
DAFTAR PUSTAKA
Doxon MF Genta RM, Yardley JH, Correa P. Classification and grading of gastritis, the
Update Sydney System. International Workshop on the Histopatology of Gatritis,
Houston 1995. Am J Surg Pathol. 1996;20: 1131.