URAIAN KEGIATAN
2.
2.1 Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan SyaratSyarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahan sebagi berikut :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi.
b. Peraturan Umum Tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene
Voorwaarden voor De Uitvoering Bij Aanneming Van Openbare Werken (AV) 1941.
c. UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
d. Tata cara pengadukan pengecoran beton SNI 03-3976-1995.
e. Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal SNI 03-2834-1992 ( SK SNI T-151990-03)
f. Tata cara pengecatan dinding tembok dengan cat emulsi SNI 03-2410-1991
g. Peraturan Muatan Indonesia (PMI) 1970.
h. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja sesuai SN 033990-1995.
i. Ketentuan dan peraturan lain yang dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
2.2 Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 1 ayat (1) tersebut di atas berlaku dan mengikat
pula :
a. Gambar bestek yang dibuat oleh Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh Pemberi
Tugas termasuk juga gambar-gambar detail pelaksanaan (Shop Drawing) yang
diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan/ disetujui oleh Konsultan Pengawas atau
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan/Pemberi Tugas.
b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
3.
3.1
3.2
3.3
4.
4.1
4.2
4.3
4.4
5.
5.1
5.2
5.3
5.4
6.
6.1
6.2
JADWAL PELAKSANAAN.
Sebelum memulai pekerjaan nyata di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat
rencana pelaksanaan pekerjaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart dan Curva
S dan Net Work Planning jika diperlukan.
Rencana kerja tersebut harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi Tugas /
Konsultan Pengawas, paling lambat 14 (empat belas) hari kalender setelah Surat Keputusan
Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor.
Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja kepada Pemberi Tugas / Konsultan
Pengawas, satu salinan rencana kerja ditempel pada dinding Kantor Proyek (Direksi Keet) di
lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan di lapangan.
Konsultan Pengawas/ Pemberi Tugas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor
berdasarkan rencana kerja tersebut.
6.3
6.4
7.
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah dipasang atau belum, menjadi
tanggung jawab kontraktor dan tidak diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambahan.
Kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai yang
ditempatkan di tempat-tempat yang akan ditetapkan kemudian oleh Konsultan Pengawas/
Pemberi Tugas.
8.
8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
9.
9.1
ALAT-ALAT PELAKSANAAN
Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor, sebelum
pekerjaan secara fisik dimulai dalam keadaan baik dan siap pakai, antara lain :
- Mesin molen.
- Theodolit dan Water Pass (ijin Konsultan Pengawas)
- Perlengkapan penerangan untuk kerja lembur.
- Alat-alat pemadat masinal dan manual.
- Dan alat-alat lain yang diperlukan untuk menunjang pekerjaan.
Proyek/ Pemberi Tugas. Pembuatan bangsal ini harus sesuai dengan syarat konstruksi dan
kesehatan.
16.
PEKERJAAN PONDASI
16.1.
16.2.
16.3.
Galian Tanah, letak, dan ukuran galian sesuai dengan gambar kerja
Urug kembali, menggunakan tanah galian, urugan harus padat.
Pemancangan cerucuk dia. 8-10 panjang 2 meter, jarak cerucuk disesuaikan dengan
gambar kerja..
16.4. Urugan pasir tebal 15 cm, pasir harus benar- benar padat.
16.5. Lantai kerja beton tebal 5 cm, beton campuran 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr
16.6. Pondasi Batu Belah
- Camp. 1 Pc : 4 Ps
- Angkur Besi 8 mm
- Bekisting papan kayu klas III
B. KETENTUAN PELAKSANAAN
1.
PEKERJAAN TANAH
2.
b. Kehadiran Pemilik Proyek, selaku wakil Pemberi Tugas atau perencana yang sejauh
mungkin melihat/ mengawasi/ menegur atau memberi nasehat tidaklah mengurangi
tanggung jawab penuh tersebut d atas.
c. Jika Pemilik Proyek memberikan ketentuan-ketentuan tambahan yang menyimpang dari
ketentuan yang telah digariskan dalam buku acuan ini dan yang telah tertera dalam gambar
maka untuk ketentuan tambahan ini harus dilakukan secara tertulis dengan berita acara.
2.3. Persyaratan Bahan
2.3.1 Semen Portland
1). Semen yang dipakai harus portland semen yang telah disetujui Pemberi Tugas dan
memenuhi syarat S.400 menurut standar Semen Indonesia (NI-8-1972).
2). Untuk seluruh pekerjaan beton dan adukan harus menggunakan mutu semen yang
baik dari satu jenis merk atas persetujuan Konsultan Pengawas/ Pemberi Tugas.
3). Semen yang telah mengeras sebagian/ seluruhnya tidak diperkenankan untuk
digunakan.
2.3.2. Pasir
1). Pasir harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan substansi-substansi
yang dapar merusak beton.
2). Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
3). Pasir harus terdiri dari partikel-partikel / komposisi butir yang tajam dan kasar.
2.3.3. Batu Split/ Koral Beton
1). Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras tidak berpori
dan berbentuk kubus serta tidak terpengaruh oleh cuaca. Bila ada butir-butir yang pipih,
jumlah beratnya tidak boleh lebih dari 20% adari jumlah berat seluruhnya. Ukuran
terbesar agregat beton adalah 2/3 cm.
2). Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% juga tidak boleh mengandung zat yang
dapat merusak beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tertera dalam PBI 1971
serta harus sesuai dengan spesifikasi agregat kasar menurut ASTM-C-33.
3). Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan
berat menurut tes mesin Los Angeles ASTM C-131-55.
2.3.4. A i r
1). Air yang digunakan untuk adukan dan merawat beton harus tawar, bersih tidak
mengandung minyak, asam alkali dan bahan bahan organis / bahan lain yang dapat
merusak mutu beton maupun mempengaruhi daya lekas semen dan harus memenuhi
NI-3 Pasal 10.
2). Bila dianggap perlu, Konsultan Pengawas/ Pemberi Tugas dapat meminta kepada
Kontraktor untuk memeriksa mutu air di laboratorium atas biaya Kontraktor.
2.3.5. Besi Beton
1). Besi baja tulangan yang digunakan harus dari baja mutu U-24 menurut persyaratan PBI
1971 atau Japaneese Standar Class SR-24 ataupun British Standard nomor 785-1938
untuk diameter yang lebih kecil sampai dengan 12 mm. Sedangkan untuk diameter
yang lebih dari 12 mm digunakan besi baja tulangan dengan mutu U-32, atau baja ulir .
2). Ukuran besi beton sebagai yang tersebut di dalam gambar, bila terjadi penggantian
dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas/ Pemilik. Bila penggantian disetujui maka luas penampang yang diperlukan
tidak boleh berkurang dengan yang tersebut di dalam gambar atau perhitungan. Dan
dalam hal ini Kontraktor harus melampirkan data perhitungannya serta data
pengurangan volume berat pembesian yang dikaitkan dengan analisa penawaran.
3). Besi beton yang digunakan harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat serpihan/ kulit
giling serta bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat terhadap beton.
4). Kawat pengikat beton harus terbuat dari bahan baja lunak dengan diameter ninimum 1
mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng tidak kaku maupun
getas.
5). Pelaksanaan.
Membengkok dan meluruskan besi beton harus dilakukan dalam keadaan dingin,
besi beton dipotong, dan dibengkokkan sesuai dengan gambar.
Harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama pengecoran tidak
berubah tempat.
Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut:
- Beton tanpa cetakan, kontak langsung dengan tanah selimutnya = 4 cm.
c.
2.9.3
Beton harus dibentuk dari campuran semen, beton agregat dan air dalam suatu
perbandingan tepat sehingga didapat kekuatan tekan karakteristik bk = 175 kg/cm2
untuk semua beton struktur
Pelaksanaan.
a. Sebelum pelaksanaan pengecoran, Kontraktor harus memberitahukan secara tertulis
kepada Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 24 jam sebelum suatu pengecoran
beton dilakukan.
b. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat telah mencapai 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi, jika pemilik
menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
c. Alat- alat bantu penuang seperti talang, pipa dan sebagainya harus bebas dari lapisanlapisan beton yang mengeras.
d. Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 2 (dua) meter.
e. Semua pengecoran bagian dasar kostruksi yang menyentuh tanah harus diberi lantai
kerja setebal 5 cm, agar menjadi dudukan tulangan dengan baik dan untuk menghindari
penyerapan air semen oleh tanah.
b. Setelah cetakan dan acuan dibuka, sisi/ sudut tajam supaya dilindungi terhadap
benturan /perusakan dengan pertolongan papan/ bambu dan sebagainya.
2.12.
3.
PEKERJAAN KAYU
3.1 Bahan
a. Kayu yang dipakai harus sesuai dengan PKK1 1961 (NI-5) lampiran1. Kayu berkualitas
baik, tua, kering tidak cacat dan pecah-pecah serta tidak terdapat kayu muda sesuai pasal
3 PKKI 1961 mutu A.
b. Kelembaban kayu yang dipakai untuk pekerjaan kayu yang di dalam dan pekerjaan kayu
halus harus kurang dari 15%, dan untuk pekerjaan kayu kasar harus kurang dari 20%.
c. Selama pelaksanaan, mutu dan kekeringan kayu harus dijaga dengan menyimpannya di
tempat kering terlindung dari hujan dan panas.
d. Semua pekerjaan kayu yang akan difinish harus diketam rata dan licin.
3.2 Macam Pekerjaan Kayu dan Cara Pelaksanaannya
a. Macam pekerjaan kayu menggunakan jenis-jenis kayu berikut ini ;
- Kayu klas III campur, dipergunakan sebagai bekisting dan bowplank.
b. Lingkup pekerjaan kayu meliputi semua pekerjaan penyediaan alat, tenaga dan bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan kayu sesuai dengan gambar kerja.
c. Persyaratan Pekerjaan.
- Semua ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran bersih / ukuran setelah jadi
(sudah diketam halus)
- Semua bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan kayu halus tidak boleh dipaku,
kecuali dengan persetujuan Konsultan pengawas.
4.
PEKERJAAN PLESTERAN
5.
PEKERJAAN PENGECATAN
c.
Cat yang digunakan masih berada dalam kaleng yang masih disegel, tidak pecah atau
bocor dan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Pemilik.
d. Kontraktor bertanggung jawab bahwa warna dan bahan cat adalah tidak palsu sesuai
spesifikasi atau brosur pabrik.
e. Bahan pengecatan terdiri dari :
* Cat tembok dalam
: plamur dan cat tembok dalam
* Cat tembok luar
: plamur dan cat tembok luar
* Cat kilat
: Cat minyak
5.4. Cara Pelaksanaan
a. Pengecatan cat tembok pada bagian dimana banyak terjadi rembesan air, harus diberi
lapisan wall sealer. Pengecatan dengan cat tembok dengan ketentuan 1 kali plamur, 1
kali mendasar, dan 2 kali mencat dengan lapisan penutup dengan mutu baik.
b. Pengecatan cat kilat. Pengecatan dengan cat kilat tembok dengan ketentuan 1 kali
plamur, 1 kali mendasar, dan 2 kali mencat dengan lapisan penutup dengan mutu baik.
6.
6.1.
6.2.
6.3.
6.4.
6.5.