1. Pengertian
Menurut Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (IASP) dalam
Potter (2006), mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadiankejadian
di mana terjadi kerusakan.
28
Menurut Mc Caffery dalam Potter (2006), nyeri adalah segala sesuatu
yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja
seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri.
Menurut Carpenito, L J (2005), nyeri adalah keadaan dimana individu
mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau
sensasi yang tidak menyenangkan.
Menurut Smeltzer & Bare (2002), nyeri adalah pengalaman emosional
dan sensori yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang
actual atau potensial
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat didefinisikan nyeri secara
umum sebagai suatu rasa yang tidak menyenangkan baik ringan maupun
berat.
2. Fisiologis nyeri
Menurut Barbara C Long (1996), menjelaskan tentang fisiologis nyeri
sebagai berikut. Reseptor nyeri disebut noiceptor merupakan ujung-ujung
syaraf yang bebas, tidak bermyelin atau sedikit bermyelin dari neuron aferen.
Nociceptor-nociceptor tersebar luas pada kulit dan mukosa dan terdapat pada
struktur-struktur yang lebih dalam seperti pada visera, persendian, dinding
arteri, hati dan kandung empedu. Noiceptor member respon yang terpilih
terhadap stimuli yang membahayakan seperti stimuli kimiawi, thermal, listrik
atau mekanis. Yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri adalah
29
histamine, bradikinin, prostaglandin, bermacam macam asam, sebagian bahan
tersebut dilepas oleh jaringan yang rusak. Anoksia yang menimbulkan nyeri
adalah oleh kimia yang dilepas oleh jaringan anoksia yang rusak. Spasmus
otot menimbulkan nyeri kerena menekan pembuluh darah yang menjadi
anoksia. Spasme otot dapat juga berakibat anoksia. Pembengkakan jaringan
serabut-serabut
yang
bermyelin
rapat
serabut
A-delta
(cepat),
serabutserabut
lamban serabut C. Nyeri dapat diterangkan sebagai nyeri tajam atau
menusuk dan yang mudah diketahui lokasinya akibat dari impuls-impuls yang
disalurkan oleh serabut-serabut delta-A. Contoh dari nyeri tersebut ialah
seperti tusukan oleh jarum, rasa nyeri panas , tumpul atau gatal dan
yang lebih difus berasal dari impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut
C. Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat
inhibitori yang ditransmisikan ke serabut-serabut C. serabut-serabut syaraf
aferen masuk ke spinal lewat dorsal noot dan sinaps pada dorsal horn.
30
Dorsal horn terdiri dari beberapa lapisan yang saling bertautan. Lamina II dan
III membentuk daerah yang disebut subtantia gelatinosa. Subtantia P dilepas
pada sinaps dari SG dan diduga merupakan penyalur syaraf/neuro transmitter
utama dari impuls-impuls nyeri.
Impuls-impuls nyeri menyebrangi sum-sum belakang pada
interneuron-interneuron dan bersambung dengan jalur spinalis asendens.
Paling sedikit terdapat enam jalur sendens untuk impuls-impuls nociptive
terletak pada belahan ventral dari sum-sum belakang yang paling utama
adalah spinothalamus tract (STT) / jalur spinotalamus dan spinoreticular track
(SKRT) / jalur spinoretikkuler. STT merupakan system yang diskriminatif dan
membawa informasi mengenai sifat dan stimulus kepada thalamus kemudian
ke kortek untuk di interpretasi. Impuls-impuls yang ditransmisi lewat SKT
(yang
pergi
ke
batang
otak
dank
sebagian
thalamus)mengaktifkan
responrespon
autonomi dan limbic (motivational affectice / evektif yang dimotivasi).
(Barbara C. Long, 1996)
2) Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegangan dan stress. Teknik relaksasi memberikankan individu
control diri ketika rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik, dan emosi
pada nyeri. Contoh relaksasi adalah nafas dalam.
3) Stimulasi kulit
Dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin dan
hangat.
44
4) Massase/pemijatan
Masasse kulit memberikan efek penurunan kecemaan dan
ketegangan otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya akan
merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu memblok
atau menurunkan inpuls nyeri. Beberapa strategi stimulasi kulit
lainnya juga menggunakan mekanisme ini. Masase adalah stimuasli
kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau
dapat dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan
sekitar 10 menit pada masing-masing bagian tubuh untuk mencapai
hasil relaksasi yang maksimal.
D. Teknik relaksasi nafas dalam
1. Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dimana dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, napas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan,
selain dapan menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga
bias meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah (Smeltzer
& Bare, 2002).
45
2. Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi
nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara
pertukaran gas, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan nyeri dan menurunkan kecemasan.
3. Efek relaksasi
Perry & Potter (2006), menyatakan bahwa ada 9 efek relaksasi, yaitu
a. Relaksasi dapat menurunkan nadi, tekanan darah dan pernafasan,
b. Relaksasi dapat menurunkan konsumsi oksigen,
c. Penurunan ketegangan otot
d. Relaksasi dapat menurunkan kecepatan metabolisme,
e. Relaksasi dapat meningkatkan kesadaran global,
f. Relaksasi dapat mengurangi perhatian terhadap stimulus lingkungan,
g. Relaksasi dapat membuat tidak adanya perubahan posisi volunter,
h. Relaksasi dapat meningkatkan perasaan damai dan sejahtera, dan
i. Relaksasi dapat mengubah kewaspadaan menjadi santai dan dalam
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan nyeri, antara lain :
a. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang
disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami spasme.
46
b. Teknik relaksasi nafas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opoid endogen yaitu endoprin dan enkefain (Smeltzer & Bare,
2002)
c. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat .
Relaksasi melibatkan otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain
sehingga mudah dilakukan kapan saja dan sewaktu-waktu.
5. Komponen teknik relaksasi
a. Lingkungan yang tenang, menghindarkan sebanyak mungkin kebisingan
dan gangguan-gangguan
b. Posisi yang nyaman
c. Sikap yang dapat dirubah, mengosongkan semua pikiran-pikiran dari alam
sadar
d. Keadaan mental (yang baik: memusatkan perhatian pada suara, kata-kata,
ungkapan, imaginasi, abjek atau pola nafas, untuk merubah fikiran2 secara
internal menjadi pikiran yang lebih dapat diterima)
6. Prosedur relaksasi
Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003) adalah
bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan