BIOKIMIA PANGAN
Kelompok III
Lili Sugiarti (2007340034)
Judul Praktikum
: PROTEIN
Tanggal Praktikum
: 23 January 2010
Tujuan Praktikum
TEORI SINGKAT
Protein tersusun oleh rantai panjang asam-asam amino yang saling
berhubungan dengan adanya ikatan peptida yang terbentuk diantara gugusan
karboksil suatu asam amino, dengan gugusan asam amino lainnya. Di dalam
molekul protein terdapat terdapat 20 macam asam amoni yang berbeda-beda
menurut jenis proteinnya.
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein
lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang
membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan
(imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen
penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu
sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang
tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
CARA KERJA
Uji Millon
pereaksi biuret
Alat
pereaksi Millon
1. Reaksi Ninhidrin
Ninhidrin dapat membentuk senyawa berwrna biru violet dengan
gugus alfa-amino protein. Tetapi amin lain yang berasal dari senyawa
nonprotein dapat juga membentuk warna yang sama dengan hasil reaksi
protein-ninhidrin. Juga asam amino protein dapat membentuk warna kuning
dengan ninhidrin.
Identifikasi dapat dilakukan sebagai berikut : ke dalam larutan protein
yang diuji diteteskan beberapa tetes larutan ninhidrin 0.5% segar. Kemudian
dipanaskan dalam penangas air sampai mendidih dan dibiarkan selama 1
menit. Amati warna yang terbentuk.
2. Reaksi Biuret
Reaksi biuret bersifat spesifik untuk ikatan peptida, sehingga dapat
digunakan untuk ientifikasi kualitatif protein dan peptida.
Pereaksi biuret adalah Cu2+ dalam suasana basa, dapat dibuat dengan
melarutkan 0.75 g CuSO4.5H2O dan 3 g Na,K-tartarat dalam 250 ml akuades.
Kemudian ditambahkan 150 ml larutan NaOH 10% dan volumenya dibuat
menjadi 1 liter dengan pengenceran menggunakan akuades.
Pengujian : ambil 1 ml larutan protein yang akan diuji dan tambahkan 4 ml
larutan biuret dan diamkan selama 30 menit. Amati terbentuk warna merahviolet.
3. Reaksi Millon
Pereaksi Millon secara spesifik bereaksi dengan gugus fenol. Oleh
karena itu reaksi ini khas untuk asam amino tirosin. Cara identifikasi adalah
sebagai berikut : sebanyak 2 ml larutan protein atau larutan tirosin jenuh
ditambahkan 1 ml pereaksi Millon. Kemudian dipanaskan secara perlahan dan
amati pembentukkan warna merah.
1. Metode Biuret
Prinsip
Metode biuret merupakan salah satu cara yang terbaik untuk
menentukan kadar protein suatu larutan. Dalam larutan basa Cu2+
membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein manghasilkan
warna ungu dengan absorbansi maksimum pada 540 nm. Absorbansi ini
menit atau pada susu kamar selama 30 menit sampai terbentuk warna
ungu yang stabil/sempurna.
4. Diukur absorbansi masing-masing tabung reaksi pada panjang
gelombang 520 nm.
Penetapan Sampel
Dipipet tepat sebanyak 0.1 -1.0 ml sampel dan masukkan dalam
tabung reaksi, kemudian diberi perlakuan yang sama dengan penetapan
kadar.
A. Sifat-sifat Protein
Bahan
Alat
2. Isolasi Protein
Ditimbang 50 gram tepung kedelai dan dilarutkan dalam 100 ml
aquades.
Ditambahkan NaOH 2 N secara perlahan-lahan sampai mencapai
pH 8.5 - 8.7. diaduk dengan stirer pada suhu 50oC selama 30
menit.
Filtrat dipisahkan dengan cara pemusingan (sentrifuse) pada
kecepatan 1000 rpm selama 30 menit.
Filtrat yang diperoleh tersebut kamudian diasamkan dengan
penambahan HCl 2N secara perlahan sampai mancapai titik
isoelektrik (pH sekitar 4.5), sehingga protein menggumpal
(mengendap).
Lakukan sentrifuse dan endapan protein yang diperoleh
dipisahkan dan dikeringkan dengan
DATA PENGAMATAN
Kualitatif
No
Sampel
Hasil Uji
1
2
Reaksi Ninhidrin
Reaksi Biuret
Reaksi Millon
Kuantitatif
Vol. Standar
Vol. Air
Vol. Biuret
(ml)
(4 - x ml)
(ml)
Standar
Sampel
0.1
3.9
6.0
0.0101
0.2496
0.2
3.8
6.0
0.0218
0.2876
0.4
3.6
6.0
0.0410
0.3148
0.6
3.4
6.0
0.0582
0.6639
0.8
3.2
6.0
0.0829
0.7225
1.0
3.0
6.0
0.0964
0.7310
Sifat-Sifat Protein
Denaturasi Protein
Sampel + NaOH
Sampel + CH3COOH
Isolasi Protein
Bobot Cawan Kosong
Bobot Cawan + Sampel Basah
Bobot Cawan + Sampel Kering
Absorban
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Dari ketiga uji kualititatif sampel protein kacang hijau menunjukkan reaksi
positif, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel kacang hijau
mengandung protein dengan gugus fenol (reaksi Millon positif).
Pada uji
DAFTAR PUSTAKA
Judul Praktikum
: Karbohidrat
Tanggal Praktikum
: 23 Januari 2010
Tujuan Praktikum
TEORI SINGKAT
Karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber energi
utama dan sumber serat makanan. Komponen ini disusun oleh 3 unsur utama,
yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Jenis-jenis karbohidrat sangat
beragam dan mereka dibedakan satu dengan yang lain berdasarkan susunan atomatomnya, panjang/pendeknya rantai serta jenis ikatan
akan membedakan
samping
itu,
terdapat
oligosakarida
(stakiosa,
rafinosa,
Glukosa
Glukosa disebut juga gula anggur karena terdapat dalam buah anggur, gula
darah karena terdapat dalam darah atau dekstrosa karena memutarkan bidang
polarisasi kekanan. Glukosa merupakan monomer dari polisakarida terpenting
yaitu amilum, selulosa dan glikogen. Glukosa merupakan senyawa organik
terbanyak. terdapat pada hidrolisis amilum, sukrosa, maltosa, dan laktosa.
Fruktosa
Fruktosa terdapat dalam buah2an, merupakan gula yang paling manis.
Bersama2 dengan glukosa merupakan komponen utama dari madu. Larutannya
merupakan pemutar kiri sehingga fruktosa disebut juga levulosa.
Ribosa dan 2-deoksiribosa
Ribosa da 2-deoksiribosa adalah gula pentosa yg membentuk RNA dan DNA.
Sifat2 monosakarida
1. semua monosakarida zat padat putih, mudah larut dalam air.
2. larutannya bersifat optis aktif.
3. larutan monosakarida yg baru dibuat mengalami perubahan sudut putaran
disebut mutarrotasi.
4. contoh larutan alfaglukosa yang baru dibuat mempunyai putaran jenis +
113` akhirnya tetap pada + 52,7`.
5. umumnya disakarida memperlihatkan mutarrotasi, tetapi polisakarida
tidak.
6. semua monosakarida merupakan reduktor sehingga disebut gula pereduksi.
Identifikasi monosakarida
1. uji umum utk karbohidrat adalah uji Molisch. bila larutan karbohidrat
diberi beberapa tetes larutan alfa-naftol, kemudian H2SO4 pekat
OH
(CHOH)4
+ 2CUO
Fehling
(CHOH)4 + CU2O
CH2OH
CH2OH
Glukosa
as. glukonat
cermin tembaga
CARA KERJA
1. Uji Benedict
Uji ini didasarkan atas kemampuan suatu mono atau disakarida bersifat
sebagai pereduksi karena memiliki gugus karbonil (aldehida dan keton) bebas.
Pereaksi Benedict dibuat dengan cara sebagai berikut : Larutkan 173 gr
Natrium Sitrat dan 100 gr Natrium Karbonat dalam 800 ml akuades. Tuangkan ke
dalam labu takar 1000 ml. Larutkan kedalamnya sekitar 100 ml CuSO 4 17.3%
(dalam air), dan tepatkan volume larutan menjadi 1000 ml dengan akuades.
Pengujian : sampel sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambah 5 ml pereaksi Benedict, kemudian diaduk. Selanjutnya dididihkan
dengan hot plate selama 2 menit. Timbulnya endapan bata dari Cupri Oksida
menunjukkan adanya gula pereduksi.
2. Uji Molisch
Prinsip : adanya reaksi hidrolisis dan dehidrasi asam sulfat pekat. Asam
akan menghidrolisis ikatan glikosidik dan mendehidrasi monosakarida menjadi
turunan furfuralnya. Furfural bereaksi dengan alfa-naftol membentuk produk
berwarna. Pereaksi Molisch dibuat dengan melarutkan 10 gr alfa-naftol dalam 100
ml etanol 95%.
Pengujian : Pipet 5 ml sampel dalam tabung reaksi. Tambhkan 1-2 tetes
larutan Molisch dan aduk. Miringkan tabung reaksi secara perlahan, masukkan 5
ml asam sulfat pekat dalam tabung tersebut. Tanpa diaduk akan terbentuk lapisan
di dasar tabung reaksi. Terbentuknya cincin violet kemerahan antara dua cairan
tersebut menandakan adanya karbohidrat.
3. Uji Seliwanoff
Prinsip metode ini adalah hidrolisis ketoheksosa menghasilkan turunan
furfural yang kemudian bereaksi dengan resorsinol menghasilkan senyawa yang
berwarna merah. Reaksi pentosa menghasilkan warna hijau atau biru.
Pereaksi Seliwanoff dibuat dengan cara mencampurkan 30 ml akuades dan
60 ml asam hidroklorat pekat dalam labu takar 100 ml, kemudian ditambahkan 0.5
gr resorsinol dan encerkan sampai tanda tera.
Pengujian : 5 ml larutan karbohidrat dimasukkan dalam tabung reaksi,
tambahkan 5 ml pereaksi Seliwanoff dan diaduk. Didihkan di atas hotplate selama
20 menit dan dinginkan dengan cepat, kemudian diamati setelah 2 menit. Endapan
warna merah menunjukkan uji gula keto positif.
4. Uji Barfoed
Uji ini digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida.
Pereaksi ini hanya bereaksi dengan monosakarida.
Pereaksi Barfoed dibuat dengan cara melarutkan 13.3 gr kristal tembaga
asetat netral kedalam 200 ml akuades. Saring dan tambahkan 1.8 ml asam asetat
glasial.
Pengujian : Campurkan 1 ml karbohidrat dengan 5 ml pereaksi Barfoed
dan didiamkan dalam penangas air mendidih selama 3-4 menit. Timbulnya
endapan kupri oksida yang berwarna merah menunjukkan adanya monosakarida.
Disakarida akan tereduksi jika terlalu banyak gula atau asam yang ada, atau jika
pemanasan terlalu lama.
5. Uji Bial
Uji Bial khas untuk pentosa atau karbohidrat yang menghasilkan pentosa.
Uji ini sering digunakan untuk membedakan pentosa dari heksosa. Jika
dipanaskan dengan orsinol dan feri klorida dalam asam hidroklorat pentosa akan
menghasilkan warna hijau kebiruan.
Pereaksi Bial dibuat sebagai berikut : Larutkan 1.5 gr orsinol dalam 500 ml
asam hidroklorat dan tambahkan 20 tetes larutan feri klorida 10%.
Pengujian : Panaskan 5 ml pereaksi Bial sampai mendidih, lalu hentikan
pemanasan dan segera tambahkan beberapa tetes (kurang dari 1 ml) larutan
sampel. Adanya pentose ditunjukkan oleh warna hijau menyala yang dihasilkan
dengan cepat.
DATA PENGAMATAN
No
1
2
3
4
5
Sampel
Uji Benedict
Uji Molisch
Uji Seliwanoff
Uji Barfoed
Uji Bial
Hasil Uji
Terbentuk endapan berwarna merah bata
Terbentuk cincin violet di dasar tabung
Terbentuk endapan berwarna merah
Tidak terbentuk endapan berwarna merah
Tidak terbentuk warna hijau pada larutan
saat diteteskan
PEMBAHASAN
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid,
kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu,
meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha
hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam
suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.
Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100
gram sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram
copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak
1 liter.
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam
makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi
benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini
larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning,
orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi).
Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa
mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan
glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan
alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi.
Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan
glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit
diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti
dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine.
Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes.
Ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih
cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan
Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Hal inilah yang mendasari uji Barfoed,
reduksi oleh karbohidrat dalam suasana asam. Pada reaksi yang positif, alrutan
akan berwarna biru tua setelah penambahan pereaksi fosfomolibdat. Reaksi ini
positif untuk monosakarida.
Pada uji bial, dasar dari percobaannya adalah dehidrasi pentosa oleh HCl
pekat menghasilkan furfural dengan penambahan orsinol (3.5-dihidroksi toluena)
akan berkondesasi membentuk senyawa kompleks berwarna biru.
Uji Seliwanoff adalah sebuah uji kimia yang membedakan gula aldosa dan
ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton/aldehida gula
tersebut. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya
jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan pada
fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa.
Seliwanoff-Reaction
Reagen uji Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat:
Ketosa
yang
terhidrasi
kemudian
bereaksi
dengan
resorsinol,
menghasilkan zat berwarna merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan
menghasilkan zat berwarna merah muda.
Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif.
Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida yang terdiri dari
furktosa dan glukosa.
Sedangkan
dehidrasi
fruktosa
oleh
HCL
pekat
menghasilkan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Judul Praktikum
: Lemak
Tanggal Praktikum
: 23 Januari 2010
Tujuan Praktikum
TEORI SINGKAT
Lemak atau Lipid tidak sama dengan minyak. Orang menyebut lemak
secara khusus bagi minyak nabati atau hewani yang berwujud padat pada suhu
ruang. Lemak juga biasanya disebutkan kepada berbagai minyak yang dihasilkan
oleh hewan, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair.
Karena struktur molekulnya yang kaya akan rantai unsur karbon(-CH2CH2-CH2-)maka lemak mempunyai sifat hydrophob. Ini menjadi alasan yang
menjelaskan sulitnya lemak untuk larut di dalam air. Lemak dapat larut hanya di
larutan yang apolar atau organik seperti: eter, Chloroform, atau benzol.
Secara umum dapat dikatakan bahwa lemak biologis memenuhi 4 fungsi dasar
bagi manusia, yaitu:
1 Penyimpan energi
Fungsi primer
Sumber energi,
biologis prekursor
Penyimpan energi
Komponen dari
Contoh
Asam palmitin, asam olein, asam linol
Trigliserida
Fosfatidylcholin, Fosfatidylserin,
membran
Sumber energie
Komponen dari
Fosfatidyletanolamin
Aceton, Acetoacetat, Hidroxibutyrat
Sfingomyelin(Ceramid) dan
membran
Modulator proses
Glikosfingolipid(Cerebrosid, Globosid)
Prostaglandin, Thromboxan, Leukotriene,
fisiologis
Komponen dari
HPETE
Hormon
membran
Modulator proses
steroid
fisiologis
Cholesterin, Cholesterinester
Aldosteron, Cortisol, Androgen
CARA KERJA
1. Uji Ketidakjenuhan
Larutkan sedikit asam oleat dalam kloroform, tambahkan 2 atau 3 tetes
larutan Iod Hubl, kocok, warna Iod segera hilang. Ulangi percobaan dengan
menggunakan asam palmitat. Apa bedanya?
Ke dalam 4 tabung reaksi berturut-turut diisi minyak kelapa, margarin,
mentega, dan lemak hewan. Tambahkan sejumlah kloroform yang sama dan
kemudian tetes demi tetes larutkan Iod Hubl sambil dikocok setiap penambahan.
Terangkan perbedaan yang terjadi.
2. Uji Ketengikan
Ke dalam tabung reaksi (ukuran besar) atau erlenmeyer (ukuran kecil)
dimasukkan 5 ml minyak atau lemak (bagian bawah tabung jangan basah), tambah
5 ml HCl pekat.
Sediakan sebuah surnbat yang telah dilengkapi (tergantung) kertas
phloroglusinol dalam eter 0.1%. Masukkan hablur CaCO3 atau 5-6
potongan/gumpalan CaCO3 dan segera tutup dengan sumbat sehingga kertas
phloroglusinol tergantung. Biarkan 10-20 menit, lihat perubahan warna pada
kertas tersebut, bila warna merah muda berarti bahan yang dicoba sudah tengik.
Kepekatan warna yang terbentuk menentukan derajat ketengikan bahan.
3. Uji Lieberman-Burchard
Ke dalam tabung reaksi yang kering dilarutkan sedikit lipid dalam 2 ml
kloroform dan tambahkan 10 tetes asam asetat anhidrida serta 3 tetes asam sulfat
pekat. Larutan akan menjadi merah, kemudian biru, dan hijau.
DATA PENGAMATAN
No
1
2
3
Sampel
Hasil Uji
Uji Ketidakjenuhan
Uji Ketengikan
Uji Lieberman-
Buchard
PEMBAHASAN
Pada praktiukm kali ini sample yang digunakana adalah margarine Blue
band. Margarin dikenal sebagai pengganti mentega. Margarin tak jauh beda
dengan mentega dalam hal warna, penampakan, tekstur, dan flavor. Namun
margarin tidak dibuat dari lemak susu layaknya mentega.
Margarin dapat dibuat dari lemak hewani, yakni salah satunya
diproduksi dari lemak beef yang disebut oleo-margarine. Tidak seperti mentega,
margarin dapat dikemas ke dalam beberapa konsistensi pengemas. Margarin
sedikitnya mengandung 80% lemak dari total beratnya. Sisanya (kurang lebih 1718%) terdiri dari turunan susu skim, air, atau protein kedelai cair. Dan sisanya 13% merupakan garam, yang ditambahkan sebagai flavor, meskipun ada beberapa
sedangkan trigliserida yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat yang
sering disebut lemak.
Trigliserida bersifat tidak larut dalam air, namun mudah larut dalam pelarut
nonpolar seperti kloroform, benzena, atau eter. Trigliserida akan terhidrolisis jika
dididihkan dengan asam atau basa. Hidrolisis trigliserida oleh basa kuat (KOH
atau NaOH) akan menghasilkan suatu campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol.
Hidrolisis trigliserida dengan asam akan menghasilkan gliserol dan asam-asam
lemak penyusunnya.
Trigliserida dengan bagian utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah
secara kimia menjadi lemak padat oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan
gandanya. Jika terkena udara bebas, trigliserida yang mengandung asam lemak
tidak jenuh cenderung mengalami autooksidasi. Molekul oksigen dalam udara
dapat bereaksi dengan asam lemak, sehingga memutuskan ikatan gandanya
menjadi ikatan tunggal. Hal ini menyebabkan minyak mengalami ketengikan.
Kelas lipida yang lain adalah steroid dan terpen. Steroid merupakan
molekul kompleks yang larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling
bergabung. Steroid yang paling banyak adalah sterol yang merupakan steroid
alkohol. Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan. Kolesterol dan
senyawa turunan esternya, dengan asam lemaknya yang berantai panjang adalah
komponen penting dari plasma lipoprotein.
Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat
berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Karena berguna dalam mengenal ciricirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom
karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit
satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya.
Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian.
Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27 Celsius). Semakin
panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar
larut.
Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada
asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi
dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi
bagi asam lemak.
Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya
memiliki dua bentuk: cis dan trans. Semua asam lemak nabati alami hanya
memiliki bentuk cis (dilambangkan dengan Z, singkatan dari bahasa Jerman
zusammen). Asam lemak bentuk trans (trans fatty acid, dilambangkan dengan
E, singkatan dari bahasa Jerman entgegen) hanya diproduksi oleh sisa
metabolisme hewan atau dibuat secara sintetis. Akibat polarisasi atom H, asam
lemak cis memiliki rantai yang melengkung. Asam lemak trans karena atom Hnya berseberangan tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya tetap
relatif lurus.
Ketengikan (rancidity) terjadi karena asam lemak pada suhu ruang
dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton,
serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat
campuran dari berbagai produk ini. Asam lemak, bersama-sama dengan gliserol,
merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku
untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak
masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya.
Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis)
maupun terikat sebagai gliserida.
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan
rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi
iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada
molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama
reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod
huble. Dari hasil uji ketidakjenuhan, asam oleat menunjukkan hasil negatif, yaitu
bahwa ia mempunya ikatan rangkap pada molekulnya, sedangkan bahan lain yang
diujikan menunjukkan hasil positif, yaitu tidak adanya ikatan rangkap pada
molekulnya.
lieberman-buchard
digunakan
untuk
mengidentifikasi
adanya
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA