Anda di halaman 1dari 37

BAB II

DASAR TEORI

2.1

Mesin Pendingin Ruangan


Pengkondisian udara pada bangunan berukuran sedang dan besar.
Kebanyakan urut pengkondisi udara digunakan untuk kenyamanan
(comfort air conditioning), yaitu untuk menciptakan kondisi udara yang
nyaman bagi orang yang berada di dalam suatu ruangan. Sistem pendingin
di musim panas telah menjadi suatu kebutuhan pokok bagi bangunan besar
di seluruh dunia, bahkan di seluruh dunia, bahkan di wilayah yang suhu
musim panasnya tidak terlalu tinggi, bangunan besar perlu didinginkan
untuk menyerap kalor yang dikeluarkan oleh orang, lampu-lampu, dan
peralatan listrik lainnya. Di dalam wilayah beriklim panas, system
pendingin menciptakan suasana kerja yang lebih efektif dibandingkan
dengan yang tidak menggunakannya. Dengan berkembangnya informasi
dan teknologi sekarang ini banyak dijumpai mesin pendingin ruangan
dengan menggunakan hidrokarbon atau MUSIcool yang ramah lingkungan
dan tidak merusak lapisan ozon dibandingkan Refrigeran Sintentik seperti
R-22 (Ref.12 hal.2).

Gambar 2.1 AC Daikin Split

2.2

Prinsip Kerja Pendingin Ruangan

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pendingin Ruangan


Compressor AC yang ada pada sistem pendingin dipergunakan
sebagai alat untuk memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent
yang masuk ke dalam compressor AC dialirkan ke condenser yang
kemudian dimampatkan di kondenser. Di bagian kondenser ini refrigent
yang dimampatkan akan berubah fase dari refrigent fase uap menjadi
refrigent fase cair, maka refrigent mengeluarkan kalor yaitu kalor
penguapan yang terkandung di dalam refrigent. Adapun besarnya kalor
yang dilepaskan oleh kondenser adalah jumlahan dari energi compressor
yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaparator dari substansi
yang akan didinginkan.
Pada kondensor tekanan refrigent yang berada dalam pipa-pipa
kondenser relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan refrigent
yang berada pada pipi-pipa evaporator. Setelah refrigent lewat kondenser

dan melepaskan kalor penguapan dari fase uap ke fase cair maka refrigent
dilewatkan melalui katup ekspansi, pada katup ekspansi ini refrigent
tekanannya diturunkan sehingga refrigent berubah kondisi dari fase cair ke
fase uap yang kemudian dialirkan ke evaporator, di dalam evaporator ini
refrigent akan berubah keadaannya dari fase cair ke fase uap, perubahan
fase ini disebabkan karena tekanan refrigent dibuat sedemikian rupa
sehingga refrigent setelah melewati katup ekspansi dan melalui evaporator
tekanannya menjadi sangat turun.

2.3

Analisa sistem Kompresi Uap


2.3.1

Siklus Kompresi Carnot


Siklus Carnot secara thermodhinamika bersifat reversible
secara skema siklus Carnot
Diperlihatkan pada gambar 2,3 berikut ini:
Kalor dari sumber bersuhu tinggi
2
3
Turbin

Kerja

Kompesor
Kerja
1

Kalor ke penguap (lingkungan) bersuhu rendah

Suhu (K)
2

3
Kerja bersih

4
Entropi Kj/kg K

Gambar 2.3 Skema mesin Kalor Carnot. (Ref. 12 hal.17)


Mesin carnot menerima energy kalor pada suhu tinggi
merubah sebagian menjadi kerja dan kemudian mengeluarkan
sisanya sebagai kalor pada suhu yang lebih rendah. Siklus
refrigerasi carnot merupakan kebalikan dari siklus mesin carnot.
Karena siklus refrigerasi menyalurkan energy dari suhu rendah
menuju suhu yang lebih tinggi siklus refrigerasi membutuhkan
kerja luar untuk mendapatkan kerja. Diagram peralatan, diagram
entalpi suhu dari siklus refrigerasi diperlihatkan pada gambar 2.4
berikut ini:

Diperlihatkan pada gambar 2,3 berikut ini:


Kalor dari sumber bersuhu tinggi
3

2
Kondensor

Katup Ekspansi

Kompresor

Kerja

Kerja
Evaporator
4

Kalor ke penguap (lingkungan) bersuhu rendah

Suhu (K)
3

2
Kerja Bersih

Gambar 2.4 Daur refigerasi Carnot dan diagram suhu entropi daur
refrigerasi Carnot. [Ref. 12 hal. 179 ]

Tujuan utama sistem refrigerasi Carnot adalah proses 4-1


penyerapan dari sumber bersuhu rendah. Seluruh proses lainnya
siklus tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga enegi bersuhu
rendah dapat dikeluarkan kelingkungan yang bersuhu lebih tinggi.

2.3.2

Siklus Kompresi Uap Teoritis


Siklus kompresi uap merupakan sikuls yang terbanyak
digunakan dalam sistem refrigerasi. Didalam siklus ini, uap
dikompresikan dan mengalami kondensasi menjadi wujud cair.
Selanjutnya cairan tersebut di uapkan kembali pada temperatur
rendah. Uap yang dikompresikan dapat berada dalam fase uap
kering atau sering disebut kompresi kering dan dalam fase
campuran uap-cair atau disebut kompresi basah. Kompresi basah
umumnya dihindari karena bersifat merugikan (dapat merusak
katup-katup pada kompresor).

Gambar 2.5. Daur Refrigerasi dan diagram suhu entropi,


enthalpi daur refrigerasi

Berdasarkan gambar 2.
1. Proses kompresi (1-2)
Refrigeran meninggalkan evaporator dalam wujud uap
jenuh dengan temperatur dan tekanan rendah, kemudian oleh
kompresor uap tersebut dinaikkan tekanannya menjadi uap
dengan tekanan lebih tinggi ( tekanan kondensor ). Kompresor
ini diperlukan untuk menaikan temperatur refrigeran, sehingga
temperatur refrigeran di dalam kondensor lebih tinggi daripada
temperatur lingkungan. Dengan demikian perpindahan panas
dapat terjadi dari refrigerant Ke lingkungan.

Proses ini

berlangsung secara isentropik ( adiabatik dan reversible ).


2. Proses Kondensasi (2-3)
Setelah proses kompresi,refrigeran berada dalam fase
panas lanjut dengan tekanan dan temperatur tinggi.

Untuk

mengubah wujudnya menjadi cair, kalor harus dilepaskan ke


lungkungan.

Hal ini dilakukan pada penukar kalor yang

disebut kondensor. Refrigeran mengalir melalui kondensor dan


pada sisi lain dialirkan fuida pendinging ( udara atau air )
dengan temperatur lebih rendah dari pada temperatur
refrigeran. Oleh karena itu kalor akan berpindah dari refrigeran
ke fuida pendingin dan sebagai akibatnya refrigeran mengalami
penurunan temperatur dari kondisi uap panas lanjut menjadi
kondisi uap jenuh. Selanjutnya mengembun menjadi wujud

cair, kemudian keluar dari kondensor dalam wujud cair jenuh (


berlangsung secara reversible dan pada tekanan konstan).
3. Ekspansi (3-4)
Refrigeran dalam wujud cair jenuh mengalir melalui alat
ekspansi. Refrigeran mengalami ekspansi pada entalpi konstan
dan berlangsung secara ireversible.

Selanjutnya refrigeran

keluar dari alat ekspansi berwujud campuran uap-cair pada


tekanan dan temperatur yang sama dengan temperatur dan
tekanan evaporator.
4. Proses Evaporasi(4-1)
Refrigeran dalam fase campuran ( uap-cair) mengalir
melalui sebuah penukar kalor yang disebut evaporator. Pada
tekanan evaporator, titik didih refrigeran harus lebih rendah
daripada temperatur lingkungan (media kerja atau media yang
didinginkan) sehingga dapat terjadi perpindahan panas dari
media kerja ke refrigeran. Kemudian refrigeran yang masih
berwujud cair Menguap di dalam evaporator dan selanjutnya
refrigerant

meninggalkan

evaporator

dalam

fase

uap

jenuh.Proses ini berlangsung secara reversible dan pada


tekanan yang konstan.

2.3.3

Siklus Kompresi Uap Nyata


Perbedaan penting siklus kompresi nyata dan teoritis
1. Terjadi penurunan tekanan di sepanjang pipa kondensor dan
evaporator.
2. Adanya proses sub-cooling cairan yang meninggalkan
kondensor sebelum memasuki alat ekspansi.
3. Pemanasan lanjut uap yang meninggalkan kondensor
sebelum kompresor.
4. Terjadi kenaikan entropi pada saat proses kompresi
(kompresi tak isentropik)
1. Proses ekspansi berlangsung non adiabatik.
Walaupun siklus aktual tidak sama dengan siklus
sistem, tetapi proses ideal dalam siklus standar sangant
bermanfaat dan diperlukan untuk mempermudah analisis siklus
secara teoritik. Pengaruh penyimpangan siklus aktual dari
siklus standar pada saat refrigerasi dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Penurunan tekanan pada evaporator dan kondensor.
Refrigeran ketika melalui pipa evaporator dan
kondensor akan mengalami penurunan tekanan, hal ini
disebabkan oleh adanya gesekan yang terjadi antara
refrigeran dan dinding pipa. Sebagai akibatnya maka kerja
kompresi akan mengalami peningkatan. Hal tersebut karena

untuk dapat mengalirkan refrigeran dalam jumlah yang


cukup, kondensor harus mampu menghasilkan tekanan
yang lebih tinggi karena adanya rugi-rugi tekan.
b. Sub-cooled
Kondisi ini lebih menjamin bahwa refrigeran yang
memasuki alat ekspansi, seluruhnya dalam fase cair
sehingga dapat mencegah penurunan laju massa sebagai
akibat adanya fase uap (dengan massa jenis uang lebih kecil
daripada fase cair), yang mengalir melalui katup ekspansi.
Disamping itu kondisi sub-cooled akan dapat menambah
kalor yang lepas dari kondensor dan kalor yang diserap di
evaporator.
c. Super Heated
Kondisi ini mengakibatkan efek refrigerasi siklus
akan bertambah besar dan jumlah kalor yang dibuang oleh
kondensor juga bertambah besar. Tetapi ditinjau dari segi
daya kompresor, hal ini kurang menguntungkan karena
makin besar kondisi super heated maka daya kompresor
menjadi lebih besar.
d. Proses kompresi non-isentropik
Gesekan yang terjadi pada bagian-bagian kompresor
yang saling bergerak relatif dan juga gesekan yang terjadi
antara refrigeran dengan bagian-bagian kompresor, akan

menyebabkan kenaikan entropi. Sebagai akibatnya proses


berlangsung secara non-isentropik dan daya kompresor
menjadi lebih besar.

2.4

Analisa Matematis Siklus Kompresi Uap


2.4.1

Konversi Massa
Massa adalah suatu konsep yang mendasar, karena tidak
mudah untuk didefinisikan. Definisi massa sering dirumuskan
dengan merujukkannya pada hukum newton, yaitu;
Reff (3:19)

.( i )
F = Gaya .N
M = massa ..Kg
a = percepatan m/det2
v = kecepatan..m/det
= waktudetik
Prinsip

konversi

massa

menyatakan

bahwa

dalam

menganalisa suatu proses, massa tidak dapat diciptakan dan


dimusnahkan.

Massa dapat disimpan dalam suatu sistem atau

dipindah-pindahkan diantara sistem dan lingkungan.

Gambar 2.6. Konservasi massa di dalam sebuah sistem


aliran sederhana (ref 3:20)
Pada gambar ditunjukkan bahwa massa di dalam sebuah
sistem aliran yang sederhana massa tersebut mengalir masuk atau
keluar dari sistem. Anggaplah bahwa selama waktu
memasuki sistem selama waktu

waktu

adalah

menyatakan bahwa:

adalah

, massa
dan pada

, maka konversi massa


Reff(3:19)
..( ii )

Pembagian dengan

menghasilkan,
.( iii )

Bila fluk ( aliran ) massa dinyatakan dengan


reff(3:20)

= 0 dan
Maka didapat aliran mantap ( steady flow )

..( iv )

2.4.2

Persamaan Energi Aliran Steady


Di dalam kebanyakan sistem refrigerasi dan pengondisian
udara laju aliran massa tidak berubah dari waktu ke waktu
(kalaupun ada, hanya perubahan kecil).

Karena itu laju aliran

dapat dianggap mantap. Didalam sistem yang dilukiskan secara


simbolis pada gambar 2.6. Keseimbangan energinya dapat
dinyatakan secara matematik sebagai berikut:

reff (3:20)

Gambar 2.7. Keseimbangan energi pada sebuah volume atur


yang sedang mengalami laju aliran steady. (ref 3:20)
Dimana :
m = laju aliran massa

Kg /det

h = entalpi

Kj/Kg

v = kecepatan

m/det

g = percepatan gravitasi

m/

q = laju aliran energi dalam bentuk kalor

w = laju aliran energi dalam bentuk kerja


E = energi dalam sistem

Oleh karena perhatian kita hanya dibatasi pada proses aliran


mantap, maka tidak ada perubahan harga E terhadap waktu, karena
itu

, dan persamaan energi aliran mantap menjadi :

(vi)

2.4.3

Proses Kompresi
Pengkompresian suatu gas merupakan suatu contoh proses
adiabatik. Perubahan energi kinetik dan potensial serta laju
perpindahan kalornya biasanya diabaikan.
persamaan :

Sehingga didapat

ref(3:22)

.(vii
Dimana :
w = daya kompresor Kw
= entalpi refrigeran pada titik 1

(KJ/Kg)

= entalpi refrigeran pada titik 2

(KJ/Kg)

m =laju aliran massa refrigeran

(Kg/det)

Artinya daya yang dibutuhkan sama dengan laju aliran


massa dikalikan dengan perubahan entalpi.

Kerja W berharga

negatif untuk kmpresor dan positif untuk mesin.

2.4.4

Proses Evaporasi dan Kondensasi


Pada proses ini perubahan energi kinetik dan energi
potensial diabaikan sehingga harga

dan

pada titik 1 dan

titik 2 dianggal nol, karena pada evaporator dan kondensor tidak


ada kerja yang dilakukan oleh pompa, kompresor atau mesin,
mawa W = 0. Dari persamaan iv, laju aliran kalor pada proses
evaporasi dirumuskan sebagai berikut.

Reff (3:21)

(viii)
Dimana :

= Laju perpindahan kalor evaporasi

= entalpi refrigeran pada titik 1

(KJ / Kg)

= entalpi refrigeran pada titik 4

(KJ / Kg)

= laju aliran massa refrigeran

(Kg/det)

Laju aliran kalor pada proses kondensasi dirumuskan sbb :


.(ix)
Dimana : Qk = Laju perpindahan kalor kondensasi
= entalpi refrigeran pada titik 1

(KJ / Kg)

= entalpi refrigeran pada titik 3

(KJ / Kg)

= laju aliran massa refrigeran

(Kg/det)

2.4.5

Throttling Process
Proses ini terjadi pada pipa kapiler atau katup ekspansi,
pada proses ini tidak ada kerja yang dilakukan atau ditimbulkan
sehingga (
dianggap nol.

).

Perubahan energi kinetik dan potensial

Proses dianggap adiabatik sehingga

Persamaan energi aliran menjadi Reff (3:21)


.(x)

2.4.6

Efek Refrigerasi
Efek Refrigerasi adalah besarnya kalor yang diserap oleh
refrigeran dalam evaporator pada proses evaporasi. Dirumuskan
sebagai berikut: reff (3:187)
RE =

KJ/Kg

(xi)

Dimana :
RE = Efek Refrigerasi

(KJ/Kg )

= entalpi refrigeran pada titik 1 (KJ/Kg)


= entalpi refrigeran pada titik 4 (KJ/Kg)

2.4.7

Koefisien Pestasi (COP)


Coeficient Of Performance adalah perbandingan besarnya
panas dari ruang pendignin (efek refrigerasi) dirumuskan sebagai
berikut: reff (3:187)
..(xii)

2.4.8

Proses Psikometrik dan Sifat Udara Basah


Psikometrik merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran
udara dan uap air, karena udara atmosfer tidak kering betul tetapi
merupakan campuran antara udara dan uap air.

Proses Psikometrik.
1. Pemanasan dan pendinginan sensibel

reff(3:49)

2. Pendinginan dan penurunan kelembaban


Btu/h
= Kapasitas refrigerasi

(xvii)
(Btu/h)

w = Laju aliran massa udara (Kg/det)


= h udara pada seksi masuk koil pendingin (Kj/Kg)
= h udara pada seksi keluarkoil pendingin

(Kj/Kg)

Sifat Udara Basah


a. Temperatur bola kering (t 0C)
Adalah temperatur udara yang diukur dengan
termometer biasa (dengan sensor kering / terbuka).

a. Temperatur bola basah (t 0C)


Adalah temperatur yang diukur dengan termometer
yang sensornya dibalut dengan kain basah.

b. Tekanan parsial uap air (f mm Hg)


Hubungan antara tekanan parsial uap air dengan
temperatur bola basah dapat dilihat pada persamaan
berikut:

c. Kelembaban relatif

( )

Adalah perbandingan fraksi molekul uap air


didalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh
pada suhu dan tekanan yang sama.

..(xiv)
b. Rasio Kelembaban

(W)

Adalah berat atau massa air yang terakndung dalam


setiap Kg udara kering.
..(xv)
c. Titik embun (t 0C)
Adalah temperatur air pada keadaan dan tekanan
uap sama dengan tekanan uap dari udara lembab. Jadi
pada temperatir tersebut uap air dalam uap air mulai
mengembun dan hal ini dapat terjadi apabila udara lembab
didinginkan.

d. Entalpi (h) (Kj/Kg)


Adalah energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat
pada temperatur tertentu. Entalpi campuran pada udara
kering dan uap air adalah jumlah entalpi dari keduanya.
Kj / Kg ud kering ..(xvi)
= kalor spesifik udara kering pada tekanan konstan
( 1 Kj/Kg oK)
= suhu campuran udara dan uap
= entalpi uap air jenuh pada suhu campuran uap-udara
(Kj/Kg)

2.5.

Komponen Utama Siklus Kompresi Uap


2.5.1

Kompresor
Pada

sistem

refrigerant

kompresor

berfungsi

untuk

mempertahankan perbedaan tekanan dalam sistem dan mengalirkan


refrigeran dari evaporator ke kondensor. Kompresor mempunyai
berbagai klasifikasi akan tetapi pada umumnya hanya terbagi
dalam dua jenis utama yaitu
a. Kompresor positif, dimana gas dihisap masuk ke dalam
silinder dan dikompresikan.

b. Kompresor non positif, dimana gas yang diisap masuk


dipercepat alirannya oleh sebuah impeller yang kemudian
mengubah energi kinetc untuk menaikkan tekanan.
Kompresor yang digunakan dalam Ac split ini termasuk
dalam kompresor positif. Jenis kompresornya adalah kompresor
sentrifugal.

2.5.2

Kondensor
Kondensor

adalah

alat

yang

berfungsi

untuk

mengembunkan refrigeran dengan cara penyerapan panas. Uap


refrigeran memindahkan panasnya pada udara, sehingga uap
refrigeran akan mengembun dan mencair kembali.

2.5.3

Evaporator
Evaporator
menguapkan

merupakan

refrigearant

alat

dengan

yang
cara

berfungsi

untuk

perpindahan

panas.

Perpindahan panas ini adalah berpindahnya kalor dari suhu sekitar


ke Refrigeran. Hal ini mengakibatkan suhu udara sekitar akan
turun. Cauran refrigeran yang telah melewati expantion valve
secara mendadak.
Tekanannya turun sehingga temperatur refrigeran menjadi
lebih rendah dari sebelumnya. Hal ini mengakibatkan cairan dingin
menyerap panas sekelilingnya sehingga terjadi pendinginan, karena

cairan menyerap panas maka temperatur cairang menjadi lebih


tinggi.

Sehingga setelah keluar dari evaporator refrigeran

berbentuk uap bukan lagi berbentuk cair.


2.5.4

Katup Ekspansi
Expantion valve berguna untuk mengekspansikan cairan
refrigeran yang mempunyai tekanan tinggi sampai tekanan rendah.
Alat ini mgenatur supaya evaporator selalu mendapat suplai
refrigeran sehingga diperleh efisiensi siklus yang optimal. Katup
ekspansi yang digunakan pada AC split adalah pipa kapiler. Pipa
kapiler dipasang sebagai pengganti katup ekspansi. Tahanan dari
pipa kapiler inilah yang dipergunakan untuk mentrotel dan
menurunkan tekanan. Diameter dan panjang pipa kapiler
ditetapkan berdasarkan kapasitas pendinginan, kondisi operasi dan
jumlah refrigeran dari mesin refrigerasi. Konstruksi pipa kapiler
sangat sederhana, sehingga jarang terjadi gangguan. Pada waktu
kompresor berhenti bekerja, pipa kapiler menghubungkan baguan
tekanan

inggi

dengan

bagian

tekanan

rendah,

sehingga

menyamakan tekanannya dan memudahkan start berikutnya.

2.5.5

Receiver
Receiver atau tangki penampung berfungsi sebagai
penampung atau penympan refrigeran dalam sistem pendingin.
Letak receiver terdapat antara drier stainer dan kondensor.

2.5.6

Drier Stariner
Terdiri atas silika gel dan screen. Silika gel berfungsi untuk
menyerap kotoran, dan screen untuk menyaring kotoran berupa
karat dan lainnya. Jadi apabila refrigeran terdapat kotoran makan
refrigeran tersebut akan tersaring drier stainer terlebih dahulu
sebelum ke expantion valve, sehingga katup ekspansi tidak rusak
atau mengalami kebuntuan. Apabila kran ekspansi buntu mnaka
tidak akan terjadi proses pendinginan.

2.5.7

Oil Separator
Oil Separator merupakan alat untuk memisahkan antara
minyak dari kompresor dengan bahan refrigeran. Cara kerja alat ini
yaitu berdasarkan berat jenis dari bahan pendingin dengan minyak
kompresor tersebut, jadi minyak kompresor tersebut akan
tertinggal dalam oil separator dan uap refrigeran diteruskan menuju
kondensor. Minyak kompresort yang tertinggal dalam oil separator
akan dialirkan lagi kedalam kompresor melalui katup yang menuju
ke kompresor.

2.5.8

Akumulator
Setelah melewati Akumulator, uap refrigeran ke suction
line, jika ada cairan yang tidak menguap akan tertampung dalam
suatu silinder yaitu akumulator yang berfungsi mencegah adanya

cairan refrigeran yang masuk pada suction line. Suction line


membawa uap refrigeran dari evaporator menuju kompresor dan
proses pendinginan kembali seperti semula.
2.5.9

Refrigeran
Refrigeran adalah media perpindahan panas yang menyerap
kalor dengan penguapan (evaporator) pada temperatur rendah dan
memberikan kalor dengan pengembunan pada temperatur dan
tekanan tinggi. Atau fluida kerja dalam sistem refrigerasi.
Refrigeran dalam perdagangan telah diklasifikasikan
oleh ASRE (American Sociaty of Refrigeran Enggineer). Standar
ASRE membagi refrigeran dalam beberapa kelompok penting
yaitu senyawa halokarbon (R-11, R-12, R-22), Azeotropes (R502), senyawa hidrokarbon (Etana, Propana, Butana), dan
senyawa Anorganik (Amonia, Air, Karbon Dioksida).
Refrigeran yang digunakan dalam system kompresi uap
pada instalasi pengujian adalah refrigerant primer yang dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Senyawa Halokarbon
Refrigeran yang memiliki satu atau lebih atom dari
salah satu halogen yaitu klorin, bromine, fourin. Beberapa
jenis Freon yang populer digunakan seperti R-12, R-22, R13
termasuk refrigerant halocarbon

Tabel. 2.1. Penomoran Refrigerant Halokarbon


Ketentuan
Penomeran
R-11
R-12
R-13
R-22
R-40

Nama Kimia

Rumus Kimia

Trikloromonofluorometana
Diklorodifluorometana
Monoklorotrifluorometana
Monoklorodifluorometana
Metil Klorida

CC F

CHCL

b. Senyawa Anorganik
Senyawa Anorganik sering digunakan pada masa awal
perkembangan bidang refrigerasi dan pengkondisian udara.
Tabel. 2.2. Senyawa Anorganik
Ketentuan
Penomeran
717
718
729
744
764

Nama Kimia

Rumus Kimia

Amonia
Air
Udara
KarbonDioksida
Sulfurdioksida

c. Senyawa Hidrokarbon
Banyak senyawa hidrokarbon yang cocok digunakan
sebagai

refrigerant

khususnya

perminyakan dan petrokimia.

dipaai

untuk

industri

Tabel 2.3 Senyawa Hidrokarbon

Ketentuan
Penomeran
50
170
290

Nama Kimia

Rumus Kimia
C

Metana
Etana
Propana

d. Azeotrop
Campuran Azeotrop dua substansi adalah campuran
yang tidak dapat dipisahkan menjadi komponen komponen
dengan cara destilasi. Azeotrop menguap dan mengembun
sebagai substansi tunggal yang sifatnya berbeda dengan sifat
unsur pembentuknya. Azeotrop yang paling dikenal adalah
refrigerant R-502 yang meruoakan campuran 48.8% R-22 dan
51,2% R-115.
2.5.9.1 Sifat-Sifat Refrigeran Ideal
Refrigeran yang ideal sekurang-kurangnya mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
1. Tekanan Penguapan positif
Tekan

penguapan

positif

mencegah

terjadinya

kemungkinan kebocoran udara ke dalam sistem selama


beroperasi.

2. Suhu Pembekuan yang cukup rendah


Suhu pembekuan yang cukup rendah agar pemadatan
refrigerant tidak terjadi selama operasi normal.
3. Daya larut minyak pelumas
Minyak pelumas adalah cairan yang digunakan dalam
refrigerator

terutama

kompresor torak.

pada

sistem

yang

menggunakan

Refrigeran akan bersentuhan langsung

dengan minyak.
4. Konduktivitas thermal yang tinggi
Sifat ini penting untuk menentukan karakteristik
perpindahan kalor. Refrigeran yang murah.
5. Mudah dicari kebocorannya
Kebocoran-kebocoran pada jalur refrigerant harus
dicari cara yang paling sederhana dan pasti.
6. Tidak terbakar
Uap

refrigerant

tidak

boleh

terbakar

mengakibatkan kebakaran pada konsentrasi dengan udara


7. Tidak merusak ozon dan tidak beracun
8. Kalor laten penguapan harus tinggi
9. Volume spesifik (fasa gas) yang cukup kecil.
10. Koefisien prestasi harus tinggi
11. Konduktifitas termal tinggi

atau

12. Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun gas.


13. Konstanta dielektrik kecil, tahanan listrik yang besar, tidak
korosi pada isolator listrik.
14. Stabil, tidak bereaksi menjadi korosi
2.5.9.2 Refrigeran R-22
Refrigeran R-22 Termasuk dalam senyawa halokarbon,
refrigeran ini banyak digunakan karena mempunyai kelebihan
diantaranya tidak berbau, tidak mudah terbakar serta sangat stabil.
Nama kimia dari R-22 adalah Monoklorodifluorometana
dengan rumus kimia CHCL . R-22 merupakan sistem penomeran
dalam kelompok halokarbon mengikuti pola sebagai berikut: angka
pertama dari kanan adalah jumlah atom flourin dalam ikatan angka
kedua dari kanan merupakan jumlah atom hidrogen ditambah
angka satu; dan angka ketiga dari kanan adalah jumlah atom
karbon dikurang satu.

Gambar 2.8 Diagram P-h refrigerant R-22

Tabel 2.4. Physucal and Thermodynamic Properties R-22


Properties

R-22

Enthalphy Liquid, kJ/kg

230

Enthalphy Vapour, kJ/kg

413

Density L, kg/

1191

Density V, kg/

44,23

Spesific Heat L, kJ/kg K

1,26

Spesific Heat V, kJ/kg K

0,87

Properties

R-22

Viscocity L, uPa-s

164

Viscocity V, uPa-s

12,5

Thermal Conductivity L, mW/m.K

83

Thermal Conductivity V, mW/m.K

11

Surface Tension, N/m.

8,1

Speed of Sound L, m/s

541

Speed of Sound V, m/s

160

Saturated Pressure, bar

10,4

Temperatur Glide, 0C

2.5.9.3 Refrigeran MC-22


Refrigeran ini termasuk dalam senyawa hidrokarbon, dan
mempunyai kelebihan antara lain :
Sangat ramah lingkungan
Tidak memerlukan penggantian komponen
Tidak memerlukan penggantian oli / pelumas
Pencapaian temperatur dingin lebih cepat
Momen torque terhadap motor listrik penggerak kompresor
menjadi turun

Pada saat kompresor 1 phase, saat dilakukan penyalaan tidak


memerlukan bantuan starting kapasitor
Menambah umur pemakaian kompresor.
Tidak membahayakan manusia.
Memiliki keuntungan teknis
Density lebih kecil sehingga kuantitas lebih rendah
Enthalphy lebih besar sehingga jumlah refrigeran yang
bersirkulasi lebih kecil
Konduktifitas termal lebih besar sehingga transfer kalor
lebih besar
Viskositas lebih rendah sehingga tahanan aliran lebih kecil
Ratio tekanan dan kondensor dan evaporator lebih kecil
sehingga komsumsi daya lebih rendah.
Tabel 2.5. Physical and Thermodynamic Properties MC-22
Properties

MC-22

Enthalphy Liquid, kJ/kg

265

Enthalphy Vapour, kJ/kg

601

Density L, kg/

492

Density V, kg/

20,56

Spesific Heat L, kJ/kg K

2,73

Spesific Heat V, kJ/kg K

2,07

Viscocity L, uPa-s

97,2

Viscocity V, uPa-s

8,3

Thermal Conductivity L, mW/m.K

94

Thermal Conductivity V, mW/m.K

19

Gambar 2.9. Diagram P-h refrigeran Hidrokarbon MC-22

2.6

Aspek Keselamatan
Hidrokarbon sebagai refrigeran memiliki karakteristik sebagaimana
halnya keluarga hidropkarbon seperti solar, bensin, kerosin yang memiliki
sifat mudah terbakar dibandingkan dengan bahan terbakar lainnya seperti
kayu, kertas dan lain sebagainya. Walaupun hidropkarbon dapat terbakar
namun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari sudah sedemikian
menyatu sehingga aspek yang dikhawatirkan dari segi mudah terbakar
dianggap biasa. Pemakaian hidrokarbon sebagai refrigerant sebenarnya
tidak perlu dikhawatirkan karena refrigeran tersebut bukan sengaja untuk
dibakar bahkan dengan jelas diupayakan untuk tidak dibocorkan dari
instalasi. Pada pemakaiannya hidrokarbon sebagai refrigeran aspek
keselamatan perlu diperhatikan karena hidrokarbon merupakan zat yang
mudah terbakar.

2.6.1

Penanganan Bahaya Hidrokarbon


Flammable atau dapat terbakar merupakan sifat dari semua
zat yang terdiri dari unsur hidrogen dan karbon seperti premium,
solar, elpiji, minyak tanah, aerosol, dan lain-lain. Sifat flammable
bukan berarti bahwa zat tersebut bisa langsung terbakar dalam
segala kondisi, karena ada persyaratan untuk menjadikan sifat
flammable

tersebut

menjadi

terbakar

dalam

kenyataan.

Kewaspadaan utama dalam penanganan refrigeran hidrokarbon


adalah upaya mencegah jangan sampai bahan tersebut terbakar.
Syarat untuk terjadi pembakaran harus ada tiga unsur yaitu udara
dan bahan bakar yang bercampur pada konsentrasi yang tepat serta
sumber api.

Bila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak

terpenuhi maka tidak terjadi pembakaran.

Gambar 2.10. Tiga unsur terjadinya pembakaran.

Hal tersebut dicegah dengan menutup sumber penyebab


timbulnya pencampuran parameter segitiga api dengan cara :
1. Mencegah terjadinya kebocoran pada sistem.
2. Tidak membuang gas keluar, bila tidak bisa diupayakan
dengan memperlambat aliran.
3. Menghindari sumber api (percikan bunga api)
4. Untuk menjamin rasa aman gunakan detektor gas dan lebih
baik dilengkapi dengan alarm
5. Memasang tanda-tanda peringatan atau simbol-simbol
6. Informasi bahwa mesin atau unit menggunakan refrigeran
hidrokarbon.
7. Pelaksanaan servis (perbaikan) sebaiknya dilakukan oleh
teknisi terlatih.
8. Membuat ventilasi yang baik untuk menghindari terjadinya
pengumpulan gas.

2.7

Retrofitting
Retrofitting adalah cara mengganti atau memasukkan refrigeran
lama dengan refrigeran yang baru. Misal dari bahan pendingin halokarbon
dengan bahan pendingin hidrokarbon pada unit mesin pendingin. Pada
proses retrofit dilakukan beberapa hal yaitu pengambilan data awal dan
pengeceka kinerja kemudian recovery (pengambilan refrigeran lama),

selanjutnya pemvakuman sistem, pengisian refrigeran dan terakhir


pemeriksaan kinerja setelah retrofitting.
Sebelumnya kita perlu tahu terlebih dahulu prosedur umum bekerja
dengan hidrokarbon
1. Selalu bekerja pada ruangan yang berventilasi
2. Dilarang merokok selama bekerja
3. Hindari percikan api dalam radius dari daerah pengisian atau
pembuangan.
4. Menonaktifkan saklar listrik dalam radius 2m dari daerah pengisian
atau pembuangan
5. Siapkan pemadam kebakaran manual ( dari jenis powder )
6. Gunakan Gloves dan Googles
Ada beberapa prosedur yang harus dilakukan pada saat melakukan
retrofitting dengan menggunakan refrigeran hidrokarbon sebagai berikut:
1. Usahakan memperhatikan prosedur umum penanganan hidrokarbon
2. Lakukan pemeriksaan fisik
3. Lakukan pemeriksaan fungsi komponen (catat performasi jika
mungkin )
4. Lakukan pemeriksaan terhadap instalasi listrik, isolasi atau pindahkan
ke tempat yang lebih tinggi
5. Lakukan pengembalian kembali (recovery) refrigeran CFC.
6. Vakum sistem

Gambar 2.11. proses pemvakuman


o Siapkan Charging manifold hubungkan saluran pengisian pada
kompresor pada sisi tekanan rendah (low) charging manifold,
bagian tengah (centre) charging manifold dihubungkan dengan
pompa vakum. Pada bagian saluran keluar pompa vakum
dihubungkan dengan selang yang dicelupkan kedalam wadah yang
berisi air.
o Buka keran tekanan rendah (low,) biasanya, pada alat tertulis lo
charging manifold, kemudian nyalakan pompa vakum.
o Biarkan beberapa saat sampai skala petunjuk tekanan rendah (low)
menunjukkan vakum 30 InHg.
o Matikan pompa vakum, kemudian tutup keran tekanan rendah
(low).
o Lepaskan

selang

bagian

tengah

charging

manifold

yang

menghubungkan ke pompa vakum. Selanjutnya, hubungkan selang


tersebut ke tabung refrigerant.

o Buka keran tabung refrigerant. Setelah refigeran masuk kedalam


sistem dan charging manifold menunjukkan tekanan 10psi, tutup
keran refrigerant.
o Nyalakan kompresor AC agar refrigerant menyebar ke seluruh
sistem dan mendorong udara sisa ke luar dari sistem.
o Setelah beberapa menit, matikan kompresor.
o Lepas selang tangan charging manifold yang menghubungkan ke
tabung refrigerant. Kemudian, hubungkan kembali selang tersebut
ke pompa vakum.
o Buka keran tekanan rendah (lo), kemudian nyalakan kembali
pompa vakum.
o Saat charging manifold menunjukkan 30 InHg, tutup keran low (lo)
dan matikan pompa vakum.
o Lepaskan selang tengah charging manifold yang menghubungkan
ke pompa vakum. Hubungkan kembali selang tersebut dengan
tabung refrigerant. Selanjutnya, lakukan pengisian refrigerant.

Gambar 2.12. Proses Pengisian Refrigeran


Hidupkan mesin
Buka tutup saluran pengisian (pentil) pada bagian outdoor
Tutup keran charging manifold pada sisi tekanan rendah (sebelah
kiri). Kemudian, pasang selang pengisian (berwarna biru) charging
manifold ke saluran pengisian (pentil) refrigerant, sedangkan selang
tengah charging manifold (berwarna kuning) dihubungkan ke
tabung refrrigeran.
Selanjutnya, buka keran tabung refrigerant secara perlahan.
Balikkan posisi tabung refigeran.
Tunggu beberapa saat. Perhatikan nilai atau skala yang ditunjukkan
jarum charging manifold. Lakuakan pengisian refrigerant dengan
membuka keran tekanan rendah (lo) charging manifold secara
perlahan. Tunggu beberapa saat, kemudian tutup kembali keran
tekanan rendah (lo) charging manifold.
Lakukan

secara berulang-ulang sampai tekanan sistem sesuai

dengan tekanan standar AC.

Periksa

arus

listrik

yang

melewati

kompresor

dengan

menggunakan tang ampere. Bandingkan nilai arus listrik yang


melewati kompresor dengan tekanan sistem. Karena berbanding
lurus, penambahan tekanan sistem akan berpengaruh pada besar
arus listrik yang melewati kompresor. Jadi, hasil pengukuran arus
listrik bias dijadikan patokan ketika mengisi refrigerant atau
sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai