Anda di halaman 1dari 9

Laporan Kasus

Skizofrenia Paranoid

Disusun oleh:
Meytrisna Ajeng Zwastica
112011101014
Dokter Pembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ
dr. Alif Mardijana, Sp.KJ
Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa FK UNEJ - RSD dr. Soebandi Jember

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

STATUS PASIEN
I.

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. IH

Umur

: 27 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Jalan Letjen Suprapto Gang XIV No.166, Sumbersari

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Guru SMP Swasta

Tanggal Pemeriksaan

: 23 Januari 2015 dan 4 Maret 2015

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan saat pasien rawat inap di Ruang Tulip Rsd. Dr. Soebandi,
Jember. Pasien masuk IGD pada hari Sabtu tanggal 21 Februari 2015 dan keluar
rumah sakit tanggal 23 Februari 2015. Follow up dilakukan dengan kunjungan rumah
pada tanggal 4 Maret 2015.
KELUHAN UTAMA : Pasien mendengar bisikan sehingga ketakutan.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
(Autoanamnesis) :
Saat masuk IGD, pasien merasa lemas. Pasien sudah tidak dapat tidur sejak
sehari sebelumnya. Pasien merasa mendengar bisikan yang membuat pasien takut.
Bisikan pertama kali didengar pasien saat bulan Oktober 2014. Menurut pasien,
bisikan tersebut berasal dari dada sebelah kiri. Bisikan tersebut menyerupai suara
pasien dan seringkali muncul saat pasien hendak melakukan sesuatu. Terkadang,
pasien juga mendengar bisikan saat tidak melakukan aktivitas atau saat tidak ada

yang mengajak pasien berbincang-bincang. Oleh karena itu, pasien sangat nyaman
bila bepergian bersama istrinya karena mempunyai teman bicara. Bisikan tersebut
berisi ancaman, terutama ancaman tentang kematian. Sebagai contoh, ketika pasien
hendak melewati suatu jalan tertentu, maka bisikan tersebut akan muncul dan
menyuruh pasien mengambil jalan lain karena pasien akan celaka bila melewati jalan
tersebut. Pasien akan memegangi dadanya dan tersentak kaget bila bisikan itu datang.
Bisikan tersebut juga akan memengaruhi gerak anggota tubuh pasien yang lain.
Sebagai contoh, ketika pasien naik motor, bisikan tersebut datang dan tangan pasien
bergerak sendiri diluar kendali pasien.
Perasaan lain yang dirasakan oleh pasien adalah rasa curiga dan was-was. Pasien
merasa khawatir bila ada orang lain, terutama orang asing, yang mendatangi pasien.
Pasien takut dicelakai oleh orang yang dicurigainya tersebut. Selain itu, pasien takut
bila ada orang lain yang menatap mata pasien. Perasaan ini muncul bersamaan
dengan adanya bisikan. Pasien merasa sangat sulit menghilangkan perasaan ini.
Pasien belum aktif mengajar sejak keluar rumah sakit satu minggu yang lalu.
Nafsu makan pasien sangat baik. Pasien dapat makan 4-5 kali dalam sehari. Tidur
pasien juga tidak mengalami gangguan. Pasien tidur pukul sekitar pukul 20.00 WIB
dan bangun ketika waktu shubuh.
Pasien merasa kondisinya jauh lebih baik sejak keluar rumah sakit satu minggu
yang lalu. Pasien memang masih mendengar bisikan, namun intensitas dan
frekuensinya sudah mulai berkurang. Pasien juga sudah tidak sering melamun serta
sudah mulai terbuka kembali dengan istri pasien.
(Heteroanamnesis) : Pasien tidak pernah kontrol obat habis sejak satu bulan yang
lalu karena pasien merasa sudah sembuh. Pasien merupakan pasien poli jiwa yang
didiagnosa mengalami skizofrenia paranoid. Pasien sering bercerita bahwa pasien
mendengar bisikan dan hal tersebut membuat pasien takut. Pasien pernah dirawat
dengan keluhan yang sama pada bulan November 2014. Pada hari kedua MRS, ibu
pasien mengatakan bahwa pasien masih mengeluh mendengar bisikan dari dada
bagian kiri dan merasa seperti ditusuk-tusuk. Pasien masih merasa berat dipunggung.

Menurut ibu pasien, lengan kiri pasien masih sering bergerak sendiri. Kondisi pasien
semakin tenang saat dibacakan doa-doa. Pada hari ketiga MRS, kondisi pasien jauh
lebih tenang.
Menurut istri pasien, pasien sebelumnya mengikuti jamaah tabligh di dekat
rumah orangtua pasien sejak Agustus 2014. Pasien mengikuti kegiatan jamaah
tersebut selama tiga hari. Semenjak pulang dari acara tersebut, sikap pasien menjadi
aneh. Pasien yang semula sangat terbuka, tiba-tiba menjadi pribadi yang pendiam.
Pasien juga seringkali mudah tersinggung oleh hal-hal kecil. Pasien bahkan pernah
meminta istrinya untuk melepas semua lukisan yang ada dirumah karena menurut
pasien itu adalah propaganda. Istri pasien merasa bahwa suaminya saat itu telah
berubah. Pasien sering menjerit-jerit dan marah-marah. Oleh karena itu, pasien
dibawa ke RS pada awal November 2014.
Istri pasien mengatakan kondisi pasien sejak kecil memang mengalami tekanan
berat. Ayah pasien jarang berada di rumah, sehingga pasien kurang mendapat
perhatian. Orangtua pasien juga dikenal keras terhadap pasien, terutama ayah pasien.
Karena pasien anak tunggal, maka pasien dituntut hidup sesuai dengan keinginan
orangtua pasien. Saat ini pasien tinggal bersama dengan istri, anak, dan keluarga dari
istri pasien. Sebelumnya, pasien tinggal dengan orangtua pasien. Saat tinggal bersama
dengan orangtuanya, pasien tidak diberi kebebasan dalam kehidupannya. Bahkan,
orangtua pasien sering turun tangan dalam urusan rumah tangga pasien. Orangtua
pasien, terutama ayah pasien juga lebih mementingkan saudara daripada keluarganya
sendiri. Selain tekanan dari keluarga, pasien juga mendapat tekanan dari lingkungan
kerja. Pasien seringkali diancam tidak akan digaji oleh atasan pasien apabila tugas
yang dibebankan kepada pasien tidak diselesaikan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien pernah MRS pada bulan November 2014 dengan diagnosa skizofrenia
paranoid (F20.0)

RIWAYAT PEMBERIAN OBAT


Tidak diketahui
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga yang mengalami gejala serupa dengan pasien.
RIWAYAT SOSIAL

Status

: Menikah

Pendidikan

: Sarjana

Faktor Premorbid

: Terbuka, aktif organisasi

Faktor Pencetus

: Faktor psikososial

Faktor Organik : -

Faktor Psikososial

: Hubungan pasien dengan keluarga kurang baik

III. PEMERIKSAAN
1. Status interna singkat (23 Februari 2015)
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran
: Compos mentis
Tensi
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan : 21 x/ menit
Suhu
: 36,5C
2. Status Psikiatri (4 Maret 2015)
Kesan umum

: Penampilan sesuai usia, pakaian sesuai jender, bersih,

tidak ada cacat tubuh, tampak sehat, endomorfik, jalan sedikit membungkuk

Kontak

: Mata (+) jarang, verbal (+), relevan, lancar

Kesadaran

: Berubah

Afek Emosi

: Cemas

Proses Berpikir

: Bentuk : nonrealistik
Arus

: koheren

Isi

: waham (+) curiga, pikiran pengaruh

Persepsi

: Halusinasi (+) auditorik

Kemauan

: menurun

Intelegensi

: dalam batas normal

Psikomotor

: menurun, hipoaktif

Insight

: 4 (menyadari keadaan sakitnya disebabkan karena

sesuatu yang tidak diketahui dalam diri pasien)


IV. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Axis I

: F 20.0 Skizofrenia Paranoid

Axis II

:-

Axis III

:-

Axis IV

: Masalah dengan primary support group

Axis V

: Global Assessment of Functioning (GAF) scale 40-31 (beberapa

disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam
beberapa fungsi)
V. DIAGNOSA BANDING
Gangguan mental organik (delirium, psikotik epilepsi), penyalahgunaan NAPZA,
gangguan waham menetap, skizoafektif, gangguan bipolar, gangguan autisme, dan
gangguan kepribadian meliputi skizoid, paranoid, atau skizotipal.
VI. TERAPI
a. Farmakoterapi
- Injeksi Lodomer 2x1 i.v.
- Resperidon tab 2 mg 2x1

- Trihexyphenidil tab 2 mg 2x1


b. Edukasi
Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai gangguan

yang dialami.

Menjelaskan mengenai pentingnya mengkonsumsi obat secara

teratur, dimana obat dapat berperan untuk mengurangi gejala, mencegah


kekambuhan serta memberatnya gejala yang dialami pasien, agar ia
dapat kembali beraktivitas.
Menjelaskan mengenai efek samping obat yang mungkin

terjadi.

Meminta

supaya

keluarga

pasien

senantiasa

memberi

dukungan moral kepada pasien dan membimbing pasien dalam melakukan


aktivitas sehar-hari.
c. Psikoterapi
Psikoterapi yang dianjurkan bagi pasien adalah terapi kerja atau kelompok.
Tujuan dari terapi kelompok adalah supaya pasien tidak mengasingkan diri dan
mampu bergaul dengan orang lain. Apabila pasien menarik diri dari lingkungan
sekitarnya, maka akan terbentuk kebiasaan buruk bagi pasien. Selain itu, lingkungan
pasien diatur sedemikian rupa sehingga pasien tidak mengalami banyak stres. Apabila
memungkinkan, pasien dikembalikan pada pekerjaannya sebelum sakit dengan tetap
mempertimbangkan kemampuan serta tanggung jawab pasien. Terapi keluarga juga
diperlukan bagi pasien. Lingkungan keluarga yang tidak stabil dan penuh emosi akan
membawa risiko tinggi untuk kambuh bagi pasien.
VII. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang memengaruhi prognosis antara lain :

1. Awitan gejala psikotik


Prognosis baik apabila awitan gejala psikotik muncul secara mendadak. Pada
pasien ini, awitan muncul secara akut.
2. Usia saat terjadinya awitan
Usia diatas 30 tahun cenderung memiliki prognosis baik. Semakin muda usia
pasien mengalami awitan gejala psikotik, maka prognosisnya akan semakin
buruk. Usia pasien ini saat terjadinya awitan adalah 27 tahun.
3. Jenis skizofrenia
Skizofrenia katatonik memiliki prognosis lebih baik daripada skizofrenia
paranoid dan hebefrenik. Pasien ini adalah pasien dengan skizofrenia
paranoid.
4. Premobid
Faktor premorbid yang memberikan prognosis kurang baik adalah jenis
skizoid. Kepribadian pasien ini lebih mengacu pada tipe skizoid.
5. Pengobatan
Semakin cepat mendapat pengobatan, maka prognosisnya akan semakin baik.
Gejala psikotik muncul pada pasien ini pertama kali bulan November 2014
dan segera mendapat pengobatan.
6. Faktor pencetus
Adanya faktor pencetus akan memberi prognosis yang lebih baik
dibandingkan dengan tidak adanya faktor pencetus. Faktor pencetus yang
dimaksud adalah adanya kelainan organik atau stres psikologis.
7. Keturunan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam
(baik).

Anda mungkin juga menyukai