Anda di halaman 1dari 8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengembangan pendidikan karakter,
nilai-nilai kejujuran siswa sekolah dasar Se-Malang Raya dengan memanfaatkan
peran dari kantin kejujuran.
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Karakter
Pendidikan karakter merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia
yang tidak pernah bisa dipisahkan. Wibowo (2012:18) bahwa pendidikan adalah
sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan
oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan ketrampilan kepada anak didik, demi
terciptanya manusia sempurna yang berkarakter.
Pendidikan bukan merupakan saran transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi
juga sebagai sarana penyaluran nilai sehingga akan menghasilkan manusia yang
berwawasan dan berkarakter baik. Muin (2011:290) bahwa pendidikan
memberikan nilai-nilai yang ideal yang diharapkan mengatur prilaku peserta didik.
Oleh karena itu pendidikan berperan untuk menciptakan dan membangun generasi
penerus bangsa yang cerdas dan berkepribadian baik.
Karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh seseorang. Kemendiknas
(2010:7) karakter adalah nilai-nilai yang unik baik yang terpateri dalam diri dan
terenjawantahkan dalam perilaku. Lebih lanjur menurut Wiyani (2013:25) karakter
adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi perkerti individu
yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan penggerak
serta membedakannya dengan individu lain. Jadi karakter adalah perilaku dan
sifat-sifat kejiwaan yang tampak pada diri seseorang yang dapat membedakan
seseorang dengan yang lain.
Karakter erat kaitannya dengan kebiasaan. Apabila seseorang terbiasa
untuk bersikap baik sesuai kaidah moral maka akan terbentuk karakter yang baik
dalam diri seseorang. Hariyanto (2012:43) mengatakan bahwa karakter dapat
dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seorang, terbentuk baik
karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya
5

dengan orang lain, serta mewujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Kemendiknas (2012:7) menyatakan bahwa pendidikan karakter
bertujuan mengembangkan nilai-nilai bangsa yaitu Pancasila, meliputi (1)
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang baik
hati,berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) membangun bangsa yang
berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi warganegara agar memiliki
sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat
manusia. Sedangkan fungsi pendidikan karakter yaitu membangun kehidupan
kebangsaan yang multikultural; membangun peradaban bangsa yang cerdas,
berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi tehadap pengembangan kehidupan
umat manusia. mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik,
dan berperilaku baik serta keteladanan baik, membangun sikap warganegara yang
cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain
dalam suatu harmoni.
Pendidikan karakter disekolah bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter peserta didik yang utuh. Kesuma, Dkk (2012:9) bahwa
pendidikan karakter dalam setting sekolah memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Menguatkan dan mengembangkan nilai nilai kehidupan yang dianggap penting
dan perlu sehingga menjadi kepribadian /kepemilikan peserta didik yang khas
sebagaimana nilai nilai yang dikembangkan;
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai nilai
yang dikembangkan oleh sekolah;
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter


Sjarkawi (2011:29) menyimpulkan bahwa nilai adalah kualitas suatu
hal yang guna menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan

dapat menjadi obyek kepentingan. Lebih lanjut menurut Gunawan

(2012:31)

bahwa nilai merupakan standar untuk mempertimbangkan dan meraih perilaku


tentang baik atau tidak baik dilakukan. Maka yang dimaksud dengan nilai nilai
karakter adalah suatu nilai yang dilaksanakan untuk mewujudkan sikap yang baik.
Nilai positif atau benar adalah yang menghasilkan suatu perilaku yang berdampak
positif baik bagi yang yang menjalankan maupun orang lain.
Kemendiknas (2010:8) menyimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan
karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari
agama ,Pancasila,Budaya,dan Tujuan Pendidikan Nasional ,yaitu: (1) Religius,(2)
Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)
Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah
Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai ,
(15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan , (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung
Jawab.
4. Prinsip Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter di sekolah akan terlaksana dengan lancar ,jika
guru dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter.
Kemendiknas 2010 memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan
pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:
a. Mempromosikan nilai nilai dasar etika sebagai basis karakter
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,
perasaan dan perilaku.
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun
karakter;
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian;
e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang
baik;
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu
mereka untuk sukses;
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik;
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang
sama;
7

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan yang luas dalam


membangun inisiatif pendidikan pendidikan karakter;
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun karakter;
k. Mengevaluasi karakter sekolah ,fungsi staf sekolah

sebagai guru -guru

karakter,dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.


Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan
pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik mengenal dan menerima nilainilai pendidikan karakter dengan baik dan mewujudkannya dalam bentuk perilaku.
5. Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah
Pengembangan karakter tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi
terintegrasi kedalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya satuan
pendidikan. Wibowo (2013:25) menyimpulkan bahwa pendidikan karakter
dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan
kebiasaan (habit). Pendidikan karakter

tidak terbatas pada pengetahuan saja.

Seseorang yang memiliki pengetahuan karakter yang baik belum tentu mampu
untuk bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih atau terbiasa
melakukan kebaikan tersebut. Pendidikan karakter juga menjangkau wilayah
emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian, diperlukan tiga komponen karakter
yang baik yaitu pengetahuan

tentang moral, perasaan tentang moral, dan

perbuatan moral.
Kemendiknas (2010:26) secara mikro pengembangan karakter dibagi
dalam empat pilar, yakni (1) kegiatan belajar di kelas, (2) kegiatan keseharian
dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan formal dan non formal,
(3) kegiatan kokurikuler atau ekstra kurikuler, (4) kegiatan keseharian dirumah dan
dimasyarakat.
6. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter pasti ada faktor pendukung dan
penghambat. Fitri (2012:139) menyimpulkan bahwa faktor pendukung dan
penghambat pendidikan karakter yaitu
a. Faktor pendukung pendidikan karakter

Faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah


diantaranya:
1) Motivasi siswa,siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan menyerap
berbagai nilai secara mudah dan mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Kesiapan diri peserta didik menerima nilai.
3) Media masa yang bersifat positif membantu meningkatkan pembelajaran nilai
dengan tayangan program pendidikan nilai.
4) Adanya komunikasi yang baik antara orang tua, guru, siswa, dan lingkungan
masyarakat.
5) Lingkungan sekolah yang positif.
b. Faktor Penghambat pendidikan karakter
Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan pendidikan karakter disekolah
diantaranya:
1) Adanya anggapan bahwa pembelajaran nilai tidak meningkatkan aspek
kognitif.
2) Adanya gambar atau tayangan negatif media masa yang dapat mempengaruhi
perilaku anak.
3) Kekurangpedulian orang tua, guru, dan lingkungan terhadap perilaku anak.
4) Krisis keteladanan para tokoh dan pemimpin bangsa.
5) Ketidakharmonisan keluarga.

B. Konsep Kantin Kejujuran di Sekolah Dasar


Konsep kantin kejujuran di sekolah konsep dan aplikasi kantin kejujuran di
sekolah. Kantin kejujuran sejak dicetuskan secara nasional beberapa tahun lalu,
sudah banyak direalisasikan di sekolah-sekolah. Kantin kejujuran menggunakan
metode pejualan makanan ringan - minuman/snack di kantin sekolah tanpa dijaga
oleh petugas baik sebagai kasir maupun sebagai pelayan. Jadi, para pembeli dalam
hal ini pelajar melakukan transaksi sendiri, mengambil makanan dan membayar
sendiri berdasarkan harga yang tertera tanpa ada yang mengontrol apakah dia jujur
membayar atau tidak.
Konsepsi dasar kantin kejujuran adalah, murid membeli tanpa ada kontrol
dan hanya mengandalkan sistem kepercayaan. Maksudnya adalah bagaimana agar

murid membiasakan pola hidup jujur ketika ada peluang bagi dia untuk berlaku
tidak jujur. Kantin kejujuran menawarkan formula bahwa murid silahkan
mengambil makanan apapun yang tersedia di kantin dengan 3 kemungkinan yang
terjadi: Siswa dengan sadar mau membayar makanan yang dimakan sesuai dengan
harga yang tertera di daftar harga (berarti siswa jujur).
Siswa membayar makanan lebih sedikit daripada jumlah makanan yang dia
ambil/makan (Kurang jujur). Siswa sama sekali tidak membayar makanan yang dia
ambil/makan (Tidak jujur). Ternyata dalam pelaksanaannya, banyak murid yang
tidak membayar penuh makanan sesuai dengan makanan yang diambil dengan kata
lain murid tersebut banyak yang tidak jujur.
Namun pada sisi lain, kantin kejujuran juga memberikan sebuah
kesempatan/ peluang bagi murid untuk berbuat tidak jujur. Pertama bisa saja
karena kepepet namun lama-lama menjadi kebiasaan, sehingga ketika dilakukan
evaluasi/audit maka kantin kejujuran malah merugi. Maka munculah usulan bagi
kantin kejujuran agar memasang CCTV. Kalau ini dilakukan sama saja dengan
bukan kantin kejujuran lagi, sama seperti kantin yang ada penjaganya hanya beda
nama saja.
Berhubung kantin kejujuran sudah banyak diterapkan di banyak sekolah
maka biarlah ini menjadi uji kejujuran murid dan pendidikan agar murid berlaku
jujur. Hanya yang penting dilakukan adalah: 1) Sosialisasi secara terus menerus
kepada murid untuk selalu jujur bahwa meskipun tidak ada orang yang melihat,
namun segala perbuatan kita selalu dilihat dan diketaui oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa. Sehingga murid harus jujur meskipun tidak ada manusia yang melihat. 2)
Kantin kejujuran harus menyiapkan uang kembalian yang cukup karena murid
tidak mesti membawa uang receh ke sekolahnya. Sebaiknya harga makanan dan
minuman di sekolah dibuat sama dengan satuan harga bulatan yang mudah,
misalnya satu item barang harganya Rp 1.000,-. Jadi sistem pembayarannya pasti
lebih mudah dan tempat pembayarannya bisa dibuat seperti kotak kaca yang
berlubang. 3) Kantin kejujuran harus menyiapkan buku daftar debet/kredit bagi
murid untuk mengantisipasi murid yang tidak cukup membawa uang namun telah
mengambil makanan lebih banyak sehingga dia harus mencatat kekurangannya
dan bisa dibayarkan/dilunasi keesokan harinya.

10

Demikian juga ketika dia membawa uang besar namun tidak ada kembalian
maka bisa mencatatnya. 4) Kantin kejujuran harus tetap menyiapkan petugas yang
menata makanan agar tetap rapi dan bersih serta mengatur tempat duduk, dan
bukan petugas yang mengurusi kasir. dia hanya berurusan dengan keuangan ketika
ada masalah seperti tempat uang penuh dan ada murid membawa uang besar dan
tidak ada kembalian. Penting untuk dihimbau pada murid agar selalu membawa
uang kecil untuk memudahkan transaksi. 5) Kantin kejujuran harus melakukan
evaluasi harian dan bila ternyata hasilnya terlalu banyak rugi (murid banyak yang
tidak jujur) maka keberadaan kantin kejujuran perlu dikaji lagi apakah perlu
diteruskan.
C. Pentingnya Menanamkan Nilai Kejujuran pada Anak
Kejujuran itu penting sebab merupakan salah satu nilai pembentuk
kepribadian anak. Tetapi masalahnya banyak guru dan orang tua yang tidak tahu
bagaimana cara mengajarkan kejujuran pada anak.Ada beberapa penyebab ketika
seorang anak memilih tidak jujur alias bohong, misalnya kurangnya perhatian dari
guru dan orangtua, kurang percaya diri, cemburu, atau mungkin bohong karena
imajinasi. Bila guru dan orangtua tahu benar penyebabnya tentu dapat mudah
menemukan solusi untuk mengatasi masalah ini.

a. Pengertian Kejujuran
Sebelum mengenal lebih jauh mengenai kejujuran yang dilakukan
anak, alangkah baiknya, berarti orang tersebut tidak jujur atau berbohong.
b. Nilai Kejujuran Pembentuk Kepribadian
Kepribadian dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata personality adalah
persona dalam bahasa latin kuno, yang artinya adalah topeng. Pada jaman dahulu
topeng digunakan untuk menyembunyikan identitas pemakainya. Lambat laun kata
ini berkembang di Roma dengan nama personality hingga saat ini. Maka dapat
disimpulkan bahwa kata persona adalah bagaimana seseorang tampak pada orang
lain, dan bukan sebenarnya dirinya.

11

Adapun yang dimaksud psikofisik adalah kebiasaan, sikap, nilai,


keyakinan, keadaan, emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi
memiliki dasar fisik individu secara umum. Dalam pembentukan kepribadian, nilai
kejujuran termasuk didalamnya.
c. Apakah Kecurangan Adalah Bentuk Kebohongan
Bagi anak-anak yang tidak mau berusaha atau seringkali gagal
melakukan sesuatu maka cenderung memilih cara curang. Ketika dalam
permainan, anak sering mengalami kekalahan, sehingga sering dikenai hukuman
oleh teman-temannya, maka memilih cara curang untuk memenangkan permainan.
Kecurangan juga dilakukan anak ketika dia bersekolah. Ketika
sekolah memberikan standar nilai yang tinggi tentu hal itu akan memberatkan
bagi anak-anak yang malas belajar. Maka jalan yang ditempuh oleh anak-anak
pemalas adalah menyontek anak-anak yang rajin belajar.
Jadi kecurangan adalah bentuk dari kebohongan. Namun, tidak semua
anak melakukan kebohongan dan kecurangan, hal ini tergantung dari pola
kepribadian anak, bagi anak-anak yang pendiam, pemalu dan suka menyendiri,
maka dia jarang sekali melakukan kebohongan dan kecurangan. Sebab anak yang
pendiam jarang melakukan pelanggaran karena takut akan konsekuensi hukuman.
Lain halnya jika anak tidak suka berbohong dan curang karena melihat bahwa hal
itu tidak baik untuk dilakukan. Namun, sikap ini diperlukan pengarahan dari
masing-masing pihak, seperti orangtua dan guru di sekolah.

12

Anda mungkin juga menyukai