Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu
kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat
mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada
perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial agar
dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai
tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru
melalui proses pengajaran.
Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan
pengajaran, bahan pengajaran, metodologi pengajaran dan penilaian
pengajaran. Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan komponen-komponen
pengajaran. Tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan
dimiliki para siswa setelah ia menempuh berbagai pengalaman belajarnya
pada akhir pengajaran.
Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri
atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang
bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan
pengajaran. Metodologi pengajaran adalah metode dan teknik yang digunakan

guru dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran


sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran.
Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol
yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar.
Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf
tercapai tidaknya tujuan pengajaran. (Nana Sudjana : 2005:16)
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang
cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat
disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang
kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan
keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan
demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan
media.
Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila
penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal
acuan untuk menggunakan media. Apabila diabaikan, maka media bukan lagi
sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian
tujuan secara efektif dan efisien.
Adanya media pembelajaran akan sangat membantu bagi siswa dalam
memahami pelajaran yang masih baru diterima atau pokok bahasannya sulit

untuk dipahami seperti bahasa Inggris. Dalam proses pembelajaran bahasa


yang paling diutamakan adalah kemampuan siswa memahami dan melafalkan
setiap kata dengan baik dan benar. Di samping itu kepekaan mendengarkan
percakapan dalam bahasa Inggris adalah salah satu pembelajaran yang penting
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan media
pengajaran sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi,
sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Dengan demikian
pada penelitian tindakan kelas ini penulis lebih memfokuskan pada
Penerapan media pembelajaran VCD dalam meningkatkan keterampilan
penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP
Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah dalam PTK ini yaitu :
1. Sulitnya siswa dalam memahami kosa kata bahasa Inggris.
2. Kurangnya penerapan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
bahasa Inggris.
C. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
Pembatasan masalah dalam PTK ini adalah penerapan media
pembelajaran VCD dalam meningkatkan keterampilan penguasaan kosa
kata mata pelajaran bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik
tahun pelajaran 2008/2009.
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.

a. Apakah penerapan media pembelajaran VCD dapat meningkatkan


keterampilan penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa inggris
siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran
2008/2009?
b. Sejauhmana

penerapan

media

pembelajaran

VCD

dalam

meningkatkan keterampilan penguasaan kosa kata mata pelajaran


bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun
pelajaran 2008/2009?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa
inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009
melalui penerapan media pembelajaran VCD.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat media dalam pembelajaran adalah memperlancar interaksi
guru dan siswa, dengan maksud untuk membantu siswa belajar secara
optimal. Disamping itu media pembelajaran dapat menyampaikan informasi
yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat
mendeskripsikan prinsip, konsep, proses maupun prosedur yang bersifat
abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. ARTI DAN MAKNA PEMBELAJARAN


Pembelajaran

ialah

membelajarkan

siswa

menggunakan

asas

pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan


pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik. Sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus
atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu dalam pembelajaran yang
merupakan substansi khusus dari pendidikan. Mengajar menurut William H.
Burton adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan
dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. (Dimyati dan Mudjiono,
1999:295)
Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa
dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,
melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and
facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran
mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk rnembantu seseorang
mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran

pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang


dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar
belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya, dan lain sebagainya.
Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran
merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator
suksesnya pelaksanaan pembelajaran. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:296)
Bahan pelajaran dalam proses pembelajaran hanya merupakan
perangsang tindakan pendidik atau guru, juga hanya merupakan tindakan
memberikan dorongan dalam belajar yang tertuju pada pencapaian tujuan
belajar. Antara belajar dan mengajar dengan pendidikan bukanlah sesuatu yang
terpisah atau bertentangan. Justru proses pembelajaran adalah merupakan
aspek yang terintegrasi dari proses pendidikan. (Djamarah, 2002: 202)
Hanya saja sudah menjadi kelaziman bahwa proses pembelajaran
dipandang sebagai aspek pendidikan jika berlangsung di sekolah saja. Hal ini
menunjukkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses yang mendasar
dalam aktivitas pendidikan di sekolah. Dari proses pembelajaran tersebut
siswa memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar yaitu mengalami proses untuk meningkatkan kemampuan
mentalnya dan tindak mengajar yaitu membelajarkan siswa. Guru sebagai
pendidik melakukan rekayasa pembelajaran berdasarkan kurikulum yang
berlaku, dalam tindakan tersebut guru menggunakan asas pendidikan maupun
teori pendidikan. Guru membuat desain instruksional, mengacu pada desain ini
para siswa menyusun program pembelajaran di rumah dan bertanggung jawab

sendiri atas jadwal belajar yang dibuatnya. Sementara itu siswa sebagai
pembelajar di sekolah memiliki kepribadian, pengalaman, dan tujuan. Siswa
tersebut mengalami perkembangan jiwa sesuai asas emansipasi dirinya menuju
keutuhan dan kemandirian.
Untuk memahami lebih mendalam apa itu pembelajaran, mari kita
telusuri konsep dan pengertiannya. Pembelajaran menurut Dimyati dan
Mudjiono (1999:297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir
yang

dapat

meningkatkan

kemampuan

berfikir

siswa,

serta

dapat

meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya


meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran
yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang
dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan
pengajaran yang matang oleh guru. Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner
(1960) mengatakan bahwa perlu adanya teori pembelajaran yang akan
menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas.

Menurut pandangan Bruner teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori
pembelajaran itu preskriptif. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:298)
Hal ini menggambarkan bahwa orang yang berpengetahuan adalah
orang yang terampil memecahkan masalah, mampu berinteraksi dengan
lingkungannya dalam menguji hipotesis dan menarik generalisasi dengan
benar. Jadi belajar dan pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan
berfikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana pengetahuan itu
sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksi dalam diri individu siswa.
Pengetahuan tidak diperoleh dengan cara diberikan atau ditransfer dari orang
lain, tetapi "dibentuk dan dikonstruksi" oleh individu itu sendiri, sehingga
siswa itu mampu mengembangkan intelektualnya. Pembelajaran mempunyai
dua karakteristik yaitu Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses
mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar
mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses
berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses
tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan
berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang
mereka konstruksi sendiri. (Djamarah, 2002: 204)
Proses pembelajaran atau pengajaran kelas (Classroom Teaching)
menurut Dunkin dan Biddle (1974:38) berada pada empat variabel interaksi
yaitu (1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; (2) variabel
konteks (context variables) berupa peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (3)

variabel proses (process variables) berupa interaksi peserta didik dengan


pendidik; dan (4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan
peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dunkin dan
Biddle selanjutnya mengatakan proses pembelajaran akan berlangsung dengan
baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu: (1) kompetensi
substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran; dan (2)
kompetensi metodologi pembelajaran. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:293)
Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga
menguasai metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu
pada prinsip pedagogik, yaitu memahami karakteristik peserta didik. Jika
metode dalam pembelajaran tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar
menjadi tidak maksimal. Metode yang digunakan sebagai strategi yang dapat
memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan
oleh guru. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran terus mengalami
perkembangan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karena itu dalam merespon perkembangan tersebut, tentu tidaklah memadai
kalau sumber belajar berasal dari guru dan media buku teks belaka. Dirasakan
perlu ada cara baru dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan atau materi
ajar dalam pembelajaran baik dalam sistem yang mandiri maupun dalam
sistem yang terstruktur. Untuk itu perlu dipersiapkan sumber belajar oleh
pihak guru maupun para ahli pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:294)

Proses pembelajaran aktivitasnya dalam bentuk interaksi belajar


mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan
tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu
setidaknya adalah pencapaian tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
diprogramkan guru merupakan kegiatan integralistik antara pendidik dengan
peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak
pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis terjadi pada diri
peserta didik. Menurut Knirk dan Gustafson pembelajaran merupakan suatu
proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan
perancangan pembelajaran. (Djamarah, 2002: 207)
Selanjutnya

Knirk

dan

Gustafson

mengemukakan

teknologi

pembelajaran melibatkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi yaitu


guru (pendidik), siswa (peserta didik), dan kurikulum. Komponen tersebut
melengkapi struktur dan lingkungan belajar formal. Hal ini menggambarkan
bahwa interaksi pendidik dengan peserta didik merupakan inti proses
pembelajaran (Instructional). Dengan demikian pembelajaran adalah setiap
kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari
suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis
melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan
belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola
pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan

10

peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru sebagai sumber belajar,


penentu metode belajar, dan juga penilai kemajuan belajar meminta para
pendidik untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Belajar berdasarkan sumber (resource based learning) ialah segala
bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau
sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala
kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, jadi bukan dengan cara yang
konvensional dimana guru menyampaikan bahan pelajaran pada murid, tetapi
setiap komponen yang dapat memberikan informasi seperti perpustakaan,
laboratorium, kebun, dan semacamnya juga merupakan sumber belajar. Dalam
"resource based learning" guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya.
Murid dapat belajar dalam kelas, dalam laboratorium, dalam ruang
perpustakaan, dalam "ruang sumber belajar yang khusus" bahkan di luar
sekolah, bila ia mempelajari lingkungan berhubung dengan tugas atau masalah
tertentu. (Djamarah, 2002: 201)
Dalam segala hal, murid itu sendiri aktif, apakah la belajar menurut
langkah-langkah tertentu, seperti dalam belajar berprograma, atau menurut
pemikirannya sendiri untuk memecahkan masalah tertentu. Jadi "resource
based learning" dipakai dalam berbagai arti, apakah dalam pelajaran
berprogram atau modul yang mengikuti langkah-langkah yang telah
ditentukan, atau dalam melakukan tugas yang bebas berdasarkan teknik
pemecahan masalah, penemuan, dan penelitian, bergantung kepada putusan

11

guru serta kemungkinan yang ada dalam rangka kurikulum yang berlaku di
sekolah. Resource based learning biasanya bukan satu-satunya metode yang
digunakan di suatu sekolah.
Di samping itu masih dapat digunakan metode pembelajaran lainnya;
metode belajar ini hanya merupakan salah satu diantara metode-metode
lainnya, jadi metode yang lain bukan tidak perlu ditiadakan sama sekali.
Perubahan yang besar yang diakibatkan oleh metode belajar ini antara lain
pentingnya peranan ahli perpustakaan dan mereka yang memproduksi bahan,
media atau sumber belajar. Sumber belajar tidak sama artinya dengan audio
visual aids. Dengan audio visual aids dimaksud adalah alat-alat yang
membantu guru dalam kegiatan pembelajaran, karena itu juga disebut
instructional aids, atau alat pengajaran. Terserah kepada guru untuk
menggunakannya atau tidak, kebanyakan guru tidak merasa perlu untuk
membuat atau menggunakannya. Akan tetapi "learning resources" atau sumber
belajar yang esensial harus digunakan oleh murid. Jadi sumber belajar
ditujukan kepada murid, bukan kepada guru. Belajar berdasarkan sumber atau
"resource based learning" bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan
bertalian

dengan

sejumlah

perubahan-perubahan

yang

mempengaruhi

pembinaan kurikulum.
Perubahan-perubahan itu mengenai: (1) perubahan dalam sifat dan
pola ilmu pengetahuan manusia; (2) perubahan dalam masyarakat dan tafsiran
kita tentang tuntunanya; (3) perubahan tentang pikiran kita mengenai
pengertian kita tentang anak dan caranya belajar; dan (4) perubahan dalam

12

media komunikasi. Sumber yang sejak lama digunakan dalam pembelajaran


adalah buku-buku dan hingga sekarang buku-buku masih memegang peranan
yang penting. Oleh sebab itu ahli perpustakaan mendapat peranan yang
penting sekali dalam resource based learning ini. Kerjasama antara guru dan
ahli perpustakaan menjadi syarat yang penting dalam pembelajaran.
Disamping itu para ahli perpustakaan harus mendapat pendidikan khusus
untuk menjalankan peranannya sebagai pustakawan dan memberikan
pelayanan kepada para siswa yang membutuhkan. (Djamarah, 2002: 212)
Guru dan para pustakawan di sekolah harus saling mengenal
kemampuan masing-masing. Disamping itu diperlukan pula "media spesialis",
yakni ahli dalam bidang media, karena sumber tidak hanya terbatas pada
buku-buku saja. Resource based learning adalah cara belajar yang bermacammacam bentuk dan segi-seginya. Metode ini dapat dipersingkat atau
diperpanjang, berlangsung selama satu jam pelajaran atau selama setengah
semester dengan pertemuan dua kali seminggu, selama satu atau dua jam.
Metode ini penggunaannya dalam pembelajaran begitu fleksibel atau lugas,
tergantung pada kemampuan guru menggunakannya. Belajar berdasarkan
sumber ini, dapat diarahkan oleh guru atau berpusat pada kegiatan murid,
dapat mengenai satu mata pelajaran tertentu atau melibatkan berbagai disiplin,
dapat bersifat individual atau klasikal, dapat menggunakan audio visual yang
diamati secara individual atau diperlihatkan kepada seluruh kelas.
Metode ini tampaknya sebagai sesuatu yang terdiri atas berbagai
komponen yang meliputi pengajaran langsung oleh guru, penggunaan buku

13

pelajaran, latihan-latihan formal, maupun kegiatan penelitian, pencarian bahan


dari berbagai sumber, latihan memecahkan soal dan penggunaan alat-alat
audio visual. Metode ini dapat pula didasarkan atas penelitian, pengajaran
proyek, pengajaran unit yang terintegrasi, pendekatan interdisipliner, pelajaran
individual dan pelajaran aktif. Dalam belajar berdasarkan sumber diutamakan
tujuan untuk mendidik murid menjadi seorang yang sanggup belajar dan
meneliti sendiri, maka ia harus dilatih untuk menghadapi masalah-masalah
yang terbuka bagi jawaban-jawaban yang harus diselidiki kebenarannya
berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, baik dari penelitian
perpustakaan, eksperimen dalam laboratorium, maupun sumber-sumber lain.
(Djamarah, 2002: 218)
Metode ini dapat pula didasarkan atas penelitian, pengajaran proyek,
pengajaran unit yang terintegrasi, pendekatan interdisipliner, pengajaran
individual, dan pengajaran aktif yang penting setiap metode yang digunakan
bertalian dengan tujuan yang akan dicapai. Resource based learning tidak
hanya sesuai bagi pelajaran ilmu sosial, tetapi juga bagi ilmu pengetahuan
alam Belajar berdasarkan sumber tidak meniadakan peranan guru, juga tidak
berarti bahwa guru dapat duduk bermalas-malasan dan membiarkan murid
belajar di perpustakaan atau laboratorium. (Djamarah, 2002: 218)
Guru itu terlibat dalam setiap langkah proses belajar, dari
perencanaan, penentuan dan mengumpulkan sumber-sumber informasi,
memberi motivasi, memberi bantuan, dan memperbaiki kesalahan. Ada yang
menganggap team teaching sebagai pendahuluan "Resource based learning"

14

akan tetapi ada yang sebaliknya memandang team teaching sebagai kulminasi
belajar berdasarkan sumber. Akan tetapi keduanya melenyapkan isolasi guru
dalam kelasnya masing-masing, seperti di sekolah konvensional. Dalam
kelompok atau team guru dapat saling bertukar pengalaman, saling membantu
dalam mengatasi kesulitan pendidikan. Dengan demikian guru cepat tumbuh
dalam profesinya dan tidak terjerat oleh kegiatan rutin yang tidak mendapat
kesempatan untuk ditinjau kembali dan diperbaiki berkat pengalaman orang
lain, tetapi merupakan suatu aktivitas pembelajaran yang dinamis.
Agar pembelajaran tetap pada suasana yang dinamis, guru perlu
merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapainya dalam
melaksanakan pembelajaran. Tujuan ini bukan hanya mengenai bahan materi
ajar yang harus dikuasai oleh guru, akan tetapi juga keterampilan emosional
dan sosial dalam menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran. Belajar
berdasarkan sumber berarti kerjasama antara seluruh staf dan penggunaan
secara maksimal fasilitas yang tersedia seperti buku-buku perpustakaan, alat
pengajaran, keahlian dan keterampilan guru serta anggota masyarakat yang
bersedia memberi sumbangannya. (Djamarah, 2002: 214)
B. MEDIA PEMBELAJARAN
Media adalah kata jamak dari medium, yang artinya perantara.
Dalam proses komunikasi, media merupakan satu dari empat komponen yang
harus ada. Komponen yang lain, yaitu: sumber informasi, informasi, dan
penerima informasi. Seandainya satu dari empat komponen tersebut tidak

15

ada, maka proses komunikasi tidak mungkin terjadi.(Nana Sudjana,


2005:26).
Dalam pembelajaran (instructional), sumber informasi adalah
dosen, guru, instruktur, peserta didik, bahan bacaan dan sebagainya. Media
pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs (1977) mendefinisikan
media pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran. Sedang menurut Arief S. Sadiman (1986: 26), media
pembelajaran

adalah

segala

sesuatu

yang

dapat

digunakan

untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang


pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa, dan dengan demikian terjadilah
proses belajar.(Nana Sudjana, 2005:27)
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah
suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang
menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesanpesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru
sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna
dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit
atau kompleks.
Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang
bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat
bantu, tetapi di lain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat
bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik, gambar dan sebagainya.

16

Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses
oleh anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan
pelajaran yang disampaikan itu.
Anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat
mereka hindari. disebabkan pcnjelasan guru yang sukar dicerna dan
dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan
anak didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru
bersimpang siur, tidak ada fokus masalahnya, Hal ini tentu saja harus
dicarikan jalan keluarnya. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk
menjelaskan suatu bahan dengan baik, apa salahnya jika menghadirkan
media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran. (Nana Sudjana, 2005: 27)
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan
menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan
bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi
kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu
berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan
proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa
sembarangan menurut sekehendak hati guru. Tetapi harus memperhatikan
dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya
tujuan pengajaran tentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang tidak
menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-jauh untuk sementara.

17

Kompetensi guru sendiri patut dijadikan perhitungan. Adakah mampu atau


tidak untuk mempergunakan media tersebut. Jika tidak, maka jangan
mempergunakannya, sebab hal itu akan sia-sia. Malahan bisa mengacaukan
jalannya proses belajar mengajar.(Nana Sudjana, 2005: 28)
C. Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai
untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan
sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang
sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana; di sekolah, di halaman,
di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Udin Saripuddin dan Winataputra
(1995; 65 ) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori,
yaitu manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan
media pendidikan. Karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang
dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau
asal untuk belajar seseorang.
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu
guru memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis
media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu
pengetahuan bagi anak didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat
membawa bendanya secara langsung ke hadapan anak didik di kelas. Dengan
menghadirkan bendanya seiring dengan penjelasan mengenai benda itu,
maka benda itu dijadikan sebagai sumber belajar.

18

Kalau dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya


sumber belajar bagi anak didik. Sehingga kegiatan pendidikan cenderung
masih tradisional. Perangkat teknologi penyebarannya masih sangat terbatas
dan belum memasuki dunia pendidikan. Tetapi lain halnya sekarang,
perangkat

teknologi

sudah

ada

di

mana-mana.

Pertumbuhan

dan

perkembangannya hampir-hampir tak terkendali, sehingga wabahnya pun


menyusup ke dalam dunia pendidikan. Di sekolah-sekolah kini, terutama di
kota-kota besar, teknologi dalam berbagai bentuk dan jenisnya sudah
dipergunakan untuk mencapai tujuan. Ternyata teknologi, yang disepakati
sebagai media itu, tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai sumber
belajar dalam proses belajar mengajar.
Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif,
visual, dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak
sembarangan,

tetapi

harus

disesuaikan

dengan

perumusan

tujuan

instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri, dan
sebagainya.(Nana Sudjana, 2005:38)
Anjuran agar menggunakan media dalam pengajaran terkadang
sukar dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk mcmbelinya.
Menyadari akan hal itu, disarankan kembali agar tidak memaksakan diri
untuk membelinya, tetapi cukup membuat media pendidikan yang sederhana
selama menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Cukup banyak bahan
mentah untuk keperluan pembuatan media pendidikan dan dengan
pemakaian

keterampilan

yang

memadai.

19

Untuk

tercapainya

tujuan

pengajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana
juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai menggunakannya. Maka guru
yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa memanipulasi media
sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang
disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.
a). Macam-macam Media
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua
jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya,
daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. Semua ini akan
dijelaskan pada pembahasan berikut.
1. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam :
a. Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam.
Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam
pendengaran.
b. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam
seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau
lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau
simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
c. Media Audiovisual

20

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara


dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih
baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.
Media ini dibagi lagi ke dalam :
1) Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar
diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara,
cetak suara.
2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara
dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette.
- Pembagian lain dari media ini adalah :
a) Audiovisual Murni yaitu baik unsur suara maupun unsur
gambar berasal dari suatu sumber seperti film video-cassette,
dan
b) Audiovisual Tidak Murni yaitu yang unsur suara dan unsur
gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film
bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides
proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.
Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.
2.

Dilihat dan Daya Liputnya, Media dibagi dalam :


a Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak.
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan
ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak
dalam waktu yang sama. Contoh :

21

radio dan televisi.

b. Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan


Tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang
dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film
rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan
gelap.
c. Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri.
Termasuk

media

ini

adalah

modul

berprogram

dan

pengajaran melalui komputer.


3.

Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam :


a. Media Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan
harganya

murah,

cara

pembuatannya

mudah,

dan

penggunaannya tidak sulit.


b. Media Kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat
pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit
membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan
yang memadai.(Djamarah, 2002: 102)
Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di
atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan
memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media

22

yang utama yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan


pengajaran itulah media yang seharusnya dipakai.
Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam
proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan
atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafik sering juga
disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan
lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model
padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up,
diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film,
penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai
media pengajaran.(Djamarah, 2002:103)
Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi
kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan
peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran.
Sebuah poster sederhana yang

dapat menggugah pentingnya

memelihara kebersihan lingkungan, jauh lebih berharga daripada pemutaran


film mengenai gambaran sebuah kota yang bersih, untuk sekadar mencapai
tujuan pengajaran berkenaan dengan sikap siswa terhadap kebersihan
lingkungan. Demikian juga gambar peta Jawa Barat yang dibuat guru di
papan tulis mempunyai manfaat yang tinggi dibandingkan dengan globe yang
mahal harganya, apabila tujuannya hanya menunjukkan letak kota kabupaten
di Jawa Barat.

23

Oleh sebab itu, penggunaan media pengajaran sangat bergantung


kepada tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media
yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses
pengajaran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan
media pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran. Pertama, guru
perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain jenis dan manfaat
media pengajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pengajaran,
menggunakan media sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut
penggunaan media dalam proses belajar siswa. Kedua, guru terampil
membuat media pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran, terutama
media dua dimensi atau media grafis, dan beberapa media tiga dimensi, dan
media proyeksi. Ketiga, pengetahuan dan keterampilan dalam menilai
keefektifan penggunaan media dalam proses pengajaran. Menilai keefektifan
media pengajaran penting bagi guru agar ia bisa menentukan apakah
penggunaan media mutlak diperlukan atau tidak selalu diperlukan dalam
pengajaran sehubungan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa. Apabila
penggunaan media pengajaran tidak mempengaruhi proses dan kualitas
pengajaran sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu
mencari usaha lain di luar media pengajaran.
Dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya
memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut.

24

a)

Ketepatannya dengan tujuan pengajaran artinya media pengajaran dipilih


atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan
instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis
lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran.

b)

Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang


sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan
bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.

c)

Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah


diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.
Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, di
samping sederhana dan praktis penggunaannya.

d)

Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenis media yang


diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses
pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya,
tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi
belajar siswa dengan lingkungannya. Adanya OHP, proyektor film,
komputer, dan alat-alat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa,
bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pengajaran untuk
mempertinggi kualitas pengajaran.

e)

Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat


bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

f)

Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan
pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang

25

terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Menyajikan


grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi
siswa kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam
bentuk gambar atau poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur
hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang
telah memiliki kadar berpikir yang tinggi. Dengan kriteria pemilihan
media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang
dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai
pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan
sehingga mempersulit tugas guru, tapi malah sebaliknya yakni
mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu
media bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu
untuk mempertinggi kualitas belajar dan mengajar.(Djamarah, 2002:104)
Dalam hubungannya dengan penggunaan media pada waktu
berlangsungnya pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi
sebagai berikut.
a)

Perhatian siswa terhadap pengajaran sudah berkurang akibat kebosanan


mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal oleh
guru mengenai tahan pengajaran biasanya sering membosankan apalagi bila
cara guru menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya media
akan mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian
belajar para siswa.

26

b) Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam situasi
ini sangat bijaksana apabila guru menampilkan media untuk memperjelas
pemahaman siswa mengenai bahan pengajaran. Misalnya menyajikan bahan
dalam bentuk visual melalui gambar, grafik, bagan atau model-model yang
berkenaan dengan isi bahan pengajaran.
c) Terbatasnya sumber pengajaran. Tidak semua sekolah mempunyai buku
sumber, atau tidak semua bahan pengajaran ada dalam buku sumber. Situasi
ini menuntut guru untuk menyediakan sumber tersebut dalam bentuk media.
Misalnya peta atau globe dapat dijadikan sumber bahan belajar bagi siswa,
demikian juga model, drama, media grafis dan lain-lain.
d) Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui penuturan
kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah mengajar cukup lama.
Dalam situasi ini guru dapat menampilkan media sebagai sumber belajar bagi
siswa. Misalnya guru menampilkan bagan atau grafik dan siswa diminta
memberi analisis atau menjelaskan apa yang tersirat dari gambar atau grafik
tersebut, baik secara individual maupun secara kelompok. (Suwarna,
2006:17)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan media
dalam proses pengajaran dapat ditempatkan sebagai:
a) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan
pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan
verbal mengenai bahan pengajaran.

27

b) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut
dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru
dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar
siswa.
c) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang
harus dipelajari para siswa baik individual maupun kelompok. Dengan
demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.
(Suwarna, 2006: 18)
Sesungguhnya media sebagai alat dan sumber pengajaran tidak bisa
menggantikan guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal yang
mustahil dapat meningkatkan kualitas pengajaran. Peranan guru masih tetap
diperlukan sekalipun media telah merangkum semua bahan pengajaran yang
diperlukan oleh siswa.
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada siswa tentang apa
yang harus dipelajarinya, bagaimana siswa mempelajarinya serta hasil-hasil
apa yang diharapkan diperolehnya dari media yang digunakannya. Harus
diingat, bahwa media adalah alat dan sarana untuk mencapai tujuan
pengajaran, serta media bukanlah tujuan.
D. NILAI DAN MANFAAT MEDIA PENGAJARAN
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam
pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar
yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat

28

mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan


manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:
a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik;
c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap
jam pelajaran;
d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar,

sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,


melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Contoh sederhana, guru
akan mengajarkan masalah kepadatan penduduk sebuah kota. Ia
menggunakan berbagai media pengajaran antara lain gambar atau foto
suatu kota yang padat penduduknya dengan segala permasalahannya.
Gambar dan atau foto tersebut akan lebih menarik bagi siswa
dibandingkan dengan cerita guru tentang padatnya penduduk kota
tersebut. Kemudian guru menyajikan suatu grafik pertumbuhan jumlah
penduduk kota tersebut dari tahun ke tahun, sehingga jelas betapa
cepatnya pertumbuhan penduduk kota tersebut. (Suwarna, 2006:20-21)

29

Grafik tersebut dapat memperjelas pemahaman siswa terhadap


pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun. Para siswa dapat melakukan
analisis data penduduk, sebab-sebab pertumbuhan penduduk, melakukan
proyeksi jumlah penduduk tahun berikutnya, dan aspek lain dari grafik
tersebut.

Ia

juga

dapat

membuat

grafik

penduduk

dan

memberi

interpretasinya. Ini berarti kegiatan belajar siswa lebih banyak dan lebih
mendalami.
Sementara itu guru lebih mudah mengatur dan memberi petunjuk
kepada siswa apa yang harus dilakukannya dari media yang digunakannya,
sehingga tugasnya tidak semata-mata menuturkan bahan melalui kata-kata
(ceramah). Penggunaan gambar dan foto serta grafik dalam contoh di atas
adalah salah satu cara pengajaran dengan media pengajaran.
Alasan kedua mengapa

penggunaan media

pengajaran dapat

mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf


berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai
dari berpikir kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir
sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat
kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran
hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat
disederhanakan.
Sebagai contoh penggunaan peta atau globe dalam pelajaran Ilmu
sosial, pada dasarnya merupakan penyederhanaan dan pengkongkretan dari
konsep geografis, sehingga dapat dipelajari siswa dalam wujud yang jelas dan

30

nyata. Demikian pula penggunaan diagram yang melukiskan hubungan dan


alur-alur terjadinya bel listrik atau bunyi radio merupakan gambaran dan
penyederhanaan konsep berpikir abstrak dalam wujud yang mudah dipelajari
oleh para siswa.
Penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media pengajaran
dalam proses belajar mengajar sampai kepada kesimpulan, bahwa proses dan
hasil belajar para siswa menunjukkan perbedaan yang berarti antara
pengajaran tanpa media dengan pengajaran menggunakan media. Oleh sebab
itu penggunaan media pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan
untuk mempertinggi kualitas pengajaran.
Menurut perspektif Suwarna (2006:128-129) secara umum manfaat
media dalam pembelajaran adalah memperlancar interaksi guru dan siswa,
dengan maksud untuk membantu siswa belajar secara optimal. Namun
demikian, secara khusus manfaat media pembelajaran seperti dikemukakan
oleh Kemp dan Dayton (1985), yaitu:
a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam
tentang sesuatu hal melalui media. Penafsiran yang beragam dapat
direduksi, sehingga materi tersampaikan secara seragam.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar
(audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan

31

prinsip, konsep, proses maupun prosedur yang bersifat abstrak dan tidak
lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
Jika dipilih dan dirancang dengan benar, maka media dapat
membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif.
Tanpa media, guru mungkin akan cenderung berbicara "satu arah"
kepada siswa.
d. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi.
Sering kali terjadi, para guru banyak menghabiskan waktu untuk
menjelaskan materi ajar. Padahal waktu yang dihabiskan tidak perlu
sebanyak itu, jika mereka memanfaatkan media pembelajaran dengan
baik.
e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan.
Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran
lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi ajar secara
lebih mendalam dan utuh.
f. Proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga
siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa
tergantung pada keberadaan guru.
g. Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

32

Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Hal


ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa pada ilmu
pegetahuan dan proses pencarian ilmu.
h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
Dengan media, guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan, namun justru
dapat mengurangi penjelasan verbal (lisan), sehingga guru dapat memberikan
perhatian lebih banyak kepada aspek pemberian motivasi, perhatian, bimbingan,
dan sebagainya. (Suwarna, 2006:130-131)

33

BAB III
METODE PENELITIAN

A.

OBJEK TINDAKAN
Objek tindakkan dalam penelitian ini adalah :
1. Pelaksanaan media pembelajaran VCD pada penguasaan kosa kata mata
pelajaran bahasa Inggris.
2. Aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran melalui media
pembelajaran VCD .

B.

SETTING / SUBJEK PENELITIAN


Setting atau lokasi PTK ini adalah siswa kelas VII-B SMP Negeri 3
Gresik tahun pelajaran 2008/2009, dengan jumlah siswa 38 siswa.

C. METODE PENGUMPULAN DATA


Data yang dikumpulkan melalui catatan observasi dan hasil
evaluasi yang dilakukan sejak awal penelitian sampai dengan siklus III.
Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui Aktivitas siswa
selama pelaksanaan pembelajaran melalui media pembelajaran VCD,
sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar
siswa.
Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses,
masalah dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi
dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting

34

dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian


tujuan.
D. METODE ANALISA DATA
Data hasil observasi pembelajaran dianalisa bersama, kemudian
ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Sedangkan hasil
belajar siswa (evaluasi) dianalisis berdasarkan ketentuan belajar siswa.
E. CARA PENGAMBILAN KESIMPULAN
Cara pengambilan kesimpulan dalam penelitian tindakan ini
didasarkan pada hasil perolehan data dan analisis data yang diperoleh pada
setiap siklus. Di samping itu untuk mengetahui aktivitas siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran bahasa inggris melalui media pembelajaran VCD,
pengambilan kesimpulan didasarkan pada hasil evaluasi.

35

BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A.

GAMBARAN SETTING PENELITIAN


Penelitian Tindakan Kelas yang mengambil Setting di kelas VII-B
SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009, pelaksanaannya mengikuti
alur sebagai berikut.
1.

Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran Bahasa bahasa


Inggris

pada penguasaan kosa kata dan penetapan alokasi waktu

pelaksanaannya pada siklus 1 tanggal 3 Pebruari 2009 pukul 07.0009.00 WIB, siklus 2 pada tanggal 5 Pebruari 2009 pada pukul 07.0009.00 WIB sedangkan pada siklus 3 pada tanggal 7 Pebruari 2009
pukul 07.30-09.00 WIB.
2.

Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar melalui


model pembelajaran melalui media pembelajaran VCD.

3.

Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan proses Pembelajaran,


meliputi aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

4.

Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus


menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara kolaborasi dengan guru,

yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian

36

berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa


terkontrol sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian.
B.

PENJELASAN PER SIKLUS


Penelitian Tindakan Kelas dengan alur atau tahapan (perencanaan,
tindakan, observasi, refleksi) disajikan dalam tiga siklus sebagai berikut:
Tabel I
Siklus 1

Perencanaan : identifikasi

Merencanakan pembelajaran yang

masalah dan penetapan

akan diterapkan dalam proses belajar

alternative pemecahan

mengajar

masalah

Menentukan pokok bahasan


Preparasi. Guru mempersiapkan
(preparasi) bahan selengkapnya secara
sistematis dan rapi
Apersepsi. Guru bertanya atau
memberikan uraian singkat untuk
mengarahkan perhatian anak didik
kepada materi yang akan diajarkan.
Menyusun lembar kegiatan mengajar
Menyiapkan sumber belajar dan
media pembelajaran VCD
Mengembangkan format evaluasi
Mengembangkan format observasi
pembelajaran

37

Menerapkan tindakan yang mengacu

Tindakan

pada skenario dan lembar kegiatan


mengajar
Presentasi. Guru menyajikan bahan
melalui media pembelajaran VCD
untuk dilihat dan didengarkan.
Resitasi. anak didik diberi tugas untuk
menulis dengan huruf dan ejaan yang
tepat dalam bahasa Inggris dan
menerjemahkan .
Kelas dinyatakan berhasil apabila
70% dari jumlah siswa yang ada telah
menguasai pokok bahasan
Bila didapatkan dari hasil observasi
kurang dari sebanyak 70% maka
diperlukan siklus 2
melakukan observasi dengan

Pengamatan

memakai format observasi


menilai hasil tindakan dengan
menggunakan lembar kegiatan
mengajar
melakukan evaluasi tindakan yang

refleksi

telah dilakukan, meliputi evaluasi


mutu, jumlah dan waktu dari setiap

38

jenis tindakan
melakukan pertemuan untuk
membahas hasil evaluasi tentang
skenario, Lembar kegiatan mengajar,
dan lain-lain.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi untuk digunakan
pada siklus selanjutnya.

Siklus II

Perencanaan : identifikasi

Evaluasi tindakan I
Merencanakan pembelajaran yang

masalah dan penetapan

akan diterapkan dalam proses belajar

alternative pemecahan

mengajar

masalah

Menentukan pokok bahasan


Preparasi. Guru mempersiapkan
(preparasi) bahan selengkapnya secara
sistematis dan rapi
Apersepsi. Guru bertanya atau
memberikan uraian singkat untuk
mengarahkan perhatian anak didik
kepada materi yang akan diajarkan.
Menyusun lembar kegiatan mengajar
Menyiapkan sumber belajar dan
media pembelajaran VCD

39

Mengembangkan format evaluasi


Mengembangkan format observasi
pembelajaran
Menerapkan tindakan yang mengacu

Tindakan

pada skenario dan lembar kegiatan


mengajar
Presentasi. Guru menyajikan bahan
melalui media pembelajaran VCD
untuk dilihat dan didengarkan.
Resitasi. anak didik diberi tugas untuk
menulis dengan huruf dan ejaan yang
tepat dalam bahasa Inggris dan
menerjemahkan .
Kelas dinyatakan berhasil apabila
70% dari jumlah siswa yang ada telah
menguasai pokok bahasan
Bila didapatkan dari hasil observasi
kurang dari sebanyak 70% maka
diperlukan siklus 3
melakukan observasi dengan

Pengamatan

memakai format observasi


menilai hasil tindakan dengan
menggunakan lembar kegiatan
mengajar

40

melakukan evaluasi tindakan yang

refleksi

telah dilakukan, meliputi evaluasi


mutu, jumlah dan waktu dari setiap
jenis tindakan
melakukan pertemuan untuk
membahas hasil evaluasi tentang
skenario, Lembar kegiatan mengajar,
dan lain-lain.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi untuk digunakan
pada siklus selanjutnya.

Siklus III

Perencanaan : identifikasi

Evaluasi tindakan II
Merencanakan pembelajaran yang

masalah dan penetapan

akan diterapkan dalam proses belajar

alternative pemecahan

mengajar

masalah

Menentukan pokok bahasan


Preparasi. Guru mempersiapkan
(preparasi) bahan selengkapnya secara
sistematis dan rapi
Apersepsi. Guru bertanya atau
memberikan uraian singkat untuk
mengarahkan perhatian anak didik
kepada materi yang akan diajarkan.

41

Menyusun lembar kegiatan mengajar


Menyiapkan sumber belajar dan
media pembelajaran VCD
Mengembangkan format evaluasi
Mengembangkan format observasi
pembelajaran
Menerapkan tindakan yang mengacu

Tindakan

pada skenario dan lembar kegiatan


mengajar
Presentasi. Guru menyajikan bahan
melalui media pembelajaran VCD
untuk dilihat dan didengarkan.
Resitasi. anak didik diberi tugas untuk
menulis dengan huruf dan ejaan yang
tepat dalam bahasa Inggris dan
menerjemahkan .
Kelas dinyatakan berhasil apabila
70% dari jumlah siswa yang ada telah
menguasai pokok bahasan
Bila didapatkan dari hasil observasi
kurang dari sebanyak 70% maka
pembelajaran ini tidak tuntas.
melakukan observasi dengan

Pengamatan

42

memakai format observasi


menilai hasil tindakan dengan
menggunakan lembar kegiatan
mengajar
melakukan evaluasi tindakan yang

refleksi

telah dilakukan, meliputi evaluasi


mutu, jumlah dan waktu dari setiap
jenis tindakan
melakukan pertemuan untuk
membahas hasil evaluasi tentang
skenario, Lembar kegiatan mengajar,
dan lain-lain.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi untuk digunakan
pada siklus selanjutnya.
Evaluasi tindakan III
C.

PROSES ANALISIS DATA


Proses analisis data sebagai hasil penelitian meliputi: Pelaksanaan
pembelajaran melalui media pembelajaran VCD, dan aktivitas siswa selama
menerima pembelajaran. Penelitian ini
berikut:
1.

Siklus 1

43

disajikan dalam 3 siklus sebagai

Dalam proses pembelajaran siklus pertama Guru menyajikan bahan


melalui

media pembelajaran VCD untuk dilihat dan didengarkan.

Selanjutnya anak didik diberi tugas untuk menulis dengan huruf dan ejaan
yang tepat dalam bahasa Inggris dan menerjemahkan. Tahap selanjutnya guru
mengambil hasil tugas yang telah diberikan pada siswa.
Hasil yang diperoleh selama penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Hasil penilaian siklus 1
No.
Nilai

Keterangan
T
TT

Urut
1
70

2
85

3
60

4
55

5
45

6
40

7
60

8
45

9
50

10
80

11
75

12
55

13
70

14
65

15
60

16
55

17
45

18
40

19
40

Jumlah
1095
6
13
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3800
Jumlah Skor Tercapai 2255
Rata-Rata Skor Tercapai 59,34
X

X
N

44

No.
Nilai
Urut
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Jumlah

85
70
70
65
60
55
60
60
75
70
45
45
40
25
35
60
75
70
95
1160

Keterangan
T
TT

10

2255
38

X 59,34

Keterangan:

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 15

Jumlah siswa yang belum tuntas

: 23

Klasikal

: Belum tuntas

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I


No
1

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif

Hasil Siklus I
59,34

Jumlah siswa yang tuntas belajar

15

Persentase ketuntasan belajar

39

Siswa. yang.tuntas.belajar x100%


Siswa

15 x100%
38

P 39%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan penerapan


media pembelajaran VCD dalam penguasaan kosa kata mata pelajaran
bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran
2008/2009 diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 59,34 dan
ketuntasan belajar mencapai 39% atau ada 15 siswa dari 38 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama

45

secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh
nilai 65 hanya sebesar 39% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 70%. Hal ini disebabkan karena siswa kurang
konsentrasi pada saat mendengarkan percakapan dari media VCD.Di
samping itu siswa pada umumnya tidak menulis secara keseluruhan
percakapan yang di lihat dan didengar.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refleksi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan
memberikan arahan terlebih dahulu isi dialog dalam pemutaran
VCD.
2) Guru perlu mengenalkan beberapa kosa kata terlebih dahulu
dalam percakapan yang akan dilihat dan di dengar.
2.

Siklus 2
Dalam proses pembelajaran siklus kedua Guru menyajikan bahan

melalui media pembelajaran VCD yang berbeda untuk dilihat dan


didengarkan. Namun sebelumnya guru memberikan arahan dan penjelasan
tentang penulisan dan ejaan dalam bahasa Inggris yang tepat. Hal
selanjutnya anak didik diberi tugas untuk menulis dengan huruf dan ejaan
yang tepat dalam bahasa Inggris dan menerjemahkan. Tahap selanjutnya guru
mengambil hasil tugas yang telah diberikan pada siswa.
Tabel 4

46

Hasil penilaian siklus 2


No.
Nilai

Keterangan
T
TT

Urut
1
70

2
90

3
70

4
55

5
60

6
60

7
70

8
60

9
70

10
70

11
70

12
70

13
70

14
60

15
60

16
50

17
60

18
60

19
40

Jumlah
1215
9
10
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3800

No.
Nilai
Urut
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Jumlah

80
70
75
70
70
60
70
70
70
70
85
70
70
40
70
70
70
60
100
1340

Keterangan
T
TT

16

Jumlah Skor Tercapai 2555


Rata-Rata Skor Tercapai 67,23
X

X
N

2555
38

X 67,23

Keterangan:

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 25

Jumlah siswa yang belum tuntas

: 13

47

Klasikal

: Belum tuntas

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus 2


No
1

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif

Hasil Siklus I
67,23

Jumlah siswa yang tuntas belajar

25

Persentase ketuntasan belajar

13

Siswa. yang.tuntas.belajar x100%


Siswa

25 x100%
38

P 65%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan penerapan


media pembelajaran VCD dalam penguasaan kosa kata mata pelajaran
bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran
2008/2009 diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 67,23 dan
ketuntasan belajar mencapai 65% atau ada 25 siswa dari 38 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama
secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh
nilai 65 hanya sebesar 65% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 70%. Hal ini disebabkan karena siswa kurang
menguasai dalam penulisan ejaan kosa kata.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refleksi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya.

48

1). Guru perlu mengenalkan beberapa penulisan kosa kata terlebih


dahulu dalam percakapan yang akan dilihat dan di dengar.
3.

Siklus 3
Dalam proses pembelajaran siklus ketiga yang dilakukan oleh guru

pertama kali adalah memberikan penjelasan dan latihan tentang penulisan


dan ejaan yang tepat dalam bahasa Inggris dengan melihat VCD 1 dan VCD
2 dengan didampingi oleh guru bahasa Inggris.
Guru menyajikan bahan melalui media pembelajaran VCD yang
berbeda untuk dilihat dan didengarkan. Selanjutnya anak didik diberi tugas
untuk menulis dengan huruf dan ejaan yang tepat dalam bahasa inggris dan
menerjemahkan. Tahap selanjutnya guru mengambil hasil tugas yang telah
diberikan pada siswa.

Tabel 6
Hasil penilaian siklus 3
No.
Nilai
Urut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

75
90
80
70
70
70
75
75
75
80
75
75
85

Keterangan
T
TT

No.
Nilai
Urut
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

49

95
70
85
80
90
75
80
80
80
90
80
85
85

Keterangan
T
TT

14
80

15
75

16
75

17
70

18
70

19
75

Jumlah
1440
19
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3800

33
34
35
36
37
38
Jumlah

65
65
80
80
70
100
1535

19

Jumlah Skor Tercapai 2975


Rata-Rata Skor Tercapai 78,28
X

X
N

2975
38

X 78,28

Keterangan:

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 38

Jumlah siswa yang belum tuntas

:0

Klasikal

: tuntas

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus 2


No
1

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif

Hasil Siklus I
78,28

Jumlah siswa yang tuntas belajar

38

Persentase ketuntasan belajar

Siswa. yang.tuntas.belajar x100%


Siswa

50

38 x100%
38

P 100%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan penerapan media


pembelajaran VCD dapat meningkatkan penguasaan kosa kata mata pelajaran
bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran
2008/2009. Hal ini bisi dilihat hasil perolehan nilai rata-rata prestasi belajar
siswa adalah 78,28 dan ketuntasan belajar mencapai 100% atau ada 38 siswa
sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama
secara klasikal siswa tuntas belajar.
Tabel 8
Profil Hasil Penelitian
I
II
III

Siklus

59,34 %
67,23 %
78,28 %
Diagram 1
Diagram ketuntasan belajar

90
siklus

80
siklus

hasil tes belajar

70
60

siklus

50
40
30
20
10
0
siklus

silkus 1

siklus 2

siklus 3

59,34

67,23

78,28

51 siklus

D.

Pembahasan
Hasil pada siklus pertama dan kedua diperoleh rata-rata ketuntasan
belajar mencapai adalah 39% dan 65 %. Artinya adalah siswa masih
mengalami ketidak tuntasan dalam pembelajaran. setelah diadakan kajian
ulang terhadap permasalahan ini adalah siswa kurang peka terhadap gaya
bahasa inggris asli lewat VCD. Sehingga siswa merasa kesulitan untuk
menyalin dan menerjemahkan dalam bahasa Indonesia. Yang dilakukan oleh
guru sekaligus peneliti adalah memberikan latihan secara perlahan kepada
siswa sampai siswa mengerti minimal 70 % dari jumlah siswa.

Akhirnya

pada siklus 3 diperoleh hasil 100 % telah mencapai ketuntasan belajar.


Keberhasilan pada siklus 3 disebabkan karena kedudukan media
pengajaran ada dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya
untuk mempertinggi proses interaksi guru-siswa dan interaksi siswa dengan
lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu fungsi utama dari media pengajaran
adalah sebagai alat bantu mengajar, yakni menunjang penggunaan metode
mengajar yang dipergunakan guru.
Melalui

penggunaan

media

pengajaran

diharapkan

dapat

mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat


mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Beberapa jenis media yang biasa
digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran dapat digolongkan
menjadi media grafis, media fotografis, media tiga dimensi, media proyeksi,
media audio dan lingkungan sebagai media pengajaran.

52

Sebagai komponen dari sistem instruksional, media mempunyai


nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk:
1. Konkritisasi konsep yang abstrak (misalnya dalam pembelajaran tentang
sistem peredaran darah)
2. Membawa pesan dari objek yang berbahaya dan sukar, atau bahkan tak
mungkin dibawa ke dalam lingkungan belajar (misalnya pembelajaran
tentang binatang buas, atau letusan gunung berapi).
3. Menampilkan objek yang terlalu besar (Candi Borobudur, Monas)
4. Menampilkan objek yang tidak dapat diamati oleh mata telanjang
(bakteri, struktur logam)
5. Mengamati gerakan yang terlalu cepat (misalnya lompat indah, putaran
roda, yang keduanya dapat dislow motion)
6.

Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan

7. Memungkinkan pengamatan dan persepsi yang seragam bagi


pengalaman belajar siswa
8.

Membangkitkan motivasi siswa

9.

Memberi kesan perhatian individual bagi anggota kelompok belajar

10. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang


maupun disimpan menurut kebutuhan. (Suwarna, 2006: 212)

53

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari analisis data diperoleh hasil yang cukup signifikan yaitu
ketuntasan belajar dapat dicapai pada siklus 3 yang tingkat ketuntasan belajar
mencapai 100 %. Artinya adalah Penerapan media pembelajaran VCD dapat
meningkatkan keterampilan penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa
inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009.

B. Saran
Penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media pengajaran
dalam proses belajar mengajar sampai kepada kesimpulan, bahwa proses dan
hasil belajar para siswa menunjukkan perbedaan yang berarti antara
pengajaran tanpa media dengan pengajaran menggunakan media. Oleh sebab
itu penggunaan media pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan
untuk mempertinggi kualitas pengajaran

54

DAFTAR PUSTAKA

Dimyanti dan Mudjiono.1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta; Rineka Cipta


Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta;
Harjanto. 2000. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Rusyan. 1993. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar.
Bandung: Bina Budhaya.
Sudjana, Nana. 2004. Penelitian dan penilaian dalam pendidikan. Bandung:
Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Algesindo.
Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.
Sukarto Indrafachrudi. 1972. Psikologi Pendidikan. Malang: IKIP Malang
Sutrisno Hadi, 1981, Metodologi Research. Yogyakarta:
Psikologi UGM.
Sutrisno Hadi, 1981, Stastistik 2. Yogyakarta:
UGM.

Yayasan Penerbitan

Yayasan Penerbitan Psikologi

Suwarna. 2006. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara wacana.


Syaiful Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabet
Wayan Ardhana dan soegeng Sutrisno. 1976. Stastistik Deskriptip. Malang:
Swadaya.
Wilis dahar.1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

55

Lampiran 1
Soal tes Siklus 1
Please Writes ones again the dialoge from VCD.
Below are the speaking from VCD.
Mirna : Hi, Toni, nice to meet you again after long holiday.
Toni : Hello. Mirna, nice to meet you too.
Mirna : Anyway, where did you go on the last holiday?
Toni : Well. I went to Bali. It's a wonderful place with beautiful beaches and
sceneries.
Mirna : Wow. It sounds great. What did you do there?
Toni : My family and I spent four nights there in a bungalow in Kuta beach. I had
a great vacation there. I swam and surfed on the beach. I also played football and
sand with my brother.
Mirna : What else did you do there?
Toni : The next morning I visited another small island around Bali on a boat. It
was a great experience to see many beautiful places and have a talk with tourists
there.
Mirna : What did you do before you left Bali?
Toni : On the last day, I went to the merchandise shops and bought some stuffs
there. I bought shirts, shorts, and also traditional clothes. Unfortunately I couldn't
afford to buy a surng board because it was too expensive.
Mirna : Well, it's nice to hear your story. I hope that I can also visit Bali someday.

56

Soal tes Siklus 2


Please Writes ones again the dialoge from VCD.
Below are the speaking from VCD.
Today is the commemoration of National Education Day. Every province in
Indonesia sends their representatives to attend outstanding students gathering in
Jakarta.
Asep

: Hello, let me introduce myself. My name is Ali. I study at SMAN 19


Bandung.

Denias : Hi, I'm Denias, I'm from Papua. Nice to meet you.
Asep

: Nice to meet you too. Let's go to the crowd.

Denias and Asep go to the crowd and they meet a girl


Sri

: Hi, Asep. How are you?

Asep : I'm ne. How about you?


Sri

: I'm ne too. Thank you.

Asep

: Elvi, this is Denias, my new friend.

Denias : Hi. How do you do? Pleased to meet you.


Sri

: How do you do? Pleased to meet you too.

Denias : By the way, what is your hobby?


Sri

: I like cooking very much. I can spend my whole day for cooking

Denias : Wow, great. My hobby is cooking too. Will you tell me how to cook
special foods from your province? I'd like to know them.
Asep

: Alright my friends, let's talk about cooking later. We should go to the


palace to meet the President of Indonesia.

Denias and Sri :

Let's go. We can talk about cooking later

57

Soal tes Siklus 3


Please Writes ones again the dialoge from VCD.
Below are the speaking from VCD.
Cipto waiting for Andi and Yani, his new colleague at the
airport.
Andi

: Excuse me. Are you Henri?

Cipto : Yes. I'm Cipto Susanto.


Andi : How do you do, Cipto? I'm Andi from University of Jakarta.
Cipto : How do you do, Cipto. Nice to see you.
Andi

: Nice to meet you, too. Did you have a good journey?

Cipto : Yes. It was ne, thanks.


Andi

: Let me help you to bring your suitcase.

Cipto : That's very kind of you.


Andi : Not at all. Let me introduce you to my friend Yani this is Cipto. Cipto this
is Yani.
Yani

: Hello, Cipto. Nice to meet you.

Cipto : Pleased to meet you, too. How's the trip?


Yani

: Well, It's nice and exciting.

Cipto : Great, then. You must be tired. I'll take you to the Hotel rst.
Andi : OK. Thanks, Cipto.

58

Anda mungkin juga menyukai