Kata Pengantar Tugas Hiter
Kata Pengantar Tugas Hiter
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas
Mata Kuliah Hidrologi Terapan ini.
Tugas ini disusun sebagai penambahan nilai mata kuliah Hidrologi
Terapan yang harus dilaksanakan oleh setiap mahasiswa yang dibagi dalam
beberapa kelompok.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Sri Eko Wahyuni,Ir., MS selaku dosen Hidrologi Terapan.
2. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Penyusun
menyadari
sepenuhnya
bahwa
masih
terdapat
banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam pengerjaan tugas ini. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan mahasiswa
khususnya dan para pembaca pada umumnya, agar dalam pengerjaan tugas
selanjutnya akan menjadi lebh baik. Harapan kami semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, September 2014
Pemyusum
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Daerah aliran sungai adalah daerah yang dibatasi oleh punggung bukit
atau gunung dimana air hujan mengalir ke sungai utama, air meresap atau
mengalir melalui sungai/anak sungai. Penetapan batas daerah aliran sungai
ditentukan oleh topografinya, ditetapkan dari titik tertinggi di sekelililing
sungai utama, lalu titik-titik tersebut dihubungkan.
Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat
menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di
Bumi,
hujan
adalah
air di
atmosfer
menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan.
Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin
jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke
udara. Virga adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum
mencapai daratan; inilah satu cara penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk
melalui tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan
memiliki ukuran yang beragam mulai dari pepat, mirip panekuk (butir besar),
hingga bola kecil (butir kecil).
Curah hujan
permukaannya diasumsikan rata. Curah hujan efektf adalah curah hujan yang
melimpas menjadi air permukaan, atau yang disebut dengan run off. Curah
hujan digunakan untuk perancangan pemanfaatan bangunan air dan
pengendalian banjir adalah dengan menggunakan curah hujan rata-rata
daerah aliran sungai.
Sungai Bengawan Solo merupakan sebuah sumber air yang sabgat
potensial bagi usaha-usaha pengelolaan dan pengembangan sumber daya air,
di sepanjang alirannya untuk memenuhi berbagai keperluan dan kebutuhan
antara lain untuk keutuhan domestik, air baku air minum dan industry, irigasi,
dan lain-lain. Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau
Jawa, terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah
12% dari seluruh wilayah Pulau Jawa pada posisi 11018 BT sampai
11245 dan 649 LS sampai 808 LS.
DAS Bengawan Solo merupakan DAS terluas di WS Bengawan Solo
yang meliputi Sub DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun dan
Sub DAS Bengawan Hilir, Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Sub DAS
Kali Madiun dengan luas masing-masing 6.072 km2 dan 3.755 km2.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh data besarnya
curah hujan rata-rata daerah aliran sungai dengan menggunakan metode
Aljabar dan metode Thiessen.
Tujuan dari survey ini antara lain:
1. Mencari daerah aliran sungai mempunyai minimal tiga stasiun sungai, dan
curah hujan se[anjang 20 tahun.
2. Jika ada data curah hujan yang hilang, dapat dilengkapi dengan metode
yang tepat.
3. Dari data curah hujan tersebut, dapat diteliti apakah data curah hujan
tersebut konsisten, dan dilengkapi dengna gambar dan factor koreksinya.
4. Setelah data konsisten, mencari besarnya curah hujan rata-rata daerah
aliran sungai.
1.3. Lokasi
Lokasi yang digunakan datanya adalah DAS Kali Gondang, yang
merupakan bagian dari DAS Bengawan Solo.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANALISIS HIDROLOGI
2.1.1 Pengumpulan Data Hujan
Untuk menghitung curah hujan wilayah digunakan metode
Thiessen, sedangkan data yang diperlukan adalah gambar peta DAS
yang akan dihitung, letak lokasi stasiun hujan yang berpengaruh
terhadap DAS dan data curah hujan harian maksimum hasil
pengamatan di masing-masing stasiun tersebut.
Data lokasi stasiun hujan yang berpengaruh terhadap DAS
yang ditinjau dapat dilihat pada tabel 2.1
Stasiun hujan yang berpengaruh terhadap DAS yang ditinjau
Tabel 2.1
No
No stasiun
Walikukun
188
Ngrambe
187
Mojogedang
135
Polokerto
80
Tasik Madu
128
Masaran
173
Matesih
84
Tretes
186
Kedung Banteng
196
10
Gebang
176
11
Kedawung
181
Tabel 2.2
1989
1990
118
152
155
120
1991
138
108
145
118
1992
87
105
80
97
1993
97
107
96
99
1994
82
105
116
101
1995
85
110
109
98
1996
113
106
80
105
1997
128
178
86
79
10
1998
96
91
85
88
11
1999
112
68
112
105
12
2000
109
79
62
81
13
2001
115
65
78
99
14
2002
117
54
98
76
15
2003
75
88
70
79
16
2004
95
59
70
70
17
2005
87
87
72
71
18
2006
75
60
72
67
19
2007
112
160
60
115
20
2008
90
105
82
87
`No
Tahun
: Stasiun Walikukun
Tretes
186
131
: Stasiun Walikukun,
Tretes
: Stasiun Kd. Banteng,
Tretes
: Stasiun Kedawung,
Mojogedang, Tretes,
Kd.Banteng
: Stasiun Masaran
: Stasiun Tasikmadu,
Mojogedang, Polokarto,
Matesih
: Stasiun Polokarto,
Tasikmadu
No
Tahun
1989
Kd. Banteng
122
Kedawung
85
Tretes
131
1990
152
105
120
1991
108
77
118
1992
105
91
97
1993
107
102
99
1994
105
61
101
1995
110
70
98
1996
106
81
105
1997
178
59
79
10
1998
91
74
88
11
1999
68
78
105
12
2000
79
85
81
13
2001
65
85
99
14
2002
54
65
76
15
2003
88
75
79
16
2004
59
77
70
17
2005
87
119
71
18
2006
60
70
67
19
2007
160
145
115
20
2008
105
49
87
2000
1500
Kum Stasiun Indek
1000
500
0
0
2500
2000
1500
Kum Stasiun Indek 1000
500
0
0
500
2000
1500
Kum Stasiun Indek
1000
500
0
0
500
Alat ukur yang diganti dengan spesifikasi yang berbeda atau alat
yang sama akan tetapi dipasang dengan patokan ukuran yang berbeda
Kumulatif
Tahun
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
kd banteng
kedawung
tretes
122
152
108
105
107
105
110
106
178
91
68
79
65
54
88
59
87
60
160
105
85
105
77
91
102
61
70
81
59
74
78
85
85
65
75
77
119
70
145
49
131
120
118
97
99
101
98
105
79
88
105
81
99
76
79
70
71
67
115
87
Rata-rata
kd banteng st indek
(Ked;Tret)
108
122
108
112,5
274
220,5
97,5
382
318
94
487
412
100,5
594
512,5
81
699
593,5
84
809
677,5
93
915
770,5
69
1093
839,5
81
1184
920,5
91,5
1252
1012
83
1331
1095
92
1396
1187
70,5
1450
1257,5
77
1538
1334,5
73,5
1597
1408
95
1684
1503
68,5
1744
1571,5
130
1904
1701,5
68
2009
1769,5
Rata-rata
(Kdb;Tret)
126,5
136
113
101
103
103
104
105,5
128,5
89,5
86,5
80
82
65
83,5
64,5
79
63,5
137,5
96
Keda
8
1
2
3
4
5
5
6
7
8
8
9
10
11
11
12
13
14
16
16
85+ 31
2
=108
Kedawung
Mencari nilai rata-rata stasiun indek (kd banteng ;tretes)
122+31
2
=126,5
Tretes
122+85
2
=103,5
sumbu
berupa
nilai
kumulatif
stasiun
indek
(kd.Banteng;kedawung)
2.1.3 Hujan Rata-Rata Wilayah
Untuk menghitung hujan rata-rata wilayah dapat menggunakan 3
metode yaitu Aljabar,Thiessen,dan Isohyet. Adapun metode yang kami
gunakan adalah metode Thiessen.
Berikut langkah-langkah metode Thiessen :
No
Outlet Jembatan
Nama Sungai
BH 139
K. Miring
(km2)
6.63
BH 141
K. Dadung
37.34
BH 142
K. Tretes
44.52
BH 147
K. Pakan
18.76
BH 148
K. Krenceng
8.43
BH 165
K. Gondang
76.57
BH 176
K. Gading
71.04
BH 196
K. Klenteng
15.06
BH 209
K. Dawung
47.46
10
BH 262
K. Grompong
7.09
11
BH 263
K. Kedung Bulu
2.84
12
BH 307
K. Kranggan
20.95
Nama Stasiun
Luas Daerah
Hujan
1
2
3
Kd. Banteng
Kedawung
Tretes
Pengaruh
(km2)
16,61
1,99
57,96
Faktor Pemberat :
1. Kd. Banteng = Luas Daerah Pengaruh : Luas DAS Kali Gondang
= 16,61 : 76,57
= 0,217
2. Kedawung
= 1,99 : 76,57
= 0,026
3. Tretes
= 57,96 : 76,57
= 0,757
Analisa hasil perhitungan curah hujan rata - rata wilayah DAS Kali Gondang
Tabel 2.6
No
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
99.17
90.84
89.33
73.43
74.94
76.46
74.19
79.49
59.80
66.62
79.49
61.32
74.94
57.53
59.80
52.99
53.75
50.72
87.06
65.86
Curah hujan
wilayah
127.85
126.55
114.77
98.59
100.81
100.84
99.88
104.60
99.96
88.29
96.28
80.67
91.26
73.21
80.85
67.79
75.72
65.56
125.55
89.92
Contoh Perhitungan
Tahun 1989
n
= 127,85 mm