Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HUKUM PERDATA
Dalam kehidupannya, manusia memiliki hak dan kewajiban yang saling
berhubungan dan bahkan saling berbenturan. Adanya perbedaan keinginan dan
kebutuhan menciptakan perbedaan pula dalam hal hak dan kewajiban. Akibatnya
terjadilah benturan-benturan kepentingan yang dapat menguntungkan maupun
yang dapa merugikan. Dalam hal ini setiap manusia, sebagai makhluk sosial
yang berakal budi, tentunya harus saling menghargai hak dan kewajiban setiap
individu. Dan untuk mempertegas dan memperjelas hal itu, terciptalah berbagai
aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang disepakati untuk ditaati bersama
demi kelancaran dan kenyamanan kehidupan umat manusia. Namun hal ini
tidaklah semudah yang dibayangkan, karena dalam praktek kehidupan seharihari, ada ketidakmampuan dan atau kesengajaan untuk melanggar aturan yang
telah disepakati tersebut. Maka terciptalah kekacauan, keadaan yang tidak
menyenangkan, keadaan yang mengakibatkan ketimpangan pemenuhan hak
dan kewajiban dan lain sebagainya. Dalam keadaan seperti ini terjadilah desakan
kekuatan aturan yang ada yang berupa sanksi-sanksi atas mereka yang tidak
mampu memenuhi dan atau sengaja melanggar aturan-peraturan yang ada.
Artinya, disinilah berperan hukum dan perangkat-perangkat yang ada.
Dalam makalah ini, pemakalah akan khusus menyoroti tentang perbuatan
melawan hukum ( onrechtnatigedaad ) dalam hukum perdata. Terjadinya
perbuatan melawan hukum menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak tertentu
sehingga muncul gugatan-gugatan dari para pihak yang dirugikan ataupun
merasa dirugikan ini.
Secara doktrinal menurut hukum yang hidup dan berkembang di Indonesia,
gugatan perdata dibedakan dalam dua jenis, yaitu: gugatan wanprestasi dan
gugatan melawan hukum. Adapun landansan hukum masing-masing kedua
gugatan tersebut didasarkan pada ketentuan Buku III Pasal 1243 KUHPerdata
untuk wanprestasi dan Pasal 1365 KUHPerdata untuk gugatan perbuatan
melawan hukum. Oleh karena itu, pengajuan gugatan wanprestasi maupun
perbuatan melawan hukum pada prakteknya selalu terpisah, kecuali jika dasar
antara wanprestasi dengan perbuatan melawan hukumnya mempunyai relevansi
yang sangat erat, maka dalam keadaan yang demikian masih diperkenankan
dilakukan penggabungan gugatan antara wanprestasi dan perbuatan melawan
hukum, tetapi sifatnya tentu saja sangat insidentil tergantung pada
pertimbangan hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara.
Sebenarnya secara normatif yuridis, KUHPerdata tidak menjelaskan secara
gamblang apa yang dimaksud dengan wanprestasi dan perbuatan melawan
hukum, namun demikian dalam KUHPerdata terdapat pasal-pasal yang secara
limitatif mengatur akibat-akibat yuridis dalam hal terjadinya perbuatan
wanprestasi dan atau perbuatan melawan hukum. Pengertian wanprestasi dan
perbuatan melawan hukum berkembang melalui teori dan ajaran hukum dengan
pemahaman yang dijelaskan oleh ahli-ahli hukum. Pengertian ini harus benarbenar dipahami secara materil demi terciptanya praktek peradilan yang baik
karena seringkali, karena luasnya pemahaman akan pengertian wanprestasi dan
perbuatan melawan hukum ini, mengakibatkan hakim yang memutus perkara
menolak atau tidak menerima suatu gugatan jika dasar hukum gugatan
dianggap secara mendasar mengandung kekaburan (obscuur) atau kekeliruan.
Pengertian perbuatan melanggau hukum menurut pendapat ahli berbeda-beda,
namun secara umum masing-masing memberikan gambaran karakteristik sifat
melawan hukum itu sendiri.
Jika menurut pasal 1365 KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan
melawan hukum adalah suatu perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan
oleh seseorang karena kesalahannya sehingga menimbulkan akibat yang
merugikan pihak lain.
Ada juga yang mengartikan perbuatan melawan hukum sebagai suatu kumpulan
dari prinsip-prinsip hukum yang bertujuan untuk mengontrol atau mengatur
prilaku berbahaya, untuk memberikan tanggung jawab atas suatu kerugian yang
terbit dari interaksi sosial, dan untuk menyediakan ganti rugi terhadap korban
dengan suatu gugatan yang tepat.
Beberapa defenisi lain yang pernah diberikan terhadap perbuatan melawan
hukum adalah sebagai berikut:
1. tidak memenuhi sesuatu yang menjadi kewajiban sendiri selain dari
kewajiban kotraktual atau kewajiban quasi contractual yang menerbitkan
hak untuk mengganti rugi.
2. Suatu perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang mengakibatkan
timbulnya kerugian bagi orang lain tanpa sebelumnya ada suatu
hubungan hukum, kewajiban mana ditujukan terhadap setiap orang pada
umumnya dan dengan tidak memenuhi kewajibannya tersebut dapat
diminta suatu ganti rugi.
3. Tidak memenuihi suatu kewajiban yang dibebankan oleh hukum,
kewajiban mana ditujukan terhadap setiap orang pada umumnya dan
dengan tidak memenuhi kewajibannya tersebut dapat diminta suatu ganti
rugi.
4. Suatu kesalahan perdata terhadap mana suatu ganti kerugian dapat
dituntuk yang bukan merupakan wanprestasi terhadap kontrak, atau
wanprestasi atas kewajiban trust, ataupun wanprestasi terhadap
kewajiban equitylainnya.
5. Suatu kerugian yang tidak disebabkan oleh wanprestasi terhadap kontrak,
atau lebih tepatnya, merupakan suatu perbuatan yang merugikan hak-hak
orang yang diciptakan oleh hukum yang tidak tertib dari hubungan
kontraktual.