DISUSUN OLEH :
NIM
: P.09083
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
:ASUHAN
KEPERAWATAN
PEMENUHAN
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .........................................................................
ii
iii
iv
vii
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ......................................................
B. Pengkajian ............................................................
13
13
BAB III
14
15
16
B. Kesimpulan ...........................................................
23
C. Saran .....................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hierarki
Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia
untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, salah
satunya adalah kebutuhan kesehatan temperatur tubuh (Mubarak, 2008: 1).
Termoregulasi tak efektif yaitu keadaan ini dimana seorang individu
mengalami
atau
beresiko
mengalami
ketidakmampuan
untuk
masalah
gangguan
pemenuhan
kebutuhan
keamanan;
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan keamanan; termoregulasi pada
An. A dengan observasi febris di bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum
Daerah Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan keamanan; termoregulasi pada An. A dengan observasi
febris di bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan pemenuhan kebutuhan keamanan; termoregulasi pada An. A
dengan observasi febris di bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum
Daerah Sukoharjo.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan pemenuhan kebutuhan keamanan; termoregulasi pada An. A
dengan observasi febris di bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum
Daerah Sukoharjo.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan
pemenuhan kebuthan keamanan; termoregulasi pada An. A dengan
observasi febris di bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah
Sukoharjo.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Identitas pasien An. A yang berumur empat tahun, berjenis kelamin
laki-laki, alamat Nglarangan RT 01/RW 01 Sukoharjo, masuk rumah sakit pada
tanggal 7 April 2012 dengan diagnosa medis observasi febris. Penanggung
jawab selama dirawat di rumah sakit adalah ayah An. A bernama Tn. M yang
berusia 37 tahun lulusan SMA dan bekerja di DPU Sukoharjo alamatnya di
Nglarangan RT 01/RW 01, Sukoharjo. An. A seorang muslim.
B. Pengkajian
Pengkajian secara alloanamnesa dan autoanamnesa serta dengan
melihat catatan medis dari dokter. Hasil pengkajian yang dilakukan pada
tanggal 7 April 2012 didapat keluhan utama yang dirasakan An. A adalah
panas tinggi sejak hari Kamis tanggal 5 April 2012. Keluarga mengatakan pada
hari Kamis siang An. A tubuhnya panas, sebelumnya An. A kelelahan setelah
beberapa hari diajak main sepak bola oleh saudaranya. Kamis sorenya keluarga
membawa pasien untuk berobat ke dokter spesialis anak terdekat, setelah
berobat pasien mendapatkan obat puyer dan intunal (syrup) diminum 3x1 hari
namun panasnya tidak menurun apalagi saat malam hari tubuh pasien teraba
lebih panas dibandingkan saat pagi atau pun siang hari.
Tanggal 7 April 2012 jam 15.00 WIB pasien dibawa keluarganya
berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo karena tubuhnya teraba
sangat panas. Di rumah sakit pasien diterima di IGD dan dilakukan
pemeriksaan suhu tubuh mencapai 39.5C, tekanan darah 120/60 mmHg, nadi
110 kali setiap menitnya, pernapasannya 40 kali setiap menit. Pasien
mendapatkan terapi infus RL 15 tetes per menit makro, setelah mendapatkan
terapi dari IGD kemudian pasien dibawa ke ruang rawat inap yaitu di ruang
Flamboyan kamar 1.1 dan mendapatkan suntikan cefotaxim 300 mg, invomit 2
mg, norages 125 mg serta paracetamol satu sendok teh.
Pengkajian yang dilakukan terhadap pasien ada beberapa tahap
diantaranya adalah pengkajian riwayat kehamilan masa lalu dilakukan kepada
ibu pasien yang bernama Ny. H. Ibu pasien hamil tiga kali namun baru
melahirkan satu kali, dua kali kehamilan sebelumnya terjadi abortus karena
kandungan lemah. Di kehamilan ketiganya Ny. H rutin memeriksakan
kandungannya di bidan dekat tempat tinggalnya, selama Ny. H hamil ia selalu
mengonsumsi vitamin C dan zat besi yang diberikan oleh bidan saat periksa.
Ny. H melahirkan pada tanggal 12 Januari 2008 dengan gestasi saat lahir
sembilan bulan. Persalinan Ny. H berlangsung secara spontan, lama persalinan
delapan jam dan melahirkan di bidan setempat. Ny. H mengatakan saat An. A
lahir berat badannya 3,2 kg, panjang badan saat lahir 48 cm, tidak ada kelainan
kongenital, ibu pasien juga mengatakan saat An. A lahir berwarna merah dan
menangis kencang serta pergerakannya juga aktif.
An. A memiliki riwayat pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
namun bukan di rumah sakit yang sama. Dua tahun yang lalu An. A pernah
dirawat karena diare dan panas tinggi, saat itu pasien dirawat selama empat
hari. An. A saat ini mendapatkan pengobatan dari rumah sakit adalah infus RL
berfungsi mencukupi cairan dan elektrolit dalam tubuh, injeksi cefotaxime 300
mg/8 jam indikasi obat ini diberikan kepada pasien dengan infeksi saluran
nafas bawah, saluran kemih, ginekologi, kulit, tulang dan rawan sendi, saluran
pencernaan, susunan saraf pusat, bakterimia dan septikemi, kemudian injeksi
invomit 2 mg/12 jam diberikan pada pasien dengan indikasi mual, muntah
sitotoksin kemoterapi dan radioterapi, pasca operasi, dan juga injeksi norages
125 mg kalau perlu jika suhu tubuh lebih dari 38,5C fungsinya sebagai
meringankan nyeri kolik dan sakit setelah operasi, meringankan rasa sakit,
selain obat-obat tadi ada juga paracetamol satu sendok teh/4 jam sebagai obat
penurun panas/nyeri serta puyer yang didalamnya terkandung mucera 7,5 mg
indikasi penyakit saluran nafas atas dan kronis disertai bronkial abnormal
seperti pada eksaserbasi dari bronkitis kronis, kalmethason 1,3 mg indikasinya
yaitu keadaan alergi, peradangan dan penyakit lain yang memerlukan terapi
selanjutnya
adalah
pengkajian
pertumbuhan
dan
perkembangan pasien mulai dari saat dia pertama lahir hingga saat ini berumur
empat tahun. Ibu pasien mengatakan saat lahir berat badan pasien 3,2 kg
dengan panjang badan 48 cm, saat ini berat badan pasien 14 kg dan panjang
badan 110 cm. Gigi pasien sudah lengkap kondisi gigi pasien kurang bersih
karena pasien jarang menggosok gigi, pasien belum bisa menggosok gigi
secara mandiri. Terdapat gigi karies pada bagian depan. Gigi pasien tumbuh
pertama ketika berusia enam bulan, pasien dapat duduk sendiri dan bisa
merangkak pada usia delapan bulan. Pasien bisa berjalan saat berusia satu
tahun lebih satu minggu. Pasien sudah belajar makan secara mandiri meskipun
terkadang masih dibantu ibunya. Kata pertama yang dapat diucapkan oleh
pasien adalah bapak, saat ini pasien belum bersekolah. Ny. H mengatakan
anaknya selalu berinteraksi dengan teman sebayanya dan senang bermain
dengan teman sebayanya.
pernah terjadi. Didalam rumahnya terdapat dua orang yang merokok yaitu ayah
dan kakek pasien adalah seorang perokok aktif.
Pasien tinggal satu rumah dengan ayah, ibu, kakek dan neneknya dari
ayahnya. Tipe rumah pasien sudah permanen, dalam satu rumah terdapat 2
kamar tertutup dan 1 kamar terbuka. Pasien selalu tidur bersama ayah dan
ibunya. Jumlah lantai di rumahnya hanya ada satu lantai, lingkungan rumahnya
sangat bersih dan sangat baik terdapat ventilasi yang cukup. Pengambilan
keputusan di keluarga adalah oleh ayah pasien. Di rumah interaksi pasien
dengan penghuni rumah lainnya sangat baik.
Pemeriksaan fisik pasien dimulai dari pengukuran berat badan pasien
yaitu 14 kg dan tinggi pasien 110 cm, lingkar kepala pasien 52 cm, lingkar
dadanya 55 cm, serta lingkar lengannya 14 cm. Saat dilakukan pemeriksaan
tanda vital pasien di ruang Flamboyan tanggal 7 April 2012 diperoleh suhu
tubuhnya 38,5C, pernapasannya 40x tiap menit, nadi dan tekanan darahnya
116 x per menit dan 120/60 mmHg. Keadaan umum pasien sadar penuh
(composmentis),keadaan nutrisi pasien WHZ -1,42 (normal), HAZ 1,65
(normal), WHZ -2,93 (kurus). Warna kulit pasien coklat sawo matang, turgor
kulit elastis, tekstur kulit lembab. Rambut pasien berwarna hitam, bersih tidak
ada ketombe, warna kuku merah muda serta tidak ada clubbing, kuku bersih
dan pendek. Bentuk kepala pasien mesosefal dan sutura sudah menutup secara
sempurna. Konjungtiva pada mata pasien tidak anemis, sklera putih, warna
kornea hitam, kelopak mata tidak cekung, antara mata kanan dan kiri simetris.
Telinga pasien bersih, ada serumennya sedikit, kemampuan pendengarannya
dari data tersebut diatas adalah hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
(Nanda, 2009: 400).
E. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7 April
2012 jam 16.35 adalah memantau tanda vital pasien didapatkan hasil tekanan
darah : 120/60 mmHg, nadi : 116x/menit, suhu tubuh : 38,5C, pernapasan :
40x/menit, jam 16.40 mengajarkan keluarga untuk melakukan kompres air
hangat didapat respon subyektif keluarga mengatakan mau mengompres pasien
dengan air hangat pada kedua ketiak dan selakangannya, data obyektifnya
pasien dikompres dengan air hangat pada selakangan dan ketiaknya.
Implementasi hari Minggu 8 April 2012 jam 11.00 pasien dipantau tanda
vitalnya tekanan darah : 120/60mmHg, nadi : 90x/menit, pernapasan :
34x/menit, suhu : 37C. Memberikan injeksi cefotaxime 300 mg secara IV pada
jam 12.00, pada jam 13.00 menganjurkan asupan cairan oral keluarga
mengatakan pasien mau minum susu kurang lebih 4-5 kali sehari dengan dot 90
cc pasien terlihat mau minum susu dengan dot sebanyak kurang lebih 4-5 kali
sehari.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan diatas tanggal 7 April
2012 jam 20.00 WIB didapatkan respon subyektif keluarga mengatakan badan
pasien sudah teraba hangat, obyektifnya suhu tubuh pasien 37,5C, assesment
masalah belum teratasi, planning lanjutkan intervensi kaji/monitor tanda-tanda
vital, motivasi pasien banyak minum, berikan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun panas.
Tanggal 8 April 2012 jam 14.00 WIB dilakukan evaluasi pada pasien dan
didapatkan respon subyektif keluarga mengatakan saat ini pasien sudah tidak
panas lagi namun tadi malam badan pasien teraba panas, obyektifnya suhu
tubuh pasien 37C, pasien tampak tidak gelisah, assesment masalah teratasi
sebagian, planning pertahankan intervensi pantau tanda-tanda vital, kolaborasi
dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan lanjutan dan terapi obat
cefotaxime 300mg.
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Bab ini membahas mengenai kesenjangan antara pengkajian dalam
proses keperawatan yang dilakukan dengan kenyataan teori yang ada.
Termoregolasi adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami atau
beresiko mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh
normal secara efektif karena faktor-faktor eksternal tidak sesuai atau
mengalami perubahan (Tamsuri, 2006: 42).
Salah satu efek dari terganggunya termoregulasi adalah demam.
Demam adalah keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh
normal, demam adalah istilan umun dan beberapa istilah lainnya sering
digunakan adalah pireksia atau hipertermi (Tamsuri, 2006: 27). Demam adalah
kondisi ketika otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38C
(Pujiarto, 2008: 349).
Pengkajian yang dilakukan di ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum
Daerah Sukoharjo tanggal 7 hingga 8 April 2012 kepada An. A yang diagnosa
medis observasi febris. Pengkajian dimulai pada tanggal 7 April 2012
diperoleh data bahwa An. A yang menderita panas tinggi sejak tanggal 5 April
2012. Dalam pengkajian ini penulis lalai untuk menanyakan kepada keluarga
mengenai seberapa panas yang dialami pasien sebelum pasien dibawa berobat
ke rumah sakit.
Demam dihasilkan oleh pirogen endogen yang bekerja pada mekanisme
pengatur suhu tubuh di sistem saraf pusat. Pirogen terpenting yang
bertanggung jawab atas demam adalah interleukin l. Produk hasil bakteri,
virus, serta jamur merangsang pelepasan interleukin l dari makrofag, serta juga
produksi sitokin-sitokin lain, sehingga menghasilkan demam dan manifestasi
lain respon radang. Demam terkadang merupakan satu-satunya manifestasi
bermakna dari kondisi sakit seorang anak (Rudolph, 2006: 584).
Tanggal 7 April 2012 saat diterima di IGD suhu tubuh pasien mencapai
39,5C diukur dengan termometer aksila, pasien mendapatkan terapi infus RL
dengan 15 tetes setiap menitnya. Kerugian yang bisa terjadi akibat demam
adalah dehidrasi karena pada saat demam terjadi peningkatan pengeluaran
cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. Kejang demam, tetapi
kemungkinan sangat kecil. Selain itu kejang demam hanya mengenai bayi usia
enam bulan sampai anak usia tiga tahun. Kejang tidak terjadi pada pasien
hanya pasien menjadi menggigil saat sebelum dibawa ke rumah sakit
(Purwanti, 2008: 84).
Jam 16.30 pasien dibawa ke ruang perawatan di ruang Flamboyan.
Pasien mendapatkan terapi obat suntikan cefotaxim 300 mg, invomit 2 mg,
norages 125 mg serta paracetamol satu sendok teh. Hasil pengkajian yang
diperoleh pada An. A adalah bahwa pada pemeriksaan fisiknya diperoleh
bahwa pemeriksaan kulit teraba hangat, tekstur kulit lembab dan elastis, serta
warna kulit sawo matang dan juga pemeriksaan tanda vitalnya saat sampai di
ruangan menunjukan penurunan suhu tubuhnya menjadi 38,5C. Dalam
pemeriksaan fisik penulis hanya dapat mengukur suhu tubuh pasien dengan
termometer aksila ini terjadi karena keterbatasan alat yang penulis temui di
lapangan, meskipun pada pasien demam lebih akurat mengukur suhu tubuh
menggunakan termometer rektal namun kenyataannya di lapangan seringnya
hanya diukur dengan termometer aksila.
Pemeriksaan
penunjang
yang
dapat
penulis
laporkan
hanya
minum susu kurang lebih 3-4 botol dot 90 cc. Kebanyakan demam pada anak
disebabkan oleh infeksi virus, oleh karena itu tujuan terapinya bukan
menyembuhkan infeksinya melainkan membuat anak lebih nyaman serta
mengamati dan mencegah komplikasi. Di sisi lain, kita sering mengartikan
terapi sebagai pemberian obat, padahal definisi terapi menurut WHO adalah
advis dan informasi, terapi non obat, terapi dalam bentuk obat, merujuk, dan
kombinasi diatas.
Artinya, dalam tata laksana demam pada anak oleh tenaga medis adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan Terapi : membuat anak merasa nyaman dan memantau keadaan
umum serta penyebab timbulnya demam.
2. Daftar terapi yang efektif :
a. Nasihat dan informasi
b. Jangan panik (orang tua diberi penjelasan dan ditenangkan).
c. Amati perilaku anak
d. Beri cairan lebih sering. Jika terjadi muntah berikan cairan
rehidrasi oral.
e. Beri tau tanda gawat darurat agar tau kapan harus menghubungi
dokter.
f. Berikan makanan anak yang dia inginkan (jangan cemas bila nafsu
makan berkurang). Hindari makan berlemak dan sulit dicerna.
g. Ruangan dijaga agar tidak terlalu panas, ventilasi baik.
h. Baju jangan tebal
B. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan observasi selama dua hari di lapangan
penulis dapat menarik kesimpulan. Pengkajian yang dilakukan penulis pada
pasien dengan pemenuhan kebutuhan keamanan; termoregulasi dapat
dilakukan dengan alloanamnesa atau autoanamnesa serta dapat juga melihat
dari catatan medis pasien. Hasil pengkajian yang ditemukan pada pasien adalah
adanya ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh dalam
rentang normal, karena yang menjadi keluhan pasien adalah terjadinya
peningkatan suhu tubuh pasien selama beberapa hari. Pasien mengalami panas
tinggi sejak hari Kamis tanggal 5 April 2012 dan dibawa ke rumah sakit pada
hari Sabtu tanggal 8 April 2012, pemeriksaan suhu tubuh pasien pada hari
Sabtu mencapai 39.5C. Hasil pemeriksaan penunjang pada 8 April 2012 yaitu
adanya peningkatan leukosit 12,2 10/L pada pemeriksaan laboratoriumnya.
Diagnosa keperawatan yang ditegakan adalah hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit. Masalah keperawatan yang sudah ditegakan tersebut
dapat teratasi apabila penulis menyusun rencana keperawatan. Adapun rencana
keperawatan yang penulis susun untuk mengatasi masalah keperawatannya
adalah memantau tanda-tanda vital pasien, pantau hidrasi, anjurkan asupan
oral, ajarkan kompres air hangat, gunakan selimut pendingin, dan kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat penurun panas (paracetamol, cefotaxime)
dan terapi lainnya (Wilkinson, 2006: 222).
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi atau rencana
keperawatan yang sudah disusun namun tidak semua intervensi dapat tercapai
C. Saran
1. Saran bagi perawat diharapkan mampu melakukan tindakan keperawatan
yang lebih efektif dan lebih cermat.
2. Saran bagi pasien ataupun keluarga dengan diberikannya pengetahuan atau
pendidikan tentang kompres hangat diharapkan keluarga mampu
mengatasi demam yang mungkin terjadi pada anggota keluarga lainnya
sebagai pertolongan pertama sebelum dilakukan tindakan medis.
3. Saran bagi peneliti lain diharapkan ada peneliti lain yang dapat meneliti
demam dan tindakan yang lebih cermat pada kondisi darurat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. 2002. Buku Ajar Keperawatan Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi 1. Editor Soedarmo S.S Poorwo,
dkk. Jakarta: Penerbit Ilmu Kesehatan Anak FKUI, hal 27
Kania,
Nia.
2007.
Penatalaksanaan
Demam
Pada
Anak.
http://www.pustaka.unpad.ac.id/wp.../penatalaksanaan_demam_pada_anak
.pdf. Diakses pada tanggal 20 April 2012.
MIMS. 2009. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 9. Jakarta. PT. Bhuana
Ilmu Populer (Kelompok Gramedia).
Mubarak Wahid I, Nurul Chayati. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal 1-2.
Rudolph Pediatrics. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Edisi 20. Jakarta; Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Edisi 20, hal 584-585.
Suriadi, Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2. Editor Ns,
Haryanto, S.Kep. Jakarta; CV. Sagung Seto, hal 63-66.
Tamsuri Anas. 2006. Tanda-Tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC, hal 27-38.
Valita Avin. 2007. Perbedaan penurunan suhu klien febris antara kompres
hangat dengan tanpa kompres hangat pada reseptor suhu (Studi Kasus di
Ruang Anak RSU Dr Saiful Anwar Malang). Karya Tulis Ilmiah.
http://www.dijilib.umm.ac.id/.../jiptummpp-gdl-s1-2008-avinvalita-14616PEN. Diakses pada tanggal 10 April 2012.
Nama
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat Rumah
: Purwodadi
Riwayat Pendidikan
:
1. TK Dharmawanita lulus tahun 1997
2. SD Negeri 1 Danyang lulus tahun 2003
3. SMP Negeri 1 Purwodadi lulus tahun 2006
4. SMA Negeri 1 Purwodadi lulus tahun 2009
Riwayat Pekerjaan
:-
Riwayat Organisasi