Anda di halaman 1dari 11

Hemofilia

Anna Gracia
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk. Jakarta Barat 11510
(021) 566-9999
anna.2013fk189@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Salah satu fakta yang jelas terjadi pada manusia adalah terjadinya penurunan sifat dari
satu generasi ke generasi berikutnya dan begitu seterusnya. Misalnya saja seorang ayah yang
menurunkan karakter rambut keriting kepada anaknya, atau seorang ibu yang mewariskan mata
birunya kepada anaknya. Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan orantua
melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen.1 Akan tetapi perlu disadari
bahwa dalam pewarisan sifat, akan muncul variasi-variasi tertentu yang menciptakan
keanekaragaman. Tokoh yang berjasa dalam mengembangkan teori pewarisan sifat adalah
Gregor Mendel, lewat dua hukum yang telah disusunnya (Hukum Mendel I dan Hukum Mendel
II).
Pewarisan sifat yang terkait dengan warna rambut, bentuk hidung, dsb, tidaklah
berbahaya. Pewarisan sifat yang berbahaya dan dapat menjadi masalah serius ketika gen-gen
yang diwariskan menyebabkan kelainan tertentu yang menimbulkan cacat bahkan kematian.
Polidaktili merupakan salah satu kelainan pewarisan sifat atau kelainan gen. Polidaktili membuat
seseorang memiliki jumlah jari tangan yang berlebih. Karena sifatnya yang autosomal dominan,
maka kelainan ini tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan dapat terjadi pada semua lapisan
generasi dengan prosetase berkisar antara 50% hingga 100% penderita.
Melalui makalah ini, diharapkan mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida dapat
memahami segala hal yang berhubungan dengan gen serta pewarisan sifat, dengan tetap terkait
dengan hukum Mendel. Selain itu, diharapkan mahasiswa dapat mengerti serta memahami
kelainan-kelainan dalam pewarisan sifat yang salah satunya dapat hemophilia.

Rumusan Masalah
Anak berumur 5 tahun kepalanya terbentur sehingga terjadi pendarahan yang terjadi
selama lebih dari 1 jam.
Mind Map
A n a k b e r u m u r 5 t a h u n y a n g t e r ja t u h
d a n m e n g a la m p e n d a r a h a n le b ih d a r i 1
ja m

f a k t o r t e r ja d in y a
Pe m b e ku a n D a ra h

K e la in a n g e n e t ik
p e m b e n t u k fa k t o r
p e m b e ku a n d a ra h :

H u ku
m
M end
el

Pembahasan
Kromosom tersusun dari DNA dan protein. DNA sendiri merupakan molekul panjang
yang menyimpan informasi genetik. Total informasi genetik yang disimpan dalam DNA suatu sel
disebut dengan genom. Genom DNA tersusun atas gen-gen. Dalam tiap gen tiulah terdapat
informasi mengenai suatu karakter. Pengertian gen sendiri adalah unit instruksi untuk
menghasikan atau mempengaruhi suatu sifat herediter tertentu.

Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan orangtua melengkapi anaknya
dengan informasi yang terkode dalam gen. Gen terletak pada suatu ruang yang secara fisik ada
pada kromosom, yang disebut dengan lokus. Lokus pada kromosom dianalogikan seperti manikmanik yang berjejer lurus pada seuntai benang.
Simbol gen yang menunjukkan karakter resesif biasanya ditulis dengan huruf kecil.
Sementara itu, simbol gen yang menunjukkan karakter dominan ditulis dengan huruf besar.
Sebagai contohnya, karakter dwarf

(cebol) yang resesif disimbolkan dengan huruf d,

sedangkan yang normal dominan disimbolkan dengan huruf D.


Konsep mengenai gen sendiri selalu berikatan dengan alel. Alel disebut juga sebagai versi
alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi pada pewarisan suatu sifat. Misalnya, gen A
berperan dalam menimbulkan karakter pigmentasi kulit secara normal. Karena suatu hal, gen A
mengalami mutasi sehingga tidak mampu menimbulkan pigmentasi (gen A termutasi menjadi a).
Apabila dua gen (A dan a) berada pada lokus yang sama dari suatu kromosom dan
kromosom homolognya, maka letak pasangan alel tersebut dikatakan bersesuaian. Gen sealel
tersebut harus diberi simbol dengan huruf yang sama tetapi dibedakan (satu huruf besar, satu
huruf kecil). Bila pengaruh kedua alel untuk menimbulkan suatu karakter sama dominannya,
maka ditulis dengan huruf yang sama besar (misal:AA) dan disebut dengan alel identik yang
berada dalam keadaan homozigot. Sebaliknya, bila resesif, maka ditulis dengan huruf yang sama
kecil (misal:aa). Kemungkinan lain adalah munculnya heterozigot (misal:Aa).
Salah satu cara untuk memprediksi kemungkinan pewarisan suatu gen dapat dilakukan
dengan melihat diagram silsilah yang memperlihatkan hubungan genetik antargenerasi. Dengan
diagram silsilah, kita dapat mengindentifikasi apakah gen tersebut dibawa dalam kromosom seks
(genosom: X atau Y) atau kromosom non-seks (autosom). Dengan diagram ini juga dapat dilihat
apakah gen tersebut bersifat dominan atau resesif dan apakah seseorang dapat menjadi pembawa
gen (karier) resesif yang dapat diwariskan ke generasi berikutnya.

A. Hukum Mendel
Dalam sejarah perkembangan ilmu genetika, Gregor Mendel dikenal sebagai
orang pertama yang memperkenalkan sistem sederhana untuk menganalisis sifat genetik
suatu jasad hidup. Gregor Mendel sendiri lahir di Australia tahun 1822, dan kemudian
menjadi seorang biarawan. Mendel diberi sebuah kebun kecil dimana dia mengadakan
percobaan kacang ercis (Pisum sativum). Melalui eksperimen tersebut, Mendel kemudian
mengajukan konsep mengenai segregasi (hukum segregasi) yang juga dikenal dengan
hukum Mendel I (the law of segregation) dan Hukum Mendel II (hukum pengelompokan
bebas Mendel).
1. Hukum Mendel 1 (SEGREGASI)
Hukum segregasi Mendel menyatakan bahwa anggota pasangan alel akan
bersegregasi (terpisah) selama proses pembentukan gamet dan akan menyatu
lagi secara acak (distribusi acak) pada saat fertilisasi, sehingga sebagian gamet
akan berisi gen ibu asli lainnya berisi gen ayah asli. Hukum Mendel I ini
sebenarnya merupakan refleksi dari perilaku kromosom saat pembelahan
meiosis pada tahap anafase I. Hubungan antara hukum tersebut dan perilaku
kromosom tersebut baru dapat dipahami 35 tahun setelah Mendel
mempresentasikan hasil-hasil yang diperolehnya.
Hukum Mendel I ini dibuktikan dengan percobaan persilangan monohibrid
(persilangan dengan satu tanda beda). Melalui percobaan ini, dihasilkan
beberapa kesimpulan, kesimpulan yang pertama: galur murni akan
menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (alel aa). Bila
disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan
sifat dominan (apabila dominan lengkap). Kesimpulan yang kedua
mengatakan bahwa individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet
setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya lagi mempunyai
alel resesif a.
Kesimpulan yang terakhir dari percobaan ini bahwa: dengan rekombinasi
antara gamet-gamet secara rambang, populasi F2 menampilkan sifat-sifat
dominan dan resesif dengan perbandingan (nisbah) fenotip 3 dominan (AA
atau Aa) : 1 resesif (aa). Sementara perbenadingan genotip yaitu 1 dominan
lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa).

2. Hukum Mendel 2 (PENGELOMPOKKAN BEBAS)


Hukum Mendel II menyatakan bahwa gen pada berbagai lokus akan
bersegresi dengan bebas satu sama lain. Yaitu: jika dua pasang gen atau lebih saling
berhadapan, maka setiap pasangan akan berpisah dan bergerak ke dalam gamet
dengan bebas, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan
kombinasi gen-gen secara bebas. Syaratnya, gen tersebut tidak berada dalam
kromosom yang sama. Secara lebih sederhana, hukum Mendel II mengekspresikan
konsep bahwa sifat-sifat diwariskan secara bebas.
Hukum ini dibuktikan dengan percobaan persilangan dihibrid (dengan dua atau
lebih sifat) yang dapat di kenal, yang kemudian menghasilkan kesimpulan dintaranya:
pertama, alel yang mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat) memisah
secara bebas ketika terbentuk gamet. Kedua, apabila dua pasang gen yang tidak
bertaut terdapat dalam hibrida, perbandingan fenotip pada F2 adalah 9:3:3:1.
Kesimpulan yang ketiga mengatakan bahwa uji silang dihibrid menghasilnya
perbandingan 1:1:1:1. Keempat, makin banyak jumlah gen (pasangan alel) makin
banyak jumlah kelas fenotip dan genotip pada F2. Terakhir, metode garis cabang
dalam analisis genetik menyederhanakan penentuan kelas-kelas fenotip dan genotip.
B. Defisiensi Faktor Pembekuan Darah
Kelainan akibat faktor pembekuan darah terbagi menjadi dua berdasarkankan
asalnya yakni :
1. Keturunan yang disebakan oleh defisiensi protein, koagulasi dan herediter
(bawaan). Salah satu contohnya adalah penyakit hemophilia.
2. Didapat disebabkan oleh defisiensi vitamin C, penyakit hati, koagulapati
konsumsi, dan inhibitor dalam sirkulasi.

Berikut adalah factor dari pembekuan darah, dimana ada 13 faktor, antara lain adalah :
a. Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma
dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini
5

menyebabkan

masalah

pembekuan

darah

afibrinogenemia

atau

hypofibrinogenemia.
b. Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan
diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan
mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen
trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor
menyebabkan hypoprothrombinemia.
c. Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber
yang

berbeda

dalam

tubuh,

seperti

otak

dan

paru-paru;

Jaringan

Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang


mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor
jaringan.
d. Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan
darah.
e. Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di
intrinsik

dan

ekstrinsik

koagulasi

jalur.

Proaccelerin

mengkatalisis

pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat


resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang
disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga
akselerator globulin.
f. Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V,
tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.
g. Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan
oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu
faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal
resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K),
6

hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin


konversi faktor akselerator dan stabil.
h. Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang

relatif

labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam
konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor
X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut
juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
i. Faktor IX
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah
aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga
faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
j. Faktor X
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan
mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,
membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut
prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk
trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi
sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut
juga thrombokinase.
k. Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat
dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor
IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
l. Faktor XII
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak
dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari
koagulasi

dengan

mengaktifkan

faktor

XI.

Kekurangan

faktor

ini

menghasilkan kecenderungan trombosis.


m. Faktor XIII
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin
monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam
urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.
7

Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic.


Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga
disebut transglutaminase.
C. Kelainan Genetik
Kelainan pewarisan sifat atau kelainan genetik (genetic abnormality) merupakan
penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata-rata manusia. Kelainan genetik ini
disebabkan oleh mutasi gen. Mutasi gen merupakan perubahan susunan gen yang
umumnya tidak sempurna atau cacat.
Secara umum gangguan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori, gangguan gen
tunggal (disebabkan perubahan DNA untuk satu alel), ganguan multifaktorial (perubahan
gen dan faktor lingkungan), serta abnormalitas kromosom. Pada pembahasan kali ini,
akan lebih dititik beratkan pada gangguan gen tunggal yang disebabkan perubahan DNA
untuk satu alel.
Gangguan gen tunggal (single gene disorders) disebut juga dengan istilah
Mendelian, sebagai penghargaan terhadap Gregor Mendel yang pertama kali mengetahui
prinsip-prinsip yang mendasari pewarisan gen tunggal. Ironisnya kemaknaan pekerjaan
Mendel baru diketahui lama setelah kematiannya, sehingga ia tidak pernah
membayangkan bahwa pengamatannya akhirnya terbukti memiliki peran yang sangat
besar.
Gangguan pewarisan ini dapat dijelaskan dengan pola pewarisan menurut Mendel
(misal, autosomal dominan, autosomal resesif, terkait seks, atau terbatas seks). Dalam
pembahasan kali ini akan lebih menitik beratkan pada pewarisan kelainan autosomal
dominan dan resesif. Pada pewarisan autosomal dominan, mutasi satu gen dari satu
pasang alel menghasilkan gambaran fenotip atau ciri yang berbeda. Sementara itu, pada
pewarisan autosomal resesif, suatu gen yang terkena dari satu pasang alel tidak cukup
untuk menimbulkan gambaran fenotip ciri tertentu (yakni berbeda dari normal), namun
pada heterozigot ciri-ciri ini dapat muncul. Lebih lanjut materi terkait penurunan autosom
dominan dan resesif akan dibahas dibawah ini.
1. Pewarisan Autosom Dominan
Seperti yang telah disebutkan diatas, pada pewarisan autosomal dominan,
mutasi satu gen dari satu pasang alel menghasilkan gambaran fenotip atau ciri
yang berbeda. Dengan kata lain, hadirnya gen dominan dalam genotip
8

menyebabkan penampakan sifat. Contoh dari pewarisan autosom dominan


antara lain adalah polidaktili, Huntington Disease, dll.
2. Pewarisan Autosom Resesif
Pada pewarisan autosomal resesif, suatu gen yang terkena dari satu pasang
alel tidak cukup untuk menimbulkan gambaran fenotip ciri tertentu (yakni
berbeda dari normal), namun pada heterozigot ciri-ciri ini dapat muncul. Telah
diketahui lebih dari 1500 kelainan autosomal resesif. Contoh keadaan
autosomal resesif adalah albino, kondrodistrofi, buta warna (total),
fenilketonuria, dsb.

3. Kelainan kromosom X : Hemofilia


Hemofilia adalah sifat ketidakmampuan darah untuk membeku. Apabila
penderita hemofilia terluka dan terjadi pendarahan, darah sukar membeku
sehingga penderita kehilangan banyak darah dan dapat berakibat fatal. Seperti
juga buta warna, hemofilia tergolong penyakit menurun tang tertaut
kromosom kelamin (sex linkage).
Mortalitas penderita hemofilia tergolong tinggi, terutama pada anak-anak.
Apabila seorang pria penderita hemofilia bertahan hidup dan selamat hingga
perkawinan, maka dia akan menurunkan anak wanita yang normal namun
membawa sifat hemofilia. Kemudian, anak-anak wanita keturunannya ini akan
menurunkan hemofilia kepada sebagian anak laki-lakinya, sehingga sebagian
anak laki-lakinya ada yang menderita hemofilia.
Hemofilia merupakan sifat resesif yang tertaut kromosom seks. Pada
keadaan homozigot menyebabkan kematian (letal). Wanita hemofilia
( dilahirkan oleh ibu normal yang carrier dan suami hemofilia. Penyakit
hemofilia ada dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Hemofilia A, yaitu penderita tidak memiliki faktor pembeku darah
yang disebut FAH (faktor antihemofilia).
b. Hemofilia B, yaitu penderita tidak memiliki faktor KPT (Komponen
Plasma Tromboplastin). Penyakit ini pertama kali dijumpai di Inggris,
saat Inggris di bom oleh Jerman pada Perang Dunia II. Ketika itu,
seorang anak laki-laki bernama Christmas terluka dan mengalami
9

pendarahan hebat. Diagnosis dokter menyatakan bahwa anak itu


menderita hemofilia tetapi berbeda dengan hemofilia yang biasa
dijumpai. Kemudian, penyakit tersebut dinamakan hemofilia B /
penyakit Christmas.

Apabila seorang wanita normal (carrier) menikah dengan laki-laki normal,


maka:
P

Gamet : XH
F1

XHXh

><

dan Xh

XHY
XH dan Y

: XHXH, XHY, XHXh, XhY

XHXH (wanita normal), XHY (Pria Normal), XHXh (Wanita Normal), XhY
(Pria Hemofilia).

Penutup

10

Kelainan yang menyebabkan darah tidak berhenti dapat disebut juga sebagai
hemofilia. Hemofilia merupakan kelainan pewarisan sifat (kelainan gen) yang
disebabkan oleh gen resesif pada kromosom X. Kesimpulannya adalah,
hipotesisnya diterima, karena benar adanya bahwa hemophilia merupakan penykit
yang disebabkan oleh kelainan genetic.

Daftar Pustaka
1.
2.

Saefudin. Genetika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 2007.


Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Biologi SMA dan MA untuk kelas

XII. Jakarta: Esis; 2009.


3.
Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004.h.58-61.
4.
James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2011.h.95-7.
5.
Yuwono T. Biologi molekular. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010.h.41-2.
6.
Fried GH, Hademenos GJ. Schaums outlines: Biologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2011.h.105-8.
7.
Yunus R, Haryanto B, Abdi C. Teori Darwin dalam pandangan sains dan Islam.
Jakarta: Penerbit Prestasi; 2006.h.71-3.
8.
Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.h.19-21.
9.
Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri & ginekologi. Edisi 9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.64-5.
10. Firmansyah R, Hendrawan AM, Riandi MU. Mudah dan aktif belajar biologi.
Bandung: PT Setia Purna Inves;2007.h.108.

11

Anda mungkin juga menyukai