Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Kekayaan alam
yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah swt., yang sangat besar
potensinya untuk dikembangkan dalam bidang ekonomi, kesehatan, maupun dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
Etnis bugis adalah etnis terbesar yang ada di Sulawesi Selatan. Tradisi pengobatan
etnis bugis, sebelum bahkan setelah populernya pengobatan holistik, masyarakat
mengenal adanya sanro (dukun) yang dalam kesehariannya dipercayai dapat
membantu mengobati berbagai penyakit. Sanro dalam pengobatannya mayoritas
menggunakan tumbuh-tumbuhan, baik dalam bentuk tunggal ataupun diramu
sedemikian rupa dengan tumbuhan lainnya. Selain tumbuh-tumbuhan, terkadang
sanro juga menggunakan bahan obat dari hewan ataupun bahan lainnya (mineral).
Kemampuan pengobatan seperti ini diwariskan secara turun menurun dan oleh
masyarakat terus digunakan sampai saat ini (Asni & Dewi, 2010).
Kayu jawa atau dalam masyarakat bugis dikenal dengan sebutan aju jawa adalah
salah satu tanaman obat tradisional yang masih sering digunakan oleh masyarakat
bugis sampai sekarang ini karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh untuk
mengobati luka dalam maupun luka luar. Selain itu, masyarakat sering menggunakan
tanaman ini untuk mengobati bintitan. Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda
tergantung tujuan penggunaannya, misalnya untuk pengobatan muntah darah
masyarakat meminum rebusan kulit batang tanaman ini. Sedangkan untuk
mempercepat penyembuhan luka, masyarakat biasanya langsung menggunakan kulit
batang ini dengan menempelkannya ke bagian luka.

Berdasarkan studi fitokimia, kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea


coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat,
steroid, alkaloid, glikosida jantung, terpenoid, tanin, dan flavonoid (Manik, et al.,
2013). Venkata (2008) melaporkan kulit batang Lannea coromandelica memiliki
potensi antikanker. Studi farmakologi juga telah dilaporkan bahwa ekstrak metanol
kulit batang kayu jawa memiliki aktivitas biologis seperti antioksidan dan analgesik
(Alam, et al., 2013). Selain itu, fraksi n-hexan, diklorometana, dan etil asetat kulit
batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas antioksidan, antimikroba,
dan trombolitik. Fraksi etil asetat menunjukkan aktivitas antioksidan paling besar
dengan IC50 sebesar 3,80,14 g/ml (Manik, et al., 2013).
Banyak proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh manusia dapat menghasilkan
radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif lainnya. Radikal bebas tersebut dapat
menyebabkan kerusakan oksidatif pada biomolekul (misalnya lipid, protein, DNA)
dan akhirnya menimbulkan berbagai penyakit, seperti kanker, aterosklerosis,
diabetes, dan berbagai penyakit degeneratif lainnya pada manusia (Ivaniov, et al.,
2013). Selain dari dalam tubuh, sumber radikal bebas dapat berasal dari luar tubuh
meliputi asap rokok, polusi, radiasi, sinar ultraviolet, obatobatan, pestisida, dan ozon
(Langseth, 1995). Salah satu senyawa yang dapat menghambat terjadinya kerusakan
oksidatif tersebut adalah antioksidan.
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih
elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat dihambat
(Pratimasari, 2009). Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan,
yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik). Antioksidan sintetik seperti
butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydroxytoluene (BHT) banyak

digunakan karena efektif dan harga relatif murah. Namun, keamanan dan toksisitas
antioksidan sintetik telah mendapatkan perhatian yang serius. Oleh karena itu,
penggunaan antioksidan alami meningkat (Ivaniov, et al., 2013). Sesungguhnya
Allah telah mengisyaratkan dalam al-Quran Surah asy-Syuara ayat 7 sebagai
berikut.



Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya
Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
Tanaman banyak mengandung berbagai molekul penghambat radikal bebas,
seperti senyawa fenolik (asam fenolik, flavonoid, kuinon, kumarin, lignan, stilbenes,
tanin), senyawa nitrogen (alkaloid, amina, betalain), vitamin, terpenoid (termasuk
karotenoid), dan beberapa metabolit endogen lainnya yang kaya akan aktivitas
antioksidan (Ivaniov, et al., 2013). Senyawa metabolit ini umumnya bersifat polar
sehingga dalam penelitian ini digunakan pelarut polar yaitu etanol 70% dan air.
Pelarut polar ini diharapkan dapat menyari lebih banyak senyawa yang berpotensi
sebagai antioksidan tersebut.
Selain uji aktivitas antioksidan, juga dilakukan pengujian toksisitas. Metode
BSLT (Brine shrimp lethality test) merupakan salah satu metode uji toksisitas untuk
mengetahui keamanan penggunaan suatu bahan alam serta untuk skrining senyawa
antikanker karena adanya korelasi positif antara metode BSLT dengan uji sitotoksik
menggunakan kultur sel kanker (Carballo, et al., 2002). Metode ini memiliki
beberapa keuntungan antara lain lebih cepat, murah, mudah, tidak memerlukan
kondisi aseptis dan dapat dipercaya (Meyer, et al., 1982).
Pada penelitian ini, kulit batang kayu jawa diekstraksi menggunakan metode
maserasi dan dekokta. Metode maserasi dipilih karena pengerjaan dan peralatan yang
cukup mudah dan sederhana dimana kebanyakan sediaan herbal terstandar

diekstraksi dengan metode ini. Sementara itu, pemilihan metode dekokta didasari
oleh cara penggunaan kulit batang kayu jawa ini sebagai obat di dalam masyarakat.
Penggunaan empiris secara luas untuk pengobatan dalam masyarakat bugis
menggunakan kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) serta belum
adanya publikasi ilmiah tentang pengujian aktivitas antioksidan dan uji toksisitas
tanaman ini di Indonesia, melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang aktivitas
antioksidan dan toksisitas ekstrak etanol 70% dengan metode maserasi serta ekstrak
air dengan metode dekokta.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit
batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) yang diperoleh
menggunakan metode maserasi dan dekokta?
2. Bagaimana toksisitas ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit batang
tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) yang diperoleh
menggunakan metode maserasi dan dekokta?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan sebagai berikut.
1. Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit
batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) yang diperoleh
menggunakan metode maserasi dan dekokta.
2. Mengetahui toksisitas ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit batang
tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) yang diperoleh
menggunakan metode maserasi dan dekokta.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis : menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
memberikan informasi ilmiah mengenai potensi kearifan lokal tanaman
obat di Indonesia

2. Manfaat metodologis : sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan


sebagai acuan metodologi khususnya aktivitas antioksidan dan toksisitas
dari kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)
3. Manfaat aplikatif : dapat dijadikan sebagai landasan ilmiah penggunaan
kulit batang kayu jawa sebagai obat dalam upaya peningkatan kesehatan
dan pemanfaatannya di bidang industri farmasi

Anda mungkin juga menyukai