Oleh:
Restina Bemis, MSi
1.
Kristalisasi
Defenisi
Kristalisasi
Proses pembentukan bahan padat dari
pengendapan larutan, melt (campuran leleh),
atau lebih jarang pengendapan langsung dari
gas.
Teknik pemisahan kimia antara bahan padatcair, di mana terjadi perpindahan massa (mass
transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari
cairan larutan ke fase kristal padat
1.
Kristalisasi
Magma
Cairan yang
panas
1.
Kristalisasi
Proses
Kristalisasi
Proses
Pencairan
Ukuran
kristal
Sistem
Fase-fase
pembentukan
kristal
1.
Kristalisasi
Kristal
1.
Kristalisasi
Fase Cair ke
Padat
Fase gas ke
Padat
dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase
cair.
Bentuk kristal berukuran kecil.
kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi
gas-gas yang memadat karena perubahan
lingkungan.
gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas
vulkanis atau dari gunung api dan membeku
1.
Kristalisasi
Fase Padat
ke Padat
proses ini dapat terjadi pada agregat kristal
dibawah pengaruh tekanan dan temperatur
(deformasi).
Yang berubah adalah struktur kristalnya,
sedangkan susunan unsur kimia tetap
(rekristalisasi).
hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk
sebelumnya karena terkena tekanan dan
temperatur yang berubah secara signifikan.
komposisi dan unsur kimianya tidak berubah
karena tidak adanya faktor lain yang terlibat
kecuali tekanan dan temperatur.
2. Kristal
Pengertian Kristal
1.
2
3
4
Kristal ialah suatu zat padat yang mempunyai susunan atom atau
molekul yang teratur
Kristal adalah material padat dimana atom-atomnya tersusun
dalam susunan yang berulang dan periodik pada dimensi yang
besar yaitu atom-atom berada pada kondisi keteraturan jarak
panjang.
2. Kristal
Keteraturan
dari permukaan
kristal
Pola tiga
dimensi pada
kristal
bidang-bidang
datar
Bidang
muka
kristal
2. Kristal
Unit Cell (Sel
Satuan)
Unit Cell
lattice
Sehingga :
Struktur kristal = Kisi + Basis
Lattice
Basis /
motif
Kristal
Struktur
kristal 3D
Lattice
Basis /
motif
Kristal
2. Kristal
Lattice
Parameter
Faktor yang
mendefenisikan sel
satuan
Paramete
r kisi
a
Sumbu
kristal
Parameter ,
,
Sudut
kristal
2. Kristal
Sumbu
kristal
Sudut kristal
C+
b-
C-
b+
Sumbu
a
Sumbu
b
sumbu horizontal
pada bidang kertas
Sumbu
c
sumbu vertikal
pada bidang kertas
2. Kristal
sudut yang
dibentuk antara
sumbu b dan
sumbu c
sudut yang
dibentuk antara
sumbu a dan sumbu
c
sudut yang
dibentuk antara
sumbu a dan sumbu
b
3.Sistem
Kristal
Sistem kristal dibagi menjadi
7 didasarkan pada
3. Sistem
Kristal
Isometrik
Tetragonal
Sistem
Kristal
Hexagonal
Trigonal
Orthoromb
ik
Monoklin
Triklin
3. Sistem
Kristal
No
Sistem Kristal
Axial Ratio
Sudut Kristalografi
Isometrik
a=b=c
= = = 90
Tetragonal
a=bc
= = = 90
Hexagonal
a=b=dc
= = 90 ; = 120
Trigonal
a=b=dc
= = 90 ; = 120
Orthorhombik
abc
= = = 90
Monoklin
abc
= = 90
Triklin
abc
90
3. Sistem
Kristal
1.
Isometrik
C
+
a
+
30
o
b
+
1.
Isometrik
mineral
dengan sistem
kristal
isometrik
Almandine (Fe3Al2(SiO4)3),
Aluminium (Al), Bornite
(Cu5FeS4), Chromite (FeCr2O4),
Chromium (Cr), Cobalt (Co),
Copper (Cu), Galena (Pbs),
sodalite (Na4Al3(SiO4)3Cl),
Halite (NaCl), Iron-Nickel (FeNi), Leucite (KAlSi2O6),
Magnetite (Fe3O4), Manganese
(Mn), Platinum (Pt), Pyrite
(FeS2), Pyrope (Mg3Al2(SiO4)3),
Silicone (Si), native Silver
(Ag), Sodalite
(Na4Al3(SiO4)3Cl), Sphalerite
((Zn, Fe)S), Spinel (MgAl2O4,
Magnesium Aluminum Oxide),
1.
Isometrik
Intan (C)
Almandine
(Fe3Al2(SiO4)3)
Nikel (Ni)
Bornite
(Cu5FeS4)
Penentuan Indeks
2. Indeks
Miller
Ditemukan oleh William H. Miller (1801-1880)
Penyimbolan secara matematika untuk bidang muka
kristal.
Berdasarkan perpotongan antara bidang muka kristal
dengan sumbu kristal
Indeks Miller juga digunakan untuk menyatakan bidang
kristal (indeks bidang).
Aturan Indeks
Miller
Tentukan titik potong antara bidang yang
bersangkutan sumbu-sumbu (
,
,
a
1 a 2 a3
) dalam satuan konstanta kisi (a1, a2,
a3)
Tentukan kebalikan (resiprok) dsri
bilangan-bilangan tersebut, kemudian
tentukan tiga bilangan bulat (terkecil)
yang mempunyai perbandingan yang
sama (h k l )
2. Indeks
Miller
Bidang ABC memotong sumbusumbu :
a1 di 2 a1
a2 di 2 a2
a3 di 3 a3
Kebalikannya adalah 1/2,1/2, 1/3
Jika ketiga bilangan bulat yang
mempunyai perbandingan yang sama
seperti di atas adalah 3, 3, 2
Indeks bidang ABC tersebut adalah (3 3
2)
2. Indeks
Miller
Penulisan indeks tidak menggunakan tanda koma.
Contoh :
(3 3 2 )
(h k
l)
Jika salah satu dari h k l negatif, maka indeks bidang
tersebut ditulis h
( k l ), artinya h bertanda negatif.
Untuk sel kubus, jarak antar bidang hkl dapat ditulis
sebagai berikut ;