Anda di halaman 1dari 21

ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB),

KADAR AIR, DAN KADAR KOTORAN


PADAMINYAK KELAPA SAWIT (CPO)
HASIL OLAHAN PT. MOPOLI RAYA
ACEH TAMIANG

KARYA ILMIAH

LAHUDDIN RANGKUTI
042401061

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007

Universitas Sumatera Utara

PERSETUJUAN

Judul

: ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB),


KADAR AIR, DAN KADAR KOTORAN PADA
MINYAK KELAPA SAWIT HASIL OLAHAN PT
MOPOLI RAYA ACEH TAMIANG

Kategori

: KARYA ILMIAH

Nama

: LAHUDDIN RANGKUTI

Nomor Induk Mahasiswa : 042401061


Departemen

: KIMIA

Fakultas

: MATEMATIKA DAN ILMU PEMGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui
Medan, Mei 2007

Diketahui / Disetujui oleh


Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,

Komoisi Pembimbing
Pembimbing,

Dr. Rumondang Bulan Nasution, M.Sc


N I P . 131 459 466

Drs. Adil Ginting, M.Sc


N I P. 131 684 894

Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN
ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB), KADAR AIR, DAN KADAR
KOTORAN PADA MINYAK KELAPA SAWIT HASIL OLAHAN PT MOPOLI
RAYA ACEH TAMIANG

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2007

Lahuddin Rangkuti
042401061

Universitas Sumatera Utara

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di Pabrik bertujuan untuk
memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup
panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan tandan
buah segar (TBS) ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampingnya.
Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak sawit baik pada industri pangan
maupun non-pangan, maka mutu hasil olahan harus selalu diawasi, sebab sangat
menentukan harga dan komoditasnya.
Industri pangan dan non-pangan selalu menghendaki minyak sawit dalam
mutu yang terbaik, yaitu minyak sawit yang dalam keadaan segar, asli, murni, dan
tidak bercampur bahan tambahan lain seperti kotoran, air, logam-logam (dari alat
selama dalam proses pengolahan).
Adapun mutu minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
Kadar Asam lemak Bebas (ALB), Kadar Air, dan Kadar Kotoran.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis berkeinginan dan tertarik membuat karya
ilmiah dengan judul : Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air, dan
Kadar Kotoran Hasil Olahan PT. Mopoli Raya Aceh Tamiang.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Permasalahan
Kriteria mutu minyak kelapa sawit ditentukan oleh kadar Asam Lemak Bebas
(ALB), Kadar Air, dan Kadar Kotoran dengan standard

maksimal kadar ALB =

2,5 3 %, Air = 0,15 % dan Kotoran = 0,020 %. Untuk mendapatkan kadar ALB,
air dan kotoran yang diharapkan sesuai dengan standard, perlu dilakukan
pengendalian baik dari bahan baku, maupun proses pengolahan di pabrik.
Disini penulis mengambil permasalahan apakah kadar asam lemak bebas, air
dan kotoran pada Crude Palm Oil (CPO) hasil olahan PT. Mopoli Raya sesuai
dengan standard mutu Crude Palm Oil (CPO) yang ditetapkan oleh perusahaan. Dan
apabila kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran tidak sesuai dengan
standard Nasional Indonesia apa yang akan dilakukan oleh pabrik untuk mengatasi
hal tersebut.

1.3 Tujuan
-

Untuk mengetahui mutu Crude Palm Oil (CPO) hasil olahan PT. Mopoli
Raya Aceh Tamiang.

Untuk melihat secara langsung penerapan ilmu kimia pada proses pengolahan
kelapa sawit di PT. Mopoli Raya Aceh Tamiang.

1.4 Manfaat
Meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi penulis tentang proses
pengolahan tandan buah segar menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan hal-hal yang
dapat mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit sehingga dapat diketahui bagaimana
cara mengatasinya.

Universitas Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Penghasil Minyak Sawit


Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak. Selain
kelapa, kacang-kacangan dan jagung. Dimana dalam perkembangannya melalui salah
satu produknya yaitu minyak sawit, kelapa sawit memiliki peranan penting antara
lain :
a. Mampu mengganti kelapa sebagai sumber bahan baku mentah bagi industri
pangan maupun non-pangan dalam negeri.
b. Ditetapkan sebagai primadona ekspor non-migas Indonesia yang sangat
dinanti-nantikan sumbangsihnya bagi pemasukan devisa.
Ada beberapa tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu
dapat dibedakan atas warna kulit buahnya, berdasarkan ketebalan tempurung,
penampung irisan buah, kandungan minyak dalam buah kelapa sawit dapat
dibedakan atas tiga varietas, yaitu :
1. Dura, dengan tempurung yang tebal yaitu antara 2 8 mm, daging buang
berlapis tipis dan kandungan minyaknya rendah.
2. Pisifera, dengan biji yang kecil dan mempunyai tempurung yang sangat tipis
tetapi daging buahnya tebal sehingga kandungan minyaknya tinggi.
3. Tennera, varietas mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya
yaitu Dura dan Pisifera dengan tempurung tipis dengan ketebalan 0,5 4 mm,

Universitas Sumatera Utara

persentase daging buah terhadap buah tinggi sehingga kandungan minyak


yang dihasilkan lebih banyak.
Berdasarkan warna kulitnya ada tiga varietas kelapa sawit yang dikenal yaitu :
1. Nigrescens, buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah
menjadi jingga kehitam-hitaman sewaktu telah masak.
2. Virescens, buah berwarna hijau pada waktu muda dan ketika masak menjadi
jingga kemerahan tetapi ujungnya tetap kehijauan.
3. Albescens, pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan sedangkan setelah
masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 4 tahun dan buahnya
menjadi masak 5 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa
sawit dapat dilihat perubahan warna kulitnya, dari hijau pada buah muda menjadi
merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu kandungan minyak pada buah
telah maksimal jika terlalu matang buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai
tandannya.

2.2 Kriteria Matang Panen


Suatu areal tanaman belum menghasilkan baru dapat dialihkan menjadi tanaman
menghasilkan bila tanaman 60% atau lebih telah matang panen dan berat jenjangnya
kira-kira 40 Kg atau lebih.
Buah yang telah matang akan lepas dari gulirnya yang disebut membrondol.
Keadaan ini digunakan sebagai tolak ukur kematangan buah, semakin banyak buah
yang membrondol maka buah dinyatakan semakin matang. Untuk mempermudah

Universitas Sumatera Utara

pengolahan dan penyeragaman kualitas tandan maka ketepatan kriteria matang panen
yang didasarkan pada kandungan dalam tandan semaksimal mungkin.
Tujuan dari budidaya kelapa sawit ialah untuk memproduksi minyak dan inti
sawit. Oleh sebab itu ukuran yang dipakai bukan berat tandan per Ha, akan tetapi
jumlah minyak dan inti sawit per Ha. Kandungan minyak sebagai ukuran
kematangan dianjurkan agar buah yang dipanen adalah buah brondol, akan tetapi hal
ini tidak memungkinkan karena mengalami kesulitan pengutipan brondolan dan
kemungkinan besar persentase asam lemak bebas akan semakin tinggi.

2.2.1

Kandungan Asam Lemak Dalam Minyak sawit

Asam lemak merupakan karboksilat alifatik. Asam lemak terutama terdapat sebagai
ester di dalam lemak dan minyak alami, tetapi juga sebenarnya ditemukan dalam
bentuk tidak teresterifikasi sebagai asam lemak bebas, yaitu bentuk transfor yang ada
di dalam plasma darah. Asam lemak yang terdapat dalam bentuk alami biasanya
merupakan derivat rantai lurus dan mengandung atom karbon dalam jumlah yang
genap karena senyawa tersebut disintesis dari dua karbon. Rantai tersebut bisa
berupa rantai jenuh (tidak mempunyai ikatan rangkap) atau rantai tidak jenuh
(mengandung satu atau lebih ikatan rangkap).

2.3 Mutu Minyak Kelapa Sawit


Dalam perdagangan minyak kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan
menjadi dua arti, yang pertama adalah mutu minyak sawit yang benar-benar murni
dan tidak bercampur dengan pengotor dapat ditentukan dengan menilai sifat fisik dan

Universitas Sumatera Utara

kimianya antara lain asam lemak bebas (ALB), kadar air, dan kotoran serta logamlogam yang diukur berdasarkan spesifik standar mutu internsional.
Tabel 1. Standar Mutu CPO dan PKO
Prameter
CPO
ALB %
Air %
Kotoran %
DOBI

Standar
lama
<5,0
<0,2
<0,02
-

Standar baru
Special Quality
Regular
<3,0
<0,2
<0,02
>2,5

<,5,0
<0,2
<0,02
>2,1

PKO
ALB %
<5,0
<2,0
<4,0
Air %
<0,2
<0,2
<0,2
Kotoran %
<0,02
<0,02
<0,02
Sumber : Lubis, Adlin, Prospek Pengembangan Industri Pengolah Kelapa
Sawt.

Minyak yang bermutu tinggi mempunyai kadar asam lemak bebas (ALB)
kurang dari 3%. Apabila kadar asam lemak bebas (ALB) melebihi 5% maka minyak
sawit dikatakan bermutu rendah. Buah sawit yang telah matang yang melekat pada
tandan mempunyai kadar ALB 0,2 0,7% tetapi bila buah jatuh ke tanah kadar ALB
nya naik 1% dalam waktu 24 jam dan terus naik pada kadar 0,9% setiap hari. Maka
untuk mengatasi jatuhnya mutu minyak maka tandan buah sawit hendaklah dipanen
dalam masa yang tepat kematangannya.

2.3.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit

Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit,
diantaranya :

Universitas Sumatera Utara

a. Asam Lemak Benas (ALB)


Asama lemak bebas dalam konsentrasi tinggi ikut dalam minyak sawit sangat
merugikan. Tingginya asam lemak bebas mengakibatkan rendemen minyak turun,
untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas
dalam minyak sawit.
Kenaikan asam lemak bebas ditentukan mulai dari saat buah dipanen sampai
diolah di pabrik. Kenaikan asam lemak bebas ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa
pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak
bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman,
dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka akan semakin
banyak asam lemak bebas yang terbentuk.
Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk
menekan terjadinya Asam Lemak Bebas dalam minyak kelapa sawit. Sedangkan
pemetikan setelah batas panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan
menyebabkan kelukaan pada buah yang lainnya akan menstimulir penguraian enzim
pada buah, sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan akhirnya terjangkit pada
buah sawit yang masih utuh, sehingga kadar asam lemak bebas meningkat. Dari
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar asam lemak bebas
yang relative tinggi dalam minyak kelapa sawit antara lain : pemanenan buah kelapa
sawit yang tidak tepat waktu, keterlambatan dalam proses pengumpulan dan
pengangkutan buah, penumpukan buah terlalu lama, dan proses hidrolisa selama
pemerosesan di dalam pabrik. Sifat-sifat dan komposisi asam lemak bebas dalam
minyak kelapa sawit :

Universitas Sumatera Utara

Asam lemak yang ditemukan di dalam, biasanya merupakan asam-asam


monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom
genap. Asam-asam lemak yang ditemukan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam-asam lemak tidak jenuh berada
dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya, dan berbeda dengan asam lemak jenuh
dalam bentuk molekul keseluruhannya.
Adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh menimbulkan
kemungkinan terjadinya isomer yang terjadi pada posisi ikatan rangkap. Asam lemak
dapat digolongkan berdasarkan berat molekul dan drajat ketidak jenuhannya.
Keduanya akan mempengaruhi sifat-sifat larutannya dalam air, dan kelarutan garamgaramnya dalam alkohol dan air.
Asam lemak dengan atom C lebih dari duabelas tidak larut dalam air dingin
maupun air panas, asam lemak dari C 4 , C 6 , C 8 , dan C 10 dapat menguap dan asam
lemak C 12 dan C 14 sedikit menguap. Garam-garam dari asam lemak yang mempunyai
berat molekul rendah dan tidak jenuh lebih mudah larut dalam alkohol daripada
garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi dan jenuh.
Asam-asam lemak dengan jumlah atom C genap mempunyai nama umum
sebagai berikut :
C4

= Asam butirat (asam butanoat)

C6

= Asam kaproad (asam heksanoat)

C8

= Asam kapirat (asam oktanoat)

C 10

= Asam kaprat (asam dekanoat)

C 12

= Asam laurat (asam dodekanoat)

Universitas Sumatera Utara

C 14

= Asam miristat ( asam tetradekanoat)

C 16

= Asam plamitat (asam hesadekanoat)

C 18

= Asam stearat

C 24

= Asam lignoserat

C 18:1

= Asam oleat (asam 9-oktadekanoat)

C 18:2

= Asam linoleat (asam 9, 12, 15-oktadekatrionat)

C 20:4

= Asam arakidonat (asam 5, 8, 11, 14-eikosatetraenoat). (7)

Tabel 2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit mentah dan minyak ini kelapa
sawit.
Minyak Kelapa Sawit

Minyak Inti Sawit

(%)

(%)

Asam Kaprilat

34

Asam Kaproat

37

Asam Laurat

46 52

Asam Mirisat

1,1 2,5

14 27

Asam Palmitat

40 46

6,5 9

Asam Stearat

3,6 4,7

1 2,5

Asam Oleat

39 45

13 19

Asam Linoleat

7 11

0,5 2

Asam Lemak

b. Kadar Air
Meskipun kadar asam lemak bebas rendah, tetapi ini belum menjamin
kemantapan mutu minyak kelapa sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga
dengan cara membuang zat yang mudah menguap, air dalam hal ini merupakan salah
satu zat yang mudah menguap bila berada pada suhu di atas 1000C. Untuk
melakukan penguapan ini dapat dilakukan dengan peralatan yang modern.

Universitas Sumatera Utara

10

c. Kadar Kotoran
Walaupun bahan baku minyak kelapa sawit selalu dibersihkan sebelum
digunakan pada industri yang bersangkutan, namun banyak yang beranggapan dan
menuntut bahwa kebersihan serta kemurnian minyak kelapa sawit merupakan
tanggung jawab sepenuhnya oleh pihak produsen.
Untuk mendapatkan minyak yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara
membuang kotoran, hal ini dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, sedangkan
untuk minyak kasar yang jernih diolah lagi pada sludge sentrifugasi. Sehingga
apabila suatu perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit dapat menekan kadar
kotoran dengan tingkat yang sekecil-kecilnya, maka minyak tersebut sudah memiliki
syarat menjadi minyak yang mantap.
2.3.2

Kegunaan Minyak Kelapa Sawit

Kegunaan minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut :


a. Penggunaan secara umum :
1. Bahan pembuat mentega, minyak goreng, kue, atau biskuit.
2. Bahan industri kimia, pertekstilan, farmasi, kosmetika, geliserin dan
sebagainya.
3. bahan pembuat sabun, detergen, pomade, dan sebagai produk lainnya.
b. Selain menghasilkan minyak, hasil samping dari proses buah sawit adalah
sebagai berikut :
1. Ampas dan tandan buah diabukan dan digunakan sebagai pupuk kalium.
2. Ampas inti sawit (bungkil) dapat digunakan sebagi makanan ternak.
3. Cangkang atau tempurung (endocarp) dapat diubah menjadi arang (charcoal)
atau sebagai pengeras jalan di kebun.

Universitas Sumatera Utara

11

BAB 3
METODOLOGI, DATA, DAN PEMBAHASAN

3.1 Metodologi
3.1.1

Bahan yang digunakan

Crude Palm Oil (CPO)

n-Heksan

Metylalkohol

Penolptalein

KOH 0,1 N

3.1.2

Alat yang digunakan

Buret

Erlenmeyer

Oven

Neraca Analitis

Gelas Ukur

Beaker glass

Desikator

Petridis

Penjepit tabung

Corong penyaring

Kertas saring whatman

Universitas Sumatera Utara

12

3.1.3

Prosedur Analisa

3.1.3.1 Penentuan Asam Lemak Bebas (ALB)


-

Ditimbang sample sebanyak 3,0 gram dimasukkan kedalam Erlenmeyer.

Ditambahkan 4 ml metylalkohol dan 2,5 ml n-Hexana

Ditambahkan 3 tetes indicator Phenolptalein

Dititrasi dengan larutan KOH yang telah diketahui normalitasnya sampai


terjadi perubahan warna.

Dicatat volume KOH yang terpakai.

3.1.3.2 Penentuan Kadar Air


-

Ditimbang cawan kosong

Ditambahkan sample sebanyak 10 gram ke dalam wadah.

Dimasukkan ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 105 1100C

Didinginkan di desicator selama 30 menit.

Ditimbang (wadah + sampel ) sampai mencapai bobot konstan.

3.1.3.3 Penentuan Kadar Kotoran


-

Ditimbang beaker glass kosong, dimsukkan sampel 10 gram kedalam


beaker glass tersebut.

Ditambahkan dengan n-Hexan sampai sampel mencair

Dibilas kertas saring dengan n-Hexan dan dikeringkan.

Dimasukkan dalam oven selama 60 menit pada suhu 100-1050C.

Didinginkan dalam desicator dan ditimbang beratnya

Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring tersebut.

Universitas Sumatera Utara

13

Disiram sisa minyak dengan n-Hexan hingga tidak ada lagi sisa dalam beaker
glass.

Dibilas kertas saring dengan n-Hexan sampai kertas saring berwarna putih
bersih dari minyak. Sehingga hanya kotoran yang tinggal pada kertas saring
tersebut.

Dikeringkan kertas saring dalam oven pada suhu 1050C selama 1,5 jam

Didinginkan dalam desicator 30 menit, lalu ditimbang.

Universitas Sumatera Utara

14

3.2 Data Analisa


Tabel 3.1. Data analisa kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
Massa

Normalitas

Volume

Kadar ALB (%)

Sampel (gr)

KOH

Titrasi (ml)

As. Palmitat

As. Laurrat

As. Oleat

As. Stearat

30

3.0150

0.1 N

4.,5

3,82

2,98

4,20

4,23

Januaru

II

3.0405

0.1 N

4,7

3,95

3,09

4,35

4,39

2007

III

3.0154

0.1 N

4,1

3,48

2,71

3,83

3,86

4,4

3,75

2,92

4,12

4,16

Tanggal

Rata Rata

Kadar ALB =

Volume Titrasi x N .KOH x BM asam


X 100 %
Berat Sampel x 1000

Keterangan :
BM asam palmitat

= 256

BM asam laurat

= 200

BM asam oleat

= 282

BM asam stearat

= 284

NB. Analisa ini dilakukan pada minyak hasil olahan pada tangki penyimpanan tanggal
30 Januari 2007.

Universitas Sumatera Utara

15

Tabel 3.2. Data analisa kadar air


Brt cwn kosong

Brt smpl

Brt smpl stlh di


Kadar air

Tanggal
(gr)

(gr)

oven (gr)

37,4236

10,3630

49,7866

10 Januari
0,092

2007

Kadar Air =

( Berat sampel + Brt Cwn ) Brt sampel setelah dioven


X 100 %
Berat sampel sebelum dioven

NB. Analisa ini dilakukan pada minyak hasil olahan pada tangki penyimpanan
tanggal 10 Januari 2007.

Tabel 3.3. Data analisa kadar kotoran


Brt kertas

Brt kertas

saring awal

saring akhir

(gr)

(gr)

0,3187

0,3149

Kadar kotoran

Brt
Tanggal

(%)

sampel (gr)

10 Januari 2007

Kadar Air =

10,2485

0,037

Berat ker tas saring awal Berat ker tas saring akhir
X 100%
Berat sampel

NB. Analisa ini dilakukan pada minyak hasil olahan pada tangki penyimpanan
tanggal 10 Januari 2007.

Universitas Sumatera Utara

16

3.3 Pembahasan
Dari analisa yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa kadar asam lemak
bebas, kadar air, dan kadar kotoran adalah sebagai berikut : Untuk analisa kadar
asam lemak bebas pada CPO I sebesar 3,82%, CPO II sebesar 3,95%, dan pada CPO
III sebesar 3,48%. Untuk analisa kadar air sebesar 0,092%. Analisa ini dilakukan
pada tanggal 10 Januari 2007. dan analisa kadar kotoran diperoleh sebesar 0,033%.
Dari analisa dan data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa PT. Mopoli
Raya Aceh Tamiang layak bersaing dipasaran, karena sudah memenuhi standar yang
ditetapkan perusahaan yang juga telah sesuai dengan standar mutu ekspor Indonesia,
yaitu untuk asam lemak bebas maksimum sebesar 5%, untuk kadar kotoran sebesar
0,5%, dan untuk kadar kotoran sebesar 0,05%.

Universitas Sumatera Utara

17

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesmpulan
Pabrik kelapa sawit PT. Mopoli Raya Aceh Tamiang telah memenuhi standar mutu
minyak kelapa sawit, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan dan
standar mutu ekspor Indonesia, yaitu maksimum 5% untuk asam lemak bebas, 0,2%
untuk kadar air, dan 0,02% untuk kadar kotoran.

4.2. Saran
Untuk lebih meningkatkan hasil dan mutu dari minyak kelapa sawit, maka perlu
diperhatikan dan ditingkatkan pengendalian mutu dan pengawasan terhadap produksi
dan parameter parameter seperti Asam Lemak Bebas (ALB), kandungan Air, dan
kadar kotoran sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih memuaskan lagi.

Universitas Sumatera Utara

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymus. 1997. Diktat Pengolahan Kelapa Sawit. Bagian Teknik PT Mopoli


Raya, Gedong Biara Aceh Tamiang.

2. Departemen Perindustirian dan Perdagangan. 1998. Penelitian


Pengawetan Crode Palm Oil. Penerbit Balai Industri, Medan

Proses

3. Lubis A.U. dan P.M. Naibaho. 1995. Prosfek Pengembangan Industri Hilir
Pengolah Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

4. Mangoesoekardjo, S. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada


Universitas Press, Yogyakarta.

5. Satyawibawa dan Yustina, E.W. 1992. Kelapa Sawit. Penerbit Penebar Swadaya,
Jakarta.

6. Tim Penulis, PS. 1992, Kelapa Sawit, Usaha Budaya, Pemanfaatan Hasil dan
Aspek Pemasaran, Cetakan I, Penerbit Swadaya, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai