A. Definisi Asfiksia
1. Pengertian
a. Asfiksia neonatorum adalah di mana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,
hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005).
b. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di
dalam darah (hipoksemia), hiperkabia (PaCO2) meningkat dan asidosis (Utomo,
2006).
c. Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami
kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Kamarrullah,
2005).
d. Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O
(oksigen) dan mungkin meningkatkan CO (karbondioksida) yang menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Purwadianto, 2000).
e. Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur (Waspodo dkk (ed), 2007).
2
2.
c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum pemeriksaan fisik sama asfiksia berat (Kamarullah,2005).
3.
Cara menilai tingkatan apgar score menurut Utomo (2006) adalah dengan :
a. Menghitung frekuensi jantung
b. Melihat usaha bernafas
c. Menilai tonus otot
d. Menilai reflek rangsangan
e. Memperlihatkan warna kulit
Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat asfiksia yang dialami
bayi:
Tabel 2 .1 Nilai APGAR.
0
Tanda
Detak jantung
Pernafasan
Tak ada
Tidak ada
<100 x/mnt
Tidak teratur
>100 x/mnt
Menangis kuat
Tonus otot
Lunglai
Ekstremitas lemah
Gerakan aktif
Tidak ada
Menyeringai
Batuk/bersin
Tubuh kemerahan
Warna
Biru/pucat
Ekstremitas Biru
Merah seluruh
tubuh
b.
Asfiksia livida
Asfiksia Pallida
Warna kulit
Tonus otot
Kebiru-biruan
Masih baik
Pucat
Sudah kurang
Reaksi rangsangan
Positif
Negatif
Bunyi jantung
Masih teratur
Tidak teratur
Prognosis
Lebih baik
jelek
Asfiksia livida lebih baik dari pada asfiksia pallida, prognosis tergantung pada
kekurangan O dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan
asfiksia dan pulih kembali harus di pikirkan kemungkinannya menderita cacat
mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang.
4. Diagnosis asfiksia
2
d) Toxemia gravidarum
e) Umur ibu lebih dari 40 tahun
f)
Grandemultipara
1. Pemakaian obat anastesi / analgetika yang berlebihan pada itu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin.
2. Trauma yang terjadi pada persalinan. Misalnya : Perdarahan Intra Cranial
3. Kelainan Kongenital. Misalnya : Hernia diafragmatika atresia saluran pernapasan
hipoplasia paru dan lain-lain. (Wiknjosastro, 1999).
C. Tanda dan Gejala
Menurut Winkjosastro (1999), tanda dan gejala asfiksia yaitu:
1. Hipoksia
2. Respirasi > 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
3. Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas
4. Bradikardia
5. Tonus otot berkurang
6. Warna kulit sianotik/pucat
Menurut Waspodo,dkk (2007), tanda dan gejala asfiksia adalah:
1. Tidak bernapas atau napas megap-megap atau pernapasan lambat (kurang dari 30
kali per menit)
2. Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada)
3. Tangisan lemah atau merintih
4. Warna kulit pucat atau biru
5. Tonus otot lemas atau ekstremitas lemah
6. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardi) (kurang dari 100 kali per
menit).
D. Patofisiologi
Pernapasan Spontan BBL tergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan
persalinan. Bila terdapat gangguan Pertukaran gas atau pengangkutan O selama
kehamilan / persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian
asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode opnu (Primary Apnoe) disertai
dengan penurunan frekuensi diikuti oleh pernapasan teratur. Pada penerita asfiksia
berat. Usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode
apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan tensi darah.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan
asam-asam pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya menimbulkan asidosis
respiraktonik. Bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses
metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis gukogen tubuh. Sehingga glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya
akan terjadi perubahan kardio vaskuler yang disebabakan oleh beberapa keadaan
diantarannya :
2
lahir lengkap pada skor APGAR menit 1 ini menunjukan beratnya ASFIKSIA yang
diderita dan untuk menentukan pedoman resusitasi dan perlu juga dinilai setelah 5
menit bayi lahir karena hal ini mempunyai koralasi yang erat dengan morbiditas dan
mertilitas neonatal.
Menurut Kamarullah (2005), patofisiologi asfiksia adalah Pernapasan spontan bayi
baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa hamil dan persalinan. Proses
kelahiran sendiri akan menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara. Proses
ini sangat perlu untuk merangsang hemoreseptor pusat pernapasan untuk terjadinya
usaha pernafasan yang pertama yang kemudian akan berlanjut menjadi pernapasan
yang teratur. Pada penderita asfiksia berat usaha napas ini tidak tampak dan bayi
selanjutnya dalam periode apnue. Pada tingkat ini disamping penurunan frekuensi
denyut jantung (bradikardi) ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi
nampak lemas (flasid). Pada asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan
dan tidak menunjukkan upaya bernapas secara spontan. Pada tingkat pertama
gangguan pertukaran gas atau transport O (menururunnya tekanan O darah)
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, tetapi bila gangguan berlanjut
maka akan terjadi perubahan kardiovaskuler. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler
dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel-sel otak, kerusakan sel-sel otak ini dapat
menimbulkan kematian atau gejala (squele).
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia sedang menurut Wiknjosastro
(2005) adalah sebagai berikut :
2
a. Tindakan umum
1) Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu
tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan
oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu BBL dengan
:
a) Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.
b) Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.
c) Bungkus bayi dengan kain kering.
1) Pengisapan cairan lambung dilakukan pada bayi-bayi tertentu yaitu pada bayi
prematur, sebelumnya bayi mengalami gawat janin, pada ibu yang mendapatkan
anastesia dalam persalinan.
2) Penggunaan obat Nalorphin diberikan pada bayi yang disebabkan oleh
penekanan pernafasan akibat morfin atau petidin yang diberikan selama proses
persalinan
Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia,
antara lain
a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
Caranya:
1.
2.
Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut
3.
4. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam
inkubator.
b.
Caranya :
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, P. 2002. Praktisi Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
Sarwono, P. 1992. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Mochtar, R. 1998. Sinopsis obstetric. Jakarta : EGC
Mochtar, R. 1998. Obstetric Fisiologis. Jakarta : EGC
Mochtar, R. 1998. Obstetric Patologi. Jakarta : EGC
Dep. Kes. RI. 2005. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
Dep. Kes. RI. 2007. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
FKUI. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika
Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
Ladewig, P. 2006. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta:
EGC.
Meadow, R. dan Newell, S. 2005. Lectrure Notes Pediatrika. Jakarta: Erlangga.
Nelson, J. 1994. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. ECG. Jakarta.
Saifuddin, A. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Saifuddin, A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Short, JR, Alih bahasa Eric Gultom. 1994. Iktisar Penyakit Anak. Binarupa Aksara.
Jakarta.
Sujono, A. 1998. Penatalaksanaan Neonatus Resti. EGC. Jakarta.
Surasmi, A. dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Wong, D. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
http://sudiarie.wordpress.com/2011/03/02/asfiksia/