BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur beserta perangkat Daerah Otonom sebagai
Badan Eksekutif Daerah.
2. Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota adalah Bupati dan Walikota beserta
perangkat Daerah Otonom sebagai Badan Eksekutif Daerah.
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Otonom oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
Desentralisasi.
4. Pemerintahan Provinsi adalah penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Otonom
oleh Pemerintah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
menurut asas Desentralisasi.
5. Pemerintahan Kabupaten dan Pemerintahan Kota adalah penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Otonom oleh Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota menurut asas Desentralisasi.
6. Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan sesuai dengan
rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Pengawasan fungsional adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh
Lembaga/Badan/Unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan
melalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan dan penilaian.
8. Pengawasan legislatif adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah terhadap pemerintah daerah sesuai tugas, wewenang
dan haknya.
9. Kebijakan daerah adalah aturan, arahan, acuan, ketentuan dan pedoman dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dituangkan dalam Peraturan Daerah,
Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan
Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
10. Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan masyarakat.
11. Pemeriksaan adalah salah satu bentuk kegiatan pengawasan fungsional yang
dilakukan dengan cara membandingkan antara peraturan/rencana/program dengan
kondisi dan atau kenyataan yang ada.
12. Pemeriksaan reguler adalah kegiatan pemeriksaan yang dilakukan secara teratur
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.
13. Pemeriksaan insidentil adalah kegiatan pemeriksaan yang dilakukan sewaktuwaktu terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.
14. Pemeriksaan terpadu adalah kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh beberapa
Lembaga/Badan/Unit Pengawasan secara bersama-sama.
15. Pengujian adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional yang dilakukan
dengan cara meneliti kebenaran, mutu, jumlah, dokumen dan atau barang dengan
kriteria yang ditetapkan.
16. Pengusutan adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional untuk mencari
bahan-bahan bukti adanya dugaan terjadinya tindak pidana.
17. Penilaian adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional untuk menetapkan
tingkat keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan.
BAB II
RUANG LINGKUP PENGAWASAN
Pasal 2
Pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pengawasan fungsional,
pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat.
Pasal 3
Pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2, dilakukan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan Kabupaten
dan Pemerintahan Kota.
Pasal 4
Pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3, meliputi seluruh kewenangan Daerah berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi
dan tugas pembantuan.
BAB III
PELAKSANAAN PENGAWASAN
Pasal 5
(1) Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen melakukan
pengawasan fungsional sesuai dengan bidang kewenangannya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Inspektur
Jenderal Departemen, Pimpinan Badan/Unit yang diberi tugas melaksanakan
pengawasan.
Pasal 6
BAB V
CARA PENGAWASAN
Pasal 13
Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Gubernur, Bupati/Walikota
melakukan pengawasan fungsional melalui kegiatan :
a. pemeriksaan berkala, pemeriksaan insidentil maupun pemeriksaan terpadu;
b. pengujian terhadap laporan berkala dan atau sewaktu-waktu dari unit/satuan kerja;
c. pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi terjadinya korupsi,
kolusi dan nepotisme;
d. penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program, proyek
serta kegiatan.
Pasal 14
Dalam melaksanakan pengawasan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Gubernur, Bupati/Walikota
dapat :
a. meminta, menerima dan mengusahakan memperoleh bahan-bahan dan atau
keterangan dari pihak yang dipandang perlu;
b. melakukan atau menyuruh melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan di
tempat-tempat pekerjaan;
c. menerima, mempelajari dan melakukan pemeriksaan atas kebenaran pengaduan;
d. memanggil pejabat-pejabat yang diperlukan untuk diminta keterangan dengan
memperhatikan jenjang jabatan yang berlaku;
e. menyarankan kepada pejabat yang berwenang mengenai langkah-langkah yang
bersifat preventif maupun represif terhadap segala bentuk pelanggaran.
Pasal 15
(1) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota melakukan pengawasan legislatif melalui :
a. pemandangan umum Fraksi-fraksi dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah;
b. rapat pembahasan dalam sidang komisi;
c. rapat pembahasan dalam Panitia-panitia yang dibentuk berdasarkan tata tertib
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
d. rapat dengar pendapat dengan Pemerintah Daerah dan pihak-pihak lain yang
diperlukan;
e. kunjungan kerja.
BAB VIII
TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN
Pasal 20
(1) Pimpinan Unit Kerja Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota,
mengambil langkah-langkah tindak lanjut hasil pengawasan penyelenggaraan
Pemerintahan di Daerah.
(2) Tindak lanjut hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari :
a.
b.
c.
d.
e.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 23
Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, semua ketentuan di bidang pengawasan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Keputusan Presiden ini.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Petunjuk teknis kegiatan pengawasan yang meliputi pemeriksaan, pengujian, pengusutan
dan penilaian ditetapkan oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen
sesuai bidang tugas masing-masing.
Pasal 25
Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Peraturan
Perundang undangan II
ttd.
Edy Sudibyo