Anda di halaman 1dari 6

Sinar matahari telah menembus jendela di kamar itu.

Jieun dan Jinu masih


tenggelam dalam lautan mimpi mereka. Jieun menarik selimutnya, tak ingin
melepaskan kenyamanan dari selimut tersebut. Sebuah teriakan terdengar dari
luar kamar tidur tersebut, membuat Jieun menggeliat. Sekali lagi teriakan yang
meneriakkan nama Jieun terdengar. Akhirnya dengan susah payah, Jieun
membuka matanya lalu membangunkan adiknya.

-ooo-

Jieun menyeret kakinya di trotoar. Dapat terlihat bahwa gadis itu masih
mengantuk. Rambutnya diurai dan poninya diangkat lalu diikat sembarangan.
Seperti biasa, Jieun menenteng beberapa buku cetak di tangannya. Ia berjalan
dengan menatap ke jalanan di depannya. Sekolah masih agak jauh, Jieun
menghembuskan napas berat.

Jalanan terasa sunyi dengan beberapa bus yang terkadang akan melewati Jieun
dan beberapa sepeda dan sepeda motor. Sunyinya jalanan membuat Jieun dapat
berjalan dengan lebih santai dan leluasa tanpa perlu mengkhawatirkan jikalau
Ia mungkin saja tertabrak.

Jieun masih berjalan menghadap jalanan saat sebuah motor melewatinya. Dari
seragam pengemudinya, dapat diketahui murid itu adalah murid ExailoHigh
School. Jieun terus memperhatikan motor dan pengemudinya itu. Lalu
pandangannya jatuh pada ransel pengemudi motor tersebut. Tas itu, Jieun
mengenalnya. Park Chanyeol? gumam Jieun. Lalu sebuah senyum merekah di
wajahnya. Chanyeol tinggal di sekitar rumah Jieun. Sebuah fakta baru yang
membuat hati Jieun bersemangat pagi itu.

-ooo-

Hari ini hari Kamis. Jieun sangat menyukai hari itu karena menurutnya, hari
Kamis adalah hari kebebasan bagi murid kelas khusus. Pada hari Kamis, mereka
akan dibagi menjadi beberapa kelas sesuai mata pelajaran yang diminati. Jieun
memilih Biologi, Ia telah menggemari pelajaran itu sejak sangat lama. Selain
Jieun, Jangmi juga memilih pelajaran Biologi.

Pada hari ini juga, para murid kelas khusus tingkat 1 dan 2 akan bertemu. Inilah
alasan mengapa Jangmi juga menyukai hari Kamis. Baginya hari Kamis sama

dengan hari Chanyeol. Gadis berambut panjang tersebut akan menghabiskan


waktu lebih banyak untuk berdandan pada hari itu. Ia juga akan belajar materi
yang akan dibahas sehari sebelumnya agar Ia dapat terlihat pintar di depan Park
Chanyeol.

Cklek! Pintu ruangan biologi terbuka. Beberapa murid yang sedang bercerita
masuk ke ruangan tersebut. Melihat kedatangan beberapa orang tersebut, pipi
Jangmi memerah. Ia berpura-pura fokus pada buku yang sedang dibacanya
namun gagal saat seorang lelaki lewat di sampingnya dan duduk tepat di
belakangnya. Rasanya Jangmi akan berteriak saat itu juga.

Jieun menyaksikan segalanya dengan sebuah senyuman di wajahnya. Sebuah


senyuman yang sulit diartikan, senyuman bahagia yang dicampur dengan
senyuman jahil. Ia lalu melirik ke arah belakang. Ehem! Jangmi-ah, apa yang
sedang kau baca?tanya Jieun berpura-pura.

Jangmi mengalihkan pandangannya dan memelototkan matanya pada Jieun.


Gadis itu tahu betul apa yang sedang direncanakan temannya itu. Buku biologi.
Emangnya apa lagi?jawab Jangmi dengan nada yang sedikit gugup. Jieun
dengan susah payah menahan tawanya. Seseorang yang sedang malu memang
sangat enak untuk dikerjai. Jieun pun terus mengerjai dan meledeki Jangmi
hingga guru biologi mereka memasuki ruangan kelas. Jieun pun segera berpurapura fokus pada bukunya. Ia tahu gurunya itu sedang dalam suasana hati yang
kurang baik.

Dari belakang, Chanyeol memandang dua orang juniornya dengan tatapan aneh.
Ia mendengar semua percakapan mereka tentu saja, Jieun berbicara dengan
suara yang besar. Chanyeol selalu mendengar percakapan mereka tiap minggu
karena Ia selalu duduk tepat di belakang mereka. Bukan karena Chanyeol ingin
duduk dekat mereka, hanya saja tempat itu adalah tempat paling strategis
menurut Chanyeol. Ia dapat bercerita dengan teman kelasnya namun Ia juga
dapat memperhatikan papan tulis dengan baik.

Jangmi menyukaiku? Apa mereka serius? Jangmi tidak terlihat menyukaiku. Tapi
jika Ia menyukaiku, itu hal yang wajar. Aku kan populer pikir Chanyeol dengan
sebuah senyum jahil di bibirnya.

-ooo-

Lelaki tinggi itu sedang menuliskan sesuatu di papan. Jangmi mengamatinya


dengan tatapan lembut sedangkan Jieun mengamati tulisan di papan dengan
kening yang berkerut. Ada sesuatu yang tidak dimengerti Jieun. Segera setelah
lelaki itu menulis, Jieun mengangkat tangannya ingin bertanya.

Chanyeol mendengus malas saat melihat Jieun mengangkat tangannya. Gadis itu
selalu seperti ini, tidak mengerti pada penjelasan pertama. Jieun memerlukan
penjelasan yang extra untuk dapat mengerti dengan baik. Chanyeol mengangkat
sebelah alisnya memberikan kode pada Jieun untuk berbicara.

-ooo-

Guru mata pelajaran mereka telah keluar dari ruangan tersebut. Beberapa senior
Jieun segera mengeluarkan kotak makan mereka dari laci. Jieun terkikik melihat
tingkah laku para seniornya itu. Ia pun juga mengeluarkan sebuah kotak biru dari
dalam tasnya. Kotak tersebut berisi roti dengan jumlah yang banyak. Jieun
membaginya kepada teman-temannya dan masih tersisa sepotong. Jieun pun
melihat sekilas ke bangku di belakangnya. Jieun terpikir untuk memberikan
sepotong roti tersebut kepada Chanyeol, namun sebagian dirinya tak bisa ia
malu.

Akhirnya, Jieun memutuskan untuk membuang jauh-jauh rasa malunya. Ia


berbalik, menatap Chanyeol. Lelaki itu masih fokus pada buku di hadapannya.
Jieun menyentuh lengan Chanyeol dengan ujung jarinya. Perbuatannya itu
berhasil menarik perhatian Chanyeol yang sekarang sedang menatapnya dengan
alis yang terangkat. Oppa mau? tanya Jieun singkat saat menyodorkan rotinya.
Sebuah senyuman terukir di wajah Chanyeol. Ia sedang lapar dan makanan
datang padanya. Ia meraih roti itu lalu mengumamkan gomawo dan kembali
fokus belajar.

Jieun tersenyum, ia bahagia. Namun seseorang memperhatikan hal itu. Jangmi


melihat semuanya. Ia melihat bagaimana sahabatnya dengan malu menawarkan
makanan pada lelaki yang disukainya. Dan lelaki itu menerimanya dengan
bahagia pula. Sebuah perasaan yang tak ia ingini muncul di hatinya. Ia tak suka
dengan kenyataan ini. Ia merasa cemburu.

Jangmi masih memikirkan hal itu saat Chanyeol berjalan ke depan papan tulis.
Kalian bisa mengerjakan soal ini, jika ada yang tak dimengerti, tanyakan saja
padaku, katanya sembari memberikan soal tersebut pada adik-adik kelasnya.
Jangmi mengerjakannya dengan malas, ia tak begitu menyukai pelajaran Biologi.

Jieun mengerjakan soal tadi dengan serius. Jieun sesekali akan


mendiskusikannya pada temannya, Jinri. Jinri adalah salah satu teman Biologi
Jieun yang pintar. Jieun sering belajar bersamanya.

Jieun mengetuk-ngetuk dagunya dan mengerutkan keningnya. Dua kebiasaan


yang akan dilakukannya saat tidak tahu atau bingung. Ia lalu berbalik pada
sebelah kanannya tempat di mana Jinri duduk. Ia lalu menanyakan soal itu. Jinri
berhenti sejenak. Otaknya sedang berpikir tentang bagaimana mereka akan
menyelesaikan soal tersebut. Euhm, mungkin B,serunya. Jieun memandangnya
tak yakin,Kau yakin?

Jinri menggaruk kepalanya,Tidak juga. Euhm.. Bagaimana kalau kita tanyakan


saja pada Chanyeol-oppa?

Jieun berpikir sejenak lalu mengangguk. Mereka berdua pun berjalan


menghampiri Chanyeol. Chanyeol mengangkat wajahnya saat merasakan
kehadiran mereka. Jinri pun langsung menanyakan tentang soal fotosintesis itu.
Chanyeol mengambil sebuah buku besar. Ia membalikkan lembar demi lembar
buku itu hingga Ia sampai pada satu titik. Dan Ia pun mulai menjelaskan
mengenai proses fotosintesis dengan terperinci.

Sesaat setelah Chanyeol selesai menjelaskan proses tersebut, Jangmi datang di


depan meja Chanyeol. Apa yang kau lakukan?tanyanya pada Jieun. Chanyeoloppa menjelaskan tentang proses fotosintesis pada kami,jawab Jieun.

Ajarkan padaku juga! seru Jangmi pada Jieun. Mendengar permintaan Jangmi
tersebut, Jieun tersenyum jahil. Ia lalu membuka mulutnya,Kau minta saja
Chanyeol-oppa menjelaskannya.

Yak, kau saja yang mengajarkannya padaku,rengek Jangmi. Setelah beberapa


saat berdebat dengan Jangmi, akhirnya Jieun setuju untuk mengajarkan Jangmi.

Namun, baru saja Jieun mengucapkan beberapa kalimat, Ia terhenti. Wajahnya


memerah saat mengetahui Chanyeol memperhatikannya. Jieun malu karena
Chanyeol yang mengajarinya mengenai materi itu, dan sekarang Ia akan
mengajarkan orang lain tentang materi tersebut. Jieun takut, mungkin Ia akan
membuat kesalahan. Jieun segera menutup wajahnya dengan buku yang ada.

Jangmi yang melihat semuanya hanya dapat cemberut. Namun, Ia segera


menguasai dirinya lagi. Ia tersenyum jahil lalu berkata,Uwah, ada apa ini?
Chanyeol-oppa terus memperhatikan Jieun dan Jieun malu diperhatikan Chanyeol
oppa?

Perkataan Jangmi itu membuat seluruh ruangan itu menjadi heboh. Jieun
semakin malu. Ia lalu mengajak Jangmi ke tempat lain untuk mengajarinya.

-ooo-

Jangmi sesekali melirik Jieun. Sahabatnya itu semakin terasa mencurigakan.


Mengapa Ia perlu malu saat diperhatikan oleh Chanyeol? Jieun tak mungkin
punya perasaan pada Chanyeol kan? Dan.. mengapa Chanyeol harus
memperhatikan Jieun seperti itu? Jangmi merasa Ia harus segera mencari cara
agar hal yang ditakutinya ini tidak terjadi. Ia harus mencegah Jieun untuk jatuh
cinta pada Chanyeol.

Jieun-ah, ada yang ingin kukatakan, katanya pelan. Jieun berbalik lalu
membesarkan matanya memberikan petunjuk pada Jangmi untuk berbicara.

Sepertinya Chanyeol-oppa menyukaimu. Wah, senangnya,kata Jangmi dengan


wajah sedih. Jieun tertawa mendengar pernyataan Jangmi. Chanyeol
menyukainya? Mustahil. Itu mustahil Jangmi-ah. Kau tak perlu
khawatir,katanya.

Kau yakin?tanya Jangmi lagi. Jieun mengangguk mantap. Kau.. tak menyukai
Chanyeol-oppa kan? tanyanya lagi. Jieun terdiam untuk beberapa saat namun
kemudian berkata,Tentu saja

Hah~ baguslah. Aku tahu kau tak akan mengecewakanku,kata Jangmi sambil
tersenyum. Kemudian Ia menatap Jieun dengan mata berbinar,Kalau begitu,
bantu aku. Bantu aku untuk mendekati Chanyeol-oppa!

Jieun terdiam. Sebenarnya Ia tak begitu yakin dengan perasaannya. Ia senang


berada di dekat Chanyeol dan berbicara padanya. Ada beberapa kali saat Jieun
berpikir bahwa Ia menyukai Park Chanyeol. Namun, terkadang Ia berpikir,
mungkin Ia hanya mengagumi Park Chanyeol sebagai seorang senior. Tapi.. Ia
juga belum yakin. Ia ingin membantu sahabatnya namun bagaimana jika
akhirnya Ia yang akan sakit? Jieun juga manusia, walaupun Ia baik, Ia juga takut
sakit.

Akhirnya Jieun mengangguk. Hal itu membuat Jangmi tersenyum lebar dan
beberapa kali Ia mengucapkan Gomawo sambil memeluk Jieun. Jieun hanya
memaksakan senyumnya. Mungkin dengan cara ini, Ia juga dapat memastikan
bagaimana perasaannya pada Chanyeol.

Anda mungkin juga menyukai