Makalah Kel 3 Ekso 3kjh
Makalah Kel 3 Ekso 3kjh
PENDAHULUAN
Tumor adalah jaringan baru yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai faktor penyebab tumor. Tumor dapat dibagi menjadi tumor odontogenik
dan non odontogenik. Tumor odontogenik, dibagi lagi menjadi tumor yang berasal
dari ektodermal, mesiodermal, dan campuran mesio-ektodermal. Sedangkan tumor
non-odontogenik dibagi menjadi tumor osteogenik, non-osteogenik, tumor jaringan
vaskuler, dan tumor jaringan syaraf.
Tumor non-osteogenik dibagi menjadi tumor epitel, hiperplasi inflamasi
dan tumor mesiodermal. Pada penggolongan ini, epulis termasuk kepada tumor
epitel. Kelainan pada rongga mulut berbeda dengan penyakit rongga mulut.
Kelainan ini bisa merupakan kelainan pertumbuhan dan perkembangan sel. Salah
satu jenis kelainan rongga mulut yaitu epulis. Istilah epulis sering digunakan dalam
hubungannya dengan lesi-lesi yang terjadi.
Epulis adalah istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti
tumor pada gingiva (gusi). Faktor predisposes dari epulis adalah iritasi kronis lokal
misalnya kalkulus, karies servikal, sisa akar gigi. Epulis dapat dibedakan
berdasarkan etiologi terjadinya antara lain : epulis congenitalis, epulis fibromatosa,
epulis
granulomatosa,
epulis
fissuratum,
epulis
gravidarum,
dan
epulis
angiomatosa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Epulis
Epulis merupakan istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti tumor pada
gingiva (gusi). Definisi epulis adalah tumor jinak yang tumbuh dari gingiva, berasal
dari jaringan periodonsium atau jaringan periosteum.
2.2
Faktor predisposisi epulis antara lain iritasi kronis lokal (misalnya kalkulus, karies
servikal, sisa akar gigi) dan perubahan hormonal.
Gambar 1.
Gambaran
predileksi epulis
pada gusi dan
bukalis
2.3
Klasifikasi
Epulis
1. Epulis
Granulomatosa
Epulis ini terjadi dari suatu reaksi jaringan yang granulomatik karena iritasi kronik
akibat sisa akar, tepi karies, tumpatan yang overhanging, atau klamer yang
tajam.Frekwensi secara statistik epulis ini jarang sekali ditemukan. Gambaran
klinisnya merupakan suatu dungkul bertangkai dengan warna kemerahan atau
sama dengan sekitar dengan permukaan yang granuler, konsistensi lunak bisa
disertai nyeri tekan dan kadang-kadang dapat diseratai suatu ulserasi. Lokasi
terbanyak digingiva tetapi dapat juga terjadi diseluruh rongga mulut, misalnya
2
bibir bawah, lidah dan palatum Pada pemeriksaan histologi menunjukkan dungkul
dilapisi epitel bertatah yang dibawahnya terdiri dari jaringan granulasi dengan
proliferasi kapiler dan jaringan ikat muda serta sebukan sel radang kronik.
Eliminasi faktor penyebab dan eksisi dapat memberikan prognosa yang baik untuk
perwatan epulis jenis ini.
2. Epulis Fissuratum
Defenisi
Lesi yang tersusun dari jaringan yang berlebihan ini umumnya berupa lipatan
hiperplastik berwarna merah muda, keras dan fibrous.Bagian dalam dan luar dari
lesi terpisah oleh cekungan (groove) dalam yang menandakan tempat di mana tepi
gigi tiruan menekan mukosa.Epulis fissuratum jarang terjadi di daerah lingual
(bagian yang menghadap lidah), dan lebih sering dijumpai di bagian depan rahang
(anterior). Ukuran lesi ini bervariasi. Kondisi ini paling sering terjadi pada orang
usia lanjut karena pasien dalam kelompok umur tersebut banyak yang
menggunakan gigi tiruan.
Pertumbuhan jaringan ikat fibrosa yang berlebihan di daerah mukosa yang
berkontak dengan tepi gigi tiruan yang biasanya terlalu cekat dan menekan
mukosa. Epulis fissuratum juga sering disebut inflammatory fibrous hyperplasia,
atau denture epulis.
Pertumbuhan jaringan ikat tersebut disebabkan oleh iritasi kronik karena
pemakaian gigi tiruan, di mana tepi gigi tiruan menekan daerah gusi yang
berbatasan dengan pipi bagian dalam (alveolar vestibular mucosa). Penekanan
tersebut menyebabkan tulang daerah tersebut terus menerus berubah karena
kehilangan tulang, akibatnya dukungan tulang untuk basis gigi tiruan menjadi
tidak stabil. Hal ini lama kelamaan mengarah kepada terjadinya penonjolan yaitu
epulis fissuratum.
Gbr. Epulis
fissuratum yang
tampak sebagai
penonjolan
vestibulum yang
berkontak dengan
tepi gigi tiruan
Kondisi ini paling sering terjadi pada orang usia lanjut karena pasien dalam
kelompok umur tersebut banyak yang menggunakan gigi tiruan. Namun masalah
ini cenderung berkurang dengan makin berkembangnya teknologi kedokteran gigi
dan meningkatnya kesadaran pasien untuk menjaga keutuhan dan kesehatan gigi
dan mulut sehingga kebutuhan akan gigi tiruan bisa jadi berkurang. Tampaknya
kondisi ini lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria
Gejala
Lesi yang tersusun dari jaringan yang berlebihan ini umumnya berupa lipatan
hiperplastik berwarna merah muda, keras dan fibrous. Bagian dalam dan luar dari
lesi terpisah oleh cekungan (groove) dalam yang menandakan tempat di mana tepi
gigi tiruan menekan mukosa.
Epulis fissuratum jarang terjadi di daerah lingual (bagian yang menghadap lidah),
dan lebih sering dijumpai di bagian depan rahang (anterior).
Ukuran lesi ini bervariasi. Ada lesi yang berukuran kecil namun ada juga yang luas
dan melibatkan seluruh daerah mukosa (mukosa vestibulum) yang berkontak
dengan tepi gigi tiruan.
Terkadang iritasi dapat cukup parah sehingga menyebabkan mukosa tampak
kemerahan dan ulserasi, terutama di dasar cekungan di mana tepi gigi tiruan
berkontak dengan mukosa.
4
Perawatan
Lesi ini dapat dihilangkan dengan eksisi. Selain itu, gigi tiruan yang menjadi
timbulnya lesi ini harus diperbaiki hingga dapat memiliki kecekatan yang baik
namun tidak memberi tekanan berat terhadap mukosa supaya mencegah iritasi
yang lebih berat lagi.
Meski lesi ini sangat jarang dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa, namun
sebagai tindakan preventif sebaiknya dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada
lesi yang telah dibuang tersebut.
3. Giant Cell Epulis
Definisi
Epulis jenis ini juga sering disebut sebagai peripheral giant cell granuloma, giant
cell reparative granuloma, osteoclastoma and myeloid epulis. Penyebab pastinya
tidak diketahui, namun diperkirakan giant cell epulis terjadi sebagai respon
terhadap suatu cedera. Selain itu, banyak kasus yang pasiennya mengekspresikan
reseptor permukaan untuk hormon estrogen, sehingga timbul spekulasi bahwa
pengaruh hormonal dapat memainkan peranan terhadap perkembangan lesi ini.
Giant cell epulis dapat terjadi pada semua umur namun kasus ini paling banyak
didiagnosa pada pasien dalam golongan umur 40-60 tahun, dan terutama terjadi
pada wanita.
Etiologi
Penyebab pastinya tidak diketahui, namun diperkirakan giant cell epulis terjadi
sebagai respon terhadap suatu cedera. Selain itu, banyak kasus yang pasiennya
mengekspresikan reseptor permukaan untuk hormon esterogen, sehingga timbul
spekulasi bahwa pengaruh hormonal dapat memainkan peran terhadap
perkembangan lesi.
5
Gambar. Giant Cell Epulis pada daerah palatal gigi insisif atas
Gejala
Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara dua gigi, kaya
vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan sentuhan dan umumnya berwarna
merah keunguan.
Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya berukuran kurang dari 2 cm
namun ada kasus yang ukurannya diameter melebihi 4 cm. Lesi ini dapat tumbuh
menjadi massa yang bentuknya tidak beraturan yang dapat menjadi ulserasi dan
mudah berdarah. Pada beberapa kasus giant cell epulis dapat menginvasi tulang di
bawahnya sehingga pada gambaran radiografis akan terlihat erosi tulang.
Perawatan
Perawatan giant cell epulis melibatkan bedah eksisi dan kuretase tulang yang
terlibat. Gigi yang berdekatan dengan epulis juga perlu dicabut bila sudah tidak
dapat dipertahankan, atau dilakukan pembersihan karang gigi (scaling) dan
penghalusan akar (root planing). Dilaporkan angka rekurensi sebesar 10 %
sehingga diperlukan tindakan eksisi kembali.
Gambaran Klinis : benjolan berwarna kebiru biruan berbatas tidak tegasbila diraba
terasa panas (karena banyak pembuluh darah (vaskuler))dan ada rasa sakit .
punya inti banyak dan mengumpul ditengah, namual pembuluh kapiler dan disertai
perdarahaan. ini adalah jenis tumor jinak namu bila trejadi terus menerus bisa
menjadi ganas.
4. Epulis Kongenital
Definisi
Penyebab dari terjadinya epulis kongenital belum pasti namun para ilmuwan
meyakini bahwa epulis ini berasal dari sel-sel mesenkim primitif yang asalnya dari
neural crest.
Epulis tipe ini adalah kondisi kongenital yang sangat jarang ditemui, dan terjadi
pada bayi saat kelahiran. Dari penelitian didapati bahwa epulis kongenital lebih
banyak dijumpai pada bayi perempuan daripada laki-laki dengan rasio 8:1, dan
7
paling banyak terjadi pada maksila (rahang atas) dibandingkan mandibula (rahang
bawah).
Gambar.
Seorang
bayi
perempuan
dengan
congenital
epulis,
kasus
yang
pertama kali dilaporkan pada tahun 1871 dan hingga kini hanya sekitar 200
kejadian yang pernah dilaporkan.
Gambar
histopatologis
dari
epulis kongenital
Gambaran
histopatologis dari epulis kongenital mirip dengan gambaran histopatologis
anatomi dari glanular sel myoblastoma. Pada permukaan epitelnya terlihat normal
atau menebal. Mitosis sel tidak dijumpai pada epulis ini, tetapi pada epulis ini
banyak
dijumpai
kapiler.
Gejala
Pada bayi yang baru lahir dijumpai massa tonjolan pada mulutnya, biasanya pada
tulang rahang atas bagian anterior (depan). Dari 10% kasus yang dilaporkan, lesi
yang terjadi adalah lesi multipel namun dapat juga berupa lesi tunggal. Ukuran lesi
bervariasi, dari 0.5 cm hingga 2 cm namun ada kasus di mana ukuran epulis
mencapai 9 cm. lesi ini lunak, bertangkai dan terkadang berupa lobus-lobus dari
mukosa alveolar. Bila epulis terlalu besar, dapat mengganggu saluran pernafasan
dan menyulitkan bayi saat menyusu.
8
Secara histologis, epulis kongenital mirip dengan granular cell tumor yang terjadi
pada orang dewasa. Perbedaannya adalah pada epulis kongenital tidak rekuren dan
tampaknya
tidak
berpotensi ke
arah
keganasan.
Kelainan ini dapat ditemui secara dini saat sang ibu memeriksakan kandungan
melalui alat sonography namun diagnosa yang pasti belum dapat ditegakkan.
Perawatan
Pada sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dengan sendirinya dan
menghilang saat bayi mencapai usia sekitar 8 bulan. Dengan demikian lesi yang
berukuran kecil tidak membutuhkan perawatan.
Lesi yang lebih besar dapat mengganggu pernafasan dan/atau menyusui sehingga
perlu dilakukan pembedahan dengan anestesi total. Dilaporkan keberhasilan
penggunaan laser karbondioksida untuk mengoperasi lesi epulis yang besar. Dari
kasus-kasus yang ada, kejadian ini tampaknya tidak mengganggu proses
pertumbuhan gigi.
5. Epulis Gravidarum (Tumor Kehamilan)
Defenisi
Epulis gravidarum adalah reaksi jaringan granulomatik yang berkembang pada
gusi selama kehamilan.Epulis tipe ini berkembang dengan cepat, dan ada
kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya.Epulis gravidarum tampak
sebagai tonjolan pada gingiva dengan warna yang bervariasi mulai dari merah
muda, merah tua hingga papula yang berwarna keunguan, paling sering dijumpai
pada gingiva anterior rahang atas.Umumnya pasien tidak mengeluhkan rasa sakit
namun lesi ini mudah berdarah saat pengunyahan atau penyikatan gigi. Pada
umumnya lesi ini berukuran diameter tidak lebih dari 2 cm namun pada beberapa
kasus dilaporkan ukuran lesi yang jauh lebih besar sehingga membuat bibir pasien
sulit dikatupkan
Epulis gravidarum adalah granuloma pyogenik yang berkembang pada gusi selama
kehamilan. Tumor ini adalah lesi proliferatif jinak pada jaringan lunak mulut
dengan angka kejadian berkisar dari 0.2 hingga 5 % dari ibu hamil. Epulis tipe ini
berkembang dengan cepat, dan ada kemungkinan berulang pada kehamilan
berikutnya.
Tumor kehamilan ini biasanya muncul pada trimester pertama kehamilan namun
ada pasien yang melaporkan kejadian ini pada trimester kedua kehamilannya.
Perkembangannya cepat seiring dengan peningkatan hormon estrogen dan
progestin pada saat kehamilan. Penyebab dari tumor kehamilan hingga saat ini
masih belum dipastikan, namun diduga kuat berhubungan erat dengan perubahan
hormonal yang terjadi pada saat wanita hamil. Faktor lain yang memberatkan
keadaan ini adalah kebersihan mulut ibu hamil yang buruk.
Gambar.
Epulis
gravidarum
pada
wanita
hamil
Gejala
Tumor kehamilan ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan warna yang
bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang berwarna
keunguan, paling sering dijumpai pada rahang atas. Umumnya pasien tidak
mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah berdarah saat pengunyahan
atau penyikatan gigi. Pada umumnya lesi ini berukuran diameter tidak lebih dari 2
10
cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan ukuran lesi yang jauh lebih besar
sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.
Perawatan
Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya segera
setelah ibu melahirkan bayinya, sehingga perawatan yang berkaitan dengan lesi ini
sebaiknya ditunda hingga setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan
perdarahan terus terjadi sehingga mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan
rutinitas sehari-hari.
Namun pada kasus-kasus dimana epulis tetap bertahan setelah bayi lahir,
diperlukan biopsi untuk pemeriksaan lesi secara histologis. Rekurensi yang terjadi
secara spontan dilaporkan pada 75 % kasus, setelah 1 hingga 4 bulan setelah
melahirkan.
Bila massa tonjolan berukuran besar dan mengganggu pengunyahan dan bicara,
tonjolan tersebut dapat diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif. Namun
terkadang tumor kehamilan ini dapat diangkat dengan Nd:YAG laser karena
memberi keuntungan yaitu sedikit perdarahan.
6. Epulis Fibromatosa
Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingiva dan juga sering
terjadi pada pipi dan lidah.Etiologinya berasal dari iritasi kronis yang
menyebabkan reaksi hyperplasia dari jaringan fibrous. Tanda klinis yang terlihat
antara lain bertangkai, dapat pula tidak, warna merah muda agak pucat, konsistensi
kenyal dan padat, batas tegas, padat dan kokoh. Epulis ini tidak mudah berdarah
dan tidak menimbulkan rasa sakit.
2.3.1 Pemeriksaan Klinis Epulis
Gejala klinis yang ditemukan pada pemeriksaan fisik epulis adalah sebagai berikut :
2.3.2 Pemeriksaan Radiografi Epulis
11
Epulis jenis ini lebih sering dujumpai dibandingkan jenis lainnya dan sering
mengalami rekuren (kambuh) bila operasi pengangkatannya tidak sempurna. Umumnya
dijumpai pada orang dewasa. Terutama pada bagian gingiva, bibir dan mukosa bagian
bukal
klinis : letak antara 2 gigi, bertangkai, warna agak pucat, konsistensi kenyal
pengobatan : eksisi
terjadi pada mukosa mulut terutama pada tepi ginggiva, pipi dan lidah
Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingival dan juga sering
terjadi pada pipi dan lidah. Etiologinya berasal dari iritasi kronis. Tampak klinis yang
terlihat antara lain bertangkai, dapat pula tidak, warna agak pucat, konsistensi kenyal,
batas tegas, padat dan kokoh. Epulis ini pula tidak mudah berdarah dan tidak
menimbulkan rasa sakit.
Jika epulis fibroma menjadi terlalu besar, bisa mengganggu pengunyahan dan
menjadi trauma serta ulserasi. Histologis ditandai oleh proliferasi jaringan ikat collagenic
dengan berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi ditutupi oleh epitel
skuamosa berlapis. Pengobatan ini dengan eksisi biopsi bedah dan memiliki tujuan untuk
menyingkirkan lesi/neoplasma lainnya.
Gambar 3. Epulis
fibromatosa
Secara
terlihat
mikroskopis
jaringan
gusi
dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang mengalami proliferasi dengan ditandai oleh
adanya rate peg tidak beraturan. Stroma terdiri dari jaringan ikat fibrosa padat dan
kolagen yang tersusun dalam berkas yang tidak beraturan. Juga ada sel radang kronis
dalam stroma.
13
hingga
putih,
dan
dari
cm.
seperti
jari-jari
kecil. Kelainan
ini
memiliki
dasar
yang
bertangkai dan memiliki batas yang jelas antar papiloma. Bila papiloma
terjadi di dalam rongga mulut (intraoral) maka biasanya akan bersifat
lunak, tetapi bila terjadi di daerah bibir yang terbuka, biasanya bersifat
kasar
dan
bersisik.Biasanya
juga
akan
14
15
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang wanita 24 tahun datang dengan keluhan benjolan pada gigi depan bawah
yang tumbuh sejak 6 bulan lalu dan makin lama makin besar . Dari anamnesa pasien
menyangkal memiliki penyakit sistemik dan alergi obat. Dari pemeriksaan intraoral
ditemukan benjolan berukuran diameter 1 cm pada ginggiva interdental gigi 42,43.
Benjolan terlihat bertangkai, warna sama dengan jaringan sekitar, tidak mudah berdarah,
palpasi lunak, tekstur licin. Pada gambaran radiografis tidak ditemukan kelaianan tulang
pada regio 43,42.
3.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama
: seorang perempuan
Umur
: 24 tahun
Jenis kelamin
: perempuan
3.2 PEMERIKSAAN
A. SUBYEKTIF
Autoanamnesa dengan penderita (23 Maret 2013 pukul 11.00 WIB)
Keluhan utama: Benjolan pada gigi depan bawah yang tumbuh sejak 6 bulan lalu
dan makin lama makin besar
Riwayat Penyakit Sekarang
6 bulan yang lalu pasien mulai merasakan benjolan pada gigi depan bawah
dan makin lama makin besarr. .
Riwayat Penyakit Dahulu
16
B. OBYEKTIF
Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Ekstra oral
Tekanan darah
Denyut nadi
Limph node
Postur tubuh
Simetris wajah
Intra oral
Benjolan pada depan rahang bawah
Inspeksi
Palpasi
C. Pemeriksaan Penunjang :
Radiologi :
-
tidak
ditemukan
kelainan tulang
Histopatologi :
-
Biopsi eksisi
Gambaran histopatologi
:
ditandai
oleh
collagenic dengan berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi
ditutupi oleh epitel skuamosa berlapis.
3.3 DIAGNOSIS
Diagnosis
bertangkai
namun
pada
gambran
: Pembedahan
Perawatan
Prognosa
Tingkat rekuren
Sebelum eksisi
Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai
tindakan operasi yang akan dijalani serta resiko komplikasi
disertai dengan tandatangan persetujuan dan permohonan dari
penderita untuk dilakukan operasi. (Informed consent).
Yang dimaksud dengan informed Consent adalah suatu
kesepakatan / persetujuan pasien atas upaya medis yang
akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien
mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis
yang dapat dilakukanuntuk menolong dirinya, disertai
informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi
Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan
operasi.
Sebagaimana telah diketahui seorang ahli bedah mulut mempunyai pengetahuan dasar,
terutama mengenai Anatomi, Fisiologi, Farmakologi dan sebagainya.
Prinsip untuk dapat melakukan pekerjaan dengan sebaik baiknya yang penting
adalah membuat :
I.
Tanpa mengetahui diagnosa yang tepat, kita tidak dapat mengadakan terapi yang baik.
Dalam Ilmu Bedah Mulut kita harus dapat memandang orang sakit dalam
keseluruhannya, walaupun harus memusatkan perhatian kedaerah yang menjadi
keluhan. Kita harus membedakan struktur yang normal dengan yang sakit (abnormal)
dan melatih diri untuk dapat meraba dan mengenal bagian-bagian yang abnormal,
kemudian menginterprestasikannya keperubahan-perubahan patologis. Untuk dapat
membantu mendapatkan diagnosa yang tepat diperlukan suatu riwayat kasus.
Riwayat Kasus
Untuk melengkapi riwayat kasus dibutuhkan pemeriksaan yang seksama yaitu terhadap :
a)
b)
c)
d)
e)
Kebiasaan-kebiasaan
f)
Dan lain-lain
Ad. B Yaitu penyakit-penyakit atau rasa sakit yang diderita orang sakit sekarang,
penyebaran rasa sakit, lamanya rasa sakit berlangsung, juga penyakit lain yang
dirasakannya.
19
Ad. C Yaitu penyakit-penyakit yang diderita sebelum ini, perawatan-perawatan
yang pernah didapatkan, tempat- tempat perawatan dan lain-lain.
Penyakit penyakit spesifik yang pernah diderita misalnya :
- Rematik
- TBC
- Penyakit penyakit kelamin
- Bleeding tendencies
Ini penting untuk mengetahui lingkungan orang sakit sehubungan dengan penyakitnya,
seperti emosi, keadaan sosial ekonomi dan lain sebagainya. Juga pekerjaan penting yaitu
exposure terhadap bahan-bahan toxis, radiasi dan lain-lain. Yaitu untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit keturunan.
Ad. E Kebiasaan, harus dicatat kebiasaan penderita seperti tidur, diet, dan cara
makan dan sebagainya.
Asepsis
20
Prinsip asepsis telah diakui dalam ilmu bedah mulut. Dengan bantuan antibiotika,
Anestetikum yang tepat, dan keseimbangan cairan yang baik, maka prosedur prosedur
bedah mulut telah banyak mengalami kemajuan, kasus yang fatal sekarang telah dapat
dikerjakan dengan baik. Tetapi ini saja belum cukup, harus disertai dengan tindakan
asepsis dalam hal ini dibutuhkan kebersihan. Walaupun rongga mulut tidak dapat
disebut suci hama menurut pekerjaan pembedahan tetpi sebelum tindakan-tindakan
operasi daerah rongga mulut sebaiknya dibersihkan dahulu dengan sesuatu larutan
desinfektan, misalnya tingtura yodii 3 % begitu juga dengan alat-alat yang dipergunakan
dan operator. Untuk menciptakan keadaan asepsis ini, diperlukan sterilisasi yaitu suci
hama.
-
Atraumatic Surgery
Syarat-syarat yang tidak kurang pentingnya yaitu membuat trauma sekecil mungkin.
Bekerja hati-hati tidak boleh kasar dan ceroboh dan dengan gerakan yang pasti.
Tindakan yang kasar menyebabkan terjadinya laserasi mukosa atau jaringan atau
memudahkan terjadinya infeksi dan memperlambat penyembuhan. Alat-alat seperti
skalpel, jarum suntik, jarum jahit haruslah tajam, karena jarum tumpul skalpel yang
tidak tajam akan memperbesar trauma.
Setiap gigi yang akan diambil melalui eksodosia tidak terlalu sama keadaannya.
Kenyataannya ada gigi yang mudah diambil, ada yang perlu membutuhkan pembukaan
lapisan jaringan lunak (flap) dan atau jaringan keras baik secara odontektomi dan atau
seksioning. Pada bedah yng membutuhkan pembukaan lapisan jaringan lunak ada
beberapa persyaratan yang harus diperhatikan yaitu :
1)
Lapisan jaringan lunak harus direncana sedemikian sehingga persediaan darah
akan tetap dipertahankan.
2)
Pola lapisan jaringan lunak harus memberikan kemudahan dalam refleksinya
agar jauh dari tempat daerah operasi pembukaan tulang, lapisan jaringan lunak itu harus
dapat menutup daerah operasi secara sempurna saat dikembalikan pada posisi semula
dan dapat ditahan jahitan tanpa adanya ketegangan jaringan.
-
Bekerja menurut tatacara kerja yang berurutan dan teratur yaitu cara kerja yang
sistematis, agar dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin dengan mengeluarkan
tenaga sekecil mungkin. Cara kerja ini berbeda untuk setiap operasi atau tindakan bedah
mulut dan akan dibicarakan nanti lebih lanjut.
Penulis lain ada yang menyatakan bahwa prinsip yang berlaku dalam eksodonsia sama
seperti yang berlaku dalam ilmu bedah yaitu bahwa eksodonsia harus dilakukan secara :
Asepsis, Atraumatik dan dibawah anastesi yang baik serta mempertimbangkan
kesimbangan cairan tubuh.
Prosedure operasi
Asepsis:
21
3.
4.
Bilas
kembali dengan air bersih
22
5.
7.
Lama
24
Terlalu
longgar
Terlalu kuat
hingga kulit
robek
Terlalu
dangkal,
Terlalu
dalam
Eversi
(benar)
Inversi
(salah)
Formalin
Formalin merupakan bahan fiksatif yang paling sering digunaan pada praktek rutin.
Untuk keperluan fiksasi jaringan, digunakan larutan formalin 10 %. Larutan tersebut
didapatkan dengan melarutkan 10 ml larutan formalin 100% ke dalam 90 ml aquades.
Jumlah bahan fiksatif yang dibutuhkan adalah 15-20 kali volume spesimen.
R/
R/
No. X
26
BAB IV
PENUTUP
Dari kasus di atas setelah dilakukan pemeriksaan lengkap, maka didapatkan
diagnosa epulis fibromatosa, dengan rencana perawatan pembedahan dan perawatan
pembedahan minor pada jaringan lunak. Prosedur pembedahan ada sebelum eksisi, saat
pembedahan, dan pasca pembedahan. Spesimen dikirim ke bagian Patologi Anatomi.
27
28