Anda di halaman 1dari 4

Hidayati | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika


Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
pada Siswa Kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sekayu
Hidayati
Guru SMP Negeri 2 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 8 Mei 2015

Disetujui: 17 Mei 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas
VIII3 SMP Negeri 2 Sekayu melalui pendekatan pembelajaran konstekstual. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas VIII3 yang terdiri dari 13 Orang siswa laki-laki dan 25 Orang siswa perempuan
dengan jumlah keseluruhan sebanyak 38 siswa. Metode penelitian ini menggunakan analisis data
kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil tes pra tindakan dengan hasil ulangan harian pada
siklus pertama dan siklus kedua. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk
mengamati aktivitas peserta didik selama pembelajaran. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
jumlah siswa yang meraih ketuntasan belajar pada tes pratindakan sebanyak 16 orang (42,11
persen), pada siklus pertama sebanyak 30 orang (78,95 prsen), dan pada siklus kedua sebanyak 35
orang (92,11 persen).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran
kontekstual efektif dalam meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa Kelas VIII-3 SMP Negeri
2 Sekayu.
Kata Kunci: hasil belajar matematika, pembelajaran kontekstual
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Kurikulum pembelajaran Matematika
menyebutkan bahwa proses pembelajaran
Matematika pada siswa harus berorientasi
pada kehidupan nyata yang relevan dengan
konsep atau kajian dalam proses pembelajaran
Matematika, sehingga proses pembelajaran
Matematika diharapkan dapat berjalan secara
aktual dan menyenangkan. Dalam prakteknya,
proses pembelajaran Matematika di sekolah
masih belum mengacu pada kehendak
kurikulum tersebut. SMP Negeri 2 Sekayu
adalah salah satu sekolah yang masih perlu
meningkatkan
proses
pembelajaran
Matematika secara lebih nyata, relevan, dan
menyenangkan.
Salah satu indikatornya adalah masih
rendahnya
kemampuan
siswa
dalam
menyelesaikan soal-soal tertentu dan tingkat
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
yang masih rendah. Dampaknya adalah hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika
masih terbilang rendah.
Rendahnya hasil
belajar anak didik yang dilihat dari hasil
analisis ulangan harian yang telah dilaksanakan
secara klasikal, dengan nilaii rata-rata dibawah
60, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal

98 | ISSN : 2459-9743

(KKM) untuk mata pelajaran Matematika hanya


mencapai 65.
Bertitik tolak dari permasalahan diatas
maka peneliti mencoba melakukan penelitian
tindakan
kelas
dengan
judul
Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII3 Melalui pendekatan pembelajaran
kontekstual. Dalam penelitian ini direncanakan
siswa akan diajak untuk mengamati secara
langsung kondisi di lingkungan sekitarnya.
Misalnya, siswa diminta untuk membawa
berbagai contoh kotak kecil seperti kotak bekas
makanan untuk dijadikan sebagai alat bantu
dalam memahami materi kubus dan balok
dalam pembelajaran Matematika.
2.

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan
penelitian
ini
adalah
meningkatkan hasil belajar Matematika pada
siswa kelas VIII-3 di SMP Negeri 2 Sekayu
melalui pendekatan kontekstual.
Adapun
manfaatnya adalah agar penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan bagi guru dan sekolah
dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran
Matematika di kelas.
B.
1.

Kajian Teori
Hasil Belajar

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 98 -101
Kata hasil belajar dapat di identifikasikan
dengan kata prestasi belajar, yakni hasil yang
diperoleh setelah belajar. Sebagai gambaran,
berikut ini adalah pendapat tentang prestasi
belajar.
Sunaryo (2001:63) berpendapat
bahwa prestasi belajar adalah kemampuan
seseorang dalam menguasai sejumlah program,
setelah program itu selesai. Hasil prestasi ini
dilambangkan dalam bentuk angka (nilai)
sehingga mencerminkan keberhasilan belajar
atau prestasi siswa dalam periode tertentu
(Suherna, 2002:18).
2. Matematika
Matematika merupakan ratu dari ilmu
pengetahuan dimana materi matematika
diperlukan di semua jurusan yang di pelajari
oleh semua orang. Berhitung merupakan
aktifitas sehari-hari tiada aktifitas tanpa
menggunakan Matematika. Istilah Mathematics
(Inggris),
Mathematik
(Jerman),
Mathematique (Perancis), Matematico (Itali),
Matematiceski (Rusia),
atau Mathematick
(Belanda) berasal dari perkataan latin
Mathematica,
yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani yang berarti relating to
learning.
Matematika berfungsi mengembangkan
kemampuan
menghitung,
mengukur,
menurunkan dan menggunakan rumus
matematika yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari melalui pengukuran dan geometri,
aljabar, peluang dan statistik, kalkulus dan
trigonometri. Matematika juga berfungsi
mengembangkan
kemampuan
mengkomunikasikan gagasan melalui model
matematika yang dapat berupa kalimat
matematika dan persamaan matematika,
diagram, grafik atau tabel.
3. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan
pembelajaran
dengan
pendekatan kontekstual merupakan paham
pembelajaran yang memandang pentingnya
dorongan dan keterlibatan siswa untuk mampu
menghubungkan konsep yang dipelajari
dengan aplikasi dalam kehidupan nyata
keseharian yang dialami sendiri.
Dalam
pendekatan
kontekstual
pembelajaran
direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa
dapat memecahkan persoalan melalui kegiatan
yang merefleksikan kejadian sebenarnya dalam
kehidupan. Clifford dan Wildson (Depdiknas:
2005:20)
mendeskripsikan karakteristik
pemeblajaran kontekstual sebagai berikut:
a. Merencanakanpembelajaransesuaidengan
kewajaranperkembangan mental siswa
(developmentally appropriate)
b. membentuk group belajar yang saling
ketergantungan (interdependent learning
group)

c.

Menyediakan
lingkungan
yang
mendukung pembelajaran mandiri (self
regulated learning) yang mempunyai
karakteristik:
kesadaran
berfikir,
penggunaan strategi,
dan motivasi
berkelanjutan.
d. Mempertimbangkan keragaman siswa
(disversity of student)
e. Memperhatikan multi-intelegensi siswa
(multiple intelligences),
spasial-verbal,
linguistic-verbal, interpersonal, musikal
ritmik,
naturalis,
badan-kinestetika,
intrapersonal,
dan logismatematis.
(Gardner, 1993)
f.
Menggunakan teknik-teknik bertanya
yang meningkatkan pembelajaran siswa,
perkembangan pemecahan masalah dan
keterampilan berfikir tingkat tinggi.
g. Menerapkan penilaian autentik (authentic
assessment
1. Perbedaan Pembelajaran Kontektual
dan Konvensional
Pola pembelajaran kontekstual berbeda
dengan pembelajaran konvensional yang
selamaini dikenal.
Perbedaan tersebut
tergambar dalam tabel berikut. Perbandingan
pola
pembelajaran
kontekstual
dengan
pembelajaran konvensional

2.

Komponen Utama Pembelajaran


Kontekstual.
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh
komponen utama menurut Sumiati dkk,
(2007:14)
yaitu
konstruktivisme
(contructivism),
menemukan (inquiry),
bertanya (questioning),
masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection),
dan penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment). Sebuah
kelas dikatakan menggunakan pendekatan
kontekstual
jika
menerapkan
ketujuh
komponen tersebut dalam pembelajarannya.
Model pembelajaran kontekstual dapat
diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang
studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya. Adapun ketujuh asas serta
penjelasannya antara lain:
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengancara
bekerja sendiri,
menemukan sendiri,

ISSN : 2459-9743 | 99

Hidayati | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

mengkonstruksi
pengetahuan dan
keterampilan barunya
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar
dalam kelompok-kelompok)
5) Hadirkan
model
sebagai
contoh
pembelajaran
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara
8) KarakteristikPembelajaranKontekstual
Karakteristik pembelajaran kontekstual
antara lain: adanya kerjasama,
saling
menunjang,
menyenangkan,
tidak
membosankan,
belajar dengan bergairah,
pembelajaran terintegrasi,
menggunakan
bebagai sumber, siswa aktif, sharing dengan
teman, siswa kritis, guru kreatif, laporan
kepada orang tua berujud rapor, hasil karya
siswa, laporan praktikum, karangan siswa,
dan lain-lain.
3. Penilaian
dalam
Pembelajaran
Konstekstual.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan
penilaian authentik,
yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1) a). Penilaian dilaksanakan selama dan
sesudah proses pembelajaranberlangsung
2) b). Menggunakan penilaian formatif
maupun sumatif
3) c). Mengukur keterampilan dan
performansi, bukan mengingat fakta
4) d). Berkesinambungan
5) e). Terintegrasi
6) f). Digunakan sebagai umpan balik.
4. Hipotesis Tindakan
Dari uraian di atas dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut: pendekatan
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
hasil belajar siswa Kelas VIII-3 SMP Negeri 2
Sekayu dalam mata pelajaran Matematika.
C.

Hasil Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di
tempat peneliti mengajar yaitu di SMP Negeri 2
Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun
Pelajaran 2014/2015, dengan jumlah subjek
penelitian sebanyak 38 siswa. Pelaksanaan
penelitian mulai dari perencanaan sampai
refleksi dilaksanakan pada tanggal 2 Desember
2014 sampai dengan tanggal 25 Maret 2015.
Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan,
penulis melakukan perencanaan tindakan
seperti menyiapkan,
rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS),
soal tes, dan pedoman penskoran.

100 | ISSN : 2459-9743

1.

Pertemuan Pertama Siklus I


Pertemuan pertama di kelas eksperimen
dilakukan pada hari Jumat tanggal 20 Pebruari
2015 dengan alokasi waktu 2 x 40 Menit pada
materi unsur-unsur pada kubus dan balok
dengan indikator yang harus dicapai siswa
adalah
siswa
dapat
mengenal
dan
menyebutkan titik sudut, rusuk, bidang sisi,
diagonal ruang dan bidang diagonal. Dalam
pertemuan ini, siswa yang hadir ada 38 siswa.
Telah proses pembelajaran selesai, peneliti
memberikan umpan balik kepada siswa yang
kelompoknya mendapatkan nilai tertinggi, dan
mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan
menyampaikan
rencana
belajar
pada
pertemuan berikutnya.
2. Pertemuan Kedua Siklus I
Pertemuan
kedua
dengan
materi
menentukan diagonal bidang dan diagonal
ruang pada kubus dan balok. Pertemuan kedua
ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 3
Maret 2015. Dalam pertemuan kedua ini siswa
yang hadir sebanyak 38 siswa.
Sebelum
memulai pelajaran, peneliti menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pertemuan ini yaitu mengenal diagonal sisi,
diagonal ruang dan bidang diagonal, dan
bagaimana pentingnya mempelajari sifat-sifat
bangun ruang dalam mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pertemuan Ketiga Siklus I
Pertemuan
ke
tiga
dengan
materimenggambar kubus dan balok, materi
ini dilaksakan dengan waktu tiga jam pelajaran
dimana satu jam pertama digunakan untuk
pembahasan materi dan dua jam berikutnya
untuk
pelaksanaan
tes
akhir
siklus
satudilaksakan pada hari jumat tanggal 6 maret
2015. Posisi tempat duduk siswa dikondisikan
tidak berkelompok seperti biasanya, siswa
diarahkan untuk dapat menggambar kubus dan
balok dengan tepat serta benar, kemudian
peneliti berkeliling melihat hasil gambaran
siswa.
Setelah satu jam berjalan peneliti
meminta siswa menyimpan catatan, LKS, dan
alat-alat yang tidak diperlukan kecuali pena
atau pensil. Peneliti membagikan lembar soal
dan lembar kosong sebagai lembar jawaban.
Kemudian
peneliti
mengoreksi
dan
menganalisisnya.
4. Pertemuan Pertama Siklus 2
Pelaksanaan tindakan pada siklus kedua
ini dengan materi menghitung luas permukaan
kubus dan balok dengan waktu 4 Jam Pelajaran
(2 kali Pertemuan) dan 2 Jam pelajaran untuk
tes hasil belajar. Pertemuan pertama dengan
materi luas sisi kotak kado yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari, dilaksanakan
pada hari Selasa, tanggal 17 Maret 2015.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 98 -101
Sebelum memulai pelajaran,
peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada pada pertemuan ini yaitu
menemukan rumus luas permukaan balok yang
berkaitan dengan dunia nyata.
5. Pertemuan Kedua Siklus 2
Pertemuan
kedua
dengan
materi
menentukan dan menemukan volume kubus
dan balok dengan langkah-langkah seperti pada
pertemuan pertama,
dilakukan pada hari
Jumat, tanggal 20 Maret 2015. Sebelum
memulai pelajaran, peneliti menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah
menemukan rumus volume balok untuk
memahami cara menghitung kubus atau sebuah
luas aquarium dirumah.
Setelah selesai
menjelaskan, peneliti meminta siswa untuk
duduk pada kelompoknya masing-masing
untuk
mengerjakan
LKS
yang
telah
dipersiapkan, dan mendorong siswa untuk
saling berinteraksi dengan kelompoknya
masing-masing. Peneliti memberikan umpan
balik kepada siswa yang kelompoknya
mendapatkan nilai tertinggi, dan mengakhiri
kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan
rencana belajar pada pertemuan berikutnya.
6. Pertemuan Ketiga Siklus 2
Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada
hari selasa tanggal 24 maret 2015 dimana
pelaksanaan satu jam pertama peneliti gunakan
untuk membahas materi dengan langkahlangkah kegiatan yang sama seperti pertemuan
sebelumnya namun siswa tidak dikondisikan
duduk tidak berkelompok. Materi yang dibahas
yaitu perubahan volume kubus dan balok,
dimana siswa sudah memahami konsep volume
kubus dan balok sehingga materi ini sebagai
materi lanjutan tidak sukar bagi siswa untuk
memahaminya. Satu jam kemudian peneliti
meminta
siswa
untuk
bersiap-siap
melaksanakan tes akhir siklus kedua dengan
waktu dua jam pelajaran. Kemudian peneliti
membagikan soal ulangan akhir siklus,
kemudian
peneliti
mengoreksi
dan
menganalisisnya .

Berdasarkan
uraian
distribusi
perbandingan analisis hasil belajar siswa pada
tabel 8 dan tabel 9 diatas, dapat disimpulkan
bahwa terdapat peningkatan yang signifikan
antara hasil penelitian sebelum diberikan
tindakan, siswa memperoleh hasil ketuntasan
belajar sebanyak 16 siswa atau 42,11 persen
hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus

pertama diperoleh sebanyak 30 siswa atau


78,95 persen sedangkan hasil ketuntasan
belajar siswa pada siklus kedua diperoleh
sebanyak 35 siswa atau 92,11 persen.
Ketuntasan hasil belajar pada penelitian
ini telah memenuhi kreteria ketuntasan belajar
baik secara individu atau pun secara klasikal
yaitu; Secara individu siswa yang mendapat
nilai diatas KKM atau 65 adalah 92,11 persen.
Secara klasikal ketuntasan diatas KKM 85%
juga sudah terlaupaui yaitu 85,61 persen. Dari
data nilai hasil belajar siswa dapat juga
disajikan dengan bentuk grafik batang seperti
berikut ini.

D.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas ini
dapat disimpulkan
bahwa
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
hasil belajar Matematika siswa Kelas VIII-3
SMP Negeri 2 Sekayu. Hal ini dapat dilihat dari
prosentasi hasil ketuntasan mulai dari tes
pratindakan sebesar 42,11 persen, siklus
pertama adalah sebesar 78,95 persen, dan
siklus kedua sebesar 92,11 persen. Dengan
demikian terjadi peningkatan hasil belajar
siswa sebesar 13,16 persen dan secara klasikal
juga terjadi peningkatan yaitu sebesar 14,90
persen.
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi.
Jakarta: Balitbang Depdikbud.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Sudjana, N. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar.
Bandung: Sinar Baru
Algensido Offset.
Sumiati,
A.
2006. Metode Pembelajaran.
Bandung: CV. Wacana Prima
Wardani, IGK, dkk. 2003. Penelitian Tindakan
Kelas.
Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.

ISSN : 2459-9743 | 101

Anda mungkin juga menyukai