1.1.
KONDISI UMUM
Pada
triwulan
I2012
pertumbuhan
Kepulauan
Riau
mengalami akselerasi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy) menjadi 7,63% (yoy).
Akselerasi
pertumbuhan
ekonomi
Kepulauan
Riau
didorong
oleh
sektor
utama
perekonomian, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Sementara laju peningkatan tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas, dan air bersih,
serta sektor bangunan yang memiliki pertumbuhan diatas 10%. Pada sisi permintaan,
akselerasi yang cukup tinggi pada investasi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi
Kepulauan Riau.
Mulai meredanya ancaman krisis Eropa dan Amerika seiring langkah bank sentral dan
pemerintahan di negara-negara tersebut yang mengeluarkan kebijakan pro pasar seperti
penyuntikan dana dan pemberian suku bunga yang rendah berpengaruh positif pada
pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini terkonfirmasi dari peningkatan ekspor
dari Kepulauan Riau yang mengalami peningkatan cukup besar. Peningkatan kepecayaan
pelaku usaha untuk berinvestasi di Kepulauan Riau menjadikan pendorong peningkatan
perekonomian, hal ini didukung oleh peringkat Indonesia yang masuk Investment Grade
(layak investasi) oleh Fitch dan Moodys.
Tabe l 1.1.
Pertumbuhan Ekono mi Sektoral dan Pe nggunaan
Tw -I
year on year
2011
Tw .II
Tw -II I
Tw -IV*)
2012
Tw -I
14,96%
3,98%
-1,33%
2,68%
-0,61%
5,63%
5,39%
6,37%
3,92%
5,28%
6,40%
7,13%
7,81%
8,21%
6,50%
15,24%
12,64%
14,60%
13,05%
16,82%
10,43%
7,22%
4,90%
3,36%
7,37%
10,50%
7,04%
6,15%
6,54%
10,76%
3,90%
4,34%
4,27%
3,44%
2,67%
-0,39%
0,37%
1,88%
3,58%
4,63%
6,38%
9,41%
6,90%
5,35%
7,13%
12,19%
9,45%
14,94%
11,23%
11,05%
9,48%
14,29%
10,78%
10,13%
11,01%
7,49%
10,07%
7,46%
7,49%
9,12%
6,68%
5,93%
11,84%
10,26%
9,23%
5,27%
9,31%
7,86%
8,34%
7,76%
5,20%
6,23%
6,47%
6,97%
8,89%
7,52%
7,91%
7,21%
6,34%
7,63%
1.2.
SISI PERMINTAAN
1.2.1. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga mengalami penurunan sebesar 0,61% (yoy), dimana
penurunan pertumbuhan konsumsi didorong oleh penurunan pengeluaran konsumsi rumah
tangga untuk makanan yang mengalami penurunan 8,40% (yoy). Indikator perlambatan
pertumbuhan kredit konsumsi yang disalurkan perbankan memperkuat adanya perlambatan
konsumsi. Penurunan konsumsi terkonfirmasi dari terjadinya perlambatan inflasi dan
penurunan pertumbuhan kredit konsumsi perbankan.
Grafik 1.1.
Pertumbuhan Kre dit Konsumsi Pe rbankan
Grafik 1.2.
Pe rtumbuhan Konsumsi L istrik Rumah Tangga
Kota Batam
Namun penurunan konsumsi secara umum sedikit tertahan dengan masih positifnya
pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk non makanan masih mengalami
pertumbuhan sebesar 5,07% (yoy). Hal tersebut juga terkonfirmasi berdasarkan indeks
tendensi konsumen yang masih menunjukkan masyarakat masih optimis terhadap kondisi
perekonomian yang tercatat berada pada indeks 107,80. Peningkatan penggunaan konsumsi
listrik rumah tangga juga menjadi indikator masih tingginya aktivitas rumaha tangga pada
triwulan laporan.
1.2.2. Investasi
Terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan I-2012
didorong oleh peningkatan aktivitas investasi Kepulauan Riau yang ditunjukkan melalui
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang mengalami peningkatan pertumbuhan dari
13,05%(yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 16,82% (yoy) pada triwulan berjalan.
Peningkatan investasi terkonfirmasi melalui peningkatan realisasi investasi pada triwulan I2012 yang tercatat US$ 34,85 juta dari 14,8 juta pada triwulan sebelumnya. Perusahaan yang
melakukan realisasi investasi pada triwulan laporan diantaranya merupakan industri shipyard,
alas kaki, pertambangan, dan perdagangan.
Grafik 1.4.
Perke mbangan Pe rsetujuan d an Realisasi
Inve stasi di Kota Batam
Grafik 1.5.
Perke mbangan Kredit Inv estasi Pe rbankan
Grafik 1.6.
Realisasi Pengadaan Seme n di Kepulauan Riau
Grafik 1.8.
Pertumbuhan Volume Ekspor-Impor Non Migas
Sumber : DSM-BI
Sumber : DSM-BI
Grafik 1.9.
Perke mbangan Kurs IDR thp USD dan SGD
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap SGD dan USD diperkirakan menjadi faktor
pendorong peningkatan ekspor pada triwulan laporan. Berdasarkan penggolongan barang,
pelemahan kinerja ekspor sebagian besar terjadi pada jenis peralatan listrik dan mesin
mekanis akibat melemahnya daya beli global, disamping tingkat kompetisi pasar yang
semakin tinggi seiring inovasi teknologi baru. Perlambatan juga terjadi pada sisi impor yang
terutama dipengaruhi oleh penurunan impor peralatan listrik dan mesin mekanik.
Grafik 1.10.
Perkembangan Nilai Ekspor Utama
Grafik 1.11.
Perke mbangan Nilai Impor Utama
Adanya rekor kenaikan produksi AS dalam dua tahun terakhir dan penurunan tingkat
pengangguran AS yang menyebabkan peningkatan daya beli masyarakat AS menandai
perbaikan perekonomian negara Amerika. Sementara disetujuinya dana talangan (bailout)
kedua bagi Yunani sebesar 130 miliar euro atau Rp 1.560 triliun oleh para menteri keuangan
Uni Eropa memberikan stimulus positif bagi peningkatan perekonomian kawasan Eropa.
Sementara strategi diversifikasi pasar ekspor, optimalisasi peran perwakilan perdagangan di
luar negeri, stabilisasi pasokan dan harga barang pokok, serta penguatan organisasi
diharapkan dapat meningkatkan daya saing ekspor Kepulauan Riau.
1.3.
SISI PENAWARAN
Pada sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan perekonomian triwulan ini dimotori oleh
Grafik 1.12.
Struktur Industri Pengolahan
Provinsi Ke pulauan Riau Tw.I-2012
Grafik 1.13.
Pe rtumbuhan Sub-Se ktor Industri Pengolahan
Provinsi Kepulauan Riau
perlakuan kepabeanan,
perpajakan dan cukai serta tata laksana pemasukan dan pengeluaran barang di Kawasan
Perdagangan Bebas Batam, Bintan dan Karimun (BBK) yang akan diberlakukan 9 Maret 2012
diperkirakan akan membawa dampak positif terhadap kinerja sektor Industri elektronik di
Batam. Dalam revisi PP tersebut
pengajuan izin impor ke Badan Pengusahaan (BP) Batam untuk barang-barang industri, dan
tidak ada pemeriksaan fisik Bea dan Cukai (BC).
Grafik 1.14.
Ekspor Ele ktronik d ari Kepulauan Riau
Grafik 1.15.
Pertumbuhan Kre dit Sektor Industri
Sumber : DSM - BI
Grafik 1.16.
Pe rtumbuhan Konsumsi Listrik Industri
Kota Batam
Berdasarkan hasil liaison dari dua perusahaan industri elektronik yang disurvei pada
periode Januari Februari 2012 menunjukkan adanya peningkatan penjualan sebesar
15,65%, dimana salah satu faktor peningkatan penjualan adalah peralihan permintaan
konsumen akibat masih belum pulihnya sektor industri Jepang dan penyesuaian teknologi
yang dilakukan oleh perusahaan. Kapasitas utilisasi dari kedua perusahaan ini cukup besar,
bahkan hampir mecapai kapasitas penuh. Perusahaan juga masih optimis akan terjadi
peningkatan penjualan sepanjang tahun 2012, hal tersebut ditandai dengan peningkatan
investasi yang dilakukan berupa pembelian mesin baru, pembangunan pabrik sampai
peningkatan service.
Kinerja industri perkapalan menunjukkan kondisi stabil dengan kecenderungan
mengalami peningkatan. Peningkatan kinerja industri kapal diperkirakan menuju ke arah
positif pada pertengahan tahun 2012, hal ini ditandai dengan masuknya dua PMA untuk
menanamkan modalnya di batam pada awal tahun 2012. Masih optimisnya kinerja industri
kapal juga didukung oleh penurunan harga baja sebagai bahan baku utama pembuatan
kapal. Peningkatan positif kinerja industri perkapalan didukung oleh penurunan harga baja
sebagai bahan baku utama. Dimana berdasarkan data World Bank, Steel Index Japan
mengalami penurunan dari 141,66 pada Desember 2011 menjadi 137,55 pada Maret 2012.
Peningkatan kinerja perkapalan terkonfirmasi dari peningkatan akselerasi pertumbuhan
ekspor kapal laut Kepulauan Riau.
Grafik 1.17.
Ekspor Kap al Laut d ari Kepulauan Riau
Grafik 1.18.
Pe rke mbangan H arga Baja Dunia
Sumber : Worldbank
Sumber : DSM - BI
Grafik 1.21.
.
Pe rtumbuhan Konsumsi L istrik Bisnis
Kota Batam
Grafik 1.20.
Pe rkembangan Kunjungan Wisatawan Mancane gara
(Wisman) yang Berkunjung Ke Ke pulauan Riau
Grafik 1.22.
Kredit Se ktor Pe rdagangan, Hote l & Restoran
Peningkatan sektor ini tercermin dari pertumbuhan positif penyaluran kredit sektor ini
pada periode triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan juga ditunjukkan oleh pemakaian
listrik pada sektor bisnis yang mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan ini
1.3.3. Sektor Pertambangan
Kinerja sektor pertambangan migas Kepulauan Riau mengalami peningkatan, dimana
sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dari 3,58% pada triwulan IV-2011 menjadi
4,63% pada triwulan I-2012. Peningkatan pertumbuhan ini terindikasi dari peningkatan
pertumbuhan ekspor minyak dan gas Kepulauan Riau pada triwulan I-2012. Selanjutnya
kinerja positif sektor pertambangan migas di Kepulauan Riau diperkirakan terjadi seiring
beroperasinya eksplorasi baru yang dimulai pada akhir tahun 2011 yaitu eksplorasi blok gas
Nort Belut-Natuna oleh Conoco Philips dan beroperasinya blok Gajah Baru-Natuna. Potensi
peningkatan produksi gas untuk wilayah Natuna masih sangat besar, karena ladang gas DAlpha yang terletak 225 km di sebelah utara Pulau Natuna memiliki total cadangan 222
Trillion Cubic Feet (TCT) dan gas hidrokarbon sebesar 46 TCT yang merupakan salah satu
sumber terbesar di Asia. Peningkatan ini juga terlihat dari peningkatan volume penyaluran
gas PGN area Batam pada triwulan I-2012.
Sementara harga minyak mentah dunia kembali menembus rekor tertingginya sejak
Agustus 2008, akibat sengketa minyak antara Iran dengan Eropa dan Amerika Serikat.
Sementara harga gas dunia juga mengalami peningkatan menjadi US$ 11,97 / MMBTU
Grafik 1.23.
Pe rkembangan E kspor Migas Kepulauan Riau
Grafik 1.24.
Penyaluran Gas PGN Batam
Sumber : BPS
Grafik 1.25.
Harga Minyak Dunia
Sumber : Worldbank
Grafik 1.26.
Harga Gas Dunia
Sumber : Worldbank
Grafik 1.29.
Pertumbuhan Konsu msi Listrik
Kota Batam
Grafik 1.28.
Inde ks Harga Properti Re sidensial
Grafik 1.30.
Pe rtumbuhan Kredit Se ktor Pe ngangkutan
Umu m dan Ko munikasi
didorong oleh peningkatan jumlah wisatawan yang datang berlibur ke Batam pada awal
tahun 2012. Tingginya kunjungan wisatawan juga memberi imbas positif terhadap sektor
komunikasi, dimana indikasi peningkatan sektor angkutan dan komunikasi tersecermin
melalui peningkatan pertumbuhan pemberian kredit oleh perbankan terhadap sektor ini pada
triwulan laporan.
Grafik 1.31.
Pe rtumbuhan Aset, DPK dan Kre dit Perbankan
di Ke pulauan Riau
Grafik 1.32.
Perkembangan LDR dan NPL Perbankan
di Ke pulauan Riau
Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pertumbuhan dimotori oleh
akselarasi yang meningkat pada subsektor bank yang tumbuh 7,63%. Pertumbuhan kredit
cenderung stabil, sementara pengimpunan dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan
peningkatan pertumbuhan. Perbaikan kinerja perbankan pada triwulan laporan juga dilihat
melalui membaiknya intermediasi perbankan pada triwulan I-2012 dengan indikator Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang terus menunjukkan arah yang meningkat.
BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi Kepulauan Riau pada triwulan I-2012 mengalami perlambatan, menjadi sebesar
0,30% (qtq) dari 0,48% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Kota Batam selama triwulan I-2012
mengalami inflasi sebesar 0,23% (qtq), mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,45% (qtq). Jika dilihat secara tahunan, laju
inflasi tahunan (year on year) pada triwulan I-2012 sebesar 3,27% (yoy). Sementara itu Kota
Tanjungpinang pada triwulan I-2012 mengalami peningkatan laju inflasi dibanding periode
sebelumnya. Laju inflasi pada akhir triwulan laporan tercatat 0,71% (qtq), meningkat dari
triwulan sebelumnya yang tercatat 0,64% (qtq).
Inflasi Kepulauan Riau pada triwulan I-2012 mengalami perlambatan, menjadi sebesar
0,30% (qtq) dari 0,48% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan laju inflasi tersebut
didorong oleh penurunan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan dan sayuran, karena
peningkatan pasokan komoditas tersebut dari daerah sentra produksi.
Tabel 2.1.
Gambaran Inflasi di Sumatera dan Nasional
Kota
Maret (mtm)
2012
0,41
0,55
-0,44
-0,39
-0,26
-0,14
0,43
-0,03
-0,41
0,52
0,04
-0,12
-0,21
0,34
Inflasi Tahun
Inflasi
Berjalan Maret Tahunan
(ytd)
(yoy)
2012
Mar-12
0,16
3,22
1,20
4,15
0,82
3,74
1,60
4,67
0,52
3,75
0,36
4,12
0,09
3,95
0,66
4,20
-0,58
2,75
0,31
3,90
-0,23
3,82
-0,10
3,65
0,31
3,42
2,06
5,15
1.BandaAceh
2.Lhokseumawe
3.Sibolga
4.PematangSiantar
5.Medan
6.PadangSidempuan
7.Padang
8.Pekanbaru
9.Dumai
10.Jambi
11.Palembang
12.Bengkulu
13.BandarLampung
14.PangkalPinang
2011
-1,92
-1,22
-1,91
-1,18
-0,94
-1,43
-2,59
-0,55
-2,34
-2,26
-0,77
-1,64
-0,41
-1,6
15.Ba tam
-0,49
0,20
0,23
3,27
16.Tanjungpinang
NASIONAL
-1,46
-0,32
-0,20
0,05
0,71
0,81
2,73
3,56
Sumber: BPS
Faktor yang menjadi pendorong terjadinya inflasi pada triwulan ini terutama akibat
peningkatan pada subkelompok padi-padian dan ikan segar. Peningkatan harga beras
dikarenakan penurunan produksi seiring dengan mundurnya musim tanam yang berdampak
terhadap terlambatnya musim panen raya yang direncanakan terjadi pada akhir Februari
2012 di daerah sentra produksi. Serangan hama dan penyakit yang semakin ganas disertai
intensitas hujan yang semakin tinggi, diperkirakan juga menjadi faktor terjadinya penurunan
produksi beras.
Sementara peningkatan harga ikan segar terjadi pada bulan Januari 2012 akibat
tingginya gelombang dan angin, sehingga hasil tangkap ikan mengalami penurunan.
Sementara pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan dollar Singapura turut
menjadi pemicu kenaikan harga pada komoditas import (imported inflation). Di lain pihak
adanya peningkatan harga pada beberapa komoditas internasional juga menjadi faktor
pendorong terjadinya inflasi pada triwulan ini.
Grafik 2.1.
Pe rkembangan H arga Komoditas Internasional
Grafik 2.2.
Pe rke mbangan Kurs IDR te rhadap SGD dan USD
Sumber : BI
Sumber : IMF
Grafik 2.3.
Laju Inflasi Kepulauan Riau
Be rdasarkan Kelompo k Pe ngeluaran
Grafik 2.4
Andil Inflasi Ke pulauan Riau
Be rdasarkan Kelompok Pe ngeluaran
Sehubungan dengan cukup besarnya impor sayur dan buah yang dilakukan oleh
Batam dan terkait dengan pengaturan Impor Hortikultura, Kementerian Pertanian melalui
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 Tahun 2012 dan Permentan Nomor 16 Tahun 2012
memperbolehkan impor buah-buahan, sayuran segar dan sayuran umbi lapis melalui
pelabuhan bebas Batam, Bintan, dan Karimun (BBK). Aturan ini menghapus aturan yang
menetapkan empat pintu masuk impor hortikultura. Dengan adanya revisi aturan tersebut
maka pasokan komoditas hortikultura untuk kawasan BBK berjalan secara normal
sebagaimana biasanya.
Lokasi
Selat Malaka
Laut Natuna
Feb-12
Mar-12
3-7
3-8
3-8
5 - 15
5 - 10
5 - 11
Feb-12
Mar-12
Feb-12
0-5%
0 - 5%
Mar-12
0-5%
0 - 5%
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika (pemutak hiran 2 Januari 2011)
2.1 .
P E R KE MBAN GAN IN F LA S I KO T A BA TA M
Kota Batam selama triwulan I-2012 mengalami inflasi sebesar 0,23% (qtq), mengalami
peelambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,45%
(qtq). Perlambatan tersebut terjadi karena peningkatan pasokan komoditas bawang merah,
kentang, bayam, dan kol putih dari daerah sentra produksi menyebabkan penurunan harga
untuk komoditas tersebut.
Jika dilihat secara tahunan, laju inflasi tahunan (year on year) pada triwulan I-2012
sebesar 3,27% (yoy). Secara tahunan, kelompok pengeluaran yang berkontribusi besar
terhadap inflasi Kota Batam terjadi pada kelompok bahan makanan; pendidikan, rekreasi,
dan olahraga; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; serta perumahan, air, listrik,
gas, dan bahan bakar.
Grafik 2.5.
Laju Inflasi IHK T riwulan an Kota Batam
Laju inflasi Kota Batam yang berada dibawah level nasional didukung oleh stabilnya
pasokan pada komoditas kebutuhan pokok dengan didukung oleh ekspektasi pelaku usaha
yang relatif rendah. Pada awal triwulan Kota Batam sempat mengalami penurunan pasokan
seiring kondisi cuaca yang ekstrem, selain itu peningkatan permintaan pada saat terjadinya
perayaan Hari Raya Imlek menjadi pendorong peningkatan harga pada awal triwulan. Pada
pertengahan triwulan pasokan mulai mengalami peningkatan dan mendorong terjadinya
penurunan harga, sehingga mendorong terjadinya deflasi.
Berdasarkan data Survey Pemantauan Harga Mingguan, terpantau terjadinya
penurunan harga pada komoditas cabe merah dari Rp35.750 pada triwulan IV-2011 menjadi
Rp20.000 pada akhir triwulan laporan. Adanya penurunan ini disebabkan oleh peningkatan
supply dari daerah produksi. Peningkatan produksi ini disebabkan oleh membaiknya kondisi
cuaca sejak minggu pertama Februari 2012.
2.2 .
terutama disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok perumahan, listrik, gas, dan air bersih
dengan peningkatan sebesar 0,58% (qtq). Sementara kelompok lainnya yang juga menjadi
pendorong kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, &
tembakau 0,64% (qtq), kelompok sandang 1,19% (qtq) dan kelompok transpor, komunikasi,
& jasa keuangan 0,45% (qtq). Sementara kelompok bahan makanan mengalami penurunan
indeks sebesar 0,88% (qtq).
Tabe l 2.3.
Perke mbangan Laju Inflasi Batam Triwulan I-2012 (%)
Me nurut Ke lompok Barang d an Jasa
Tahun Dasar 2007
Bulanan (mtm )
No.
Kelompok
Jan'12 Feb'12 Mar'12
1
2
3
4
5
6
7
Triw ulanan
(qtq)
Bahan makanan
1,51
Makanan jadi,
minuman, rokok dan 0,50
tembakau
Perumahan, air,
listrik, gas dan bahan 0,01
bakar
Sandang
-0,10
-2,48
0,13
-0,88
0,01
0,13
0,64
0,46
0,12
0,58
1,31
-0,02
1,19
Kesehatan
Pendidikan, rekreasi
dan olahraga
Transpor,
komunikasi dan jasa
keuangan
Inflasi IHK
0,13
0,19
0,26
0,58
0,17
0,00
0,00
0,17
0,18
-0,40
0,67
0,45
0,49
-0,46
0,20
0,23
Berdasarkan andilnya terhadap pembantukan inflasi Kota Batam selama triwulan I-2012
kontributor utama pembentukan inflasi Kota Batam, adalah :
a.
akhir triwulan laporan sebesar 0,58% (qtq), atau mengalami peningkatan dibandingkan
sebelumnya yang tercatat sebesar 0,08% (qtq). Kelompok ini memberikan andil sebesar
0,14% terhadap inflasi IHK secara triwulanan.
Andil inflasi terbesar peningkatan harga pada kelompok ini adalah kenaikan sewa
rumah akibat kenaikan ekspektasi masyarakat yang mengalami peningkatan 1,11% (qtq)
dengan memberikan andil sebesar 0,10%. Peningkatan harga pada komoditas besi beton
sebesar 9,25% (qtq) juga menjadi pendorong terjadinya inflasi kelompok ini, peningkatan ini
terjadi akibat penurunan pasokan dan masih tingginya permintaan masyarakat seiring
kegiatan sektor konstruksi yang masih menunjukkan aktivitas positif.
Grafik 2.6. Perke mbangan In flasi Triwulanan
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas,
dan Bah an B akar di Kota Batam
Sumbe r: BPS,diolah.
b.
Sumbe r: BPS,diola h.
c. Kelompok Sandang
Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 1,19% (qtq), berubah arah jika
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 2,09% (qtq). Peningkatan
harga yang terjadi pada kelompok ini memberikan andil sebesar 0,09%. Faktor utama
terjadinya peningkatan pada kelompok sandang adalah peningkatan harga komoditas emas
perhiasan akibat peningkatan harga emas dunia dari USD 1563,7/OZ pada akhir triwulan IV2011 menjadi USD 1668,35/OZ pada akhir triwulan laporan.
Grafik 2.10. Pe rke mbang an Inflasi/Deflasi
Kelompok Sand ang
Kota Batam (qtq)
2.3 .
D IS AG RE GA S I IN F L AS I KO T A BATA M
Pembentukan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Batam pada triwulan I-2012
banyak didorong oleh inflasi inti dengan kenaikan indeks sebesar 0,33% (qtq), dengan andil
sebesar 0,16% terhadap inflasi IHK. Peningkatan tarif sewa rumah dan peningkatan harga
emas perhiasan menjadi pendorong utama peningkatan inflasi kelompok inti pada triwulan
I-2012.
Grafik 2.12. Disgare gasi Inflasi Batam
T riwulan I-2012
Inflasi administered price tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,20% (qtq), dengan
andil 0,08% yang disebabkan oleh peningkatan tarif parkir seiring dengan pemberlakukan
tarif parkir baru oleh Pemerintah Kota Batam pada tanggal 1 Maret 2012.
Sementara inflasi volatile food mengalami deflasi sebesar 0,03% (qtq) dengan andil
deflasi sebesar 0,01%. Terjadinya deflasi pada kelompok ini banyak disebabkan oleh
penurunan harga komoditas cabe merah, bawang merah, dan komoditas dari subkelompok
sayur-sayuran yang terjadi akibat peningkatan pasokan dari daerah sentra produksi akibat
peningkatan produksi.
2.4 .
dibanding periode sebelumnya. Laju inflasi pada akhir triwulan laporan tercatat 0,71% (qtq),
meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat 0,64% (qtq). Peningkatan inflasi yang
terjadi di Kota Tanjungpinang dipengaruhi oleh peningkatan tarif air minum oleh PDAM yang
mengalami kenaikan dari Rp1.200/m3 menjadi Rp2.000/m3 yang mulai diberlakukan pada
tanggal 1 Januari 2012 yang ditetapkan oleh Gubernur Kepulauan Riau.
Komoditas yang juga menjadi pendorong terjadinya peningkatan inflasi di Kota
Tanjungpinang adalah komoditas rokok yang disebabkan oleh peningkatan cukai rokok oleh
pemerintah pada awal tahun 2012. Selanjutnya komoditas yang menjadi pendorong
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012
26
terjadinya inflasi adalah komoditas emas perhiasan yang disebabkan oleh peningkatan harga
emas dunia. Jika dilihat secara tahunan, laju inflasi tahunan (year on year) pada triwulan I2012 sebesar 2,73% (yoy) mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 3,32% (yoy).
Grafik 2.14.
Pe rke mbangan Laju Inflasi Tanjungpinang
2.5 .
pada triwulan ini terutama disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok kelompok
perumahan, listrik, gas & air bersih; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, &
tembakau dengan laju masing-masing sebesar 1,54% (qtq) dan 0,95% (qtq). Dengan andil
masing-masing sebesar 0,34% dan 0,21%. Sementara peningkatan inflasi sedikit tertahan
akibat terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan; dan kelompok pendidikan, rekreasi,
dan olahraga. Terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan
harga pada komoditas bumbu-bumbuah, sayuran dan buah akibat peningkatan supply dari
daerah sentra produksi.
Tabe l 2.4.
Pe rkembangan L aju Inflasi T anjungpinang Triwulan I-2012 (%)
Menurut Kelompok Barang dan Jasa
Bulanan (m tm )
No.
Kelom pok
Jan'12 Fe b'12 M ar'12
1
2
3
4
5
6
7
Bahan makanan
Makanan jadi,
minuman, rokok dan
tembakau
Perumahan, air,
listrik, gas dan bahan
bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, rekreasi
dan olahraga
Transpor,
komunikasi dan jasa
keuangan
Inflasi IHK
Triw ulanan
(qtq)
3,83
-2,44
-1,28
-0,01
0,26
0,50
0,19
0,95
0,10
1,15
0,30
1,54
0,26
0,53
0,24
1,03
0,51
0,01
0,68
1,20
-0,12
-0,01
0,04
-0,09
0,21
0,07
0,10
0,39
1,22
-0,31
-0,20
0,71
Sumbe r: BPS,diolah.
Sumbe r: BPS,diola h.
c. Kelompok Sandang
Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 1,03% (qtq), berbanding terbaik dengan
triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,28% (qtq). Terjadinya peningkatan
laju inflasi ini memberikan andil terhadap pembentukan inflasi sebesar 0,06% (qtq).
Pada kelompok ini, kenaikan indeks harga terutama disebabkan naiknya harga emas
perhiasan seiring dengan peningkatan harga emas dunia yang mengalami peningkatan
sebesar 6,69% (qtq) dari USD 1563,7/OZ menjadi USD 1668,35/OZ
Grafik 2.19. Perke mbangan Inflasi/De flasi
Ke lompok Sandang
Kota Tanjungpinang
(qtq)
2.2 .
D IS AG RE GA S I IN F L AS I KO T A TA N JUN GP INA N G
Peningkatan laju inflasi kota Tanjungpinang hingga akhir triwulan IV-2011 terutama
dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan harga pada kelompok adminstered price akibat
pemberlakukan peningkatan tarif air minum dan kenaikan harga rokok.
Laju inflasi inti pada bulan ini relatif stabil dengan mengalami sedikit peningkatan
akibat kenaikan harga emas perhiasan mengikuti kenaikan harga emas dunia.
Sementara kelompok volatile food mengalami deflasi yang disebabkan oleh penurunan
harga pada komoditas bumbu-bumbuah, sayuran dan buah akibat peningkatan supply dari
daerah sentra produksi.
Grafik 2.21. Disgaregasi In flasi Tanjungpinang
T riwulan I-2012
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH
Perkembangan
perbankan
secara
umum
menunjukkan
trend
peningkatan
triwulan
I-2012,
perkembangan
indikator
perbankan
secara
umum
menunjukkan trend yang meningkat. Volume usaha perbankan di Provinsi Kepulauan Riau
pada triwulan pertama 2012 mengalami peningkatan 21,88% (yoy) sehingga tercatat sebesar
Rp30,25 triliun. Sementara itu tingkat kepercayaan masyarakat yang tercermin dari
penghimpunan dana pihak ketiga sampai triwulan I-2012 tercatat Rp25,55 triliun atau
mengalami peningkatan sebesar 23,64% (yoy). Intermediasi yang dilakukan oleh perbankan
triwulan awal 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 29,04%
sehingga menjadi sebesar Rp19,21 triliun. Peningkatan kredit tersebut juga diiringi
peningkatan kualitas kredit yang tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,36% menjadi 2,04% pada triwulan laporan.
Grafik 3.1
Indikator Utama Bank U mum di
Provinsi Kepulauan Riau
Grafik 3.2
Perkembangan NPL dan LDR Bank
Umum di Provinsi Ke pulauan Riau
Tabel 3.1
Indikator Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau
2011
Total Asset
Total Dana
Total Kredit
NPL
LDR
2012
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Triwulan I
24,818.94
26,787.30
27,273.06
28,685.52
30,250.54
20,665.76
22,308.67
22,555.91
24,069.09
25,550.96
14,887.31
16,151.45
17,075.53
18,216.27
19,210.78
2.79%
2.45%
2.77%
2.36%
2.04%
72.04%
72.40%
75.70%
75.68%
75.19%
Grafik 3.4
Pe rke mbangan DPK Ban k Umu m Me nurut Jenis
Simp an an di Kepulauan Riau
sektor ekonomi, pangsa pembiayaan yang disalurkan bank umum konvensional untuk sektor
industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor perdagangan masih dominan di Kepulauan
Riau di luar kredit konsumsi.
Diagram 3.1
Pangsa Kredit Me nurut Sektor Ekono mi
di Ke pulauan Riau
Grafik 3.6
Perke mbangan Perkemb angan Indikator BPR
di Kepulauan Riau
Grafik 3.7
Perke mbangan Perkemb angan Indikator Pe rbankan
Syariah di Kepulauan Riau
Dilihat dari data historis, aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan seiring
semakin luasnya informasi mengenai perbankan syariah yang diterima oleh masyarakat di
Kepulauan Riau. Dengan demikian, Bank syariah di Kepulauan Riau memiliki peluang yang
cukup besar untuk terus mengembangkan pangsa pasarnya dengan jaringan yang lebih luas
agar bisa diakses oleh masyarakat baik di perkotaan maupun daerah hinterland.
Apabila dilihat dari aspek intermediasi bank syariah, perkembangan pembiayaan yang
berhasil disalurkan oleh bank syariah menunjukkan tren peningkatan hingga triwulan awal
2012 mencapai nominal sebesar Rp1,46 triliun. Sementara itu dana pihak ketiga yang telah
dihimpun pada triwulan laporan mencapai Rp1,26 triliun. Financing to deposit ratio (FDR)
bank syariah masih relatif tinggi yaitu sebesar 115,36% pada akhir triwulan laporan atau
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
112,56%. Tingkat FDR yang cukup tinggi dan melampaui 100% ini dipenuhi oleh perbankan
syariah dengan cara menggunakan dana pihak ketiga dari rekening antar kantor bank.
3.2 . P E RK E MB ANG AN S IS T E M P E MB AY AR AN
Perkembangan transaksi pembayaran tunai pada triwulan I 2012 mengalami
penurunan. Naik turunnya perkembangan transaksi tunai tersebut dipengaruhi oleh siklus
transaksi di masyarakat yang biasanya mengalami peningkatan di triwulan III dan
menunjukkan kecenderungan turun di triwulan IV dan triwulan I. Sementara itu, volume dan
nilai transaksi melalui instrumen uang giral mengalami peningkatan di banding periode
sebelumnya.
Grafik 3.12
Pe rkembangan Pemu snah an Uang
Kantor Bank Indonesia Batam
250
2,500
Rp Miliar
2,000
200
1,500
150
1,000
100
500
50
Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw.
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008
2009
2010
2011
2012
Tw. I
Tw. III
2008
Tw. I
Tw. III
Tw. I
2009
Tw. III
2010
Tw. I
Tw. III
2011
Tw. I
2012
3.2 .1 .2 . P e ny e dia a n Ua ng Ka r t a l L ay a k E da r
Kendati terjadi penurunan nett outflow, Bank Indonesia tetap melakukan kebijakan
clean money policy secara konsisten yaitu dengan melakukan pemusnahan terhadap uang
kartal yang sudah tidak layak edar. Pada triwulan laporan Bank Indonesia di Provinsi
Kepulauan Riau telah memusnahkan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan jumlah nominal
mencapai Rp216,89 milyar atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp227,48 milyar.
Selain dengan melakukan pemusanahan UTLE, Bank Indonesia juga melakukan
kegiatan kas keliling secara rutin ke kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kepulauan Riau,
seperti Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,
Kabupaten Anambas dan Kabupaten Lingga. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat di
daerah rural dan hinterland juga dapat mendapatkan fasilitas uang rupiah yang masih relative
baru dan layak edar.
Keterangan
Lembar
Nominal
Lembar
Nominal
Tw. I
Tw. II
Perputaran Kliring
111,776
116,538
(Rp Miliar)
3,187
3,230
Penolakan Cek/BG Kosong
2,642
2,892
(Rp Miliar)
82.19
92.73
2011
Tw. III
Tw. IV
2012
Tw. I
118,849
3,399
108,865
3,287
122,544
3,966
2,989
109.47
2,522
86.96
2,362
93.22
Jika dilihat dari sebaran transaksi di Provinsi Kepulauan Riau, sebagian transaksi BIRGTS yang dilakukan oleh masyarakat terjadi di Kota Batam. Secara nominal Batam
mendominasi transaksi BI-RTGS dengan pangsa sebesar 87,88% diikuti oleh Kota
Tanjungpinang dengan pangsa 8,22%. Demikian pula secara volume, transaksi BI-RTGS di
Provinsi Kepulauan Riau masih didominasi oleh transaksi masyarakat Kota Batam dengan
pangsa 87,51% yang kembali diikuti oleh Kota Tanjungpinang dengan pangsa 8,22%.
Tabel 3.3 Transaksi RTGS
Provinsi Kepulauan R iau
Wilayah
Batam
Karim un
Natuna
Batam
Karim un
Natuna
Tw. I
Tw. II
RTGS Nilai (Rp Miliar)
Batam ke Luar Batam
9,860
6,088
Luar Batam ke Batam
12,262
10,738
Batam ke Batam
4,775
3,462
Karimun ke Luar Karimun
358
362
Luar Karimun ke Karimun
208
189
Karimun ke Karim un
65
86
Natuna ke Luar Natuna
3
1
Luar Natuna ke Natuna
113
13
Natuna ke Natuna
2
1
Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang
289
199
Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang
1,157
956
Tg. Pinang ke Tg. Pinang
131
89
RTGS Volume
Batam ke Luar Batam
7,989
8,638
Luar Batam ke Batam
10,860
10,974
Batam ke Batam
4,229
3,972
Karimun ke Luar Karimun
966
865
Luar Karimun ke Karimun
604
587
Karimun ke Karim un
154
161
Natuna ke Luar Natuna
2
16
Luar Natuna ke Natuna
253
73
Natuna ke Natuna
2
5
Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang
248
525
Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang
857
1,683
Tg. Pinang ke Tg. Pinang
121
238
2011
Tw. III
Tw. IV
2012
Tw. I
6,630
12,592
3,845
305
183
55
1
42
1
218
1,367
122
7,137
12,780
3,948
346
167
50
21
154
21
381
1,695
295
5,736
11,113
3,103
351
159
46
0.48
342
0.06
186
1,041
102
-41.8%
-9.4%
-35.0%
-1.9%
-23.8%
-30.4%
-84.0%
202.5%
-97.0%
-35.7%
-10.1%
-22.0%
13,022
16,143
6,077
743
623
109
11
173
1
593
1,673
304
13,359
17,602
5,998
909
525
87
18
168
1
639
2,451
364
11,657
15,279
5,236
893
427
85
7
236
1
462
1,518
227
45.9%
40.7%
23.8%
-7.6%
-29.3%
-44.8%
250.0%
-6.7%
-50.0%
86.3%
77.1%
87.6%
y oy
BAB 4
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kepri Tahun Anggaran
2012 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau
tercatat sebesar Rp2,250 triliun. Angka ini lebih tinggi dibanding APBD Provinsi Kepulauan
Riau Tahun Anggaran 2011 yang tercatat sebesar Rp 2,21 triliun setelah perubahan.
Berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah
(BKKD) Pemerintan Provinsi Kepulauan Riau, realisasi penerimaan daerah pada triwulan I2012 diperkirakan sebesar Rp653,17 miliar atau 31,26%. Pencapaian penerimaan tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan yang sama tahun 2011 yang tercatat
26,42% dari target tahun anggaran berjalan.
Berbeda dengan realisasi penerimaan daerah yang relatif telah sesuai dengan target,
realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan I-2012 tercatat 8,36% dari target tahun
anggaran 2012. Masih rendahnya realisasi belanja pemerintah di triwulan awal merupakan
siklus tahunan. Realisasi belanja daerah akan meningkat cukup besar pada triwulan ketiga
tahun berjalan sampai dengan triwulan akhir setiap tahunnya.
4.1
A P BD P ROV I NS I K EP U L AU A N RI AU T A . 201 2
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kepri Tahun Anggaran
2012 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau
tercatat sebesar Rp2,250 triliun. Angka ini lebih tinggi dibanding APBD Provinsi Kepulauan
Riau Tahun Anggaran 2011 yang tercatat sebesar Rp 2,21 triliun setelah perubahan.
Berdasarkan data Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau, target penerimaan APBD Provinsi Kepulauan Riau adalah sebesar Rp2.03
triliun. Adapun rincian dari target tersebut antara lain berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang ditargetkan sebesar Rp572,2 miliar yang terdiri dari pendapatan pajak daerah
sebesar Rp542,74 miliar, retribusi daerah sebesar Rp1,60 miliar dan lain-lain Pendapatan Asli
Daerah sebesar Rp27,86 miliar. Sejak 2005 hingga 2011 realisasi Pendapatan Asli Daerah
Provinsi Kepulauan Riau mengalami trend kenaikan dengan kisaran 10-25% tiap tahunnya.
Sementara itu, target penerimaan dari Dana Perimbangan dilaporkan sebesar Rp1,3
triliun yang berasal dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum serta Dana Alokasi
Umum. Penerimaan pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
pada tahun 2012 ditargetkan sebesar Rp818,59 miliar. Sedangkan target penerimaan dari
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012
40
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus masing-masing sebesar Rp460,86 miliar dan
Rp23,17 miliar. Adapun penerimaan dari Lain-lain Pendapatan yang Sah yang merupakan
pendapatan hibah dari pemerintah ditargetkan sebesar Rp163,29 miliar pada tahun 2012.
Di sisi lain, Belanja Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 ditargetkan
Rp2,39 triliun. Belanja pemerintah tersebut dibagi dua yakni belanja tidak langsung dan
belanja langsung. Total belanja tidak langsung daerah pada tahun 2012 ditargetkan sebesar
Rp1,02 triliun. Rincian belanja tidak langsung tersebut antara lain untuk belanja pegawai
sebesar Rp206,25 miliar, belanja hibah sebesar Rp281,85 miliar, belanja bantuan sosial
sebesar Rp96,59 miliar, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota sebesar Rp250
miliar, belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota sebesar Rp179,50 miliar,
belanja tidak terduga sebesar Rp1 miliar, belanja bantuan keuangan sebesar Rp950 juta. Total
belanja langsung pemerintah daerah pada tahun 2012 ditargetkan sebesar Rp1,37 miliar
dengan rincian untuk belanja pegawai sebesar Rp178,45 miliar, belanja barang dan jasa
sebesar Rp858,81 miliar serta belanja modal sebesar Rp334,38 miliar.
4.2 .
RE A L IS A S I A P B D P ROV IN S I KE P UL A U AN R IA U
Bermotor (BBNKB) juga naik dari 10% menjadi 20%, serta tarif pajak bahan bakar kendaraan
bermotor meningkat dari 5% menjadi 10%.
Tabel 4.1.
Perkembangan Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Realisasi Bulan Berjalan
JENIS PENERIMAAN
Januari
Februari
Realisasi Penerimaan
Tw.I-2011
Maret
(Rp)
(Rp)
(%)
542,745,301,000
1,600,000,000
100,000,000
1,450,000,000
50,000,000
27,863,055,500
572,208,356,500
818,588,050,459
222,000,000,000
596,588,050,459
460,857,807,000
23,165,600,000
1,302,611,457,459
48,587,788,216
126,319,150
7,137,000
118,932,150
250,000
584,787,524
49,298,894,890
48,163,188,147
172,132,115
4,598,000
152,584,115
14,950,000
1,171,366,238
49,506,686,500
53,356,333,926
188,897,750
8,403,000
176,744,750
3,750,000
1,238,028,969
54,783,260,645
150,107,310,289
487,349,015
20,138,000
448,261,015
18,950,000
2,994,182,730
153,588,842,034
27.66%
30.46%
20.14%
30.91%
10.75%
26.84%
374,682,234
374,682,234
76,809,634,000
77,184,316,234
124,321,913,429
334,559,665
123,987,353,764
38,404,817,000
162,726,730,429
166,573,469,331
111,424,825,219
38,404,817,000
204,978,286,331
291,270,064,994
709,241,899
235,412,178,983
153,619,268,000
444,889,332,994
35.58%
0.32%
39.46%
33.33%
0.00%
34.15%
38,692,178,000
23.70%
637,170,353,028
31.26%
2. DANA PERIMBANGAN
Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak
- Bagi Hasil Pajak
- Bagi Hasil Bukan Pajak
- Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
TOTAL DANA PERIMBANGAN
163,289,580,000
38,350,668,000
341,510,000
2,038,109,393,959
164,833,879,124
212,574,926,929
259,761,546,976
Sumber : Badan Pengelolaan K euangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Realisasi penerimaan dari retribusi daerah tercatat Rp487,35 juta atau 30,46% dari
target tahun anggaran 2012. Penerimaan tersebut berasal dari penerimaan retribusi jasa
umum sebesar Rp20,14 juta, retribusi jasa usaha sebesar Rp448,26 juta dan retribusi
perizinan tertentu yang tercatat sebesar Rp18,95 juta.
Sementara itu pendapatan dari dana perimbangan sampai dengan triwulan I-2012
tercatat sebesar Rp444,89 miliar atau 34,15% dari target anggaran tahun 2012. Penerimaan
dana perimbangan tersebut berasal dari penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak dan dana
alokasi umum. Penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak pada triwulan I-2012 berdasarkan
laporan BKKD Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar Rp291,27 miliar atau 35,58% dari
target tahun anggaran berjalan yang terdiri atas bagi hasil pajak sebesar Rp709,24 juta
(0,32%) dan bagi hasil bukan pajak sebesar Rp235,41 miliar (39,46%).
Penerimaan daerah dari Dana Alokasi Umum sampai dengan triwulan laporan tercatat
sebesar Rp153,62 miliar atau 33,33% dari target tahun anggaran 2012. Adapun penerimaan
daerah dari lain-lain pendapatan yang sah tercatat sebesar Rp38,69 miliar atau 23,70% dari
target tahun anggaran berjalan.
4.2 .2 . Re a lis a s i Be la n ja
Berbeda dengan realisasi penerimaan daerah yang relatif telah sesuai dengan target,
realisasi belanja daerah sampai dengan triwlan I-2012 tercatat 8,36% dari target tahun
anggaran 2012. Masih rendahnya realisasi belanja pemerintah di triwulan awal merupakan
siklus tahunan. Realisasi belanja daerah akan meningkat cukup besar pada triwulan ketiga
tahun berjalan sampai dengan triwulan akhir setiap tahunnya.
Berdasarkan data BKKD Provinsi Kepulauan Riau, penyerapan anggaran tersebut
sebagian besar dipergunakan untuk kegiatan belanja tidak langsung yang tercatat sebesar
Rp160,11 miliar atau 15,76% dari target tahun anggaran. Penyerapan belanja tidak langsung
tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh kegiatan belanja pegawai yang sampai dengan
triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp87,41 miliar atau 42,38% dari target anggaran tahun
berjalan.
Tabel 4.2.
Perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Kepulauan R iau
Realisasi Bulan Berjalan
JENIS BELANJA/PENGELUARAN
Januari
Februari
Realisasi Belanja
Maret
Tw.I-2011
(Rp)
(Rp)
(%)
Belanja Pegawai
206,254,530,247
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
281,848,200,000
Belanja Bantuan Sosial
96,593,000,000
Belanja Bagi Hasil kpd Provinsi/Kab/Kota/Desa
250,000,000,000
Belanja Bantuan Keuangan kpd Provinsi/Kabupaten/Kota
179,501,000,000
Belanja Tidak Terduga
1,000,000,000
Belanja Bantuan Keuangan
950,000,000
TOTAL BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,016,146,730,247
13,005,175,780
13,005,175,780
25,303,207,568
28,407,207,942
53,710,415,510
49,098,376,098
5,650,000,000
22,875,356,325
15,770,347,807
93,394,080,230
87,406,759,446
5,650,000,000
22,875,356,325
44,177,555,749
160,109,671,520
42.38%
2.00%
0.00%
9.15%
24.61%
0.00%
0.00%
15.76%
1,541,005,000
7,312,521,513
8,853,526,513
12,217,367,766
18,262,132,048
282,494,650
30,761,994,464
13,758,372,766
25,574,653,561
282,494,650
39,615,520,977
7.71%
2.98%
0.08%
2.89%
62,563,942,023
124,156,074,694
199,725,192,497
8.36%
2. BELANJA LANGSUNG
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Modal
TOTAL BELANJA LANGSUNG
TOTAL BELANJA DAERAH
178,447,667,686
858,814,766,529
334,380,415,538
1,371,642,849,753
2,387,789,580,000
13,005,175,780
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan R iau
Realisasi belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota pada triwulan I2012 dilaporkan sebesar Rp44,17 miliar atau 24,61% dari target anggaran tahun berjalan.
Adapun realisasi belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp22,86 miliar atau 9,15% dari target anggaran tahun 2012. Sementara
realisasi belanja hibah sampai dengan triwulan awal 2012 tercatat sebesar Rp5,65 miliar atau
2% dari target tahun berjalan yang tercatat sebesar Rp281,85 miliar.
Penyerapan anggaran melalui kegiatan belanja langsung pada triwulan I-2012
tercatat sebesar Rp39,62 miliar atau 2,89% dari target anggaran tahun berjalan. Penyerapan
anggaran tersebut dipengaruhi oleh belanja pegawai yang tercatat sebesar Rp13,76 miliar
atau 7,71% dari target anggaran tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp178,45 miliar.
Sementara itu realisasi belanja barang dan jasa sampai dengan triwulan laporan tercatat
sebesar Rp25,57% dari target anggaran tahun berjalan. Adapun realisasi belanja modal
sampai dengan triwulan I-2012 dilaporkan sebesar Rp282,49 juta atau 0,08% dari target
tahun anggaran 2012 yang tercatat sebesar Rp334,38 miliar.
BAB 5
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang relative tinggi berdampak positif
pada penyerapan tenaga kerja yang tercermin dari penurunan tingkat pengangguran.
Peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja tersebut dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor wiraswasta. Struktur tenaga kerja di Provinsi
Kepulauan Riau juga mengalami perubahan dimana sebelumnya Sektor Industri Pengolahan
mendominasi dengan pangsa yang cukup besar, pada Februari 2012 BPS mencatat Sektor
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami peningkatan yang signifikan
sehingga menjadi sektor yang dominan dalam struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan
Riau.
Secara umum nilai ITK di Kepri pada Triwulan I-2012 sebesar 107,80, yang
menunjukkan adanya kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
dibandingkan Triwulan IV-2011. Berdasarkan survey, indeks pendapatan rumah tangga
tercatat mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari 111,24 pada triwulan IV-2011
menjadi 113,14 pada triwulan I-2012.
NTP Provinsi Kepulauan Riau tercatat 105,18 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
IV-2011 yang tercatat sebesar 103,55. Dari lima subsektor yang menyusun NTP Provinsi Kepri
pada triwulan I-2012 tercatat empat subsektor yang mengalami kenaikan NTP, yaitu
subsektor tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan.
Sedangkan sub sektor peternakan menjadi satu-satunya sub sektor yang mengalami
penurunan pada triwulan berjalan.
5.1 .
KE T E NA GA K ERJ AAN
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang cukup tinggi berdampak positif
pada penyerapan tenaga kerja yang tercermin dari penurunan tingkat pengangguran.
Peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja tersebut dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor wiraswasta. Struktur tenaga kerja di Provinsi
Kepulauan Riau juga mengalami perubahan dimana sebelumnya Sektor Industri Pengolahan
mendominasi dengan pangsa yang cukup besar, pada Februari 2012 BPS mencatat Sektor
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami peningkatan yang signifikan
sehingga menjadi sektor yang dominan dalam struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan
Riau.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012
45
Tabe l 5.1.
Perkembangan Angkatan Kerja Provinsi Kepulauan Riau
Keterangan
Bekerja
Pengangguran
Jumlah Angkatan Kerja
Tingkat Partisipasi Kerja
Tingkat Pengangguran Terbuka
653,012
50,729
703,741
64.95
7.21
769,486
57,049
826,535
68.85
6.90
777,726
58,883
836,609
68.14
7.04
781,824
66,173
847,997
67.48
7.80
838,934
52,283
891,217
69.33
5.87
Berdasarkan data BPS Kepulauan Riau, jumlah angkatan kerja sampai dengan Februari
2012 mencapai 891.217 orang, sementara jumlah penduduk yang bekerja adalah sebesar
838.934 orang. Sedangkan jumlah penduduk yang tidak bekerja/pengangguran terbuka
tercatat sebanyak 52.283 orang sehingga secara prosentase Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) tercatat sebesar 5,87%. Penurunan TPT tersebut juga menunjukkan daya serap dunia
usaha terhadap tenaga kerja mengalami peningkatan. Tingkat partisipasi kerja penduduk
Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan Februari 2012 tercatat 69,33%.
Grafik 5.1.
Perkembangan Pe ngangguran Terbuka Ke pulauan Riau
14
12
10
8
6
4
2
Feb-12
Oct-11
Jun-11
Feb-11
Oct-10
Jun-10
Feb-10
Oct-09
Jun-09
Feb-09
Oct-08
Jun-08
Feb-08
Oct-07
Jun-07
Feb-07
Oct-06
Jun-06
Feb-06
Hingga bulan Februari 2012, struktur tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan
utama di Kepulauan Riau terjadi perubahan yang cukup menarik dimana dominasi Sektor
Industri Pengolahan tergeser oleh Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi.
Sementara itu Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan serta Sektor Jasa
Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan relatif meningkat namun tidak terlalu mempengaruhi
pangsa-nya terhadap struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan Riau.
Menurut data BPS Provinsi Kepulauan Riau, tenaga kerja sektor industri di Kepulauan
Riau mengalami peningkatan menjadi 122.267 orang atau mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada saat yang sama Sektor Perdagangan,
Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami peningkatan dari 193.860 orang pada
Agustus 2011 menjadi 248.001 orang pada Februari 2012.
T abel 5.2.
Pe rkembangan Penduduk Be ke rja Menurut Sektor Ekonomi
98,091
12.80
252,753
32.90
153,505
20.00
126,543
16.50
138,594
18.00
769,486
100
128,433
16.50
149,311
19.20
188,628
24.30
148,740
19.10
162,614
20.90
777,726
100
97,757
12.50
195,368
25.00
193,860
24.80
139,273
17.80
155,566
19.90
781,824
100
126,345
15.10
122,267
14.60
248,001
29.60
182,003
21.70
160,318
19.10
838,934
100.00
Sementara itu, struktur tenaga kerja menurut status pekerjaan utama relatif tidak
terjadi perubahan yang besar. Buruh/Karyawan/Pegawai masih menjadi pangsa terbesar
dalam angkatan kerja di Kepulauan Riau pada Februari 2012 yang tercatat 527.347 orang
atau sebesar 62,90%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan Agustus 2011 yang
tercatat sebesar 527.770 orang. Sementara itu status pekerjaan utama terbesar kedua adalah
berusaha sendiri sebanyak 170.205 orang dengan pangsa 17,80%. Jumlah penduduk yang
berusaha sendiri ini mengalami peningkatan yang cukup signifikasi dibandingkan dengan
data Agustus 2011 yang tercatat 139.407 orang.
T abel 5.3.
Perke mbangan Pangsa Tenaga Ke rja Menurut Status Pe ke rjaan Utama
di Kepulauan Riau Triwulan I 2011
147,006
22.50
23,274
3.60
15,623
2.40
407,592
62.40
8,304
1.30
13,238
2.10
37,238
5.70
652,275
100
177,147
23.00
49,865
6.50
23,611
3.00
475,718
61.80
7,237
0.90
14,591
1.90
21,317
2.80
769,486
100
161,969
20.80
37,616
4.80
28,523
3.70
488,533
62.80
3,969
0.50
11,594
1.50
45,522
5.90
777,726
100
139,407
17.80
29,844
3.80
37,742
4.80
527,770
67.50
6,498
0.80
15,202
1.90
25,361
3.20
781,824
100
170,205
20.30
33,891
4.00
24,030
2.90
527,347
62.90
9,992
1.20
6,213
0.70
67,256
8.00
838,934
100.00
Cukup besarnya porsi orang yang berusaha sendiri tersebut menunjukkan jiwa
kewirausahaan masyarakat Kepulauan Riau cukup tinggi. Sebagian besar pelaku usaha di
Batam bergerak di sektor perdagangan dan industri pengolahan. Meski demikian, para
pelaku usaha di Batam khsususnya dalam skala mikro dan kecil masih perlu meningkatkan
kompetensi manajerial. Hal ini tercermin dari masih relative sedikitnya jumlah pengusaha
yang telah dibantu oleh karyawan tetap yaitu sekitar 24.030 orang atau 2,90%.
5.2 .
KE S E JA H TE RA AN MA S YA RA KA T
Pemilihan
sampel
dilakukan secara panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat
mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu.
Secara umum nilai ITK di Kepri pada Triwulan I-2012 sebesar 107,80, yang
menunjukkan adanya kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
dibandingkan Triwulan IV-2011. Berdasarkan survey, indeks pendapatan rumah tangga
tercatat mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari 111,24 pada triwulan IV-2011
menjadi 113,14 pada triwulan I-2012.
Grafik 5.2.
Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen
Provinsi Kepualauan Riau
120
115
110
105
Pendapatan rumah tangga
100
95
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
2011
Triwulan I
2012
Nilai ITK di kepri pada Triwulan II-2012 diperkirakan sebesar 108,35, yang
menunjukkan prediksi kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan II-2012. Tingkat
kepercayaan atau optimisme konsumen juga diperkirakan sedikit meningkat dibanding
Triwulan I-2012. Perbaikan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan II-2012 diperkirakan
terjadi karena adanya peningkatan pendapatan rumah tangga walaupun nilai indeksnya tidak
terlalu berbeda dengan triwulan I-2012 .
Tabel 5.3.
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya
Variabel Pembentuk
113.4
98.83
108.35
5.2 .2 . N ila i T uk a r P e t a n i
Kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau yang diukur dari Nilai Tukar Petani
(NTP) pada triwulan I-2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan
barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara
relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP Provinsi Kepulauan Riau
tercatat 105,18 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar
103,55.
Tabel 5.4.
Nilai Tukar Petani per Sub Sektor di Provinsi Kepulauan Riau
Keterangan
Triwulan I
1. Tanaman Pangan
a. Indeks yang Diterima (It)
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
c.Nilai Tukar Petani (NTP-P)
2. Hortikultura
a. Indeks yang Diterima (It)
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
c.Nilai Tukar Petani (NTP-H)
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
a. Indeks yang Diterima (It)
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
c.Nilai Tukar Petani (NTP-Pr)
4. Peternakan
a. Indeks yang Diterima (It)
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
c.Nilai Tukar Petani (NTP-Pt)
5. Perikanan
a. Indeks yang Diterima (It)
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
c.Nilai Tukar Petani (NTP-Pi)
Umum
a. Indeks yang Diterima (It)
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
c.Nilai Tukar Petani (NTP)
Triwulan II
2011
Triwulan III
Triwulan IV
2012
Triwulan I
82.47
124.98
65.99
82.1
123.94
66.24
84.04
125.42
67.01
83.76
126.31
66.31
88.9
127.3
69.83
157.47
126.03
124.95
151.92
125.21
121.33
152.32
126.43
120.48
157.63
127.34
123.79
162.87
128.57
126.68
146.02
125.34
116.5
152.55
124.75
122.28
151.75
126.05
120.39
151.08
126.89
119.07
154.89
127.79
121.2
106.57
118.06
90.26
106.77
117.66
90.75
106.75
118.7
89.93
108.25
119.47
90.6
108.48
120.23
90.23
125.28
119.1
105.19
127.3
118.4
107.53
128.99
119.53
107.91
130.09
120.28
103.55
131.33
120.94
108.59
124.96
122.43
102.07
126.45
121.72
103.88
127.13
122.96
103.4
128.17
123.77
103.55
131.09
124.64
105.18
Dari lima subsektor yang menyusun NTP Provinsi Kepri pada triwulan I-2012 tercatat
empat subsektor yang mengalami kenaikan NTP, yaitu subsektor tanaman pangan,
hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan. Sedangkan sub sektor peternakan
menjadi satu-satunya sub sektor yang mengalami penurunan pada triwulan berjalan.
Kenaikan NTP pada subsektor tanaman pangan dipengaruhi oleh kenaikan indeks
yang diterima petani sebesar 5,14% sedangkan kenaikan indeks yang dibayar oleh petani
hanya sebesar 0,99%. Sementara itu kenaikan NTP pada subsektor hortikultura dipengaruhi
oleh kenaikan indeks yang diterima sebesar 5,24% sedangkan indeks yang dibayar petani
hanya mengalami kenaikan sebesar 1,23%.
Kenaikan NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat dipengaruhi oleh kenaikan
indeks yang diterima petani sebesar 3,81% padahal indeks yang dibayar oleh petani hanya
naik sebesar 0,90%. Adapun kenaikan NTP sub sektor perikanan dipengaruhi oleh kenaikan
indeks yang diterima petani yang naik sebesar 1,24% dimana kenaikan indeks yang dibayar
petani tercatat sebesar 0,66%.Sementara itu subsektor peternakan yang mengalami
penurunan sebagian besar dipengaruhi oleh kenaikan indeks yang dibayar oleh petani
sebesar 0,76% sementara pada saat yang sama indeks yang diterima hanya naik 0,23%.
BAB 6
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL
Tabe l6.1.
ProyeksiPertumbuhanEkono miDunia
2010
World Output
Advanced Economies
United States
Euro Area
Japan
United Kingdom
Canada
NIE's
China
India
Developing Asia
Sumber : MTI Singapore (Apr-2012)
5,3
3,2
3,0
1,9
4,4
2,1
3,2
8,5
10,4
10,6
9,7
6.1
pada kisaran 6,791%, melambat dibanding triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 7,63%
(yoy). Selanjutnya pada akhir tahun 2012, Bank Indonesia Batam memproyeksikan Provinsi
Kepulauan Riau akan mengalami pertumbuhan 6,911%, lebih tinggi dari laju pertumbuhan
tahun 2011 yang tercatat sebesar 6,67%.
Tabe l6.2.
LajuPertumbuhanE konomiKepulauan Riau
year on year
2011
TW-II
Tw-IV
TW-I
Grafik 6.2.
Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor
2012
year over year
TW-II (P)
2012(P)
KOMPONEN PENGGUNAAN
- Konsumsi Rumah Tangga
3,98%
- Konsumsi Lembaga Swasta
5,39%
- Konsumsi Pemerintah
7,13%
- Pembentukan Modal Tetap Bruto 12,64%
- Ekspor Barang dan Jasa
7,22%
- Impor Barang dan Jasa
7,04%
2,68%
3,92%
8,21%
13,05%
3,34%
6,54%
-0,61%
5,28%
6,50%
16,82%
7,37%
10,76%
7,81%
5,49%
7,13%
17,79%
4,52%
8,04%
9,84%
5,51%
10,72%
15,43%
19,23%
5,85%
SEKTOR EKONOMI
- Pertanian
4,34%
- Pertambangan & Penggalian
0,37%
- Industri Pengolahan
9,41%
- Listrik, Gas & Air Bersih
14,29%
- Bangunan
10,07%
- Perdag angan, Hotel & Restoran 5,93%
- Pengang kutan & Komunikasi
9,31%
- Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 6,47%
- Jasa-Jasa
6,97%
PDRB (termasuk migas)
7,77%
3,44%
3,58%
5,35%
11,23%
10,13%
7,49%
10,26%
8,34%
7,52%
6,30%
2,67%
4,63%
7,13%
11,05%
11,01%
9,12%
9,23%
7,76%
7,91%
7,63%
7,63%
2,94%
0,75%
5,95%
10,11%
10,45%
9,03%
9,41%
7,69%
7,81%
6,79%
4,84%
-1,93%
5,86%
9,32%
9,95%
10,25%
9,97%
6,31%
7,24%
7,77%
6,91%
Sumber : DSM - BI
Pengusahaan (BP) Batam untuk barang-barang industri, dan tidak ada pemeriksaan fisik Bea
dan Cukai (BC) dan beberapa hal lain.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan juga masih menjadi pendorong
utama pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan I-2012, yang terdorong
oleh peningkatan permintaan masyarakat yang didukung oleh peningkatan aktivitas
kunjungan wisatawan domestik dan asing ke wilayah Batam. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran di periode triwulan II-2012 diproyeksi tumbuh 9,03% (yoy).
6.2
PROSPEK INFLASI
Inflasi pada awal tahun 2012 diperkirakan akan mengalami peningkatan, seiring
Grafik 6.3.
Lajulnflasi Kota Batam
Grafik 6.4.
LajuInflasi Kota T anjung Pinang
Grafik 6.6.
PerkembanganNilaiT ukar IDR terhadap SGD & USD
Sumber : IMF
T abel6.3.
PrakiraanKe ce patanAngin , T inggiSignifikandanFrekue nsiTe jadinyaGelombangLaut
diPe rairanSelatMalakad anLautNatunaBulanFebruari - Me i 2012
Lokasi
Selat Malaka
Laut Natuna
3-8
5 - 10
Mar-12
Apr-12
Mei-12
3-8
5 - 11
1-5
5 - 10
3-8
3-5
Feb-12
Mar-12
Apr-12
Mei-12
0.2 - 0,5
0.5 - 1,0
Mar-12
0-5%
0 - 5%
Apr-12
0-5%
0 - 5%
Mei-12
0-5 %
0 - 5%