Anda di halaman 1dari 33

KRISTAL DAN INDEKS MILLER

Oleh:
Restina Bemis, MSi

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PRODI KIMIA
UNIVERSITAS JAMBI
2014

1.
Kristalisasi
Defenisi
Kristalisasi
Proses pembentukan bahan padat dari
pengendapan larutan, melt (campuran leleh),
atau lebih jarang pengendapan langsung dari
gas.
Teknik pemisahan kimia antara bahan padatcair, di mana terjadi perpindahan massa (mass
transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari
cairan larutan ke fase kristal padat

1.
Kristalisasi
Magma

Cairan yang
panas

Ion-ion yang menyusun magma


akan bergerak bebas tak beraturan
Pendinginan
pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini
akan menurun, dan ion-ion akan mulai
mengatur dirinya menyusun bentuk yang

1.
Kristalisasi
Proses
Kristalisasi

Proses
Pencairan

ion-ion akan saling mengikat satu


dengan yang lainnya dan
melepaskan kebebasan untuk
bergerak.
Ion-ion tersebut akan membentuk
ikatan kimia dan membentuk kristal
yang teratur
Dipengaruhi oleh
kecepatan pendinginan
magma

Ukuran
kristal

Sistem

Fase-fase
pembentukan
kristal

1.
Kristalisasi
Kristal

Fase cair ke padat


(membeku)
Fase gas ke padat
(menyublim)
Fase padat ke
padat

1.
Kristalisasi
Fase Cair ke
Padat

Pada fase ini cairan atau lelehan dasar


pembentuk kristal akan membeku atau memadat
dan membentuk kristal.
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan

Fase gas ke
Padat
dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase
cair.
Bentuk kristal berukuran kecil.
kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi
gas-gas yang memadat karena perubahan
lingkungan.
gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas
vulkanis atau dari gunung api dan membeku

1.
Kristalisasi
Fase Padat
ke Padat
proses ini dapat terjadi pada agregat kristal
dibawah pengaruh tekanan dan temperatur
(deformasi).
Yang berubah adalah struktur kristalnya,
sedangkan susunan unsur kimia tetap
(rekristalisasi).
hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk
sebelumnya karena terkena tekanan dan
temperatur yang berubah secara signifikan.
komposisi dan unsur kimianya tidak berubah
karena tidak adanya faktor lain yang terlibat
kecuali tekanan dan temperatur.

2. Kristal
Pengertian Kristal

1.
2
3
4

Kristal adalah suatu padatan yang mempunyai pola defraksi


tertentu.

Kristal ialah suatu padatan dengan susunan atom yang berulang


secara tiga dimensi yang dapat mendefraksi sinar X.

Kristal ialah suatu zat padat yang mempunyai susunan atom atau
molekul yang teratur
Kristal adalah material padat dimana atom-atomnya tersusun
dalam susunan yang berulang dan periodik pada dimensi yang
besar yaitu atom-atom berada pada kondisi keteraturan jarak
panjang.

2. Kristal
Keteraturan
dari permukaan
kristal

Pola tiga
dimensi pada
kristal

Unit cell (sel


satuan)

bidang-bidang
datar

Bidang
muka
kristal

rata mengikuti polapola tertentu


struktur kristal yang
berupa susunan geometri
sejumlah atom yang
membentuk Unit Cell (sel
satuan)
Akan berulang secara
terus-menerus dan reguler
sehingga membentuk
suatu kristal.

2. Kristal
Unit Cell (Sel
Satuan)
Unit Cell

lattice

bagian terkecil dari unit


struktur (building block) yang
dapat menjelaskan struktur
kristal
menyusun kisi ruang (space
lattice/ bravais lattice) yang
berupa garis-garis imaginer
sehingga membentuk
kerangka tiga dimensi
Pengulangan dari unit cells
akan mewakili struktur secara
keseluruhan
kisi

KISI DAN BASIS KRISTAL


Kisi adalah sebuah susunan titi-titik yang
teratur dan periodik di dalam ruang.
Sebuah kristal ideal disusun oleh satuansatuan kristal yang identik secara berulangulang yang tak hingga dalam ruang.
Basis didefinisikan sebagai sekumpulan
atom, dengan jumlah atom dalam sebuah
basis dapat berisi satu atom atau lebih.

Sehingga :
Struktur kristal = Kisi + Basis

Lattice

Basis /
motif

Kristal

Struktur
kristal 3D
Lattice

Basis /
motif

Kristal

2. Kristal

Lattice
Parameter
Faktor yang
mendefenisikan sel
satuan

Paramete
r kisi
a

faktor yang mendefinisikan sel


satuan (jarak antar titik dan
sudut antar sumbu)
Tetapan
kisi/parameter
kisi
Parameter a,
b, c

Sumbu
kristal

Parameter ,
,

Sudut
kristal

2. Kristal
Sumbu
kristal

Garis lurus yang dibuat melalui pusat


kristal

Sudut kristal

sudut yang dibentuk oleh


perpotongan sumbu-sumbu kristal
pada pusat kristal

C+
b-

C-

b+

Sumbu
a

sumbu yang tegak


lurus terhadap
bidang kertas

Sumbu
b

sumbu horizontal
pada bidang kertas

Sumbu
c

sumbu vertikal
pada bidang kertas

2. Kristal

sudut yang
dibentuk antara
sumbu b dan
sumbu c
sudut yang
dibentuk antara
sumbu a dan sumbu
c
sudut yang
dibentuk antara
sumbu a dan sumbu
b

Dalam beberapa sistem kristal terdapat beberapa


kemungkinan jenis latis yang dapat menghasilkan
simetri yang tertinggi

3.Sistem
Kristal
Sistem kristal dibagi menjadi
7 didasarkan pada

Perbandingan panjang sumbu


1
kristal

Letak atau posisi sumbu


2
kristal
3

Jumlah sumbu kristal

Nilai sumbu c atau sumbu


4
vertikal

3. Sistem
Kristal

Isometrik
Tetragonal

Sistem
Kristal

Hexagonal
Trigonal
Orthoromb
ik
Monoklin
Triklin

3. Sistem
Kristal

No

Sistem Kristal

Axial Ratio

Sudut Kristalografi

Isometrik

a=b=c

= = = 90

Tetragonal

a=bc

= = = 90

Hexagonal

a=b=dc

= = 90 ; = 120

Trigonal

a=b=dc

= = 90 ; = 120

Orthorhombik

abc

= = = 90

Monoklin

abc

= = 90

Triklin

abc

90

Terdapat 7 sisitem kristal dan 14 kisi


bravais yakni :

3. Sistem
Kristal
1.
Isometrik
C
+


a
+

30
o

b
+

1. Disebut juga sistem kristal


regular atau kubus
2. Terdiri dari 3 sumbu kristal : a,
b, dan c
3. Ketiga sumbu kristal saling
tegak lurus.
4. Sumbu a = b= c
5. Sudut kristal === 90
6. Perbandingan a : b : c = 1 : 3 :
3 (berdasarkan proyeksi
orthogonal).
7. Sudut antara a+ dengan b- =
30o

1.
Isometrik
mineral
dengan sistem
kristal
isometrik

Almandine (Fe3Al2(SiO4)3),
Aluminium (Al), Bornite
(Cu5FeS4), Chromite (FeCr2O4),
Chromium (Cr), Cobalt (Co),
Copper (Cu), Galena (Pbs),
sodalite (Na4Al3(SiO4)3Cl),
Halite (NaCl), Iron-Nickel (FeNi), Leucite (KAlSi2O6),
Magnetite (Fe3O4), Manganese
(Mn), Platinum (Pt), Pyrite
(FeS2), Pyrope (Mg3Al2(SiO4)3),
Silicone (Si), native Silver
(Ag), Sodalite
(Na4Al3(SiO4)3Cl), Sphalerite
((Zn, Fe)S), Spinel (MgAl2O4,
Magnesium Aluminum Oxide),

1.
Isometrik

Intan (C)
Almandine
(Fe3Al2(SiO4)3)

Nikel (Ni)

Bornite
(Cu5FeS4)

Penentuan Indeks Miller


Proyeksi
Ortogonal
Salah satu metode proyeksi yang digunakan
untuk mempermudah penggambaran
Diaplikasikan pada penggambaran
berdasarkan hukum-hukum geometri
Cara
Penggambaran
Menggambarkan persilangan sumbu yaitu
sumbu a, b, c dengan sudut-sudut
persilangan tertentu.

Penentuan Indeks
2. Indeks
Miller
Ditemukan oleh William H. Miller (1801-1880)
Penyimbolan secara matematika untuk bidang muka
kristal.
Berdasarkan perpotongan antara bidang muka kristal
dengan sumbu kristal
Indeks Miller juga digunakan untuk menyatakan bidang
kristal (indeks bidang).

Aturan Indeks
Miller
Tentukan titik potong antara bidang yang
bersangkutan sumbu-sumbu (
,
,
a
1 a 2 a3
) dalam satuan konstanta kisi (a1, a2,
a3)
Tentukan kebalikan (resiprok) dsri
bilangan-bilangan tersebut, kemudian
tentukan tiga bilangan bulat (terkecil)
yang mempunyai perbandingan yang
sama (h k l )

2. Indeks
Miller
Bidang ABC memotong sumbusumbu :
a1 di 2 a1
a2 di 2 a2
a3 di 3 a3
Kebalikannya adalah 1/2,1/2, 1/3
Jika ketiga bilangan bulat yang
mempunyai perbandingan yang sama
seperti di atas adalah 3, 3, 2
Indeks bidang ABC tersebut adalah (3 3
2)

2. Indeks
Miller
Penulisan indeks tidak menggunakan tanda koma.
Contoh :
(3 3 2 )
(h k
l)
Jika salah satu dari h k l negatif, maka indeks bidang
tersebut ditulis h
( k l ), artinya h bertanda negatif.
Untuk sel kubus, jarak antar bidang hkl dapat ditulis
sebagai berikut ;

Anda mungkin juga menyukai