Anda di halaman 1dari 109

1

HUBUNGAN KEGIATAN EMPLOYEE RELATIONS


DAN KEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN
PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk-PEUGEOT SALES OPERATION
CILANDAK-JAKARTA SELATAN
Periode Maret-April 2007

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)


Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana

Nama :Muhamad Jati Munggaran

NIM : 04203 134

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA 2007

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama
NIM
Fakultas
Jurusan
Judul

: Muhamad Jati Munggaran


: 04203 134
: Ilmu Komunikasi
: Public Relations
:HUBUNGAN KEGIATAN EMPLOYEE RELATIONS DAN
KEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN
PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk-PEUGEOT SALES OPERATION
CILANDAK-JAKARTA SELATAN (Periode Maret-April 2007)

Mengetahui,
Ketua Jurusan Public Relations

Irmulan Sati T., SH, M.Si.

Pembimbing I

Dra. Agustina Zubair, M.Si.

Pembimbing II

Dra. Winny Kresnowiati, M.Si.

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
NIM
Fakultas
Jurusan
Judul

: Muhamad Jati Munggaran


: 04203 134
: Ilmu Komunikasi
: Public Relations
:HUBUNGAN KEGIATAN EMPLOYEE RELATIONS DAN
KEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN
PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk-PEUGEOT SALES OPERATION
CILANDAK-JAKARTA SELATAN (Periode Maret-April 2007)

Jakarta, 3 September 2007

Disahkan Oleh :
Ketua Sidang

Ponco Budi Sulistyo, S.Sos., M.Comm.

Pembimbing I

Dra. Agustina Zubair, M.Si.

Penguji Ahli

Drs. A. Rahman, MM, M.Si.

Pembimbing II

Dra. Winny Kresnowiati, M.Si.

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
NIM
Fakultas
Jurusan
Judul

: Muhamad Jati Munggaran


: 04203 134
: Ilmu Komunikasi
: Public Relations
: HUBUNGAN KEGIATAN EMPLOYEE RELATIONS DAN
KEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN
PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk-PEUGEOT SALES
OPERATION
CILANDAK-JAKARTA SELATAN (Periode Maret-April 2007)

Jakarta, 3 September 2007


Disetujui dan diterima oleh:
Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Agustina Zubair, M.Si.


Tanggal:

Dra.Winny Kresnowiati, M.Si.


Tanggal:

Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi

Dra. Diah Wardhani, M.Si.


Tanggal:

Ketua Jurusan Public Relations

Irmulan Sati T., SH, M.Si.


Tanggal:

6
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,
Atas berkat rahmat Allah SWT, Tuhan yang maha pengasih lagi maha
penyayang, akhirnya penulis berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini membahas komunikasi dalam organisasi yaitu mengenai employee
relations dan kepuasan komunikasi. Skripsi ini merupakan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara employee relations dan kepuasan
komunikasi. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah memberikan yang terbaik,
meskipun penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, tiada gading
yang tak retak, sehingga penulis merasa skripsi ini belum dapat dikatakan sangat
sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan masukan yang dapat memperbaiki
kualitas skripsi ini.
Suatu pengalaman yang sangat berharga bagi penulis dalam proses
menyelesaikan skripsi ini. Tentunya dalam proses tersebut penulis banyak menemui
kesulitan. Untuk itu penulis sangat ingin mengucapkan terima kasih kepada individuindividu luar biasa yang telah memberikan kontribusi dalam skripsi ini.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada, seluruh dosen FIKOM UMB
yang telah memberikan ilmu-ilmu berharga, dan bermanfaat bagi semua mahasiswa
FIKOM UMB. Kepada Ibu Dra. Agustina Zubair, M.Si. dan Ibu Dra.Winny
Kresnowiati, M.Si sebagai dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan
bimbingan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Kepada Ibu Feni Fasta, SE,
M.Si. atas kebaikannya yang telah memperkenalkan software SPSS 10.0. Kepada kedua
adikku tercinta, Meilisha Djati Arum dan Muhamad Jati Pamungkas, serta adik Rizkina
Jeanry Lamita Adestya yang telah membantu dalam proses pengolahan data. Kepada
Barkah Mulyana, Dewi Ariastuti, dan Edti Suhartini, untuk kebersamaannya selama
menjalani kuliah yang sangat menyenangkan. Kepada Head Branch Ibu Rita Susiana
dan semua karyawan PT Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation Cilandak.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang tak terhingga kepada
mereka semua. Amin.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
memberikan sumbangan dalam perkembangan pengetahuan pada umumnya, dan
khususnya dalam bidang studi Public Relations.

Billahit taufiq wal hidayah,


Jakarta, 3 September 2007

Muhamad Jati Munggaran

DAFTAR ISI

Lembar Judul ........... i


Lembar Persetujuan Skripsi .............................................................................................ii
Lembar Tanda Lulus Sidang .......................................................................................... iii
Lembar Pengesahan Skripsi ........................................................................................... iv
Lembar Persembahan ......................................................................................................v
Kata Pengantar ................................................................................................................vi
Daftar Isi ....................................................................................................................... viii
Daftar Tabel .................................................................................................................... x
Abstrak .......................................................................................................................... xii
BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah................... 1

1.2

Perumusan Masalah...... 6

1.3

Tujuan Penelitian...... 6

1.4

Manfaat Penelitian........ 6
1.4.1

Manfaat Akademis............ 7

1.4.2

Manfaat Praktis...;................. 7

KERANGKA TEORI
2.1

Komunikasi................... 8

2.2

Hubungan Masyarakat (Public Relations)........ 9

2.3

Komunikasi Organisasi.................. .11

2.4

Hubungan Karyawan (Employee Relations)........... 14

2.5

Kepuasan Komunikasi Organisasi...... 20

2.6

Hipotesa Teoritis..... 22

METODOLOGI
3.1

Tipe Penelitian........ 23

3.2

Metode Penelitian....... 23

3.3

Populasi dan Sampel....... 24


3.3.1

3.4

Teknik Penarikan Sampel....................25

Definisi dan Operasionalisasi Konsep........ 26


3.4.1

Definisi Konsep...... 26

3.4.2
3.5

BAB V

Validitas dan Reliabilitas........ 32


3.5.1

Validitas.................................. 32

3.5.2

Reliabilitas.................................. 33

3.6

Teknik Pengumpulan Data......... 34

3.7

Pengolahan dan Analisa Data..... 35

3.8
BAB IV

9
Operasionalisasi Konsep..... 27

3.7.1

Pengolahan Data......... 35

3.7.2

Analisa Data........36

Hipotesa Penelitian......................................................................39

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN


4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 40

4.2

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas............................................ 42

4.3

Tabulasi Kuesioner......................................................................45
4.3.1

Karakteristik Responden..................................................46

4.3.2

Employee Relations........................................................ 50

4.3.3

Kepuasan Komunikasi.....................................................62

4.4

Hasil Analisa Korelasi dan Uji Signifikansi................................74

4.5

Hasil Koefisien Determinan........................................................76

4.6

Pembahasan.................................................................................76

PENUTUP
5.1

Kesimpulan..................................................................................80

5.2

Saran............................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA..... 83

10
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 operasionalisasi konsep ................................................................................. 26
Tabel 3.2 tingkat reliabilitas berdasarkan nilai alpha .................................................... 34
Tabel 3.3 interpretasi nilai r ........................................................................................... 38
Tabel 4.1 tabulasi data usia responden .......................................................................... 46
Tabel 4.2 tabulasi data jenis kelamin responden ........................................................... 46
Tabel 4.3 tabulasi data status pernikahan responden ..................................................... 47
Tabel 4.4 tabulasi data tingkat pendidikan responden ................................................... 48
Tabel 4.5 tabulasi data lama bekerja responden ............................................................ 48
Tabel 4.6 tabulasi data departemen responden .............................................................. 49
Tabel 4.7 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 1 ............................ 50
Tabel 4.8 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 2 ............................ 51
Tabel 4.9 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 3 ............................ 51
Tabel 4.10 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 4 ......................... 52
Tabel 4.11 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 5 ......................... 53
Tabel 4.12 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 6 ......................... 53
Tabel 4.13 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 7 ......................... 54
Tabel 4.14 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 8 ......................... 55
Tabel 4.15 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 9 ......................... 56
Tabel 4.16 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 10 ....................... 56
Tabel 4.17 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 11 ....................... 57
Tabel 4.18 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 12 ....................... 58
Tabel 4.19 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 13 ....................... 58
Tabel 4.20 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 14 ....................... 59
Tabel 4.21 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 15 ....................... 60
Tabel 4.22 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 16 ....................... 61
Tabel 4.23 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 17 ....................... 62
Tabel 4.24 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 18 ....................... 63
Tabel 4.25 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 19 ....................... 63
Tabel 4.26 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 20 ....................... 64
Tabel 4.27 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 21 ....................... 65
Tabel 4.28 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 22 ....................... 66
Tabel 4.29 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 23 ....................... 67

11
Tabel 4.30 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 24 ....................... 67
Tabel 4.31 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 25 ....................... 68
Tabel 4.32 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 26 ....................... 69
Tabel 4.33 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 27 ....................... 70
Tabel 4.34 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 28 ....................... 71
Tabel 4.35 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 29 ....................... 71
Tabel 4.36 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 30 ....................... 72
Tabel 4.37 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 31 ....................... 73
Tabel 4.38 tabulasi pernyatan responden terhadap pertanyaan butir 32 ....................... 74
Tabel 4.39 tabel hasil korelasi Pearson ......................................................................... 75

12

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
Nama
: Muhamad Jati Munggaran
NIM
: 04203 134
Judul
:HUBUNGAN KEGIATAN EMPLOYEE RELATIONS DAN
KEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN
PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk-PEUGEOT SALES OPERATION
CILANDAK-JAKARTA SELATAN (Periode Maret-April 2007)
Halaman
: i xii , 1 84 , Tabel 3.1 3.3, 4.1 4.39 , dan 18 halaman lampiran.
Bibliografi
: 34 buku (1976 2006), 2 Skripsi, dan sumber lainnya, www.astra.co.id
ABSTRAK
Salah satu bentuk hubungan dalam public relations yang mengatur hubungan
antara perusahaan dan para karyawannya adalah employee relations. Employee
relations dilakukan antara lain adalah untuk menciptakan bentuk hubungan atau
komunikasi dua arah yang baik antara pihak manajemen dengan para karyawannya
dalam upaya membina kerjasama dan hubungan yang harmonis di antara keduanya.
Regular meeting merupakan bentuk dari employee relations yang dilakukan perusahaan
untuk membentuk iklim komunikasi yang positif. PT Astra International Tbk-Peugeot
Sales Operation Cilandak adalah perusahan yang secara rutin melakukan aktivitas
employee relations dalam bentuk regular meeting. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel employee relations dan variabel
kepuasan komunikasi.
Frank Jefkins mengatakan bahwa komunikasi internal (lebih lanjut disebut
sebagai komunikasi pegawai atau employee relations) memiliki tiga bentuk, yang
pertama adalah komunikasi ke bawah yaitu komunikasi dari pihak pimpinan kepada
karyawan. Kedua adalah komunikasi ke atas, yaitu komunikasi yang berlangsung dari
karyawan kepada atasannya. Ketiga adalah komunikasi sejajar, yaitu komunikasi yang
berlangsung antar sesama pegawai. Sedangkan Redding menyebutkan bahwa kepuasan
komunikasi adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan
komunikasi secara keseluruhan.
Tipe pada penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian korelasional digunakan untuk meneliti hubungan di antara
variabel-variabel, dan hubungan dari variabel-variabel itu disebut sebagai korelasi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Untuk melakukan analisa data
mengenai hubungan antar variabel pada penelitian, menggunakan teknik statistik
dengan menggunakan analisa korelasi. Teknik statistik yang akan digunakan dalam
analisa korelasi pada penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment.
Hasil penelitian menunjukan nilai koefisien korelasi sebesar 0,628 antara
variabel employee relations (X) dan variabel kepuasan komunikasi (Y), yang berarti
bahwa hubungan menunjukan korelasi kuat. Hubungan tersebut juga signifikan pada
taraf kepercayaan 95%, dan diperoleh kesimpulan bahwa, pengaruh employee relations
terhadap kepuasan komunikasi sebesar 39,43%, dan sisanya 60,57% ditentukan oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya

memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam upaya mencapai tujuantujuan


tersebut maka dibutuhkan kerjasama yang baik di antara sumber daya yang terdapat
dalam organisasi. Salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi adalah
karyawan. Karyawan merupakan salah satu anggota organisasi yang dapat menentukan
keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Tanpa adanya
dukungan yang baik dari para karyawan maka organisasi akan sulit dalam mencapai
tujuan-tujuannya. Karyawan dapat berkerja dengan baik apabila di dalam organisasinya
terdapat bentuk hubungan dan komunikasi yang baik antara perusahaan yang diwakili
oleh pihak manajemen dan para karyawan sebagai bawahannya.
Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
baik secara individu, kelompok, maupun dalam organisasi. Komunikasi dalam
organisasi memiliki kompleksitas yang tinggi, yaitu bagaimana menyampaikan
informasi dan menerima informasi merupakan hal yang tidak mudah, dan menjadi
tantangan dalam proses komunikasinya. Dalam komunikasi organisasi, aliran informasi
merupakan proses yang rumit, karena melibatkan seluruh bagian yang ada dalam
organisasi. Informasi tidak hanya mengalir dari atas ke bawah, tetapi juga sebaliknya
dari bawah ke atas dan juga mengalir diantara sesama karyawan.
Untuk membentuk kerjasama yang baik antara organisasi dan para anggota,
maka dibutuhkan bentuk hubungan serta komunikasi yang baik antara para anggota
organisasi. Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada

14
komunikasi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan. Komunikasi dalam organisasi
merupakan bentuk interaksi pertukaran pesan antar anggota organisasi, baik komunikasi
secara verbal maupun non verbal. Dalam fungsi public relations terdapat berbagai
macam bentuk hubungan yang dapat dilakukan. Diantaranya yang umum dilakukan
adalah, community relations, government relations, consumer relations, investor
relations, media relations dan employee relations. Semua bentuk hubungan-hubungan
tersebut diatur oleh public relations, dengan tujuan untuk mencapai pengertian publik
(public understanding), kepercayaan publik (public confidence), dukungan publik
(public support), dan kerjasama publik (public cooperation).1
Salah satu bentuk hubungan dalam public relations yang mengatur hubungan
antara perusahaan dan para karyawannya adalah employee relations. Employee
relations

dilakukan antara lain adalah untuk menciptakan

bentuk hubungan atau

komunikasi dua arah yang baik antara pihak manajemen dengan para karyawannya
dalam upaya membina kerjasama dan hubungan yang harmonis di antara keduanya.
Dengan kata lain, employee relations bertujuan untuk

mencapai saling pengertian

(mutual understanding), kerjasama (relationship) serta loyalitas diantara pihak


manajemen dengan para karyawannya.
Aktivitas employee relations yang berlangsung dalam organisasi akan
berdampak langsung terhadap iklim komunikasi dalam organisasi tersebut. Iklim
komunikasi yang di dalamnya terdapat komunikasi yang merupakan hasil dari persepsi
karyawan terhadap kegiatan komunikasi yang berlangsung di dalam perusahaan.
Dengan demikian apabila karyawan mempersepsikan bahwa aktivitas employee
relations yang berlangsung dalam organisasi tidak menciptakan iklim komunikasi dalam
kondisi yang baik di dalam organisasi, tentunya hal tersebut dapat memberikan

S.K. Bonar, Hubungan Masyarakat Modern, Rieka Cipta, Jakarta, 1993, hlm. 55

15
pengaruh terhadap perilaku dan partisipasi karyawan dalam perusahaan. Sehingga hal
tersebut mempengaruhi usaha organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku
individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh karyawan untuk melaksanakan
pekerjaan mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan organisasi,
untuk bersikap jujur dalam berkerja, untuk mendukung para rekan sekerja lainnya untuk
melaksanakan tugas secara kreatif, dan untuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif
organisasi, semua ini dipengaruhi oleh iklim komunikasi.
Kegiatan employee relations bertujuan untuk mencipatakan iklim komunikasi
yang dapat membantu mencapai tujuan perusahaan, yaitu iklim komunikasi yang dapat
berkembang dengan baik, iklim komunikasi yang dapat meningkatkan saling
keterbukaan dan hubungan baik antara pihak manajemen dan setiap karyawan, iklim
komunikasi yang berorientasi pada kepentingan karyawan, dan dapat membangkitkan
minat dan semangat kerja yang mengarahkan pada produktivitas kerja karyawan.
Pembahasan mengenai iklim komunikasi maka tidak lepas dari kepuasan
komunikasi yang merupakan hasil dari iklim organisasi yang terdapat dalam organisasi.
Kepuasan komunikasi ini cenderung menyoroti tingkat kepuasan individu dalam
lingkungan komunikasinya. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa iklim
komunikasi tertentu memiliki pengaruh terhadap keputusan dan perilaku karyawan di
dalam organisasinya. Maka setiap organisasi harus dapat melakukan kegiatan employee
relations yang dapat menciptakan kepuasan komunikasi karyawan.
Menurut McNamara, keterampilan mengelola rapat merupakan perjalanan
menuju komunikasi yang efektif yang merupakan salah satu prinsipprinsip pokok
komunikasi informal organisasi.2 Pertemuan-pertemuan dinas yang melibatkan para
staff dan pegawai, baik itu yang diselenggarakan di markas besar maupun di kantor2

McNamara, Manajemen strategi PR, hlm. 107

16
kantor cabang, dan juga konferensi tingkat nasional, merupakan acara berkumpul yang
bermanfaat untuk menggalang kebersamaan dan keakraban, sekaligus untuk
menciptakan hubungan yang baik antara pihak manajemen dengan para pegawai. Dalam
acara-acara tersebut, berlangsung suatu bentuk komunikasi yang paling efisien, yakni
komunikasi tatap muka.3
Berdasarkan

pendapat-pendapat

tersebut,

maka

kegiatan

yang

dapat

mempertemukan antara karyawan dengan atasannya adalah salah satu bentuk aktivitas
employee relations yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Salah satu bentuk employee
relations adalah pertemuan rutin antara karyawan dengan atasanya seperti regular
meeting. Regular meeting merupakan bentuk dari employee relations yang dilakukan
perusahaan untuk membentuk iklim komunikasi yang positif dengan memelihara
hubungan yang harmonis antara perusahaan atau pihak manajemen

dengan para

karyawannya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan kegiatan
employee relations dalam bentuk regular meeting terhadap kepuasan komunikasi
karyawan. Selain itu juga karena, hasil penelitian mengenai kepuasan komunikasi dalam
organisasi merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi organisasi. Seperti yang yang
dikatakan oleh Down:
Kuesioner kepuasan komunikasi adalah pusaka berharga. Dilandasi suatu
proses pengembangan yang kokoh, memiliki orientasi teoritis yang kaya, dan
digunakan dalam berbagai situasi organisasi, kuesioner ini terbukti merupakan
sarana berguna, fleksibel, dan efisien untuk meninjau komunikasi
organisasi.4
Dalam penelitian ini penulis memilih PT Astra International Tbk-Peugeot Sales
Operation Cilandak sebagai objek penelitian. Alasan-alasan penulis dalam memilih PT
Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation Cilandak sebagai objek penelitian
3
4

Frank Jefkins, Public Relations (edisi ke4), Erlangga, Jakarta, 2005, hal. 176-177
R Wayne Pace dan Don F Faules, Komunikasi Organisasi, Rosda, Bandung, 2001, hlm. 164

17
adalah, karena PT Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation Cilandak adalah
grup perusahaan PT Astra International Tbk yang secara rutin melakukan aktivitas
employee relations dalam bentuk regular meeting. Kegiatan regular meeting tersebut
berlangsung secara rutin, setidaknya satu kali dalam setiap minggu. Oleh karena itu
penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian ini.
Menurut pendapat dari beberapa karyawan mengenai kegiatan regular meeting
yang selama ini dilakukan, mereka mengatakan bahwa regular meeting yang rutin
dilakukan memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan dalam lingkungan komunikasi
organisasi mereka. Mereka menilai bahwa regular meeting merupakan media yang baik
untuk menjalin hubungan baik antara sesama karyawan, atau atasan dengan
bawahannya. Melalui regular meeting karyawan juga mendapatkan informasi-informasi
penting mengenai pekerjaan ataupun mengenai kebijakan-kebijakan baru dari
perusahaan. Disamping itu ada juga karyawan yang menyatakan, bahwa regular
meeting yang dilakukan tidak terlalu memiliki dampak yang positif terhadap kepuasan
dalam lingkungan komunikasi organisasi mereka. Karena mereka menilai bahwa semua
pesan-pesan yang disampaikan dalam regular meeting dapat disampaikan melalui media
penyampaian pesan lainnya seperti papan pengumuman, dan untuk berinteraksi antar
sesama karyawan atau antara atasan dengan bawahan, dapat dilakukan setiap saat tanpa
melalui kegiatan regular meeting.5
Tidak terlepas dari reputasi baik yang dimiliki oleh PT Astra International TbkPeugeot Sales Operation sebagai suatu organisasi profit atas kualitas produk serta
pelayanan jasanya, dan juga berdasarkan fenomena yang telah disebutkan di atas,
sehingga penulis merasa perlu melakukan penelitian ini, dan memberikan jawaban atas
fenomena tersebut. Adapun hipotesa dalam penelitian ini yaitu, dengan mengetahui
5

Sumber: Wawancara dengan beberapa karyawan PT Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation
Cilandak

18
apakah terdapat hubungan antar variabel dalam penelitian ini, yaitu employee relations
dalam bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan.
PT Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation Cilandak merupakan grup
perusahaan dari PT Astra International Tbk yang merupakan salah satu peusahaan besar
di Indonesia dengan reputasi yang baik dan juga perusahaan yang telah lama eksis di
Indonesia. Walaupun bukan perusahaan yang besar karena hanya memiliki jumlah
karyawan yang tidak lebih dari 60 orang, tetapi penelitian mengenai aktivitas employee
relations dan kepuasan komunikasi juga perlu dilakukan pada perusahaan dengan
jumlah karyawan yang tidak terlalu banyak.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah, untuk mengetahui adakah hubungan antara kegiatan employee relations dalam
bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan PT Astra International
Tbk-Peugeot Sales Operation Cilandak ?

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu,

ingin mengetahui hubungan kegiatan employee

relations dalam bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan PT Astra
International Tbk-Peugeot Sales Operation Cilandak. Periode Maret sampai April 2007.

19
1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:

1.4.1

Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis dalam ilmu

komunikasi bidang studi public relations tentang komunikasi organisasi, khususnya


mengenai employee relations dan kepuasan komunikasi.

1.4.2

Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan juga bahan

masukan bagi perusahaan-perusahaan, khususnya bagi PT Astra International TbkPeugeot Sales Operation Cilandak mengenai aktivitas employee relations yang baik.
Sehingga kepuasan komunikasi karyawan dalam organisasi melalui aktivitas employee
relations dalam bentuk regular meeting dapat tercapai.

20

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1

Komunikasi
Proses komunikasi dapat dibandingkan dengan tata cara produksi dan konsumsi.

Proses ini melibatkan produksi makna (production of meaning), melalui penggunaan


bahan-bahan mentah yang terdiri dari kata-kata, gambar-gambar, lambang-lambang, dan
tindakan-tindakan komunikator, serta konsumsi makna (consumtion of meaning)
melalui pendengaran, penglihatan, sentuhan, perasaan, dan penciuman yang dilakukan
oleh khalayak.6
Komunikasi melibatkan 3 unsur: pengirim (sender), media komunikasi, dan
penerima (receiver). Keefektifan komunikasi bergantung pada ketiga unsur ini. Jika si
pengirim tidak kompeten atau pesan yang disampaikan tidak jelas, maka si penerima
tidak akan memahami makna dari tanda-tanda yang diberikan, dan proses komunikasi
itu pun gagal.7 Agar komunikasi berlangsung harus terdapat sumber (source) dan
penerima (receiver) yang memiliki pengalaman yang sama. Istilah komunikasi kita
berdasarkan pada istilah latin communis yang berarti sama. Jelasnya, jika penerima
tidak memiliki pengetahuan yang sama dengan pengirim mengenai bahasa atau sandi,
konsep, sistem nilai, dan sebagainya, maka pengiriman makna akan terhambat atau
benar-benar gagal.

Pentingnya kesamaan (commones) pengalaman ini terletak pada

fakta bahwa komunikator harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
mengenai penerima atau komunikan untuk menyampaikan konsep-konsep yang dapat
dipahami agar dapat disandi ke dalam lambang-lambang sebagaimana dimaksudkan
oleh si komunikator. Gangguan (noise) menunjukan hambatan dalam proses atau
6
7

H Frazier Moore, Humas. Remaja Rosdakarya, Bandung 2005. hlm. 88


Ibid., hlm. 89

21
peristiwa komunkasi, dari ketidak pahaman statis menjadi ketidak pahaman verbal.
Akhirnya, umpan balik (feedback) menunjukan pengiriman kembali pesan yang
diterima komunikan kepada komunikator.8

2.2

Hubungan Masyarakat (Public Relations)


Menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relations (IPR), yakni

sebuah lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa, terbitan bulan November 1987,
humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memeliharaniat baik dan saling
pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.9 Jadi, humas adalah
suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai suatu rangkaian
kampanye

atau

program

terpadu,

dan

semuanya

itu

berlangsung

secara

berkesinambungan dan teratur. Pada pertemuan asosiasi-asosiasi humas seluruh dunia di


Mexico City, Agustus 1978, ditetapkan definisi humas sebagai berikut:
Humas adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganalisis
berbagai kecenderungan, memprediksikan setiap kemungkinan konsekuensi dari
setiap kegiatannya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin
organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang
terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan
khalayaknya.10
Menurut Frank Jefkins, public relations adalah sesuatu yang merangkum
keseluruhan komunikasi yang terencana, baik ke dalam maupun ke luar, antara suatu
organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik
yang berlandaskan pada saling pengertian.11 Sasaran humas adalah sasaran komunikasi
manajemen. Dalam usaha mencapai tujuan manajemen secara efektif, salah satunya

Ibid.,hlm. 90
M. Linggar Anggoro, Teori dan profesi Kehumasan (serta aplikasinya di Indonesia), Bumi Aksara,
Jakarta, 2002, hlm 2
10
Ibid., hlm.2
11
Frank Jefkins, Public Relations, Erlangga, Jakarta, 1992, hlm. 9
9

22
adalah hubungan dengan karyawan (employee relations) sebagai publik internal.
Rhenald Kasali mengatakan bahwa, public relations adalah suatu pendekatan strategis
dengan menggunakan konsep-konsep komunikasi dengan cara membujuk (persuasive).
Tugas public relations adalah membina hubungan yang baik dengan berbagai pihak.12
Pengertian humas sebagai fungsi yang melekat pada manajemen organisasi,
tujuan

utamanya

adalah

membentuk

goodwill,

toleransi,

kerjasama,

saling

mempercayai, saling pengertian, dan saling menghargai serta untuk membentuk opini
publik yang positif berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang harmonis, baik
hubungan ke dalam (internal relations) maupun ke luar (external relations).13
Berdasarkan ciri khas kegiatan public relations, maka fungsi public relations
menurut Cutlip, Centre dan Canfield adalah:
a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
b. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dengan menyebarkan informasi
dari organisasi ke publiknya dan menyalurkan opini publik pada orgaisasi.
c. Melayani publik dan memberikan sumbangan saran kepada pimpinan
manajemen demi kepentingan umum.
d. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya, sebagai
khalayak sasarannya.14
Ada tiga hal yang sangat mempengaruhi tingkat efektifitas humas internal, yaitu:
a. Keterbukaan pihak manajemen.
b. Kesadaran pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi
dengan pegawai.

12

Rhenald Kasali, Manajemen PR, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1990, hlm. 284
Rosadi Roslan, Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1999, hlm. 31
14
Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hlm. 23-24
13

23
c. Keberadaan seorang manajer komunikasi (kepala humas) yang tidak hanya ahli
dan berpengalaman, tetapi juga didukung oleh sumber daya teknis.15
Public relations merupakan fungsi manajemen yang direncanakan dan
dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasi-organisasi, lembaga-lembaga
umum dan pribadi, dan dipergunakan untuk memperoleh dan membina pengertian,
simpati dan dukungan.16 Fungsi manajemen yang dilaksanakan PR ini selain diterapkan
ke dalam setiap strategi, juga sebagai pegangan dalam melaksanakan tugasnya
melakukan kegiatan yang sesuai dengan visi misi perusahaan tempat ia berada. Dari visi
misi perusahaan tersebut maka dapat ditetapkan objective yang diinginkan.17 Dari
sinilah seorang PR dapat menetapkan objective internal yang mendukung objective
perusahaan

secara

menyeluruh.18

Objective

ini

dapat

direalisasikan

dengan

menggunakan teknik-teknik komunikasi efektif yang dimiliki oleh PR.

2.3

Komunikasi Organisasi
Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada

komunikasi, para pegawai tidak dapat mengetahui apa yang dilakukan rekan sekerjanya,
pimpinan tidak dapat menerima masukan informasi, dan para penyelia tidak dapat
memberikan instruksi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan, dan organisasi akan
runtuh karena ketiadaan komunikasi.19 Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi
memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi.
Komunikasi organisasi menurut Goldhaber didefinisikan sebagai proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling
tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang saling
15

Frank Jefkins, Public Relations, op.cit., hlm. 172


Aly Bachtiar, Tehnik Humas, Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta, 1995, hlm. 4
17
Rhenald Kasali, op.cit., hlm. 57
18
Ibid., hlm. 62
19
Keith Davis dan John W. Newstrom, Perilaku Dalam Organisasi (7th Edition), Erlangga, Jakarta,
1993,
hlm. 151
16

24
berubah-ubah.20 Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi
yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi.21 Komunikasi dalam
organisasi dapat menentukan jalannya proses suatu organisasi dalam mencapai
tujuannya.
Komunikasi akan selalu terjadi dalam setiap kegiatan organisasi dengan tujuan
untuk menciptakan saling pengertian dan kerjasama pada setiap anggota organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Roger:
Komunikasi adalah darah kehidupan yang mengalir dalam organisasi.
Komunikasi meliputi seluruh kegiatan dalam organisasi yang dapat
menghasilkan alat kerja yang penting di mana akan timbul saling pengertian
serta kerjasama di antara anggota organisasi.22
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan pertunjukan dan penafsiran pesan di
antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu
organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara
yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.23 Salah satu
tantangan besar dalam komunikasi organisasi adalah proses yang berhubungan dengan
aliran informasi.
Aliran informasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi, yang
pada gilirannya akan berpengaruh pada aliran informasi. Tantangan dalam komunikasi
organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan
bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi.24 Untuk menjalankan
dan mencapai tujuan tersebut maka dalam organisasi terdapat empat arah formal aliran
informasi dalam organisasi. Keempat aliran informasi itu adalah:

20

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hlm. 67


Pace dan Faules, op.cit., hlm. 33
22
Roger, Communication in Organization, New York, 1976, hlm. 6
23
Pace dan Faules, op.cit, hlm. 31
24
Ibid., hlm. 170
21

25
a. Komunikasi ke bawah, yaitu dalam sebuah organisasi bahwa informasi mengalir
dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih
rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen
kepada para pegawai; namun, dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada
kelompok manajemen .25
Komunikasi ini berlangsung ketika orang-orang yang berada pada
tataran menejemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus
komunikasi dari atas ke bawah ini adalah; pemberian atau penyampaian instruksi
kerja (job instruction); penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas
perlu dilaksanakan (job retionnale); penyampaian informasi mengenai peraturanperaturan yang berlaku (procedures and practices); pemberian motivasi kepada
karyawan untuk bekerja lebih baik.26
b. Komunikasi ke atas, dalam sebuah organisasi bahwa informasi mengalir dari
tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia).27
Semua karyawan dalam perusahaan kecuali pimpinan mungkin akan melakukan
komunikasi ke atas. Meminta informasi kepada seseorang yang memiliki otoritas
lebih tinggi, memberikan permohonan atau komentar merupakan alasan tujuan
dari komunikasi ini. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah,
penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah
dilaksanakan; penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan
ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan; penyampaian saransaran perbaikan dari bawahan; penyampaian keluhan dari bawahan tentang
dirinya sendiri maupun pekerjaannya.28

25

Ibid., hlm. 184


Sendjaja S. Djuarsa, Teori Komunkasi, Pusat penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta, 2002, hlm. 4.5
27
Pace dan Faules, op.cit., hlm. 189
28
Djuarsa, op.cit., hlm. 4.5
26

26
c. Komunikasi horisontal, komunikasi ini terdiri dari penyampaian informasi di
antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi
individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam
organisasi dan mempunyai atasan yang sama.29 Fungsi arus komunikasi
horisontal ini adalah; memperbaiki koordanasi tugas; upaya pemecahan masalah;
saling berbagi informasi; upaya memecahkan konflik; dan membina hubungan
melalui kegiatan bersama.
d. Komunikasi lintas saluran, komunikasi ini muncul dari keinginan pegawai untuk
berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak
menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka.
Empat aliran informasi yang telah disebutkan di atas merupakan komunikasi
yang terdapat dalam organisasi. Dan ke empat aliran informasi tersebut juga terdapat
dalam kegiatan employee relations.

2.4

Hubungan Karyawan (Employee Relations)


Perencanaan dan pelaksanaan suatu program informasi dan komunikasi

karyawan biasanya harus terletak pada seksi hubungan karyawan dari bagian hubungan
masyarakatnya (PR). Nasihat serta kerjasama manajemen dan staf, pelaksana yang
melaksanakan hubungan personalia, karyawan, atau industri, harus diusahakan dalam
menentukan tujuan, media, dan pesan dari program komunikasi. Koordinasi yang erat
antara seksi hubungan karyawan dengan seluruh staf serta bagian pelaksanaan
organisasi adalah penting. Kegagalan dalam menyajikan informasi kepada karyawan
tentang kebijakan dan perkembangan perusahaan yang mempengaruhi kepentingannya,
akan menimbulkan kesalah pahaman, desas-desus palsu, dan kecaman. Apabila tidak
diberikan informasi tentang hal seperti itu, maka karyawan akan membuat asumsinya
29

Pace dan Faules, op.cit., hlm. 195

27
sendiri, yang mungkin salah, atau mereka akan mendengarkan sumber dari luar, yang
mungkin memberikan informasi yang tidak tepat.30
Para karyawan juga ingin menyatakan pendapatnya kepada manajemen tentang
pekerjaan, kondisi pekerjaan, dan hal-hal lain yang mempengaruhi kepentingannya.
Pelaksanaan komunikasi dua arah yang memberikan kesempatan kepada karyawan
untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan usulan kepada manajemen adalah
penting.31
Scoot M. Cutlip ,Allen H. Center dan Glen M. Broom dalam buku Effective
Public Relations mengatakan, No organization relationship are as important as those
with employee all levels.32 Pernyataan tersebut mengatakan bahwa, tidak ada hubungan
komunikasi yang lebih penting dari hubungan antar karyawan pada semua tingkatan.
Tujuan kegiatan employee relations adalah untuk mengenal, menyusun, dan kemudian
memelihara hubungan yang harmonis antara organisasi dengan para karyawannya, yang
manfaatnya dapat dirasakan oleh kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan.
Sebagaimana bahwa employee relations adalah merupakan salah satu bentuk
dari aktivitas internal public relations, maka

berkaitan dengan itu Frank Jefkins

mengatakan bahwa, internal public relations is therefore one of the keys to successful
management, requiring open management and closing the gap between the two sides.
Dengan demikian berarti bahwa, internal public relations kemudian menjadi salah satu
kunci menuju manajemen sukses, menuntut pengelolaan terbuka dan menutup celah
antara menejemen dan karyawan.33 Jerry A. Henrix menyatakan tujuan employee
relations adalah sebagai berikut:
30

H Frazier Moore, Humas (membangun citra dengan komunikasi), Remaja Rosdakarya, Bandung,
2005, hlm. 347
31
H Frazier Moore, Hubungan Masyarakat (prinsip, kasus dan masalah), Remadja Karya, Bandung,
1988, hlm. 5
32
Scoot M Cultip, Allen H Center dan Glen M Broom, Effective Public Relation, hlm. 311
33
Frank Jefkins, Public Relations Techniques (second edition), Butterworth-Heinemann, London, 1994,
hlm. 355

28
Objective for employee relations include the two major categories of impact and
output. Impact objective for employee relations include informing employees or
modifying their attitudes or behaviors. Some typical impact objectives are:
1. to increase employee knowledge of significant organizational policies,
activities, and developments.
2. to enhance favorable employee attitudes toward the organizations.
3.to accomplish greater employee adoptions of behaviors desire by management.
4. to make the employee force organizational spokespersons in the community.
5. to receive more employee feedback from organizational communications.34
Dari uraian di atas maka terlihat bahwa employee relations merupakan sesuatu
yang penting dalam dalam perusahaan. Karena employee relation memiliki tujuantujuan, yaitu tujuan dengan pengaruh yang kuat serta tujuan output.
Komunikasi dengan karyawan merupakan kunci utama suksesnya program
humas modern.35 Fungsi komunikasi internal adalah mengusahakan agar para karyawan
mengetahui apa yang sedang dipikirkan manajemen dan mengusahakan agar manajemen
mengetahui apa yang

sedang dipikirkan oleh karyawan. Komunikasi internal

menimbulkan problema pelik. Komunikasi dari manajemen kepada karyawan dalam


sebuah organisasi besar harus melalui beberapa tahap otoritas.36 Frank Jefkins
mengatakan bahwa:
Komunikasi internal (lebih lanjut disebut sebagai komunikasi pegawai atau
employee relations), memiliki tiga bentuk. Yang pertama adalah komunikasi ke
bawah yaitu komunikasi dari pihak pimpinan kepada karyawan. Kedua adalah
komunikasi ke atas, yaitu komunikasi yang berlangsung dari karyawan kepada
atasannya. Ketiga adalah komunikasi sejajar, yaitu komunikasi yang
berlangsung antar sesama pegawai.37

Dalam bukunya yang lain Frank Jefkins menyatakan:


Internal public relations can be placed under the three headings of upwards,
sideways, and downwards communication as detailed by the author elsewhere.
These three headings indicate that management employee relations are no
longer a matter of management preaching to disconcerted, but of people talking
34

Jerry A. Hendrix, Public Relations Cases (5th edition, Wadsworth (a division of Thomson Learning,
Inc.), USA, 2001, hlm. 109
35
H Frazier Moore, Humas, op.cit., hlm.87
36
Ibid., hlm
37
Frank Jefkins, Public Relations (edisi ke empat), Erlangga, Jakarta, 2005, hlm 172

29
to people, and of the public relations principle of mutual understanding being
invoked. Moreover, it works both ways: employee-management relations as well
as management- employee relations.
Upwards communication
How can employees communicate with management? Moreover, how can they
be encouraged to do so, because it may not have occurred to them that they
should or could? They may have thought that their only means of
communication with management was through their trade union shop steward,
and then only when they had something to complain about.
Sideways communications
Sideways or crossways communication is appreciated in organizations where
there are good relationships between members of staff and they are interested in
each others affairs.
Downwards communication
A house journal should be neither a pulpit nor a platform for top management,
but there are various ways in which they can keep the staff well informed about
developments, prospects, and finances.38
Dalam upaya mencapai tujuan perusahaan maka harus adanya keselarasan,
semangat kerja sama di antara para anggota perusahaan melalui komunikasi yang baik
antara manajemen dan karyawan seperti yang disebutkan dalam bentuk aliran
komunikasi diatas. Menurut IG Wasanto tujuan dari employee relations adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mendapatkan saling pengertian antar pegawai ataupun antara pimpinan
dengan semua pegawai dalam sebuah organisasi.
b. Mendapatkan data-data yang lengkap tentang sikap dan tingkah laku pegawai.
Data ini diperlukan dalam rangka pembinaan, pengorganisasian, kerjasama,
koordinasi, dan evaluasi terhadap pegawai.
c. Menciptakan kerjasama yang serasi antara pegawai.
d. Menanamkan rasa damai kepada pegawai.
e. Menanamkan rasa sukses kepada pegawai sehingga mereka merasa diberi
kesempatan untuk maju dalam mengembangkan kariernya.
f. Menanamkan loyalitas para pegawai.
g. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada para pegawai.
38

Frank Jefkins, Public Relations Techniques, op.cit., hlm 356-360

30
h. Menciptakan adanya semangat kerja yang tinggi.39
Kegiatan employee relations dalam perusahaan dapat dilaksanakan dalam
berbagai bentuk kegiatan dengan tujuan membentuk iklim komunikasi organisasi yang
positif. Dalam kaitannya dengan peneltian ini adalah dengan melakukan aktivitas
employee relations melalui regular meeting dalam perusahaan.
Komunikasi dua arah yang baik antara manajemen dan karyawan didasarkan
pada asas-asas sebagai berikut.
a. Manajemen harus bersedia secara sadar memberikan informasi kepada
karyawannya. Setiap pelaksana harus memahami bahwa komunikasi merupakan
tanggung jawab utama, dan dalam evaluasi pelaksanaan secara keseluruhan,
tanggung jawab komunikasi yang diberikan adalah sangat berat.
b. Komunikasi harus berfungsi sebagai suatu sistem yang lengkap antara
manajemen dan karyawan.
c. Papan tertulis harus digunakan untuk menghindari penyimpangan arti yang
mungkin terjadi dalam komunikasi lisan.
d. Pesan harus disampaikan dengan menggunakan kata-kata yang lazim yang sesuai
dengan tingkat pendidikan karyawan.
e. Media komunikasi harus dipilih dan pesan harus disiapkan oleh komunikator
yang berpengalaman. Terutama yang terpenting bahwa komunikasi tentang
infomasi penting tidak dipercayakan kepada orang dengan pengalaman
komunikasi yang terbatas.
f. Komunikasi jangan secara sengaja disalah gunakan atau disesatkan tetapi harus
faktual, saksama, dan tidak memihak.
g. Informasi harus diberikan tepat pada waktunya dan pesan harus disampaikan
dengan cepat untuk menghindari kesalahpahaman.
39

IG Wasanto, Psikologi, 1987, hlm 186

31
h. Pengulangan adalah penting dalam komunikasi karyawan yang baik. Informasi
harus diulang dalam cara yang berlainan agar mudah dipahami.
i. Informasi harus dikomunikasikan dalam jumlah yang kecil agar mudah
dipahami.
j. Tanggung jawab terhadap komunikasi karyawan yang bersifat formal harus
diserahkan kepada staf humas.40
Alasan utama mengapa karyawan sampai tidak mendapatkan informasi tentang
perusahaannya, menurut hasil penelitian, karena informasi tersebut tidak mengalir dari
manajemen puncak melalui beberapa tingkat perusahaan sampai kepada kebanyakan
karyawan.41 Face to face meeting, virtually every study of internal communications
shows that employees favorite channel for receifing information about their
organizations is face to face meetings with their immediate supervisor.42

Dengan

demikian berarti bahwa kegiatan komunikasi tatap muka seperti regular meeting
merupakan bentuk komunikasi yang terbaik dalam kegiatan employee relations.

2.5

Kepuasan Komunikasi Organisasi


Kepuasan menggambarkan suatu konsep individu dan konsep mikro sedangkan

iklim merupakan konsep makro dan konsep gabungan. Kepuasan juga menggambarkan
evaluasi atas suatu keadaan internal afektif, sedangkan iklim merupakan deskripsi
kondisi eksternal bagi individu. Iklim terdiri dari suatu citra gabungan entitas atau
fenomena global, seperti komunikasi atau organisasi, dan kepuasan menggambarkan
reaksi afektif individu atas hasil-hasil yang diinginkan yang berasal dari komunikasi
yang terjadi dalam organisasi. Iklim adalah suatu istilah yang menandai beberapa sifat

40

Moore, op.cit., Humas, hlm. 350


Ibid., hlm 348-349
42
David W. Guth and Charles Marsh, Public relations 2nd Edition (a values driven approach), Pearson
Education, inc., USA, 2003, hlm 271-272
41

32
keseluruhan organisasi atau salah satu sifat unit bagiannya yang lengkap, kepuasan
menggambarkan evaluasi pribadi atas keadaan internal.43
Secara keseluruhan, kepuasan berhubungan dengan perbedaan antara apa yang
orang inginkan dari sudut pandang komunikasi dalam organisasi dan apa yang orang
miliki dalam kaitan tersebut. Kepuasan hampir tidak berhubungan dengan keefektifan
pengungkapan pesan, tetapi bila pengalaman berkomunikasi memenuhi keinginan
seseorang, biasanya hal itu dipandang sebagai memuaskan. Meskipun mungkin tidak
efektif secara khusus sepanjang berkaitan dengan standar penciptaan, pengungkapan,
dan penafsiran pesan.
Kepuasan adalah suatu konsep yang biasanya berkenaan dengan kenyamanan,
jadi kepuasan dalam komunikasi berarti anda merasa nyaman dengan pesan-pesan,
media

dan

hubungan-hubungan

dalam

organisasi.

Kenyamanan

memiliki

kecenderungan, dalam hal ini kadang-kadang menyebabkan individu lebih menyukai


cara-cara pelaksanaan terbaru, yang sering kali gagal menghasilkan peningkatan kinerja
tugas.44 Sedangkan Redding menyebutkan bahwa kepuasan komunikasi adalah semua
tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara
keseluruhan.45
Analisis paling komprehensif mengenai kepuasan komunikasi organisasi
dilakukan oleh Downs dan Hanzen sebagai bagian dari usaha mereka untuk
mengembangkan suatu instrumen untuk mengukur kepuasan komunikasi. Mereka
mengidentifikasi delapan dimensi kepuasan komunikasi yang stabil, yaitu:
a. Sejauh mana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para
pegawai untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada
organisasi.
43

Pace dan Faules, hlm. 162-164


Ibid., hlm. 164-165
45
Muhammad, op. cit., hlm. 88
44

33
b. Sejauh mana para penyelia terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan
menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan pekerjaan.
c. Sejauh mana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat
itu.
d. Sejauh mana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan ditulis
singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup.
e. Sejauh mana terjadinya desas desus dan komunikasi horisontal yang cermat dan
mengalir bebas.
f. Sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai.
g. Sejauh mana para bawahan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan
memperkirakan kebutuhan penyelia.
h. Sejauh mana pegawai merasa bahwa mereka mengetahui bagaimana mereka
dinilai dan bagaimana kinerja mereka dihargai.46
Menurut Down, kuesioner kepuasan komunikasi adalah pusaka berharga.
Dilandasi suatu proses pengembangan yang kokoh, memiliki orientasi teoritis yang
kaya, dan digunakan dalam berbagai situasi organisasi. Kuesioner ini terbukti
merupakan sarana berguna, fleksibel, dan efisien untuk meninjau komunikasi
organisasi.47

2.6

Hipotesa Teoritis
Frank Jefkins menyatakan bahwa, internal public relations adalah salah satu

kunci manajemen sukses untuk menuntut pengelolaan terbuka dan menutup celah antara
manajemen dan karyawan.48 Dan sejak dahulu telah diketahui secara luas bahwa salah
46

Pace dan Faules, op.cit., hlm. 164


Pace dan Faules, loc.cit., hlm. 164
48
Frank Jefkins, Public Relations Techniques, loc.cit., hlm. 355
47

34
satu cara yang sangat ampuh untuk menciptakan hubungan yang lebih baik antara
kedua belah pihak adalah komunikasi tatap muka.49
Dalam penelitian mengenai hubungan kegiatan employee relations dalam bentuk
regular meeting dan kepuasan komunikasi ini, dapat dirumuskan satu hipotesa yang
dapat memberi jawaban sementara bagi permasalahan. Hipotesa teoritis dalam
penelitian ini adalah. Terdapat hubungan antara kegiatan employee relations dalam
bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan.

49

Frank Jefkins, Public Relations, op.cit., hlm. 179

35

BAB III
METODOLOGI

3.1

Tipe Penelitian
Tipe pada penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan

kuantitatif. Penelitian korelasional digunakan untuk meneliti hubungan di antara


variabel-variabel, dan hubungan dari variabel-variabel itu disebut sebagai korelasi.
Husein Umar dalam bukunya Metode Penelitian Organisasi menyatakan bahwa
penelitian korelasional adalah dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabelvariabel yang berbeda dalam suatu populasi. Perbedaan utama dengan metode lain
adalah adanya usaha untuk menaksir hubungan dan bukan sekedar deskripsi.50
Sedangkan Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi
mengatakan bahwa metode korelasi bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada
satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Bila hanya dua variabel yang
dihubungkan, korelasinya disebut korelasi sederhana (simple correlation).51
Penelitian ini merupakan korelasi sederhana karena hanya menghubungkan dua
variabel, yaitu variabel employee relations dan kepuasan komunikasi.

3.2

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian survei. Metode

survei adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala
atas permasalahan yang timbul. Kajiannya tidak perlu mendalam sampai menyelidiki
kenapa gejala-gejala tersebut ada atau sampai menganalisis hubungan-hubungan atas
gejala-gejala. Fakta-fakta yang ada lebih digunakan untuk pemecahan masalah daripada
50
51

Husein Umar, Metode Riset Komunikasi Organisasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hlm. 45
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 27

36
digunakan untuk pengujian hipotesis. Survei dapat bermanfaat, misalnya, untuk
membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan. Survei
dapat dilakukan dengan cara sensus maupun sampling.52
Selain itu Moekijat dalam bukunya Metode Riset Dalam Pelatihan mengatakan
bahwa:
Riset survei adalah suatu metode ilmiah untuk mengumpulkan dan memeriksa
data yang tepat, yang seobjektif-objektifnya mengenai masalah tertentu, dengan
cara sistematik, kemudian menganalisis dan menafsirkan data tersebut untuk
memperbaiki kondisi-kondisi yang telah ada. Riset survei sebagian besar
berhubungan dengan pembuatan laporan deskriptif secara objektif dan
sebagaimana data itu benar-benar tampak. Hal ini menuntut agar peneliti
mencatat data seperti yang sesungguhnya ada, tanpa prasangka dan ketidak
telitian.53
Dalam penelitian ini metode survei digunakan untuk memperoleh fakta-fakta
dan mencari keterangan secara faktual untuk menjawab permasalahan dalam penelitian
ini, yaitu hubungan kegiatan employee relations melalui regular meeting dan kepuasan
komunikasi karyawan PT Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation Cilandak.

3.3

Populasi dan Sampel


Bagian yang menjadi objek sesunguhnya dari suatu penelitian disebut sampel.54

Sementara Umar Husein mengatakan, banyak pengertian tentang sampel, tetapi secara
umum dapat dijelaskan bahwa sampel merupakan bagian dari suatu populasi. Sementara
itu, populasi diartikan sebagai kumpulan elemen yang mempunyai karakteristik tertentu
yang sama dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota
sampel.55 Menurut Sugiono dalam bukunya Metode Penelitian Bisnis, populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas ojek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
52

Ibid., hlm. 42
Drs. Moekijat, Metode Riset Dalam Pelatihan, Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 26-27
54
Dr. Soeratno. M.Ec dan Drs. Lincolin Arsyad, M.sc., Metodologi Penelitian, UPPAMPYKPN,
Yogyakarta, 1995, hlm. 105
55
Umar, op.cit., hlm. 128
53

37
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.56
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Astra International
Tbk-Peugeot Sales Operation Cilandak. Jumlah total populasi adalah 55 orang yang
terbagi dalam tiga departemen. Berikut adalah daftar rincian dari masing-masing
departemen yang kemudian disebut sebagai populasi:
1. Departemen Servis, berjumlah 44 orang.
2. Departemen Marketing, berjumlah 6 orang.
3. Departemen Administrasi, berjumlah 5 orang.57

3.3.1

Teknik Penarikan Sampel


Setiap penelitian memerlukan sejumlah orang (sampel) yang harus diselidiki.

Idealnya harus diselidiki keseluruhan populasi.58 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan sampel adalah bagaimana teknik sampel diambil dan berapa banyak
elemen populasi yang akan diambil menjadi anggota sampel. Teknik pengambilan
sampel sering disebut dengan Teknik Sampling.59 Bila kita meneliti seluruh unsur
populasi, kita melakukan sensus (total sampling). Sensus mudah dilakukan bila jumlah
populasi terbatas.60
Karena dalam penelitian ini jumlah populasinya terbatas maka teknik sampling
yang digunakan adalah total sampling. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
seluruh dari jumlah populasi kecuali yang tidak termasuk dalam golongan manajemen,
yaitu Branch head, Workshop head, Administration head dan Marketing supervisor.

56

Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Alfa Bata, Bandung, hlm. 13


Administration Head PT Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation
58
Soeratno dan Arsyad, op.cit., hlm. 110
59
Umar, op.cit., hlm. 129
60
Jalaluddin Rakhmat, op.cit., hlm. 78
57

38
Dengan demikian sampel dalam penelitian adalah seluruh karyawan PT Astra
International Tbk-Peugeot Cilandak yang berjumlah 55 orang.

3.4

Definisi dan Operasionalisasi Konsep

3.4.1 Definisi Konsep


A. Employee Relations
Komunikasi internal (lebih lanjut disebut sebagai komunikasi pegawai atau
employee relations) memiliki tiga bentuk. Yang pertama adalah komunikasi ke
bawah yaitu komunikasi dari pihak pimpinan kepada karyawan. Kedua adalah
komunikasi ke atas, yaitu komunikasi yang berlangsung dari karyawan kepada
atasannya. Ketiga adalah komunikasi sejajar, yaitu komunikasi yang berlangsung
antar sesama pegawai.61
Employee relations includes all communication between the management of an
organization and its personel.62

B. Kepuasan komunikasi
kepuasan komunikasi adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan
mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan.63

61

Frank Jefkins, Public Relations (edisi ke empat), loc.cit., hlm 172


Jerry A. Hendrix, op.cit., hlm. 107
63
Muhammad, loc.cit., hlm. 88
62

39
3.4.2

Operasionalisasi Konsep
Tabel 3.1
Tabel operasionalisasi konsep.
Pengukuran variabel dan indikator
employee relations dan kepuasan komunikasi.

Variabel
A. Employee
Relations
(Variabel X)

Dimensi
Komunikasi ke
atas, yaitu
komunikasi yang
berlangsung dari
karyawan
kepada
atasannya.

Indikator
a. Karyawan dapat
menyampaikan apa yang
ada dalam pikiran kepada
atasan dengan terbuka.

Skala
5. Sangat sering (7-8 kali)
4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

b. Atasan mendengarkan
dengan sikap terbuka
terhadap saran-saran dan
laporan masalah yang
disampaikan bawahan.

5. Sangat sering (7-8 kali)


4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

c. Suasana yang terbuka


mewarnai hubungan
komunikasi dari bawahan ke
atasan.

5. Sangat sering (7-8 kali)


4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

d. Setiap informasi yang


diterima dari bawahan
dipandang cukup penting
oleh atasan.

5. Sangat sering (7-8 kali)


4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

e. Karyawan dapat
memberikan saran sebagai
masukan untuk pengambilan
suatu keputusan oleh atasan.

5. Sangat sering (7-8 kali)


4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

f. Atasan selalu memberikan


peluang bagi bawahan untuk
menyampaikan saran-saran
perbaikan.

5. Sangat sering (7-8 kali)


4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

Komunikasi
sejajar, yaitu
komunikasi yang
berlangsung
antar sesama
karyawan.

a. Karyawan selalu
mendapatkan kesempatan
untuk saling berkomunikasi
dengan rekan sekerja.

40
5. Sangat sering (7-8 kali)
4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

b. Karyawan dan rekan


sekerja dapat saling
berkonsultasi membahas
masalah mengenai
pekerjaan.

5. Sangat sering (7-8 kali)


4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

c Suasana yang terbuka


selalu mewarnai hubungan
komunikasi antar sesama
karyawan.

5. Sangat sering (7-8 kali)


4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

d. Karyawan selalu
memperoleh informasi
dengan mudah mengenai
hal-hal yang berkaitan
dengan pekerjaan dari rekan
sekerja.

5. Sangat sering (7-8 kali)


4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

e. Dalam berkomunikasi
karyawan selalu merasakan
adanya rasa saling
pengertian antar sesama
rekan sekerja.

5. Sangat sering (7-8 kali)


4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

Komunikasi ke
a. Atasan bersikap bijaksana
bawah, yaitu
dan tidak mempermalukan
komunikasi yang bawahan di depan publik.
berlangsung dari
atasan kepada
bawahannya.
b. Atasan selalu memberikan
pesan-pesan yang dapat
memotivasi bawahan.

41
5. Sangat sering (7-8 kali)
4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah
5. Sangat sering (7-8 kali)
4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

c. Atasan terlihat memiliki


kepercayaan dan kejujuran
dalam menyampaikan
pesan-pesan.

5. Sangat sering (7-8 kali)


4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

d. Atasan selalu memberikan


konsultasi dan informasi
mengenai kebijakan
perusahaan yang berkaitan
dengan pekerjaan
bawahannya.

5. Sangat sering (7-8 kali)


4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

e. Informasi yang
disampaikan oleh atasan
mengenai kebijakan
perusahaan, aktivitas dan
pengembangan disampaikan
dengan jelas dan dapat
dimengerti.

5. Sangat sering (7-8 kali)


4. Sering (5-6 kali)
3. Cukup sering (3-4 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
1. Tidak pernah

B. Kepuasan
Komunikasi
(Variabel Y)

Sejauh mana
komunikasi
dalam organisasi
memotivasi dan
merangsang para
karyawan untuk
memenuhi
tujuan organisasi
dan untuk
berpihak kepada
organisasi.

a. Pesan-pesan yang
disampaikan oleh atasan
dapat membantu bawahan
dan membuat bawahan
merasa telah menjadi bagian
penting bagi perusahaan.

42
5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas

b. Komunikasi antara
karyawan dengan atasan
atau dengan rekan sekerja
memiliki pengaruh terhadap
komitmen karyawan
terhadap tujuan berkinerja
tinggi (produktivitas tinggi,
kualitas tinggi, biaya
rendah).

5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas

Sejauh mana
para atasan
terbuka pada
gagasan, mau
mendengarkan
dan menawarkan
bimbingan untuk
memecahkan
persoalanpersoalan yang
berkaitan dengan
pekerjaan.

a. Kesediaan atasan
mendengarkan secara
berkesinambungan dan
berwawasan luas mengenai
semua saran atau laporan
masalah yang disampaikan
oleh bawahan.

5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas

b. Kesediaan atasan untuk


menawarkan bimbingan
kepada bawahan untuk
memecahkan persoalan yang
berkaitan dengan pekerjaan.

5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas

Sejauh mana
para individu
menerima
informasi
tentang
lingkungan kerja
saat itu.

a. Karyawan merasa cukup


dalam menerima informasi
berkaitan dengan pekerjaan.

5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas

b. Karyawan merasa cukup


dalam menerima informasi
yang berkaitan dengan
peraturan atau kebijakan
perusahaan.

5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas

Sejauh mana
pertemuanpertemuan diatur
dengan baik,
pengarahan
ditulis singkat
dan jelas, dan
jumlah
komunikasi
dalam organisasi
cukup.

a. Karyawan merasa puas


terhadap kecukupan
komunikasi yang diterima
dalam lingkungan
komunikasinya.

43
5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas

b. Informasi yang
disampaikan melalui media
penyampaian pesan, dapat
dimengerti dengan jelas.

5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas

Sejauh mana
terjadinya desas
desus dan
komunikasi
horisontal yang
cermat dan
mengalir bebas.

a. Karyawan dapat
berkomunikasi dengan rekan
sekerja mengenai desas
desus yang muncul dalam
lingkungan kerja.

5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas

b. Komunikasi antara
karyawan dengan rekan
sekerja selalu mengalir
bebas dan terbuka.

Sejauh mana
informasi
tentang
organisasi
sebagai suatu
keseluruhan
memadai.

a. Karyawan mudah untuk


mendapatkan informasi
mengenai perusahaan.

5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas
5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas

Sejauh mana
para bawahan
responsif
terhadap
komunikasi ke
bawah dan
mempeerkirakan
kebutuhan
penyelia.

a. Karyawan dapat
memahami setiap informasi
yang diberikan oleh atasan.

Sejauh mana
karyawan
merasa bahwa
mereka
mengetahui
bagaimana

a. Karyawan puas terhadap


sistem penilaian yang
digunakan untuk menilai
karyawan.

b. Informasi mengenai
perusahaan disampaikan
dengan cepat dan jelas.

b. Karyawan selalu tertarik


terhadap setiap informasi
yang di sampaikan oleh
atasan.

5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas
5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas
5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas
5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas

mereka dinilai
dan bagaimana
kinerja mereka
dihargai.

b. Karyawan puas atas


penilaian atasan mengenai
kinerja karyawan.

44
5. Sangat puas
4. Puas
3. Cukup puas
2. Tidak puas
1. Sangat tidak puas

Operasionalisasi konsep diatas pada selanjutnya akan diadaptasi menjadi


instrumen-instrumen pertanyaan dalam kuesioner. Masing-masing pertanyaan dalam
kuesioner akan diukur dengan mengguakan skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang tepat berupa
pertanyaan atau pernyataan. Menurut Kinnear, skala Likert berhubungan dengan
pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Alternatif pernyataannya,
misalnya adalah dari setuju sampai tidak setuju, senang sampai tidak senang, puas
sampai tidak puas atau baik sampai tidak baik.64

3.5

Validitas dan Reliabilitas


Instrumen-instrumen dalam kuesioner yang terdapat pada setiap variabel dalam

penelitian ini akan diukur tingkat validitas dan reliabilitasnya. Pengukuran ini bertujuan
untuk meyakinkan bahwa kuesioner yang telah disusun akan benar-benar baik dalam
mengukur gejala dan menghasilkan data yang valid. Validitas menunjukan kinerja
kuesioner dalam mengukur setiap instrumen kuesioner. Sedangkan reliabilitas akan
menunjukan bahwa kuesioner tersebut konsisten bila akan digunakan untuk mengukur
gejala yang sama.
64

Umar, op.cit., hlm. 98

45
3.5.1

Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukan sejauh mana instrumen pengukur

mampu mengukur apa yang ingin diukur.65 Validitas juga dapat diartikan sebagai
kesesuaian antara definisi konseptual dengan definisi operasional. Semakin dekat
definisi operasional dengan definisi konseptual, maka validitas ukur tersebut semakin
tinggi.
Uji validitas atau kesahihan digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu
alat ukur mampu melakukan fungsi. Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan dalam
pengujian validitas yaitu dengan menggunakan alat bantu software SPSS 10.0 dan dapat
dilakukan dengan dua alternatif. Alternatif pertama adalah menggunakan angka r hasil
korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap
informasi dalam kuesioner.66 Dalam penelitian ini untuk pengujian validitas
menggunakan alternatif kedua yaitu, dengan menggunakan alat bantu software SPSS
10.0, dengan menggunakan nilai r dari hasil corrected item total correlation melalui
sub menu scale pada pilihan reliability analysis.

3.5.2

Reliabilitas
Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap berikutnya

adalah mengukur reliabilitas. Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk


menunjukan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengujian diulang
dua kali atau lebih.67
Hasil uji reliabilitas mencerminkan dapat dipercaya dan tidaknya suatu
instrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur
65

66

67

Purbayu Budi Santosa dan Ashari, Analisis Statistik Dengan MS. EXCEL dan SPSS, Andi,
Yogyakarta, 2005, hlm. 248.
Triton Prawira Budi, SPSS 13.0 Terapan (Riset Statistik Parameterik), Penerbit Andi, Yogyakarta,
2006, hlm. 247.
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta, 1989, hlm. 111.

46
dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang
benar dari sesuatu yang diukur.

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah metode Alpha Cronbach (Cronbach Alpha). Standar yang digunakan dalam
menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah
perbandingan antara nilai r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau
tingkat signifikansi 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode Alpha
Cronbach, maka nilai r hitung diwakili oleh nilai alpha.
Menurut Santoso, apabila alpha hitung lebih besar dari r tabel dan alpha hitung
bernilai positif , maka suatu instrumen penelitian dapat disebut reliabel. Tingkat
reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai 1.
apabila skala tersebut dikelompokan ke dalam lima kelas dengan range yang sama,
maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut.68
Tabel 3.2
Tingkat reliabilitas berdasarkan nilai alpha.
Alpha
0,00 0,20
> 0,20 0,40
> 0,40 0,60
> 0,60 0,80
> 0,80 1,00

Tingkat Reliabilitas
Kurang reliabel
Sedikit reliabel
Cukup reliabel
Reliabel
Sangat reliabel

Cara yang akan digunakan untuk mendapatkan nilai alpha pada penelitian ini
yaitu dengan menggunakan alat bantu software SPSS 10.0 melalui sub menu Reliability
Analysis.

68

Budi, op.cit., hlm. 248.

47
3.6

Teknik Pengumpulan Data


Data menurut sumbernya terbagi menjadi dua, yaitu data intern dan data ekstern.

Data ekstern itu bisa terbagi ke dalam data ekstern primer (yang biasanya disingkat data
primer) dan data ekstern sekunder (yang biasanya disingkat data sekunder).69
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, misalnya dari
individu atau perseorangan. Contohnya adalah hasil wawancara, pengisian kuesioner,
atau bukti transaksi seperti tanda bukti pembelian barang dan karcis parkir. Semua data
ini adalah data mentah yang kelak akan diproses untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai
dengan kebutuhannya.70

A.

Data Primer
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data primer menggunakan kuesioner.

Husin Umar mengatakan bahwa angket (kuesioner) adalah suatu cara pengumpulan data
dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan
memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.71

B.

Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang

bukan pengolahnya.72 Sumber-sumber data sekunder ada berbagai macam antara lain
dari surat-surat pribadi, buku harian, notulen rapat, sampai dokumen-dokumen resmi
berbagai instansi pemerintah.73

69

Soeratno dan Arsyad, op.cit., hlm. 74-75


Umar, op.cit., hlm. 81
71
Ibid., hlm. 88
72
Soeratno dan Arsyad, op. cit., hlm. 76
73
Ibid., hlm. 77
70

48
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh
dari studi kepustakaan, buku-buku, literatur-literatur yang berhubungan dengan objek
dan permasalahan penelitian.

3.7

Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1

Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan tahapan-tahapan berikut:

1. Editing
Penelitian kembali catatan tersebut dinamakan editing. Editing dilakukan terhadap
rekaman jawaban yang telah dituliskan ke dalam daftar pertanyaan oleh para pencari
data. Dalam editing ini akan diteliti kembali hal-hal sebagai berikut:
a. Lengkapnya pengisian.
b. Keterbacaan tulisan.
c. Kejelasan makna jawaban.
d. Konsistensi jawaban satu sama lain.
e. Relevansi jawaban.
f. Keseragaman satuan data.74

2. Koding
Apabila proses editing tersebut telah selesai maka catatan jawaban di dalam daftar
pertanyaan dapat dipandang cukup rapih dan memadai untuk menghasilkan data
baik dan cermat. Namun demikian, untuk sampai fungsi terakhir dari pengolahan
data yang berupa penyajian keterangan-keterangan yang benar-benar diperlukan
maka data yang sudah berhasil dikumpulkan akan melewati langkah pengolahan
data lain yang disebut koding. Yang dimaksud dengan koding adalah usaha untuk
74

Ibid., hlm. 127-128

49
mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya. Dengan
kata

lain

dapat

disebutkan

bahwa

tujuan

dari

koding

adalah

untuk

mengklasifikasikan jawaban-jawaban ke dalam kategori-kategori yang penting.75

3.

Tabulasi

Proses penghitungan frekuensi yang terbilang di dalam masing-masing kategori


disebut tabulasi. Oleh karena itu hasil penghitungan demikian hampir selalu selalu
disajikan dalam bentuk tabel, maka istilah tabulasi seringkali diartikan sebagai
proses penyusunan data kedalam bentuk tabel.76

3.7.2

Analisa Data
Untuk melakukan analisa data mengenai hubungan antara variabel X dan

variabel Y pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik statistik dengan


menggunakan analisa korelasi. Bilamana kenaikan nilai variabel X selalu disertai
kenaikan nilai variabel Y, dan sebaliknya, turunnya nilai variabel X selalu diikuti oleh
turunnya nilai variabel Y, maka hubungan seperti itu disebut hubungan yang positif.
Akan tetapi sebaliknya, bilamana nilai variabel X yang tinggi selalu disertai oleh
variabel Y yang rendah nilainya, dan sebaliknya, bilamana nilai variabel X yang rendah
selalu diikuti oleh nilai variabel Y yang tinggi, hubungan antara kedua variabel itu
disebut hubungan negatif.77
Teknik statistik yang digunakan dalam analisa korelasi pada penelitian ini
menggunakan korelasi Pearson Product Moment, yaitu salah satu teknik yang
dikembangkan oleh Karl Pearson untuk menghitung koefisien korelasi. Kegunaan uji
Pearson Product Moment atau analisis korelasi adalah untuk mencari hubungan variabel
75

Ibid., hlm. 129


Ibid., hlm. 136
77
Sutrisno Hadi, Statistik (jilid 2), Penerbit Andi, Yogyakarta, 2004, hlm. 233
76

50
bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dan data berbentuk interval dan ratio.78 Rumus
yang dikemukakan adalah:
n.( XY) ( X) . ( Y )
r=
{ n. X - ( X ) }. { n. Y - ( Y ) }
Dimana:
r
X
Y
n

= Koefisien korelasi r
= Nilai dalam distribusi variabel X
= Nilai dalam distribusi variabel Y
= Banyaknya pasangan nilai X dan nilai Y ( banyaknya subjek )

Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan r , dengan ketentuan nilai r


tidak lebih dari harga ( -1 r +1 ). Apabila r = -1 artinya korelasi negatif sempurna, r
= 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sempurna positif (sangat
kuat).79 Atau dengan kata lain, koefisien korelasi itu bergerak antara 0,000 sampai
+1,000 atau diantara 0,000 sampai -1,000, tergantung kepada arah korelasi, nihil,
positif, atau negatif. Koefisien yang bertanda positif menunjukan arah korelasi yang
positif. Koefisien yang bertanda negatif menunjukan arah korelasi yang negatif. Sedang
koefisien yang bernilai 0,000 menunjukan tidak adanya korelasi antara X dan Y.80
Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r

sebagai

berikut:
Tabel 3.3
Interpretasi nilai r
Interval Koefisien
0,00 0,199
0,20 0,339
0,40 0,559
0,60 0,779
0,80 1,000

78

Tingkat Hubungan
Sangat rendah
Rendah
Cukup
Kuat
Sangat Kuat

Riduwan, Statistika Untuk Lembaga dan InstansiPemerintah/Swasta, Alfabeta, Bandung, 2004, hlm
217
79
Ibid., hlm. 218
80
Hadi, op.cit., hlm. 234

51
Untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi pada penelitian ini akan
menggunakan alat bantu software SPSS 10.0.
Sedangkan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap
variabel Y, ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut:

KP = r x 100%
Dimana:
KP
r

= Besarnya koefisien penentu (determinan)


= Koefisien korelasi81

Sedangkan untuk menguji tingkat signifikansi dari nilai r yang didapat terhadap
hipotesa dapat dilakukan dengan dua cara. Cara yang pertama adalah dengan
menggunakan rumus ttest atau thitung dan dengan ketentuan tingkat kesalahan () 0,05
dengan rumus derajad bebas (db) = n-2 :

n-2

thitung =
1 - r

Kaidah pengujian:
-

Jika thitung dari ttabel maka signifikan.


Jika thitung dari ttabel maka tidak signifikan.

Sedangkan cara yang kedua dapat dilakukan dengan menggunakan nilai probabilitas.
Apabila suatu korelasi memiliki nilai probabilitas kurang dari 0,05 atau p < 0,05 maka
hubungan korelasi tersebut adalah signifikan.82

81
82

Riduwan, op.cit., hlm. 218


Budi, op.cit., hlm. 92

52
Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk mendapatkan hasil uji
signifikansi yaitu dengan menggunakan nilai probabilitas, yang didapat dengan
menggunakan alat bantu software SPSS 10.0.

3.8

Hipotesa Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah:

Ha :

Terdapat hubungan antara kegiatan employee relations dalam bentuk regular


meeting dan kepuasan komunikasi karyawan PT Astra International TbkPeugeot Sales Operation Cilandak.

H0 :

Tidak terdapat hubungan antara kegiatan employee relations dalam bentuk


regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan PT Astra International
Tbk-Peugeot Sales Operation Cilandak.

Dalam bentuk statistik dapat dituliskan sebagai berikut:


Ha : r 0
H0 : r = 0

53

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian


PT Astra International Tbk resmi berdiri secara hukum dan disahkan dihadapan

Notaris Sie Khwan Djio pada tanggal 20 Februari 1957 di Jakarta, dan dalam Keputusan
Menteri Kehakiman RI No. J.A./53/5 tanggal 1 Juli 1957 dan terdaftar di Paniteraan
Pengadilan Negeri di Jakarta, serta diumumkan dalam tambahan No. 01117 Berita
Negara RI N0. 85 tanggal 22 Oktober 1957.
PT Astra International Tbk berawal dari sebuah niat Bapak Tjia Kian Tie untuk
mendirikan sebuah perusahaan, tepatnya akhir tahun 1956 dan awal tahun1957, dan
selanjutnya pimpinan perusahaan diserahkan Bapak William Soeryadjaya sementara itu
Bapak Tjia Kian Tie selaku komisaris, dan kini PT Astra International Tbk bukan lagi
sebagai perusahaan perorangan tapi telah menjadi perusahaan publik.
Pemberian nama perusahaan dengan PT Astra International Tbk mempunyai arti
khusus, dengan harapan nama tersebut dapat memberikan prospek cerah dimasa
mendatang. Nama Astra diambil dari mana dewi dalam mythologi Yunani klasik
bernama Astrea, anak dari Dewa Matahari Zeus yang merupakan Dewa teragung bagi
bangsa Yunani kuno.
Sedangkan nama International menandakan bahwa ruang lingkup usaha yang
dijalankan tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga harus mampu bersaing di tingkat
dunia. Untuk itu pulalah PT Astra International Tbk mempunyai simbol Bola Dunia
(Globe). Namun pada perkembangannya simbol tersebut diubah menjadi A New
Dynamic. Pergantian ini terjadi pada tanggal 19 Oktober 1999, pada masa Presedir Ibu
Rini M.S. Soewandi.

54
Sejak awal berdirinya sebagai perusahaan dagang di tahun 1957, Astra
berkembang hingga menjadi seperti sekarang dan tercatat sebagai Grup yang memiliki
enam bidang usaha yaitu; otomotif, jasa keuangan, alat berat, agribisnis, teknologi
informasi dan infrastruktur. Pada akhir tahun 2006, Grup Astra memiliki hampir
120.000 karyawan yang tersebar di sekitar 130 anak perusahaan dan afiliasinya.
Seiring perkembangannya, perseroan membentuk sejumlah kerjasama dengan
para pemain global terkemuka dari berbagai industri. Sejak tahun 1990, perseroan
menjadi perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya. Nilai kapitalisasi pasar perseroan pada tanggal 31 Desember 2006 sekitar Rp
63,6 triliun atau US$ 7,1 miliar.
Komunikasi, saling menghargai, komitmen, kerjasama dan inovasi merupakan
nilai-nilai penting yag melandasi kesuksesan Astra. Bagi Astra kesimambungan adalah
penting. Oleh sebab itu Astra percaya suatu pertumbuhan jangka panjang memerlukan
landasan yang kuat dan kokoh. Landasan tersebut berisi filosofi serta nilai-nilai yang
menggerakan organisasi dan diabadikan dalam Catur Dharma. Filosofi Astra mencakup
bidang komersial maupun etika, seperti halnya dua sisi mata uang, yaitu bisnis yang
baik beriringan dengan nilai-nilai yang kokoh.
Filosofi Catur Dharma:

Menjadi milik yang bermanfaat bagi Bangsa dan Negara.

Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.

Saling menghargai dan membina kerjasama.

Berusaha mencapai yang terbaik.

Visi Perusahaan:

Menjadi salah satu perusahaan dengan pengelolaan terbaik di Asia


Pasifik dengan penekanan pada pembangunan kompetensi

melalui

55
pengembangan sumber daya manusia, struktur keuangan yang solid,
kepuasan pelanggan dan efisiensi.

Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial serta ramah


lingkungan.

Arti Simbol PT Astra International Tbk:

a. Warna biru, Menggambarkan langit yang tidak terbatas, seperti juga kemampuan
dan kesempatan Astra yang tidak terbatas.
b. Empat sudut yang merupakan dasar dari simbol, melambangkan falsafah Astra:
Catur Dharma.
c. Garis lengkung bumi menggambarkan semangat Astra untuk Go Global dengan
mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki selama ini.
d. Bintang berekor yang terus-menerus menjelajahi diia usaha dan melakukan inisiatifinisiatif baru untuk meningkatkan pelayanan Astra kepada pelanggannya.

4.2

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


Instrumen-instrumen dalam kuesioner yang terdapat pada setiap variabel dalam

penelitian ini akan diukur tingkat validitas dan reliabilitasnya. Validitas adalah ukuran
yang menunjukan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa yang ingin
diukur.83 Untuk memperoleh hasil korelasi dalam uji validitas yaitu dengan
menggunakan alat bantu software SPSS 10.0, dengan menggunakan nilai r dari hasil
corrected item total correlation.
83

Santosa dan Ashari, loc.cit, hlm. 248

56
Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap berikutnya
adalah mengukur reliabilitas. Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengujian diulang
dua kali atau lebih.84 Metode yang akan digunakan untuk melakukan uji reliabilitas pada
penelitian ini adalah menggunakan metode Alpha Cronbach (Cronbach Alpha).
Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu
instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r tabel
pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Apabila dilakukan pengujian
reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach, maka nilai r hitung diwakili oleh nilai
alpha. Cara yang akan digunakan untuk mendapatkan nilai alpha pada penelitian ini
yaitu dengan menggunakan alat bantu software SPSS 10.0 melalui sub menu Reliability
Analysis.
Berikut adalah hasil uji validitas yaitu dengan menggunakan alat bantu software
SPSS 10.0, dengan menggunakan nilai r dari hasil corrected item total correlation.
Suatu instrumen kuesioner dapat dinyatakan valid apabila pada setiap butir pertanyaan
memiliki nilai alpha pada bagian corrected item total correlation di atas nilai r tabel.85
Uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Apabila alpha
hitung lebih besar dari r tabel dan alpha hitung bernilai positif , maka suatu instrumen
penelitian dapat disebut reliabel.86 Berikut adalah hasil uji validitas dan reliabilitas
instrumen-instrumen pertanyaan dalam kuesioner penelitian.

84

Singarimbun dan Effendi, loc.cit., hlm. 111


Budi, op.cit., hlm. 260
86
ibid, hlm. 248
85

57
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y

A N A L Y S I S

S C A L E

(A L P H A)

Item-total Statistics

Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Q17
Q18
Q19
Q20
Q21
Q22
Q23
Q24
Q25
Q26
Q27
Q28
Q29
Q30
Q31
Q32

Scale
Mean
if Item
Deleted

Scale
Variance
if Item
Deleted

106.1091
104.8364
105.9091
105.9273
105.4182
105.9818
104.8545
104.6545
104.9818
105.1091
105.3455
105.5818
105.3455
105.5636
105.4545
105.4909
105.6000
105.5091
105.6727
105.6909
105.5818
105.5636
105.5273
105.1455
105.3455
105.1455
105.6727
105.5818
105.5455
105.6545
105.2182
105.4727

172.9138
168.7690
172.9360
172.4391
171.8034
177.3145
174.0525
173.6377
174.0182
170.0990
167.8599
168.7663
169.6007
175.0653
168.3266
173.3657
174.1704
172.5879
174.7428
173.4768
175.3960
174.3616
171.3279
170.9785
175.3044
170.5340
167.5576
169.9515
170.8081
169.8970
169.0256
173.6983

Corrected
ItemTotal
Correlation
.4498
.5516
.4047
.4486
.4660
.2766
.4269
.3970
.3591
.5102
.5589
.4463
.5235
.2874
.5191
.3856
.4759
.4507
.3474
.3457
.3118
.3712
.5330
.4217
.3117
.4849
.5445
.4765
.5114
.4794
.5046
.2995

Alpha
if Item
Deleted
.8916
.8895
.8923
.8916
.8912
.8942
.8920
.8924
.8931
.8904
.8893
.8918
.8901
.8945
.8901
.8926
.8915
.8915
.8933
.8935
.8939
.8929
.8902
.8921
.8939
.8908
.8895
.8910
.8904
.8909
.8904
.8947

Reliability Coefficients
N of Cases =
Alpha =

55.0

N of Items = 32

.8948

Pada bagian Item-total statistics, nilai r tabel untuk uji dua sisi pada taraf
kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (p = 0,05) dapat dicari berdasarkan jumlah

58
responden atau N. oleh karena N = 55 maka derajad bebasnya adalah N 2 yaitu 55 2
= 53. Nilai r tabel dua sisi pada derajad bebas (df) = 53 dan p = 0,05 adalah 0,266.87
Bagian Corrected Item-Total Correlations, menunjukan bahwa semua butir pertanyaan
dalam instrumen kuesioner penelitian memiliki nilai r > r tabel. Maka dengan demikian
semua butir pertanyaan pada instrumen kuesioner penelitian dapat dinyatakan valid.
Sedangkan pada bagian Reliability Coefficients terlihat bahwa nilai alpha adalah
0.8922 dengan jumlah butir pertanyaan (N of Items) 32. Nilai r tabel untuk uji dua sisi
pada taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (p = 0,05) dapat dicari berdasarkan
jumlah responden atau N. oleh karena N = 55 maka derajad bebasnya adalah N 2 yaitu
55 2 = 53. Nilai r tabel dua sisi pada derajad bebas (df) = 53 dan p = 0,05 adalah
0,266. Karena nilai Alpha cronbach 0,8922 ternyata lebih besar dari nilai r tabel 0,266
maka dapat dinyatakan bahwa instrumen kuesioner penelitian terbukti reliabel, dan
berdasarkan tabel interpretasi nilai alpha, nilai alpha 0,8922 adalah sangat reliabel.

4.3

Tabulasi Kuesioner
Berikut ini adalah hasil-hasil tabulasi frekuensi jawaban responden dari setiap

pertanyaan dalam kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner terdiri dari pertanyaan


mengenai karakteristik responden, employee relations, dan kepuasan komunikasi.
Tabulasi dihasilkan dengan menggunakan alat bantu software SPSS 10.0 melalui sub
menu descriptive statistics pada pilihan frequencies. Tabulasi akan disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik.

87

Nana Danapriatna dan Rony Setiawan, Pengantar Statistika, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005, hlm. 138

59
4.3.1

Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam kuesioner akan memperlihatkan latar belakang

responden yang meliputi, usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan,
lama bekerja, dan departemen dari responden. Berikut adalah hasil tabulasi data usia
responden.
Tabel 4.1
Tabulasi data usia responden

Valid

1(< 25 tahun)
2(25-30 tahun)
3(31-35 tahun)
4(36-40 tahun)
5(> 40 tahun)
Total

Usia
Frequency

Percent

Valid Percent

12
12
12
11
8
55

21.8
21.8
21.8
20.0
14.5
100.0

21.8
21.8
21.8
20.0
14.5
100.0

N=55

Dari hasil tabulasi tersebut menunjukan bahwa terdapat frekuensi yang hampir
sama antara usia <25, 25-30, 31-35, 36-40, dan hanya usia >40 yang jumlah
frekuensinya lebih sedikit. Berikut adalah hasil tabulasi data jenis kelamin responden.
Tabel 4.2
Tabulasi data jenis kelamin responden

Valid

N=55

1(pria)
2(wanita)
Total

Jenis Kelamin
Frequency Percent
52
94.5
3
5.5
55
100.0

Valid Percent
94.5
5.5
100.0

60

Hasil tabulasi menunjukan bahwa frekuansi responden jenis kelamin laki-laki


jauh lebih besar dengan frekuensi 52 responden dibandingkan dengan responden jenis
kelamin perempuan yang hanya 3 responden. Berikut adalah hasil taulasi data status
pernikahan responden.
Tabel 4.3
Tabulasi data status pernikahan responden

Valid

Status Pernikahan
Frequency Percent
1(menikah)
33
60.0
2(belum menikah)
22
40.0
Total
55
100.0

Valid Percent
60.0
40.0
100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan frekuensi responden yang telah menikah lebih besar
dengan frekuensi 33 responden, dibandingkan dengan responden yang belum menikah
dengan frekuensi responden sebanyak 22 responden. Berikut adalah hasil tabulasi data
tingkat pendidikan responden.

61
Tabel 4.4
Tabulasi data tingkat pendidikan responden

Valid

Tingkat Pendidikan
Frequency Percent
1(SLTP)
2
3.6
2(SLTA)
35
63.6
3(D1-D3)
8
14.5
4(S1)
10
18.2
Total
55
100.0

Valid Percent
3.6
63.6
14.5
18.2
100.0

N=55

Hasil tabulasi pada tingkat pendidikan responden menunjukan bahwa frekuensi


tingkat SLTA jauh lebih besar dengan frekuensi sebanyak 35 responden, dibandingkan
dengan frekuensi responden pada tingkat pendidikan SLTP, D1-D3, dan S1. Berikut
adalah hasil tabulasi data lama bekerja responden.
Tabel 4.5
Tabulasi data lama bekerja responden

Valid

N=55

Lama Bekerja
Frequency Percent
1(< 1 tahun)
3
5.5
2(1-5 tahun)
15
27.3
3(6-11 tahun)
16
29.1
4(12-16 tahun)
13
23.6
5(17-21 tahun)
4
7.3
6(> 21 tahun)
4
7.3
Total
55
100.0

Valid Percent
5.5
27.3
29.1
23.6
7.3
7.3
100.0

62
Hasil tabulasi menunjukan bahwa frekuensi terbesar lama bekerja responden
yaitu lama bekerja antara 6-11 tahun kemudian antara 1-5 tahun. Berikut adalah hasil
tabulasi data departemen dari responden.
Tabel 4.6
Tabulasi data departemen responden

Valid

1(service)
2(marketing)
3(administrasi)
Total

Departemen
Frequency Percent
44
80.0
6
10.9
5
9.1
55
100.0

Valid Percent
80.0
10.9
9.1
100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan bahwa mayoritas responden dengan frekuensi


sebanyak 44 responden merupakan karyawan dari departemen service, departemen
marketing dengan 6 responden, dan sisanya 5 responden adalah dari departemen
administrasi.

4.3.2

Employee Relations
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan-pertanyaan

dalam variabel employee relations. Hasil tabulasi didapat dengan menggunakan alat
bantu software SPSS 10.0 dan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik.
Berikut ini adalah hasil tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan pada
butir 1 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan dapat
menyampaikan apa yang ada dalam pikiran kepada atasan dengan terbuka?.

63
Tabel 4.7
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 1
Valid

1(tidak pernah)
2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
Total

Frequency
1
22
22
10
55

Percent
1.8
40.0
40.0
18.2
100.0

Valid Percent
1.8
40.0
40.0
18.2
100.0

N=55

Dari hasil tabulasi diperoleh hasil bahwa frekuensi pernyataan jarang dan cukup
sering merupakan pernyataan yang cukup banyak diberikan oleh responden. Pernyataan
jarang diberikan oleh 22 responden dan pernyataan cukup sering diberikan oleh 22
responden. Sedangkan hanya 10 responden yang memberikan jawaban dengan
pernyataan sering dan hanya 1 responden yang memberikan pernyataan tidak pernah.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan reponden atas pertanyaan pada butir 2
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah atasan mendengarkan dengan sikap
terbuka terhadap saran-saran dan laporan masalah yang disampaikan bawahan?.
Tabel 4.8
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 2
Valid

N=55

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat
sering)
Total

Frequency
3
13
19
20

Percent
5.5
23.6
34.5
36.4

Valid Percent
5.5
23.6
34.5
36.4

55

100.0

100.0

64

Hasil tabulasi menunjukan frekuensi tertinggi adalah pernyataan sangat sering,


yang diperoleh dari 20 responden. Sedangkan jawaban responden dengan pernyataan
sering sedikit lebih rendah dibandingkan dengan frekuensi pernyataan sangat sering,
dengan 20 responden. Frekuensi pernyataan

jarang didapat dari 3 responden dan

frekuensi pernyataan cukup sering dengan 12 responden.


Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir 3
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah suasana yang terbuka mewarnai
hubungan komunikasi dari bawahan ke atasan?.
Tabel 4.9
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 3
Valid

1(tidak pernah)
2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
Total

Frequency
1
18
19
17
55

Percent
1.8
32.7
34.5
30.9
100.0

Valid Percent
1.8
32.7
34.5
30.9
100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan frekuensi yang cukup berimbang dari pernyataan


jarang didapat dari 18 responden, cukup sering didapat dari 19 responden, dan
pernyataan sering didapat dari 17 responden. Sedangkan tidak ada responden yang

65
memberikan pernyataan sangat sering dan hanya satu responden yang memberikan
pernyataan tidak pernah.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir 4
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah setiap informasi yang diterima dari
bawahan dipandang cukup penting oleh atasan?.
Tabel 4.10
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 4

Valid

Frequency

Percen

Valid Percent

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat sering)

18
25
10
2

t
32.7
45.5
18.2
3.6

32.7
45.5
18.2
3.6

Total

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan frekuensi tertinggi dari pernyataan responden adalah


cukup sering, yang didapat dari 25 responden dan frekuensi responden yang
memberikan pernyataan jarang berjumlah 18 responden. Sedangkan yang memberikan
frekuensi pernyataan sering berjumlah 10 responden dan frekuensi pernyataan sangat
sering berjumlah 2 responden. Pernyataan tidak pernah tidak dipilih oleh responden.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir 5
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan dapat memberikan saran
sebagai masukan untuk pengambilan suatu keputusan oleh atasan?.
Tabel 4.11
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 5

66
Valid

N=55

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat
Total
sering)

Frequency
5
28
15
7

Percent
9.1
50.9
27.3
12.7

Valid Percent
9.1
50.9
27.3
12.7

55

100.0

100.0

Hasil tabulasi menunjukan bahwa frekuensi pernyataan tertinggi adalah


pernyataan cukup sering yang dipilih sebanyak 28 responden. Sedangkan frekuensi
pernyataan jarang, sering, dan sangat sering dengan jumlah yang lebih rendah.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir 6
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah atasan selalu memberikan peluang
bagi bawahan untuk menyampaikan saran-saran perbaikan?.
Tabel 4.12
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 6
Valid

N=55

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
Total

Frequency
16
30
9
55

Percent
29.1
54.5
16.4
100.0

Valid Percent
29.1
54.5
16.4
100.0

67
Hasil tabulasi menunjukan bahwa frekuensi tertinggi dengan 30 responden
memberikan pernyataan cukup sering, frekuensi jarang dengan 16 responden.
Sedangkan hanya 9 responden yang memberikan pernyataan sering.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir 7
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan selalu mendapatkan
kesempatan untuk saling berkomunikasi dengan rekan sekerja?.
Tabel 4.13
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 7
Valid

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat sering)
Total

Frequency
2
8
33
12

Percent
3.6
14.5
60.0
21.8

Valid Percent
3.6
14.5
60.0
21.8

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan bahwa frekuensi tertinggi, yaitu dengan 33


responden memberikan pernyataan sering dan 12 responden memberikan pernyataan
sangat sering. Sedangkan hanya 8 responden yang memberikan pernyataan cukup sering
dan hanya 2 reponden yang memberikan pernyataan jarang, dan tidak ada responden
yang memberikan pernyataan tidak pernah.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir 8
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan dan rekan sekerja dapat
saling berkonsultasi membahas masalah mengenai pekerjaan?.
Tabel 4.14
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 8

68
Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat sering)

1
10
21
23

1.8
18.2
38.2
41.8

1.8
18.2
38.2
41.8

Total

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan frekuensi pernyataan tertinggi yaitu pernyataan


sangat sering, yang dipilih sebanyak 23 responden. Sedangkan 21 responden yang
memberikan pernyataan sering, dan 10 responden yang memberikan pernyataan cukup
sering. Hanya 1 responden yang memberikan pernyataan jarang dan tidak ada responden
yang memberikan pernyataan tidak pernah.
Berikut adalah hasil tabulasi jawaban responden dari pertanyaan pada butir 9
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah suasana yang terbuka selalu
mewarnai hubungan komunikasi antar sesama karyawan?.
Tabel 4.15
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 9
Valid

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat sering)
Total

N=55

Frequency
1
20
19
15

Percent
1.8
36.4
34.5
27.3

Valid Percent
1.8
36.4
34.5
27.3

55

100.0

100.0

69

Hasil tabulasi pernyataan responden menunjukan bahwa rata-rata frekuensi


responden memberikan pernyataan cukup sering dengan frekuensi 20 responden, sering
dengan frekuensi 19 responden, dan sangat sering denga frekuensi 15 responden.
Sedangkan hanya 1 responden yang memberikan pernyataan jarang.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir
10 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan selalu memperoleh
informasi dengan mudah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dari rekan
sekerja?.
Tabel 4.16
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 10
Valid

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat sering)
Total

Frequency
4
18
21
12

Percent
7.3
32.7
38.2
21.8

Valid Percent
7.3
32.7
38.2
21.8

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan bahwa frekuensi dari rata-rata responden


memberikan pernyataan cukup sering dan sering. Sedangkan frekuensi sangat sering

70
diberikan oleh 12 responden dan pernyataan jarang 4 responden dan tidak ada
responden yang memberikan pernyataan tidak pernah.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir
11 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah dalam berkomunikasi karyawan
selalu merasakan adanya rasa saling pengertian antar sesama rekan sekerja?.
Tabel 4.17
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 11
Valid

1(tidak pernah)
2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat sering)
Total

Frequency
1
6
21
18
9

Percent
1.8
10.9
38.2
32.7
16.4

Valid Percent
1.8
10.9
38.2
32.7
16.4

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan bahwa frekuensi yang cukup tinggi dari pernyataan
responden adalah cukup sering dan sering. Sedangkan pernyataan sangat sering
diberikan oleh 9 responden, pernyataan jarang diberikan oleh 6 responden, dan
pernyataan tidak pernah diberikan oleh 1 responden.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir
12 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah atasan selalu bersikap bijaksana
dan tidak mempermalukan bawahan di depan publik?.

71
Tabel 4.18
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 12
Valid

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat sering)

Frequency
17
16
12
10

Percent
30.9
29.1
21.8
18.2

Valid Percent
30.9
29.1
21.8
18.2

55

100.0

100.0

Total

N=55

Hasil tabulasi menunjukan hanya ada sedikit perbedaan jumlah frekuensi dari
pernyataan jarang, cukup sering, sering dan sangat sering, dan frekuensi tertinggi dari
pernyataan responden adalah pada pernyataan jarang yang diberikan oleh 17 responden.
Sedangkan tidak ada responden yang memberikan pernyataan tidak pernah.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir
13 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah atasan selalu memberikan pesanpesan yang dapat memotivasi bawahan?.
Tabel 4.19
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 13
Valid

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat sering)
Total

N=55

Frequency
6
24
16
9

Percent
10.9
43.6
29.1
16.4

Valid Percent
10.9
43.6
29.1
16.4

55

100.0

100.0

72

Hasil tabulasi pernyataan para responden menunjukan frekuensi tertinggi adalah


pernyataan cukup sering, yang diberikan oleh 24 responden. Sedangkan 16 responden
memberikan pernyataan sering, 9 responden memberikan pernyataan sangat sering dan
6 responden memberikan pernyataan jarang. Sedangkan tidak ada responen yang
memberikan pernyataan tidak pernah.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan butir 14
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah atasan terlihat memiliki
kepercayaan dan kejujuran dalam menyampaikan pesan-pesan?.
Tabel 4.20
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 14
Valid

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat sering)
Total

Frequency
11
22
17
5

Percent
20.0
40.0
30.9
9.1

Valid Percent
20.0
40.0
30.9
9.1

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi pernyataan responden menunjukan bahwa frekuensi tertinggi


yaitu dengan 22 responden yang memberikan pernyataan cukup sering. Sedangkan tidak
ada responden yang memberikan pernyataan tidak pernah, 17 responden memberikan

73
pernyataannya pada skala sering, dan sisanya 11 responden dan 5 responden
memberikan pernyataan pada skala jarang dan sangat sering.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir
15 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah atasan selalu memberikan
konsultasi dan informasi mengenai kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan
pekerjaan bawahannya?.
Tabel 4.21
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 15

Valid

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat sering
Total

Frequency

Percent

Valid Percent

10
23
12
10
55

18.2
41.8
21.8
18.2
100.0

18.2
41.8
21.8
18.2
100.0

N=55

Dari hasil tabulasi didapat bahwa frekuensi tertinggi responden memberikan


pernyataan cukup sering, yang diberikan dari 23 responden. Frekuensi pernyataan sering
dipilih oleh 12 responden, dan pernyatan sangat sering dan jarang masing-masing
dipilih sebayak 10 responden, dan tidak ada responden yang memberikan pernyataan
tidak pernah.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir
16 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah informasi yang disampaikan oleh
atasan mengenai kebijakan perusahaan, aktivitas dan pengembangan disampaikan
dengan jelas dan dapat dimengerti?.

74
Tabel 4.22
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 16
Valid

2(jarang)
3(cukup sering)
4(sering)
5(sangat sering)
Total

Frequency
7
27
15
6

Percent
12.7
49.1
27.3
10.9

Valid Percent
12.7
49.1
27.3
10.9

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan bahwa frekuensi tertinggi yaitu pernyataan cukup


sering, yang dipilih oleh 27 responden. Frekuensi pernyataan sering diperoleh dari 15
responden, dan pernyataan sangat sering 6 responden dan frekuensi pernyataan jarang
diberikan diberikan oleh 7 responden. Sedangkan tidak ada responden yang memberikan
pernyataan tidak pernah.

4.3.3

Kepuasan komunikasi
Berikut akan disajikan hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan-

pertanyaan mengenai kepuasan komunikasi yang terdapat dalam instrumen kuesioner


penelitian. Hasil tabulasi didapat dengan menggunakan alat bantu software SPSS 10.0
melalui sub menu Descriptive Statistics pada pilihan Frequencies. Tabulasi disajikan
dalam bentuk tabel serta grafik.
Berikut ini adalah hasil tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan pada
butir 17 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan puas terhadap
pesan-pesan yang disampaikan oleh atasan yang dapat membantu bawahan dan
membuat bawahan merasa telah menjadi bagian penting bagi perusahaan?.

75
Tabel 4.23
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 17
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
Total

Frequency
6
29
20
55

Percent
10.9
52.7
36.4
100.0

Valid Percent
10.9
52.7
36.4
100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan frekuensi tertinggi adalah pernyatan cukup puas


yang dipilih oleh 29 responden. Sedangkan 20 responden memberikan pernyataan puas,
dan 6 responden memberikan pernyataan tidak puas. Tidak ada responden yang
memberikan pernyataan tidak pernah dan sangat sering.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir
18 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa puas terhadap
komunikasi antara karyawan dengan atasan atau dengan rekan sekerja memiliki
pengaruh terhadap komitmen karyawan terhadap tujuan berkinerja tinggi (produktivitas
tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah)?.
Tabel 4.24
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 18
Valid

1(sangat tidak puas)


2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)
Total

N=55

Frequency
1
5
26
20
3

Percent
1.8
9.1
47.3
36.4
5.5

Valid Percent
1.8
9.1
47.3
36.4
5.5

55

100.0

100.0

76

Hasil tabulasi menunjukan frekuensi tertinggi responden memberikan


pernyataan cukup puas yaitu 26 responden. 20 responden memberikan pernyataan puas,
5 responden memberikan pernyataan tidak puas, 3 responden memberikan pernyataan
sangat puas, serta 1 responden memberikan pernyataan sangat tidak puas.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden atas pertanyaan pada butir
19 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa puas terhadap
atasan yang bersedia mendengarkaan secara berkesinambungan dan berwawasan luas
mengenai semua saran atau laporan masalah yang disampaikan oleh bawahan?.
Tabel 4.25
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 19
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)
Total

Frequency
11
25
17
2

Percent
20.0
45.5
30.9
3.6

Valid Percent
20.0
45.5
30.9
3.6

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan bahwa frekuensi tertinggi responden memberikan


pernyataan cukup puas. 16 responden memberikan pernyataan puas. 11 responden
memberikan pernyataan tidak puas. Sedangkan 2 responden yeng memberikan

77
pernyataan sangat puas, dan tidak ada responden yang memberikan pernyataan tidak
pernah.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden atas pertanyaan butir 20
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa puas terhadap
atasan yang bersedia menawarkan bimbingan kepada bawahan untuk memecahkan
persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan?.
Tabel 4.26
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 20
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)
Total

Frequency
14
23
13
5
55

Percent
25.5
41.8
23.6
9.1
100.0

Valid Percent
25.5
41.8
23.6
9.1
100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan bahwa frekuensi tertinggi responden memberikan


pernyataan cukup puas, yang dipilih oleh 23 responden. Frekuensi responden yang
memberikan pernyataan tidak puas adalah 14 responden, dan frekuensi puas diberikan
oleh 13 responden, dan tidak ada responden yang memberikan pernyataan sangat tidak
puas.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden atas pertanyaan butir 21
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa cukup puas dalam
menerima informasi berkaitan dengan pekerjaan?.

78
Tabel 4.27
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 21
Valid

1(sangat tidak puas)


2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)

Frequency
1
6
28
17
3

Percent
1.8
10.9
50.9
30.9
5.5

Valid Percent
1.8
10.9
50.9
30.9
5.5

55

100.0

100.0

Total

N=55

Dari hasil tabulasi didapat bahwa frekuensi tertinggi responden memberikan


pernyataan cukup puas, yaitu dipilih oleh 28 responden. Sedangkan 17 responden
memberikan pernyataan puas, 3 responden memberikan pernyataan sangat puas, 6
responden memberikan pernyataan tidak puas, dan 1 responden memberikan pernyataan
sangat tidak pernah.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden atas pertanyaan butir 22
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa cukup puas dalam
menerima informasi yang berkaitan dengan peraturan atau kebijakan perusahaan?.
Tabel 4.28
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 22
Valid

N=55

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)
Total

Frequency
9
23
21
2
55

Percent
16.4
41.8
38.2
3.6
100.0

Valid Percent
16.4
41.8
38.2
3.6
100.0

79

Hasil tabulasi menunjukan frekuensi pernyataan tertinggi yaitu pernyataan


cukup puas, yang dipilih sebanyak 23 responden.

Sedangkan 21 responden yang

memberikan pernyataan puas, dan 9 responden yang memberikan pernyataan tidak puas.
Hanya 2 responden yang memberikan pernyataan sangat puas dan tidak ada responden
yang memberikan pernyataan sangat tidak puas.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan para responden dari pertanyaan butir
23 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa puas terhadap
kecukupan komunikasi yang diterima dalam lingkungan komunikasinya?.
Tabel 4.29
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 23
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)
Total

Frequency
7
26
19
3

Percent
12.7
47.3
34.5
5.5

Valid Percent
12.7
47.3
34.5
5.5

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan frekuensi pernyataan tertinggi yaitu pernyataan


cukup puas, yang dipilih sebanyak 26 responden.

Sedangkan 19 responden yang

memberikan pernyataan puas, dan 7 responden yang memberikan pernyataan tidak puas.

80
Hanya 3 responden yang memberikan pernyataan sangat puas dan tidak ada responden
yang memberikan pernyataan sangat tidak puas.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden atas pertanyaan butir 24
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa puas terhadap
informasi yang disampaikan melalui media penyampaian pesan, dapat dimengerti
dengan jelas?.
Tabel 4.30
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 24
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)
Total

Frequency
7
15
20
13

Percent
12.7
27.3
36.4
23.6

Valid Percent
12.7
27.3
36.4
23.6

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan frekuensi perrnyataan tertinggi yaitu pernyataan


puas, yang dipilih sebanyak 20 responden. Sedangkan 15 responden yang memberikan
pernyataan cukup puas, dan 13 responden yang memberikan pernyataan sangat puas.
Hanya 7 responden yang memberikan pernyataan tidak puas dan tidak ada responden
yang memberikan pernyataan sangat tidak puas.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden atas pertanyaan butir 25
dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa puas dapat
berkomunikasi dengan rekan sekerja mengenai desas desus yang muncul dalam
lingkungan kerja?.

81
Tabel 4.31
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 25
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)
Total

Frequency
5
23
21
6

Percent
9.1
41.8
38.2
10.9

Valid Percent
9.1
41.8
38.2
10.9

55

100.0

100.0

N=55

Dari hasil tabulasi didapat bahwa frekuensi tertinggi responden memberikan


pernyataan cukup puas, yang didapat dari 23 responden. Frekuensi pernyataan puas
diberikan oleh 21 responden, dan pernyatan sangat puas diberikan 6 responden, dan
tidak puas dipilih sebayak 5 responden. Tidak ada responden yang memberikan
pernyataan sangat tidak puas.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden atas pertanyaan pada butir
26 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa puas terhadap
komunikasi antara karyawan dengan rekan sekerja selalu mengalir bebas dan terbuka?.
Tabel 4.32
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 26
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)
Total

N=55

Frequency
5
17
22
11

Percent
9.1
30.9
40.0
20.0

Valid Percent
9.1
30.9
40.0
20.0

55

100.0

100.0

82

Dari hasil tabulasi didapat bahwa frekuensi tertinggi responden memberikan


pernyataan puas, yang didapat dari 22 responden. Frekuensi pernyataan cukup puas
dipilih oleh 17 responden, dan pernyatan sangat puas dipilih oleh 11 responden, dan
tidak puas dipilih sebayak 5 responden, dan tidak ada responden yang memberikan
pernyataan sangat tidak puas.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan para responden atas pertanyaan pada
butir 27 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa puas
karena mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan?.
Tabel 4.33
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 27
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)
Total

Frequency
17
17
15
6

Percent
30.9
30.9
27.3
10.9

Valid Percent
30.9
30.9
27.3
10.9

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi menunjukan bahwa frekuensi masing-masing pada skala


pernyataan memiliki memiliki perbandingan yang sedikit, dan hanya skala pernyataan
sangat tidak puas yang tidak diberikan oleh responden. Frekuensi tertinggi jawaban

83
responden adalah pernyataan tidak puas dan cukup puas yang masing-masing diberikan
oleh 17 responden. Sedangkan frekuensi pernyataan puas diberikan oleh 15 responden
dan 6 responden memberikan pernyataan sangat puas, dan tidak ada responden
memberikan pernyataan sangat tidak puas.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir
28 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa puas terhadap
informasi mengenai perusahaan yang disampaikan dengan cepat dan jelas?.
Tabel 4.34
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 28
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)
Total

Frequency
15
14
22
4

Percent
27.3
25.5
40.0
7.3

Valid Percent
27.3
25.5
40.0
7.3

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi pernyataan responden menunjukan bahwa frekuensi tertinggi


yang diberikan oleh responden adalah pernyataan puas. Sedangkan 15 responden
memberikan jawaban pada pernyataan tidak puas. Pernyataan cukup puas diberikan oleh
14 responden, dan lainnya sebanyak 4 responden memberikan pernyataan sangat puas,
dan tidak ada responden yang memberikan jawaban pada pernyataan sangat tidak puas.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir
29 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa puas dapat
memahami setiap informasi yang diberikan oleh atasan?.

84
Tabel 4.35
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 29
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)

Frequency
9
24
18
4

Percent
16.4
43.6
32.7
7.3

Valid Percent
16.4
43.6
32.7
7.3

55

100.0

100.0

Total

N=55

Hasil tabulasi menunjukan frekuensi tertinggi dari jawaban responden adalah


pernyataan cukup puas, yang diberikan oleh 24 responden. Sedangkan 18 responden
memberikan jawaban pada pernyataan puas. Pernyataan sangat puas dipilih oleh 4
responden, 9 responden menberikan pernyataan tidak puas, dan tidak ada responden
yang memberikan jawaban pada pernyataan sangat tidak puas.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir
30 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan puas terhadap setiap
informasi yang disampaikan oleh atasan?.
Tabel 4.36
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 30
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)
Total

N=55

Frequency
15
19
16
5

Percent
27.3
34.5
29.1
9.1

Valid Percent
27.3
34.5
29.1
9.1

55

100.0

100.0

85

Hasil tabulasi jawaban responden menunjukan bahwa frekuensi tertinggi dari


jawaban responden adalah pernyataan cukup puas. Sedangakan jawaban dengan
pernyataan puas diberikan oleh 16 responden. Pernyataan tidak puas diberikan oleh 15
responden dan hanya 5 responden yang memberikan jawaban pada pernyataan sangat
puas. Tidak ada responden yang memberikan pernyataan sangat tidak puas.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan dari pertanyaan pada butir 31 dalam
instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan puas terhadap sistem penilaian
yang digunakan untuk menilai karyawan?.
Tabel 4. 37
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 31
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)
Total

Frequency
8
15
21
11

Percent
14.5
27.3
38.2
20.0

Valid Percent
14.5
27.3
38.2
20.0

55

100.0

100.0

N=55

Hasil tabulasi frekuensi pernyataan responden menunjukan bahwa frekuensi


tertinggi jawaban responden adalah pernyataan puas, yang diberikan oleh 21 responden.
Sedangkan 15 responden memberikan jawaban dari pernyataan cukup puas. Pernyataan

86
sangat puas diberikan oleh 11 responden, dan 8 responden memberikan jawaban pada
pernyataan tidak puas, dan tidak ada responden yang memberikan pernyataan sangat
tidak puas.
Berikut adalah hasil tabulasi pernyataan responden dari pertanyaan pada butir
32 dalam instrumen kuesioner penelitian, yaitu apakah karyawan merasa puas atas
penilaian atasan mengenai kinerja karyawan?.
Tabel 4.38
Tabulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan butir 32
Valid

2(tidak puas)
3(cukup puas)
4(puas)
5(sangat puas)

Frequency
11
22
12
10

Percent
20.0
40.0
21.8
18.2

Valid Percent
20.0
40.0
21.8
18.2

55

100.0

100.0

Total

N=55

Hasil tabulasi frekuensi pernyataan responden menunjukan bahwa pernyataan


dengan frekuensi tertinggi yang diberikan oleh responden adalah pernyataan cukup
puas, yang dipilih sebanyak 22 responden. Sedangkan pernyataan puas diberikan oleh
12 responden. Pernyataan tidak puas diberikan oleh 11 responden dan 10 responden
memberikan jawaban pada pernyataan sangat puas, dan tidak ada responden yang
memberikan pernyataan sangat tidak puas.

4.4

Hasil Analisa Korelasi dan Uji Signifikansi


Teknik statistik yang akan digunakan dalam analisa korelasi pada penelitian ini

menggunakan korelasi Pearson Product Moment, yaitu salah satu teknik yang

87
dikembangkan oleh Karl Pearson untuk menghitung koefisien korelasi. Kegunaan uji
Pearson Product Moment atau analisis korelasi adalah untuk mencari hubungan variabel
bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dan data berbentuk interval dan ratio.88 Untuk
mendapatkan nilai koefisien korelasi pada penelitian ini akan menggunakan alat bantu
software SPSS 10.0 melalui sub menu correlate pada pilihan bivariate.
Sedangkan untuk melakukan uji signifikansi dilakukan dengan menggunakan
nilai probabilitas yang didapat dengan menggunakan alat bantu software SPSS 10.0
yaitu dengan cara yang sama seperti mencari nilai r pada korelasi Pearson. Berikut
adalah tabel hasil uji korelasi dan uji signifikansi.
Tabel 4.39
Tabel hasil korelasi Pearson
Correlations(a)
VAR_X
VAR_Y
Pearson Correlation
1.000
.628(**)
Sig. (2-tailed)
.
.000
VAR_Y Pearson Correlation
.628(**)
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
a Listwise N=55
VAR_X

Berdasarkan tabel didapat angka hasil korelasi adalah 0,628 atau r = 0,628.
Berdasarkan tabel interpretasi nilai r analisis korelasi, r 0,628 terletak antara 0,6010.800, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan kegiatan employee relation dalam
bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan menunjukan korelasi kuat.
Sedangkan tabel 4.39 juga menunjukan nilai probabilitas (Sig. (2-tailed)) adalah
0,000. Dengan demikian angka probabilitas yang didapat yaitu 0,000 adalah < 0,05
sehingga dapat diambil keputusan bahwa hipotesa null (H0), yaitu tidak terdapat
hubungan antara kegiatan employee relations dalam bentuk regular meeting dengan
kepuasan komunikasi karyawan PT Astra

International Tbk-Peugeot Sales Operation

Cilandak, ditolak. Berarti terdapat hubungan antara kegiatan employee relations dalam
88

Riduwan, loc.cit., hlm. 217

88
bentuk regular meeting dengan kepuasan komunikasi karyawan PT Astra International
Tbk-Peugeot Sales Operation Cilandak, dan signifikan pada taraf kepercayaan 95%
berdasarkan tanda ( ** ) yang terdapat di belakang angka koefisien korelasi.

4.5

Hasil Koefisien Determinan


Sedangkan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap

variabel Y akan dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan yaitu,


KP = r x 100%
Dengan demikian nilai koefisien determinan adalah:
KP

= (0,628 . 0,628) . 100%


= 39,43%
Maka diperoleh kesimpulan bahwa, variabel employee relations memberikan

pengaruh terhadap naik turunnya variabel kepuasan komunikasi sebesar 39,43%, dan
sisanya 60,57% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.6

Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

employee relations dalam bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan.
Penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu dengan menggunakan instrumen
kuesioner penelitian. Dari hasil pengolahan data didapat

tabulasi dari frekuensi

pernyataan responden terhadap butirbutir perntanyaan dalam variabel employee


relations dan variabel kepuasan komunikasi. Hasil tabulasi frekuensi tersebut
merupakan data yang akan digunakan dalam analisa ststistik uji validitas, uji reliabilitas,
dan analisa korelasi serta uji signifikansi. Hasil analisa statistik merupakan jawaban
dari tujuan penelitian.

89
Berdasarkan hasil survey dengan menggunakan instrumen kuesioner penelitian
mengenai employee relations dan kepuasan komunikasi, kemudian dilakukan analisa
korelasi menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Didapat nilai koefisien
korelasi sebesar 0.628, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang positif antara employee relations dan kepuasan komunikasi. Berdasarkan tabel
interpretasi nilai r, maka nilai koefisien korelasi 0.628 menunjukan korelasi kuat antara
employee relations dan kepuasan komunikasi.
Korelasi kuat antara employee relations dalam bentuk regular meeting dan
kepuasan komunikasi dapat disebabkan karena komunikasi dengan karyawan yang
berlangsung dalam regular meeting adalah salah satu kunci sukses dalam program
humas modern, dan juga komunikasi tatap muka seperti dalam regular meeting
merupakan cara efektif untuk menciptakan hubungan yang baik antara sesama karyawan
atau antara manajemen dan karyawan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Frazier
Moore Komunikasi dengan karyawan merupakan kunci utama suksesnya program
humas modern.89 Fungsi komunikasi internal adalah mengusahakan agar para
karyawan mengetahui apa yang sedang dipikirkan manajemen dan mengusahakan agar
manajemen mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh karyawan. Frank Jefkins
mengatakan Sejak dahulu telah diketahui secara luas bahwa salah satu cara yang sangat
ampuh untuk menciptakan hubungan yang lebih baik antara kedua belah pihak adalah
komunikasi tatap muka.90
Selain itu korelasi kuat antara employee relations dalam bentuk regular meeting
dan kepuasan komunikasi dapat disebabkan adanya tujuan serta pengaruh yang didapat
dari pelaksanaan aktivitas employee relations, yang salah satunya akan berdampak
terhadap kepuasan komunikasi karyawan. Berkaitan dengan hal tersebut IG Wasanto
89
90

H Frazier Moore, Humas, loc.cit., hlm.87


Frank Jefkins, Public Relations, loc.cit., hlm. 179

90
menyatakan bahwa tujuan dari employee relations adalah untuk mendapatkan saling
pengertian antar pegawai ataupun antara pimpinan dengan semua pegawai dalam sebuah
organisasi, menanamkan rasa damai kepada pegawai dan menciptakan kerjasama yang
serasi antara pegawai.91 Tujuan-tujuan tersebut memiliki hubungan dengan kepuasan
komunikasi yang dirasakan oleh karyawan, karena kepuasan dalam komunikasi berarti
seseorang merasa nyaman dengan pesan-pesan, media dan hubungan-hubungan dalam
organisasi.
Hasil statistik analisa korelasi tersebut memberikan peneguhan terhadap teori
atau pernyataan dari para ahli yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
kegiatan employee relations dalam bentuk pertemuan tatap muka sebagai salah satu cara
efektif untuk menciptakan hubungan yang lebih baik antara manajemen dengan
karyawan.
Penelitian ini juga menguji tingkat signifikansi dari nilai koefisien korelasi.
Berdasarkan hasil uji signifikansi dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (H0) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kegiatan employee relations dalam
bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi ditolak. Hasil penelitian juga
menunjukan hubungan employee relations dalam bentuk regular meeting dan kepuasan
komunikasi adalah signifikan pada taraf kepercayaan 95 %.
Untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan employee relations dalam bentuk
regular meeting terhadap kepuasan komunikasi didapat angka koefisien determinan
sebesar 39,43%. Dengan demikian sumbangan employee relations terhadap naik
turunnya kepuasan komunikasi adalah tidak terlalu besar, hanya 39,43% dan selebihnya
60,57% dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel-variabel lain yang dapat memberikan
pengaruh terhadap kepuasan komunikasi atau yang termasuk dalam 60,57% (selain dari
variabel employee relations) dapat diketahui berdasarkan penelitian-penelitian yang
91

Wasanto, loc.cit., hlm. 186

91
telah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitiannya, Tuty Herawati menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan metode dan media komunikasi
dalam downward communication terhadap kepuasan komunikasi karyawan PT Holcim
Tbk.92 Selain itu, Dian Anggraeni dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat
korelasi yang signifikan antara iklim komunikasi dan kepuasan komunikasi karyawan
RRI Jakarta.93 Selain dari variabel-variabel tersebut tentunya masih banyak variabel lain
yang dapat memberikan pengaruh terhadap variabel kepuasan komunikasi.
Berdasarkan hasil-hasil yang didapat pada analisa statistik melalui analisa
korelasi, uji signifikansi dan koefisien determinan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian ini sesuai dengan hipotesa teoritis yaitu terdapat hubungan antara kegiatan
employee relations dalam bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi. Dengan
demikian hasil penelitian mengenai hubungan kegiatan employee relations dalam
bentuk regular meeting terhadap kepuasan komunikasi karyawan PT Astra International
Tbk-Peugeot Sales Operation Cilandak, telah memberikan peneguhan dari teori ataupun
pernyataan-pernyataan mengenai hubungan antara aktivitas employee relations dalam
bentuk pertemuan tatap muka sebagai salah satu cara efektif untuk menciptakan
hubungan yang baik antara manajemen dan karyawan.

92

Tuty Herawati, Hubungan Metode dan Media Komunikasi Dalam Downward Communication
Terhadap Kepuasan Komunikasi Karyawan PT Holcim Tbk, UMB Press, Jakarta, 2006, hlm. 99
93
Dian Anggraeni, Hubungan Iklim Komunikasidan Kepuasan Komunikasi Pegawai RRI Jakarta, UMB
Press, Jakarta, 2005, hlm. 122

92

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dengan judul

Hubungan Kegiatan Employee Relations dan

Kepuasan Komunikasi Karyawan PT Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation


Cilandak-Jakarta Selatan (Periode Maret-April 2007) menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisa korelasi menggunakan metode korelasi Pearson Product
Moment dengan menggunakan alat bantu software SPSS 10.0 didapat nilai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,628. Sehingga berdasarkan tabel interpretasi nilai r, dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara employee relations dalam bentuk regular
meeting dan kepuasan komunikasi karyawan menunjukan korelasi kuat dan positif.
2. Berdasarkan kaidah pengujian signifikansi korelasi dengan menggunakan nilai
probabilitas, bahwa hipotesa alternatif (Ha) diterima bila nilai probabilitas < 0.05
dan dari hasil uji signifikansi menggunakan alat bantu software SPSS 10.0 nilai
probabilitas yang didapat yaitu 0,00. Sehingga didapat kesimpulan bahwa hipotesa
null (H0) yaitu tidak terdapat hubungan antara kegiatan employee relations dalam
bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi ditolak. Hasil uji signifikansi juga
menunjukan bahwa hubungan employee relations dalam bentuk regular meeting dan
kepuasan komunikasi adalah signifikan pada taraf kepercayaan 95%, atau employee
relations berpengaruh terhadap kepuasan komunikasi secara signifikan pada taraf
kepercayaan 95%.
3. Sedangkan pada hasil perhitungan koefisien determinan adalah sebesar 39,43%.
Artinya, besarnya sumbangan variabel employee relations (X) terhadap naik

93
turunnya variabel kepuasan komunikasi (Y) adalah sebesar 39,43%. Sedangkan
sisanya 60,57% disebabkan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti pada penelitian
ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sumbangan variabel X terhadap
naik turunnya variabel Y tidak terlalu besar, hanya 39,43% dan dapat diketahui
bahwa hasil koefisien determinan ini adalah jawaban dari mengapa nilai koefisien
korelasi antara variabel employee relations (X) dan variabel kepuasan komunikasi
(Y) didapat sebesar 0,628.
5.2

Saran
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara

employee relations dalam bentuk regular meting dan kepuasan komunikasi karyawan,
maka manajemen PT Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation harus lebih
meningkatkan kualitas regular meeting agar dapat lebih meningkatkan kepuasan
komunikasi karyawan. Hal tersebut akan berhubungan dengan iklim komunikasi yang di
dalamnya terdapat kepuasan komunikasi, dan akan memiliki pengaruh terhadap usaha
pencapaian tujuan perusahan. Hal tersebut dikarenakan iklim komunikasi yang di
dalamnya terdapat kepuasan komunikasi memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku
karyawan. Keputusan yang diambil oleh karyawan untuk melaksanakan pekerjaan
mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan perusahaan, untuk
bersikap jujur dalam berkerja, untuk meraih kesempatan dalam perusahaan, untuk
mendukung rekan sakerja lainnya untuk melaksanakan tugas secara kreatif, dan untuk
menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurnaan perusahaan dan operasinya.
Semua ini dipengaruhi oleh iklim komunikasi dan kepuasan komunikasi yang dirasakan
oleh karyawan.

94
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengaruh employee
relations dalam bentuk regular meeting terhadap naik turunnya kepuasan komunikasi
karyawan memberikan sumbangan yang tidak terlalu bebesar, yaitu hanya 39,43%.
Dengan demikian PT Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation juga harus dapat
menganalisa variabel independen lain yang sebesar 60,57 %, yang dapat memberikan
kontribusi terhadap kepuasan komunikasi karyawan.
Penelitian mengenai employee relations dan kepuasan komunikasi ini masih jauh
dari sempurna. Penulis berharap di waktu yang akan datang penelitian ini dapat
dikembangkan dengan melakukuan pengembangan pada instrumen variabel penelitian
atau dengan

meneliti pada variabel-variabel independen lainnya yang dapat

mempengaruhi variabel kepuasan komunikasi. Walau demikian, semoga penelitian ini


dapat memberi manfaat bagi perkembangan keilmuan, khususnya pada bidang studi
public relations. Penulis berharap penelitian ini juga dapat dijadikan masukan bagi PT
Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation dan organisasi lainnya dalam
menentukan bentuk kegiatan employee relations yang dapat dilakukan oleh organisasi
untuk menciptakan hubungan yang baik antara manajemen dan karyawan sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai melalui terciptanya kepuasan komunikasi karyawan.

95
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Dian. Hubungan Iklim Komunikasidan Kepuasan Komunikasi Pegawai RRI
Jakarta, Jakarta: UMB Press, 2005
Arsyad, Lincolin. dan Soeratno.
UPPAMPYKPN, 1995.

Metodologi

Penelitian.

Yogyakarta:

Bachtiar, Aly. Tehnik Humas, Jakarta: Penerbitan Universitas Terbuka, 1995


Bonar, S.K. Hubungan Masyarakat Modern, Jakarta: Rieka Cipta,1993
Cutlip, Scott M., Center, Allen H. dan Broom, Glen M. Effective Public Relation
Danapriatna, Nana dan Rony Setiawan, Pengantar Statistika, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2005
Davis, Keith dan Newstrom, John W., Perilaku Dalam Organisasi (7th Edition), Jakarta:
Erlangga, 1993
Guth, David W. and Marsh, Charles, Public relations 2nd Edition (a values driven
approach), Pearson Education, inc., USA, 2003
Hadi, Sutrisno. Statistik (jilid 2), Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004.
Hendrix, Jerry A., Public Relations Cases (5th edition, Wadsworth (a division of
Thomson Learning, Inc.), USA, 2001
Herawati, Tuty. Hubungan Metode dan Media Komunikasi Dalam Downward
Communication Terhadap Kepuasan Komunikasi Karyawan PT Holcim Tbk,
Jakarta: UMB Press, 2006
Jefkins, Frank. Public Relations (edisi ke4), Jakarta: Erlangga, 2005
___________, Public Relations Techniques. Great Britain: Butterworth-Heinemenn,
1994.
___________, Public Relations. Jakarta: Erlangga, 1995
Kasali, Rhenald. Manajemen PR, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1990
Kusumastuti, Frida. Dasar-Dasar Humas, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta, 1989
McNamara. Manajemen Strategis PR
Moekijat. Metode Riset dalam Pelatihan. Bandung: Mandar Maju, 1994.

96
Moore, H Frazier, Humas(membangun citra dengan komunikasi), Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2005
______________, Hubungan Masyarakat (prinsip, kasus dan masalah), Bandung:
Remadja Karya, 1988
______________, Humas. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2002
Pace, R. Wayne., dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001
Riduwan, Statistika Untuk Lembaga dan InstansiPemerintah/Swasta, Bandung:
Alfabeta,2004
Roger. Communication in Organization,New York, 1976
Roslan, Rosady. Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan
Pemulihan Citra. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999
_____________, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000
Santosa, Purbayu Budi dan Ashari, Analisis Statistik Dengan MS. EXCEL dan SPSS,
Yogyakarta: Andi, 2005
Sarwono, Jonathan., Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13, Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2006
Sendjaja, S. Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2002
Sugiono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfa Beta.
Triton PB, SPSS 13.0 Terapan (Riset Statistik Parameterik), Yogyakarta: Penerbit Andi,
2006
Umar, Husein. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002
Wasanto, IG. Psikologi, 1987

97

LAMPIRAN

98
KUESIONER
Nomor Responden
Mohon memberi tanda pada jawaban pilihan Anda.
Identitas Responden:
-

Usia

: Kurang dari 25 tahun

25-30 tahun
31-35 tahun
36-40 tahun
Lebih dari 40 tahun
-

Jenis Kelamin

: Pria

wanita

Status Perkawinan

: Menikah

Belum menikah

Tingkat Pendidikan

: SLTP

SLTA

D1-D3

S1

S2
-

Lama Bekerja

Departemen

: < 1 tahun

1-5 tahun

6-11 tahun

12-16 tahun

17-21 tahun

> 21 tahun

: Service/Workshop

Marketing/Sales
Administrasi

Responden dimohon agar tidak menganalisis setiap pertanyaan secara intensif, dan
respon/jawaban Anda harus mencerminkan penilaian Anda sendiri, bukan penilaian
orang lain. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Terima kasih.

99
Pertanyaan

Pernyataan

Keterangan Jawaban:
-Employee Relations
1.
2.
3.
4.
5.

Tidak pernah
Jarang (1-2 kali)
Cukup sering (3-4 kali)
Sering (5-6 kali)
Sangat sering (7-8 kali)

-Kepuasan Komunikasi
1. Sangat tidak Puas
2. Tidak puas
3. Cukup puas
4. Puas
5. Sangat Puas

Berikan tanda pada kolom jawaban yang dipilih.


No.
1.

2.

A. Employee Relations
Apakah karyawan dapat menyampaikan apa yang ada
dalam pikiran kepada atasan dengan terbuka?
Apakah atasan mendengarkan dengan sikap terbuka
terhadap saran-saran dan laporan masalah yang
disampaikan bawahan?

3.

Apakah suasana yang terbuka mewarnai hubungan


komunikasi dari bawahan ke atasan?

4.

Apakah setiap informasi yang diterima dari bawahan


dipandang cukup penting oleh atasan?

5.

Apakah karyawan dapat memberikan saran sebagai


masukan untuk pengambilan suatu keputusan oleh
atasan?

6.

Apakah atasan selalu memberikan peluang bagi bawahan


untuk menyampaikan saran-saran perbaikan?

7.

Apakah karyawan selalu mendapatkan kesempatan untuk


saling berkomunikasi dengan rekan sekerja?

8.

Apakah karyawan dan rekan sekerja dapat saling


berkonsultasi membahas masalah mengenai pekerjaan?

9.

Apakah suasana yang terbuka selalu mewarnai hubungan


komunikasi antar sesama karyawan?

100
10.

Apakah karyawan selalu memperoleh informasi dengan


mudah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
pekerjaan dari rekan sekerja?

11.

Apakah dalam berkomunikasi, karyawan selalu


merasakan adanya rasa saling pengertian antar sesama
rekan sekerja?

12.

Apakah atasan bersikap bijaksana dan tidak


mempermalukan bawahan di depan publik?

13.

Apakah atasan selalu memberikan pesan-pesan yang


dapat memotivasi bawahan?

14.

Apakah atasan terlihat memiliki kepercayaan dan


kejujuran dalam menyampaikan pesan-pesan?

15.

Apakah atasan selalu memberikan konsultasi dan


informasi mengenai kebijakan perusahaan yang
berkaitan dengan pekerjaan bawahannya?

16.

Apakah informasi yang disampaikan oleh atasan


mengenai kebijakan perusahaan, aktivitas dan
pengembangan disampaikan dengan jelas dan dapat
dimengerti?
B. Kepuasan Komunikasi
1

17.

Apakah karyawa puas terhadap pesan-pesan yang


disampaikan oleh atasan dapat membantu bawahan
dan membuat bawahan merasa telah menjadi bagian
penting bagi perusahaan?

18.

Apakah karyawan puas terhadap komunikasi antara


karyawan dengan atasan atau dengan rekan sekerja
memiliki pengaruh terhadap komitmen karyawan
terhadap tujuan berkinerja tinggi (produktivitas tinggi,
kualitas tinggi, biaya rendah)?

19.

Apakah karyawan puas terhadap kesediaan atasan


mendengarkan secara berkesinambungan dan
berwawasan luas mengenai semua saran atau laporan
masalah yang disampaikan oleh bawahan?

101
20.

Apakah karyawan puas terhadap kesediaan atasan untuk


menawarkan bimbingan kepada bawahan untuk
memecahkan persoalan yang berkaitan dengan
pekerjaan?

21.

Apakah karyawan merasa puas dalam menerima


informasi berkaitan dengan pekerjaan?

22.

Apakah karyawan merasa puas dalam menerima


informasi yang berkaitan dengan peraturan atau
kebijakan perusahaan?

23.

Apakah karyawan merasa puas terhadap kecukupan


komunikasi yang diterima dalam lingkungan
komunikasinya?

24.

Apakah karyawan puas terhadap informasi yang


disampaikan melalui media penyampaian pesan, dapat
dimengerti dengan jelas?

25.

Apakah karyawan puas dapat berkomunikasi dengan


rekan sekerja mengenai desas desus yang muncul dalam
lingkungan kerja?

26.

Apakah karyawan puas terhadap komunikasi antara


karyawan dengan rekan sekerja selalu mengalir bebas
dan terbuka?

27.

Apakah karyawan puas terhadap kemudahan untuk


mendapatkan informasi mengenai perusahaan?

28.

Apakah karyawan puas terhadap informasi mengenai


perusahaan disampaikan dengan cepat dan jelas?

29.

Apakah karyawan puas terhadap setiap informasi yang


diberikan oleh atasan?

30.

Apakah karyawan selalu puas terhadap setiap informasi


yang di sampaikan oleh atasan?

31.

Apakah karyawan puas terhadap sistem penilaian yang


digunakan untuk menilai karyawan?

102
32.

Apakah karyawan puas atas penilaian atasan mengenai


kinerja karyawan?

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda Dalam Mengisi Kuesioner ini,

TERIMA KASIH.

103
LEMBAR CODING JAWABAN RESPONDEN PERTANYAAN BUTIR 1 SAMPAI
BUTIR 16 DALAM INSTRUMEN KUESIONER PENELITIAN
Q1

Q2

Q3

Q4

Q5

Q6

Q7

Q8

Q9

Q10

Q11

Q12

Q13

Q14

Q15

Q16

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

104
51

52

53

54

55

N = 55

105
LEMBAR CODING JAWABAN RESPONDEN PERTANYAAN BUTIR 17 SAMPAI
BUTIR 32 DALAM INSTRUMEN KUESIONER PENELITIAN
Q17

Q18

Q19

Q20

Q21

Q22

Q23

Q24

Q25

Q26

Q27

Q28

Q29

Q30

Q31

Q32

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

106
42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

N = 55

107
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y

A N A L Y S I S

S C A L E

(A L P H A)

Item-total Statistics

Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Q17
Q18
Q19
Q20
Q21
Q22
Q23
Q24
Q25
Q26
Q27
Q28
Q29
Q30
Q31
Q32

Scale
Mean
if Item
Deleted

Scale
Variance
if Item
Deleted

106.1091
104.8364
105.9091
105.9273
105.4182
105.9818
104.8545
104.6545
104.9818
105.1091
105.3455
105.5818
105.3455
105.5636
105.4545
105.4909
105.6000
105.5091
105.6727
105.6909
105.5818
105.5636
105.5273
105.1455
105.3455
105.1455
105.6727
105.5818
105.5455
105.6545
105.2182
105.4727

172.9138
168.7690
172.9360
172.4391
171.8034
177.3145
174.0525
173.6377
174.0182
170.0990
167.8599
168.7663
169.6007
175.0653
168.3266
173.3657
174.1704
172.5879
174.7428
173.4768
175.3960
174.3616
171.3279
170.9785
175.3044
170.5340
167.5576
169.9515
170.8081
169.8970
169.0256
173.6983

Corrected
ItemTotal
Correlation
.4498
.5516
.4047
.4486
.4660
.2766
.4269
.3970
.3591
.5102
.5589
.4463
.5235
.2874
.5191
.3856
.4759
.4507
.3474
.3457
.3118
.3712
.5330
.4217
.3117
.4849
.5445
.4765
.5114
.4794
.5046
.2995

Reliability Coefficients
N of Cases =
Alpha =

.8948

55.0

N of Items = 32

Alpha
if Item
Deleted
.8916
.8895
.8923
.8916
.8912
.8942
.8920
.8924
.8931
.8904
.8893
.8918
.8901
.8945
.8901
.8926
.8915
.8915
.8933
.8935
.8939
.8929
.8902
.8921
.8939
.8908
.8895
.8910
.8904
.8909
.8904
.8947

108

Correlations(a)

VAR_X
VAR_Y

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)

VAR_X

VAR_Y

1.000

.628(**)

.000

.628(**)

1.000

.000

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


a Listwise N=55

109

Muhamad Jati Munggaran


jati.munggaran@gmail.com
021 9957 5284
Permanent Address
Place & Date of Birth
Marital Status
Nationality

: Jalan Jaya XXV RT 006/010 No.120


Cengkareng Jakarta Barat 11730
: Jakarta, November 14th 1983
: Single
: Indonesia

Objective:
To obtain an entry level position public relations officer with a profit organization.

Education:
Bachelor's degree of social science, Public Relations, September 2003 - September
2007.
Mercu Buana University, Jakarta.
Cumulative GPA 3.42 (4.00 Scale)

Work Experience:
Astra Junior Technician, PT Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation,
Jakarta.
March 1st, 2002 Present.
Developed knowledge of products ( PSA Automotive Product ) in order to
assist customers.
Enhance automotive technique skills.
Enhance knowledge of the latest automotive technology and gain experience
working in a professional office environment.
Work as part of a team, to provide better services.

Additional Experience:
Apprentice, PT Buana Indomobil Trada, Jakarta.

September 1999.
Gain experience working in a professional office environment.
Enhance automotive technique skills.

Additional:
Computer Skills: Microsoft Word, PowerPoint, Exel, Publisher, and Open
Office.
Basic knowledge of Macromedia Dreamweaver,
Flash,and Fireworks.
Language Skills: ntermediate conversational knowledge of English.

Anda mungkin juga menyukai