Anda di halaman 1dari 27

ARSITEKTUR KOTA

(ELEMEN KOTA)

Anggota Kelompok :
1. Eko Mujianto (41212120040)
2. Adam Ravka Batra (41212110024)
3. Bristia Prabowo (41212120042)
4. Kurniadi Agus Santoso
(41212120026)
5. Aditya Dwi Prasetyo Akbar
6. Novebriyanto Sani (41212120029)
Dosen
Fakultas

: Drs. Ir. Tin Budi Utami, MT


: FT

2.PATH (Jalur)
Path merupakan rute-rute
sirkulasi yang biasanya
digunakan orang untuk
melakukan pergerakan
secara umum, yakni
jalan, gang-gang utama,
jalan transit, lintasan
kereta api, saluran dan
lain sebagainya.
Sumber : Paris Projet, Numero 27.28, L'Amenegement U Del'est
de Paris, 1999

Arsitektur Kota
28 Maret 2015

2.EDGE
EdgesEdgesadalah
elemen linier yang tidak
dipakai
sebagaipath.Edgeberada
pada batas antara dua
kawasan tertentu dan
berfungsi sebagai pemutus
linier, misalnya : pantai,
tembok, lintasan jalan, dan
jalur kereta api.

Sumber : Paris Projet, Numero 27.28, L'Amenegement U Del'est


de Paris, 1999

Arsitektur Kota
28 Maret 2015
Tepian Jalan Menjadi Edge dari suatu koridor jalan

3.DISTRIK (Kawasan)
Distrik
(kawasan)Sebuahdistrictme
miliki ciri khas yang mirip
(bentuk, pola dan wujudnya)
dan khas pula dalam
batasnya, orang akan
merasa harus mengakhiri
atau memulainya.
Sumber : Paris Projet, Numero 27.28, L'Amenegement U Del'est
de Paris, 1999

Arsitektur Kota
28 Maret 2015

4.NODES (Simpul)
Nodes merupakan simpul
atau lingkaran daerah
strategis yang arah atau
aktivitasnya saling bertemu
dan dapat dirubah ke arah
atau ke aktivitas lain,
misalnya persimpangan lalu
lintas, pasar, taman dan lain
sebagainya (catatan : tidak
semua persimpangan jalan
adalah nodes).

Sumber : Paris Projet, Numero 27.28, L'Amenegement U Del'est


de Paris, 1999

Arsitektur Kota
28 Maret 2015

5.LANDMARK
Landmark merupakan titik
referensi, atau elemen
eksternal dan merupakan
bentuk visual yang paling
menonjol dari sebuah kota.

Sumber : Paris Projet, Numero 27.28, L'Amenegement U Del'est


de Paris, 1999

Balai Kota Solo menjadi Landmark


Kawasan Koridor Jl Jend Sudirman
Solo

Monas Menjadi Landmark dari Kota Jakarta

Arsitektur Kota
28 Maret 2015

URBAN ACUPUNCTURE
Akupunktur perkotaan pada

dasarnya adalah sebuah filosofi yang


digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial di daerah
perkotaan. Dalam akupunktur
perkotaan, kota dianggap sebagai
tubuh manusia. Struktur fisik yang
ada di kota seperti bangunan, ruang
publik dan jalan-jalan dianggap
sebagai Zang-Fu (organ) dalam
sistem Pengobatan Tradisional Cina,
sedangkan pola aktivitas dan
pergerakan orang di kota dianggap
sebagai Qi, energi yang mengalir
dalam tubuh. Tujuan utama dari
akupunktur perkotaan adalah untuk
mempertahankan aliran energi
dalam tubuh (kota) sehingga dapat
bekerja dengan baik.

Arsitektur Kota
28 Maret 2015

LATAR BELAKANG
'Akupunktur Perkotaan' Istilah ini

pertama kali dinyatakan oleh


Manuel de Sola-Morales. (Shieh,
2006). Melalui konsep
akupunktur perkotaan, Manuel
de Sola-Morales mencoba untuk
memecahkan masalah
perkotaan melalui proyek-proyek
arsitektur strategis. Konsep
akupunktur perkotaan mengacu
pada intervensi perkotaan yang
menyembuhkan, dapat
dibangun dalam waktu singkat
dan spontan mampu
meningkatkan lingkungan
sekitarnya.
Arsitektur Kota
28 Maret 2015

Jaime Lerner menyajikan analogi nya;

bahwa mobil di jalan-jalan kota


sebagai 'kolesterol urban'. Jika jalanjalan arteri dan vena tubuh, mobil
digambarkan sebagai kolesterol yang
menyumbat. Dengan analogi ini,
Lerner mendorong lebih banyak orang
untuk menggunakan transportasi
umum. (Lerner, 2003). Tujuan utama
dari akupunktur perkotaan adalah
'Kota untuk Rakyat. Kota-kota saat ini
tidak dirancang untuk kenyamanan
manusia, tetapi untuk sirkulasi mobil,
dan banyak ruang privat disediakan
atas ruang publik. Banyak kota telah
kehilangan unsur kemanusiaannya,
ketika mereka mulai memodifikasi
tiga ruang publik, sungai, jalan-jalan
dan alun-alun kota. (Lerner, 2003).
Arsitektur Kota
28 Maret 2015

Akupunktur harus dapat menentukan titik

yang tepat untuk dapat menyembuhkan


tubuh pasien. Demikian pula, dalam desain
perkotaan, desainer perkotaan harus dapat
menentukan lokasi yang tepat yang akan
memberikan manfaat bagi semua bagian kota.
Untuk menentukan lokasi, akupunktur harus
mengetahui gejala, penyebab, dan
menentukan penyakit pasien.

Arsitektur Kota
28 Maret 2015

Pedekatan dan fokus perhatian


dalam urban acupuncture adalah:
Ruang terbuka publik (open space) sebagai

pembentuk kualitas kehidupan kota.


Urban fabric, adanya bangunan (arsitektur) yang
memperkuat citra kawasan.
Mixed-use development.
TOD, Adanya publik transportasi yang baik.
Heritage and Sustainable issue, untuk menjawab
permasalah global dan tantangan kota masa
depan, serta menjaga citra karakter kota.
Pemberdayaan masyarakat dengan berbagai
program dan kebijakan kota.

https://khaeraniadenan.wordpress.com/2014/01/12/introduction-tourban-acupuncture-towards-a-better-bandung-city/comment-page-1/

Teori Roger Trancik


Secara umum para arsitek tertarik

mengenai teori teori yang


memandang kota sebagai produk.
Roger Trancik sebagai tokoh
perancangan kota mengemukakan
bahwa ketiga pendekatan
kelompok teori berikut ini adalah
merupakan landasan dalam
penelitian perancangan
perkotaan, baik secara historis
maupun modern.
Ketiga pendekatan teori tersebut
sama sama memiliki suatu
potensi sebagai strategi
perancangan kota yang
menekankan produk perkotaan
secara terpadu.

Teori Figure/Ground
Pada teori ini dapat dipahami melalui pola perkotaan dengan
hubungan antara bentuk yang dibangun (building mass) dan ruang
terbuka (open space). Analisis figure/ground adalah alat yang baik
untuk:
Mengidentifikasikan sebuah tekstur dan pola-pola tata ruang

perkotaan (urban fabric)


Mengidentifikasi masalah keteraturan masa atau ruang perkotaan.
Kelemahan analisis figure/ground muncul dari dua segi:
Perhatiannya hanya mengarah pada gagasan-gagasan ruang

perkotaan yang dua dimensi saja.


Perhatiannya sering dianggap statis.

Figure/ground berisi tentang lahan terbangun

(urban solid) dan lahan terbuka (urban void).


Pendekatan figure ground adalah suatu
bentuk usaha untuk memanipulasi atau
mengolah pola existing figure ground dengan
cara penambahan, pengurangan, atau
pengubahan pola geometris dan juga
merupakan bentuk analisa hubungan antara
massa bangunan dengan ruang terbuka.

a. Urban solid
Tipe urban solid terdiri dari:
Massa bangunan, monument.
Persil lahan blok hunian yang ditonjolkan.
Edges yang berupa bangunan.

b. Urban void
Tipe urban void terdiri dari:
Ruang terbuka berupa pekarangan yang bersifat transisi antara publik dan

privat.
Ruang terbuka di dalam atau dikelilingi massa bangunan bersifat semi privat
sampai privat.
Jaringan utama jalan dan lapangan bersifat publik karena mewadahi aktivitas
publik berskala kota.
Area parkir publik bisa berupa taman parkir sebagai nodes yang berfungsi
preservasi kawasan hijau.
Sistem ruang terbuka yang berbentuk linier dan curvalinier. Tipe ini berupa
daerah aliran sungai, danau dan semua yang alami dan basah.

Teori Linkage
Teori pada kelompok kedua ini dapat dipahami

dari segi dinamika rupa perkotaan yang


dianggap sebagai pembangkit atau generator
kota. Analisa linkage adalah alat yang baik
untuk Memperhatikan dan menegaskan
hubungan hubungan dan gerakan gerakan
sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric).
Kelemahan analisa Linkage muncul dari segi
lain adalah Kurangnya perhatian dalam
mendefinisikan ruang perkotaan (urban fabric)
secara spatial dan kontekstual.

Linkage artinya berupa garis semu yang

menghubungkan antara elemen yang satu dengan


yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain,
atau distrik yang satu dengan yang lain. Garis ini bisa
berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian, ruang
terbuka yang berbentuk segaris dan sebagainya. Teori
linkage melibatkan pengorganisasian garis
penghubung yang menghubungkan bagian-bagian kota
dan disain spatial datum dari garis bangunan kepada
ruang. Spatial datum dapat berupa: site line, arah
pergerakan, aksis, maupun tepian bangunan (building
edge). Yang secara bersama-sama membentuk suatu
sistem linkage dalam sebuah lingkungan spasial.
Sebuah linkage perkotaan dapat diamati dengan cara
dan pendekatan yang berbeda, terdapat 3 pendekatan
linkage perkotaan:

a. Linkage yang visual.


Dalam linkage yang visual dua atau lebih
fragmen kota dihubungkan menjadi satu
kesatuan yang secara visual, mampu
menyatukan daerah kota dalam berbagai skala.
Pada dasarnya ada 2 pokok perbedaan antara
linkage visual, yaitu:
Yang menghubungkan dua daerah secara

netral.
Yang menghubungkan dua daerah, dengan
mengutamakan satu daerah.

Lima elemen linkage visual, merupakan elemen yang memiliki ciri khas dan
suasana tertentu yang mampung menghasilkan hubungan secara visual, terdiri
dari:
Garis: menghubungkan secara langsung dua tempat dengan satu deretan massa

(bangunan atau pohon).


Koridor: dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon) yang
membentuk sebuah ruang.
Sisi: menghubungkan dua kawasan dengan satu massa. Mirip dengan elemen
garus namun sisi bersifat tidak langsung.
Sumbu: mirip dengan elemen koridor , namun dalam menghubungkan dua
daerah lebih mengutamakan salah satu daerah saja.
Irama: menghubungkan dua tempat dengan variasi massa dan ruang.

b. Linkage yang struktural.


Menggabungkan dua atau lebih bentuk struktur kota
menjadi satu kesatuan tatanan.Menyatukan kawasan
kawasan kota melalui bentuk jaringan struktural yang
lebih dikenal dengan sistem kolase (collage). Tidak setiap
kawasan memiliki arti struktural yang sama dalam kota,
sehingga cara menghubungkannya secara hierarkis juga
dapat berbeda.
Fungsi linkage struktural di dalam kota adalah sebagai

stabilisator dan koordinator di dalam lingkungannya,


karena setiap kolase perlu diberikan stabilitas tertentu
serta distabilisasikan lingkungannya. Hal ini dapat
dilakukan dengan memprioritaskan sebuah daerah yang
menjelaskan lingkungannya dengan suatu struktur,
bentuk, wujud, atau fungsi yang memberikan susunan
tertentu didalam prioritas penataan kawasan.

Ada tiga elemen linkage struktural yang mencapai hubungan


secara arsitektural, yaitu:
Tambahan: melanjutkan pola pembangunan yang sudah ada

sebelumnya.
Sambungan: memperkenalkan pola baru pada lingkungan

kawasan.
Tembusan: terdapat dua atau lebih pola yang sudah ada di

sekitarnya dan akan disatukan sebagai pola-pola yang sekaligus


menembus didalam suatu kawasan.

c. Linkage bentuk yang kolektif.


Teori linkage memperhatikan susunan dari
hubungan bagian-bagian kota satu dengan lainnya.
Dalam teori linkage, sirkulasi merupakan
penekanan pada hubungan pergerakan yang
merupakan kontribusi yang sangat penting. Linkage
memperhatikan dan mempertegaskan hubunganhubungan dan pergerakan-pergerakan (dinamika)
sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric)
Menurut Fumuhiko Maki, Linkage adalah semacam
perekat kota yang sederhana, suatu bentuk upaya
untuk mempersatukan seluruh tingkatan kegiatan
yang menghasilkan bentuk fisik suatu kota.

Teori ini terbagi menjadi 3 tipe linkage urban space yaitu:


Compositional form: bentuk ini tercipta dari bangunan yang

berdiri sendiri secara 2 dimensi. Dalam tipe ini hubungan ruang


jelas walaupun tidak secara langsung.
Mega form: susunan-susunan yang dihubungkan ke sebuah

kerangka berbentuk garis lurus dan hirarkis.


Group form: bentuk ini berupa akumulasi tambahan struktur pada

sepanjang ruang terbuka. Kota-kota tua dan bersejarah serta


daerah pedesaan menerapkan pola ini.

Teori Place
Pada teori ketiga ini, dipahami dari segi seberapa besar
kepentingan tempat tempat perkotaan yang terbuka
terhadap sejarah, budaya, dan sosialisasinya. Analisa place
adalah alat yang baik untuk:
Memberi perngertian mengenai ruang kota melalui tanda

kehidupan perkotaannya.
Memberi pengertian mengenai ruang kota secara

kontekstual.
Kelemahan analisa place muncul dari segi perhatiannya yang
hanya difokuskan pada suatu tempat perkotaan saja.

Trancik (1986) menjelaskan bahwa sebuah ruang (space)


akan ada jika dibatasi dengan sebuah void dan sebuah
space menjadi sebuah tempat (place) kalau mempunyai
arti dari lingkungan yang berasal dari budaya daerahnya.
Schulz (1979) menambahkan bahwa sebuah place
adalah sebuah space yang memiliki suatu ciri khas
tersendiri. Menurut Zahnd (1999) sebuah place dibentuk
sebagai sebuah space jika memiliki ciri khas dan
suasana tertentu yang berarti bagi lingkungannya.
Selanjutnya Zahnd menambahkan suasana itu tampak
dari benda konkret (bahan, rupa, tekstur, warna)
maupun benda yang abstrak, yaitu asosiasi kultural dan
regional yang dilakukan oleh manusia di tempatnya.
Sebuah tempat (place) akan terbentuk bila dibatasi
dengan sebuah void, serta memiliki ciri khas tersendiri
yang mempengaruhi lingkungan sekitarnya.

Madanipour (1996) memberikan penjelasan bahwa dalam


memahami tempat (place) dan ruang (space) menyebut 2
aspek yang berkaitan:
1. kumpulan dari bangunan dan artefak (a collection of
building and artifacts).
2. tempat untuk berhubungan sosial (a site for social
relationship).
Selanjutnya menurut Spreiregen (1965), urban space
merupakan pusat kegiatan formal suatu kota, dibentuk oleh
faade bangunan (sebagai enclosure) dan lantai kota.
Jadi sudah sangat jelas bahwa sebuah jalan yang bermula
sebagai space dapat menjadi place bila dilingkupi dengan
adanya bangunan yang ada di sepanjang jalan, dan atau
keberadaan landscape yang melingkupi jalan tersebut,
sebuah place akan menjadi kuat keberadaannya jika
didalamnya memiliki ciri khas dan suasana tertentu yang
berarti bagi lingkungannya.
https://arsadvent.wordpress.com/pak
uwon-city/teori-roger-trancik/

Anda mungkin juga menyukai