SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat
ii
Universitas Indonesia
iii
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allat SWT atas segala rahmat,
berkah dan hidayah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan penilaian risiko keselamatan
kerja pada proses kerja pemasangan ring kolom dan pemasangan bekisting di
ketinggian pada pembangunan gedung XY oleh PT. X. Penelitian dilakukan selama
bulan Desember 2011 sampai Januari 2012.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu selama penelitian maupun dalam penyusunan skripsi
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak, Ibu, Adik atas doa, motivasi, serta kasih sayang yang tak pernah
putus dan atas dukungan baik secara moril maupun materil yang tidak
pernah habis diberikan kepada penulis. Everything i do, i do it for you. It
present to be a gift for your birthday mam.
2. Bapak Hendra, SKM, MKKK sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan saran dan masukan selama penulisan penelitian ini.
3. Bapak dr. Izhar M Fihir MOH, MPH sebagai penguji yang telah
bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji.
4. Bapak Dani Yudi Susanto, SE sebagai penguji luar yang telah bersedia
meluangkan waktunya menjadi penguji.
iv
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penulis
vi
Universitas Indonesia
vii
Universitas Indonesia
viii
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
ix
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
Study Program
Tittle
Universitas Indonesia
Nama
Agama
: Islam
Alamat
No. tlp
: 0856-1696535/ 021-91412655
Alamat email
: winda_utamy_2009@yahoo.com
Pendidikan
1. TK. Ikal Dolog,Banjarmasin
:1992
2. TK Nusantara Depok
:1992 - 1994
:1994 2000
:2000 2003
:2003 2006
:2006 2009
:2009- 2011
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
ii
Lembar Pengesahan.......................................................................................
iii
iv
viii
Abstrak............................................................................................................
ix
xi
Daftar isi..........................................................................................................
xii
xv
Daftar gambar................................................................................................
xvi
xii
Universitas Indonesia
2.1. Bahaya....................................................................................
12
12
12
17
17
17
18
21
21
23
26
32
32
33
34
34
34
35
xiii
Universitas Indonesia
35
35
36
36
2.8. Bekisting.................................................................................
37
37
37
38
39
40
41
45
45
45
45
45
45
46
46
47
47
49
49
50
xiv
Universitas Indonesia
50
52
52
52
53
53
54
55
55
56
60
71
71
71
74
76
79
79
80
82
83
86
86
88
90
xv
Universitas Indonesia
92
8.1. Simpulan.................................................................................
92
8.2. Saran.......................................................................................
93
94
xvi
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
28
28
29
30
30
31
31
55
57
58
60
64
68
78
85
91
xvii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
13
14
15
16
19
20
39
40
52
53
54
54
51
xviii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
xix
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut ILO/WHO Joint safety and Health Committee, keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) merupakan suatu promosi dan peningkatan tingkat fisik, mental
dan kesejahteraan dari setiap pekerjaan, mencegah pekerja dari penyakit akibat kerja,
melindungi pekerja dari risiko dan faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan,
menempatkan dan mengatur pekerja untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan
untuk mempermudah adaptasi pekerja terhadap pekerjaannya masing-masing..
Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut undangundang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, setiap tenaga kerja berhak
mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
Menurut Peraturan Menakertrans No. PER.01/MEN/1980 tentang kesehatan
dan keselamatan kerja pada konstruksi bangunan, dengan semakin meningkatnya
pembangunan dengan penggunaan teknologi modern, harus diimbangi pula dengan
upaya keselamatan tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat kerja. Namun
pada kenyataannya masih terdapat banyak kasus kecelakaan yang terjadi menimpa
pekerja. Selama 2010, Jamsostek mencatat terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak
98.711 kasus dan sebanyak 2.191 tenaga kerja meninggal dunia dari kasus-kasus
kecelakaan
tersebut
dan
6.667
orang
mengalami
cacat
permanen.
www.metronews.com
Angka kecelakaan kerja di Indonesia termasuk yang paling tinggi di kawasan
ASEAN. Hampir 32% kasus kecelakaan kerja yang ada di Indonesia terjadi di sektor
konstruksi yang meliputi semua jenis pekerjaan proyek gedung, jalan, jembatan,
terowongan, irigasi bendungan dan sejenisnya. (Ridwan, 2010)
Pada tahun 2010 sampai 2011 terdapat 50 kasus kecelakaan fatal yang terjadi
pada
pekerja
konstruksi.
Sebanyak
79000
pekerja
mengalami
sakit.
(www.hse.gov.uk)
1
Universitas Indonesia
Tenaga kerja di bidang konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga
kerja di seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Konstruksi
adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping
sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan.
Jumlah tenaga kerja di bidang konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53%
di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar,
bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan
formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga berstatus tenaga kerja harian lepas
atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang formal dengan perusahaan.
Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya
dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem
Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi (Karim, 2009)
Pekerjaan yang dilakukan di bidang konstruksi pada dasarnya merupakan
pekerjaan yang berbahaya dan sangat mungkin menyebabkan kecelakaan. Penyebab
mengapa kecelakaan konstruksi sangat berbahaya adalah karena sifat pekerjaan di
bidang konstruksi yang dinamis dan selalu mengalami perubahan. Pekerjaan berubah
ketika suatu tahapan pekerjaan telah selesai, begitu juga dengan komposisi pekerja
yang selalu berubah untuk menyesuaikan dengan tahapan pekerjaan, kemudian yang
tak kalah penting adalah perubahan cuaca, karena pada umumnya pekerjaan pada
konstruksi dilakukan diluar ruangan sehingga perubahan cuaca secara otomatis akan
merubah kondisi lingkungan kerja. (Hinze, 1997).
Berdasarkan
data
Departemen
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
Universitas Indonesia
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012
2
1.5
1
0.5
0
Bulan
Universitas Indonesia
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012
pada pembangunan gedung XY Tahun 2011 dengan tujuan akhir penelitian yaitu
mendapatkan tingkat risiko (level of risk).
1.2
Rumusan Masalah
PT. X telah melakukan risk assessment terhadap pekerjaan yang dilakukan,
namun masih terdapat kecelakaan yang disebabkan karena pekerjaan yang dilakukan
diketinggian. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai penilaian risiko
keselamatan kerja pada proses pekerjaan pemasangan ring kolom dan pemasangan
bekisting di ketinggian, untuk meninjau kembali risk assessment yang telah dibuat
oleh PT. X.
1.3
Pertanyaan Penelitian
-
di
Bagaimana
tingkat
probability
/kemungkinan
terjadinya
risiko
1.4
Tujuan Penelitian
Universitas Indonesia
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012
Mengetahui
tingkat
probability
/kemungkinan
terjadinya
risiko
1.5
Manfaat Penelitian
Universitas Indonesia
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012
1.6
Ruang Lingkup
Penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2011 adalah untuk menilai
tingkat risiko keselamatan kerja pada proyek pembangunan gedung XY pada proses
pemasangan ring kolom dan pemasangan bekisting di ketinggian.
Penilaian risiko yang dilakukan menggunakan analisis risiko semi kuantitatif
dengan melakukan penilaian
exposure.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara mengobservasi tempat kerja
secara langsung dan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Sedangkan pengumpulan
data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari dokumen perusahaan
serta studi literatur.
Universitas Indonesia
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bahaya
Bahaya mekanis
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda yang
bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual
maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, popong, press,
tempa.
Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan
mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan
lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cidera atau kerusakan
seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.
7
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
2.
Bahaya listrik
Sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan
hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik,
baik dari jaringan listrik maupun peralatan kerja atau mesin mesin yang
menggunankan energi listrik.
3.
Bahaya Kimiawi
Jenis bahaya yang bersumber dari senyawa atau unsur atau bahan
kimia. Bahan kimia mengandung bernagai potensi bahaya sesuai dengan
sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi.
Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:
-
Iritasi oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam
kuat, dll.
4.
Bahaya Fisik
Bahaya yang berasal dri faktor-faktor fisik seperti:
5.
Bising
Tekanan
Getaran
Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah.
Bahaya Biologis
Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari
unsur biologis seperti flora fauna yang terdapat dilingkungan kerja atau
berasal dari aktifitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri
makanan, farmasi, pertanian, pertambangan, minyak dan gas bumi. (Ramli,
2010)
Universitas Indonesia
6.
Bahaya Ergonomi
Bahaya yang disebabkan karena desain kerja, penataan tempat kerja
yang tidak nyaman bagi pekerja sehingga dapat menimbulkan kelelahan
pada pekerja.
7.
Bahaya Psikologis
Bahaya yang disebabkan karena jam kerja yang panjang, shift kerja
yang tidak menentu, hubungan antara pekerja yang kurang baik. Hal ini
juga dapat ditimbulkan karena faktor stress berupa pembagian pekerjaan
yang tidak proporsional, serta mengabaikan kehidupan sosial pekerja.(
Kurniawidjaja, 2010)
2.2.
Risiko
Universitas Indonesia
10
Perusahaan wajib menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikan
aman bagi konsumen. Dalam Undang-undang No. 8 tahun 1986 tentang
Perlindungan Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap
produk dan jasa yang dihasilkannya termasuk keselamatan konsumen atau
produk (product safety atau product liability).
3. Risiko alam (natural risk)
Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan
dapat terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya.
Bencana alam dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami,
tanah longsor, banjir, dan letusan gunung berapi. Disamping korban jiwa,
bencana alam juga mengakibatkan kerugaian materil yang sangat besar yang
memerlukan waktu pemulihan yang lama.
4. Risiko operasional
Risiko dapat berasal dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan
bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan
yang memiliki sistem manajemen yang kurang baik mempunyai risiko untuk
mengalami kerugian. Risiko operasional suatu perusahaan tergantung dari
jenis, bentuk dan skala bisnisnya masing-masing. Yang termasuk kedalam
risiko operasional antara lain :
a. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan asset paling berharga dan menentukan
dalam operasi perusahaan. Pada dasarnya perusahaan telah mengambil
risiko yang berkaitan dengan ketenagakerjaan ketika perusahaan
memutuskan untuk menerima seseorang bekerja. Perusahaan harus
membayar gaji yang memadai bagi pekerjanya serta memberikan jaminan
sosial yang diwajibkan menurut perundangan. Di samping itu perusahaan
juga harus memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
serta membayar tunjangan jika tenaga kerja mendapat kecelakaan.
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau
menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kegagalan dalam proses
produksi.
Mempekerjakan
pekerja
yang
tidak
terampil,
kurang
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
2.3.
Kecelakaan Kerja
Universitas Indonesia
13
Teori domino disebutkan oleh W.H Heinrich terdiri dari 5 elemen, yaitu :
-
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
4. Accident/Incident Model
Teori ini dikembangkan oleh Dan Petersen. Teori ini merupakan
pengembangan dari Ferrels Human Factor Theory dan Heinrichs Domino
Theory.. Menurut Petersen, human error terjadi karena overload, ergonomic
traps, dan decision to error.
error Human error dapat menjadi penyebab langsung
terjadinya kecelakaan atau dapat menyebabkan kegagalan sistem yang
akhirnya juga dapat menyebabkan kecelakaan.
Universitas Indonesia
16
Overload
Ergonomic Trap
Decision to Error
-Pressure
-Incompatible
-Misjugdement of
- Fatigue
workstation (size,
the risk
-Motivation
force, reach)
-Unconscious desire
-Drugs
-Incompatible
to error
-Alcohol
expectation
-Logical decision
-Worry
based on the
situation
HUMAN ERROR
Sistem Failure
-Policy
Accident
-Responsibility
-Training
-Inspection
-Correction
Injury/Damage
-Standards
Universitas Indonesia
17
2.4.
Manajemen risiko
adalah suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan
dengan baik, mempunyai urutan (langkah-langkah) dan membantu dalam
pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang
dapat ditimbulkan. Manajemen risiko merupakan metode yang sistematis yang
terdiri dari menetapkan konteks, mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi,
perlakuan, monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan
aktivitas apapun, proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian
perusahaan.
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
Identifikasi Bahaya
Analisis Risiko
Menentukan Konteks
Evaluasi Risiko
Pengendalian Risiko
Universitas Indonesia
20
Menetapkan Konteks
Konteks strategis
Konteks organisasi
Konteks manajemen risiko
Pengembangan kriteria
Penentuan struktur
Analisis Risiko
Menentukan pengendalian yang ada
Menentukan
Konsekuensi
Identifikasi Risiko
Apa yang dapat terjadi ?
Bagaimana bisa terjadi ?
Menentukan
Kemungkinan
Evaluasi Risiko
Perbandingan dengan kriteria
Menentukan prioritas risiko
yes
Accept
Risk
No
Pengendalian Risiko
Identifikasi pemilihan pengendalian
Evaluasi pemilihan pengendalian
Memilih pengendalian
Menyiapkan rencana pengendalian
Implementasi pengendalian
Gambar 2.6.
Universitas Indonesia
21
ini
terjadi
dalam
kerangka
strategi
organisasi,
hubungan
antara
organisasi
dan
lingkungan,
studi
manajemen
risiko
dimulai,
maka
diperlukan
Universitas Indonesia
22
2.
c.
strategi, ruang lingkup dan parameter dari aktivitas atau bagian dari
organisasi dimana proses manajemen risiko harus dilaksanakan dan
ditetapkan. Proses tersebut dilakukan dengan pemikiran dan pertimbangan
yang matang untuk memenuhi keseimbangan biaya, keuntungan dan
kesempatan. Prasyarat sumber risiko dan pencatatannya dibuat secara
spesifik. Dalam melakukan aktivitas manajemen risiko, organisasi perlu
menetapkan ruang lingkup dan batasan-batasan. Menetapkan ruang lingkup
dan batas-batas penerapan proses manajemen risiko meliputi :
1.
2.
3.
4.
Menentukan
luas
dan
kegiatan
manajemen
risiko
yang komprehensif
d.
tentang
penerimaan
operasional,
teknis,
dan
perbaikan
keuangan,
hukum,
risiko
didasarkan
pada
sosial,
kemanusiaan
atau
Universitas Indonesia
23
Cheklist safety
Cheklist safety biasa digunakan sebagai langkah awal atau tinjauan
b.
Universitas Indonesia
24
c.
What if
Merupakan suatu teknik analisis dengan metode brainstorming,
untuk menentukan hal-hal apa saja yang mungkin salah, dan risiko dari
setiap situasi. Langkah-langkah dalam menggunakan metode ini natara
lain:
1. Mengembangkan pertanyaan what if
2. Menentukan jawaban
3. Menilai risiko dan membuat rekomendasi
Universitas Indonesia
25
d.
e.
Universitas Indonesia
26
dalam
menentukan
skala
prioritas
dalam
program
f.
g.
Universitas Indonesia
27
Analisis risiko bergantung pada informasi risiko dan data yang tersedia.
Metode analisis yang digunakan dapat bersifat kualitatif, semikuantitatif, dan
kuantitatif bahkan kombinasi ketiganya.
Universitas Indonesia
28
Tabel. 2.1.
Tingkat Penjelasan
1
Tidak signifikan
Rendah
Definisi
Tidak ada kecelakaan, sedikit kerugian financial
P3K, penanganan di tempat, kerugian financial
sedang
Sedang
Penanganan
kecelakaan
tingkat
sedang,
Tinggi
Kecelakaan
besar,
kehilangan
kemampuan
Sangat tinggi
Hampir pasti
Sangat mungkin
Mungkin
Kurang mungkin
Jarang
Definisi
Terjadi hampir di semua keadaan
Sangat mungkin terjadi di semua keadaan
Dapat terjadi sewaktu-waktu
Mungkin terjadi sewaktu-waktu
Hanya dapat terjadi pada keadaan tertentu
Universitas Indonesia
29
Penting
Ringan
Sedang
Berat
Sangat
berat
A (Sering)
B (Mungkin)
C (Sedang)
D(Tidak
mungkin)
E (Jarang)
Keterangan:
E
Universitas Indonesia
30
Deskripsi
Rating
Catastrophe
100
Very Serious
Serious
15
Important
Luka ringan,
sakit
ringan,
kerugian
sedikit, 1
Deskripsi
Rating
Almost certain
10
dengan bahaya
Likely
Unusual
possible
Remotely
Possible
terjadinya
Conceivable
0.5
Universitas Indonesia
31
Practically
0.1
Imposible
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk management guideline
Deskripsi
Rating
Continously
10
Frequently
Occasionally
Infrequent
Rare
0.5
Very rare
0.1
Kategori
Tindakan
> 350
Very high
180-350
Priority 1
70-180
Substantial
Universitas Indonesia
32
20-70
Priority 3
Memerlukan perhatian
< 20
Acceptable
Untuk
mendapat gambaran yang baik dan tepat mengenai risiko dilakukan penentuan
peringkat risiko atau prioritas risiko.
Peringkat risiko sangat penting untuk sebagai alat manajemen dalam
mengambil keputusan. Melalui peringkat risiko manajemen dapat menentukan
skala prioritas dalam penanganannya. Manajemen juga dapat mengalokasikan
sumber daya yang sesuai unntuk masing-masing risiko sesuai dengan tingkat
prioritasnya.
Universitas Indonesia
33
risikonya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan
kondisi perusahaan.
Pengendalian risiko secara general dilakukan dengan pendekatan sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Mengurangi kemungkinan
b.
Mengurangi keparahan
c.
d.
Hindari
Universitas Indonesia
34
2.5.
Universitas Indonesia
35
2.5.2.1.
Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan terdiri dari mobilisasi personil, peralatan dan
2.5.2.2.
Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur gedung bertingkat merupakan pekerjaan yang
Pekerjaan pembesian
b.
Pekerjaan pengecoran
c.
Pekerjaan bekisting
Pekerjaan pondasi
b.
c.
Pekerjaan kolom
d.
e.
Pekerjaan substructure
b.
Pekerjaan upperstructure
Universitas Indonesia
36
1. Jatuh terpeleset
2. Kejatuhan barang dari atas
3. Terinjak
4. Terkena barang yang runtuh
5. Berkontak dengan suhu panas, dingin
6. Terjatuh, terguling
7. Terjepit, terlindas
8. Tertabrak
2.6.
Bekerja di Ketinggian
Menurut Sekretaris Jenderal Depnakertrans dalam Draft Konvensi
perbedaan
elevasi.
Pengertian
lainnya
adalah
pekerjaan
yang
membutuhkan pergerakan tenaga kerja untuk bergerak secara vertikal naik, mau
pun turun dari suatu platform.
Secara umum terdapat dua sistim bekerja pada ketinggian. Sistim yang pertama
disebut sistim pasif, bahwa saat bekerja tidak mensyaratkan perlunya
penggunaaan peralatan pelindung jatuh (fall protection devices) karena telah
terdapat sistem pengaman kolektif (collective protection system). Sistim yang
kedua disebut dengan sistim Aktif, dimana saat naik dan turun (lifting / lowering),
(traverse) pekerja harus menggunakan peralatan untuk mencapai suatu titik kerja
karena tidak terdapat sistem pengaman kolektif (collective protection system).
(Depnakertrans,2010)
2.7.
dilakukan dikonstruksi. Pada proses ini dilakukan pemasangan ring (besi) pada
kolom yang telah tersedia. Pemasangan ring ini untuk memperkuat kolom yang
telah ada.
Universitas Indonesia
37
2.8.
Bekisting
Menurut Daryanto (2008), pengertian bekisting adalah suatu konstruksi
pembantu yang berfungsi sebagai cetakan atau pembentuk dari bangun beton
bertulang yang dikehendaki. Bahan bekisting biasanya terbuat dari kayu yang
murah serta mudah dikerjakannya. Pada pekerjaan besar ada kalanya
dipergunakan triplek atau pelat baja. Bentuk bekisting disesuaikan dengan
konstruksi beton yang dikehendaki, dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bekisting pelat pondasi
2. Bekisting kolom
3. Bekisting dinding beton
4. Bekisting pelat lantai
5. Bekisting balok, sloof, ring balk
6. Bekisting tangga
2.9.
Universitas Indonesia
38
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1
Kerangka Teori
Kerangka teori penilaian risiko diambil dari framework Guideline
Monitor /
Review
Analyse Risks
Probability
Consequence
Estimate Risk Level
Likelihood
AS/NZS 4360:2004
Gambar 3.1. Kerangka Teori
3.2
Kerangka Konsep
Penelitian ini dikhususkan pada identifikasi dan analisis risiko. Hal yang
ingin dicapai dalam kerangka konsep adalah nilai tingkat risiko dari proses kerja
yang telah diidentifikasi dan dianalisis risikonya. Penilaian risiko dilakukan
39
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
40
Analisis Risiko
Analisis Tingkat
Analisis Tingkat
Analisis Tingkat
Consequences
Probability
Exposure
Gambar 3.2.
Kerangka Konsep
Probability
Gambar 3.2. Kerangka Konsep
Universitas Indonesia
3.3
Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Alat Ukur
1.
Pemasangan
Cara Ukur
Hasil
Skala
ketinggian.
2.
Pemasangan
Pemasangan
suatu
konstruksi
bekisting di
ketinggian
3.
Identifikasi
Daftar
Melakukan
risiko
pertanyaan
wawancara
tempat
kerja.
Dilakukan
dengan
dengan
pihak yang
ada
pada
seperti:
menggunakan
a. Terjatuh
form JSA
b. Terjepit
c. Tergores
d. Kejatuhan
41
Universitas Indonesia
material
e. Terpeleset
f. Terbentur
3.
Analisis
risiko
risiko
dengan
cara
Observasi,
if yang
suatu
pekerjaan.
Dikelompokkan menjadi:
- Very high
risiko.
standar
- Priority 1
AS/NZS
- Substantial
4360:2004.
- Priority 3
- Acceptable
3a.
Tingkat
Observasi,
-Catastrophe
konsekuensi
wawancara
- Disaster
keselamatan kerja.
Ordinal
-Very Serious
- Serious
- Important
- Noticeable
3b.
Tingkat
Daftar
Observasi,
-Continously
exposure
paparan
Pertanyaan.
wawancara
-Frequently
bahaya
yang
dapat
Ordinal
-Occasionally
42
Universitas Indonesia
pada
pekerjaan
pemasangan
ring
-Infrequent
-Rare
-Very rare
Tingkat
Besarnya
kemungkinan
risiko
Probability
Daftar
Observasi,
- Almost certain
pertanyaan.
wawancara
- Likely
Ordinal
pemasangan
- Remotely possible
bekisting
dengan
- Conceivable
- Practically Imposible
4360:2004
4.
Tingkat
Menentukan
risiko
diperoleh
pemasangan
pemasangan
tingkat
risiko
pada
yang
Matriks
Menentukan tingkat
ring
kolom
bekisting
dan if
dengan
AS/NZS menggunakan
dengan 4360:2004
rumus
Risk
- Priority 3
- Acceptable
exposure
probability
cara
dari
dengan
dan
AS/ANZ 4360:2004
konsekuensi,
exposure,
- Priority 1
konsekuensi
nilai
Ordinal
- Substantial
mengalikan
- Very high
sesuai
standar
43
Universitas Indonesia
44
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional,
dengan pendekatan cross-sectional untuk mengetahui tingkat bahaya dan risiko pada
proses kerja pemasangan ring kolom dan bekisting dengan menggunakan metode
analisis risiko semi kuantitatif berdasarkan AS/NZS 4360:2004.
4.2.
4.3.
Objek Penelitian
Dalam penelitian ini objek penelitian adalah proses pekerjaan pemasangan
4.4.
45
Universitas Indonesia
46
4.5.
penilaian
Metode analisis risiko yang digunakan adalah semi kuantitatif yang mengacu pada
AS/NZS 4360:2004.
Universitas Indonesia
BAB 5
PROFIL PERUSAHAAN
47
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
48
1. Divisi Operasi I
Jl. H. Adam Malik No. 103
Medan 20114
a.
b.
c.
2. Divisi Operasi II
Plaza PP Wisma Subiyanto 1st Floor
Jl. Letjend. TB. Simatupang No. 57
Pasar Rebo Jakarta 13760
a.
b.
b.
Cabang VI (Kalimantan)
Jl. Indrakila (Strat 3) No. 97 RT. 32 Kel. Gunung Samarinda
Balikpapan 76125 Kalimantan Timur
Universitas Indonesia
49
c.
5.2.
Taat hukum
b)
Jujur, transparan
c)
e. Disiplin
a) Tepat waktu
b) Memegang janji
c) Tertib
Universitas Indonesia
50
5.3.
Program Kerja K3
Salah satu
Universitas Indonesia
51
f. Training K3
Merupakan pelatihan yang terkait dengan masalah K3. Pelatihan ini
dilakukan kepada karyawan, mandor, dan subkontraktor. Pelatihan yang
diberikan antara lain tentang P3K, cara memadamkan api dan tanggap
darurat.
g. Audit K3
Merupakan audit yag dilakukan terhadap pelaksanaan dan penerapan K3 di
PT. X. Audit ini dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Universitas Indonesia
BAB 6
HASIL PENELITIAN
6.1.
53
Penelitian ini dilakukan pada proses pemasangan bekisting balok dan bekisting
kolom.
pengecoran nantinya. Setelah perahu selesai dibuat, lalu perahu tersebut diangkut
ke bagian pemasangan bekisting. Pengangkutan perahu ini dengan menggunakan
segel TC. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan segel TC karena ukuran
perahu yang cukup besar, dan karena pembuatan perahu dilakukan di dasar
sedangkan proses pemasangan bekisting dilakukan di bagian atas gedung. Setelah
pekerja mengangkut bekisting tersebut, lalu pekerja menempatkan bekisting
tersebut pada posisi yang telah ditentukan. Kemudian dilakukan penguatan
bekisting dengan memaku antara engkel dengan perahu tersebut.
Universitas Indonesia
54
Universitas Indonesia
55
6.2.
Identifikasi bahaya
2.
Tahapan
Pekerjaan
Pengambilan
kolom
dari
segel TC
Pemasangan
ring pada kolom
Pengendalian yang
sudah ada
- Penyediaan
APD
(sarung
tangan)
- Kejatuhan kolom
Pekerja kejatuhan kolom
yang dibawa segel TC
sehingga
dapat
melukai
pekerja
- Penyediaan
APD (helm)
- Terjatuh
Pekerjaan
dilakukan
di
ketinggian lebih dari 2 meter
sehingga dapat menyebabkan
pekerja terjatuh
- Penyediaan
APD
(helm,
safety belt)
- Tangan tergores
Tangan
pekerja
dapat
tergores akibat permukaan
besi yang tajam
- Penyediaan
APD ( sarung
tangan)
- Penyediaan
platform khusus
- Terpeleset
Bila pekerja tidak berhatihati saat menaiki kolom atau
apabila kolom yang dinaiki
licin maka memungkinkan
pekerja untuk terpeleset
- Penyediaan
APD (sepatu)
- Penyediaan
APD (sepatu)
Universitas Indonesia
56
3.
Pemasangan
kawat pada ring
dan kolom
- Penyediaan
APD
(safety
belt)
- Penyediaan
APD
(sarung
tangan)
- Penyediaan
APD
(sarung
tangan)
- Penyediaan
platform
khusus.
- Penyediaan
Safety belt
pengambilan perahu bekisting dari segel TC, dan pemasangan perahu bekisting
pada tempatnya. Sedangkan proses pemasangan bekisting kolom terdiri dari
pengambilan bekisting dari segel TC, penempatan bekisting pada kolom yang
sudah ada, dan penguatan pressing. Risiko keselamatan kerja yang terdapat pada
kedua proses pekerjaan ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Universitas Indonesia
57
2.
Tahapan
Pekerjaan
Pemasangan
scaffolding
Pemasangan
engkel-engkel
3.
Mengambil
perahu bekisting
dari segel TC
4.
Penempatan
Pengendalian yang
sudah ada
- Penyediaan APD
(Helm)
- Pengecekan
scaffolding
- Penyediaan
Safety belt
- Tertusuk paku
Saat memasang engkel dan
menyatukan dengan kayu
yang lain pekerja harus
menggunakan
paku
sehingga tangan pekerja
berisiko untuk tertusuk
paku.
- Penyediaan APD
(sarung tangan)
- Terkena Palu
Saat
sedang
memaku,
pekerja berisiko pula untuk
terkena palu
- Penyediaan APD
(sarung tangan)
- Terjatuh
Saat sedang melakukan
pemasangan engkel, pekerja
tidak
dapat
menjaga
keseimbangan
sehingga
mengakibatkan
pekerja
terjatuh dari ketinggian 2
meter.
Terjatuh dari ketinggian
Saat pekerja mengambil
perahu bekisting, pekerja
tidak
melihat
saat
melangkahkan
kakinya
sehingga
mengakibatkan
pekerja terjatuh
.dari
ketinggian 2 meter.
- Kaki dan tangan terjepit
- Penyediaan APD
(safety belt)
- Penyediaan APD
(safety belt,)
- Penyediaan APD
Universitas Indonesia
58
perahu bekisting
pada tempatnya.
bekisting
Saat sedang menempatkan
bekisting, pekerja tidak
berhati-hati sehingga kaki
dan
tangannya
terjepit
bekisting
- Terjatuh dari ketinggian
lebih dari 2 meter.
Saat pekerja mengambil
perahu bekisting, pekerja
tidak
melihat
saat
melangkahkan
kakinya
sehingga
mengakibatkan
pekerja terjatuh
Kejatuhan bekisting
Saat pekerja menempatkan
bekisting, bekisting yang
digunakan justru menjatuhi
pekerja
(sarung tangan,
sepatu)
- Koordinasi
antara
mandor
dan operator TC
- Penyediaan APD
(safety belt)
- Penyediaan APD
(helm)
Tahapan
Pekerjaan
Pengambilan
bekisting
dari
segel TC
Risiko
- Kejatuhan bekisting
Saat akan mengambil
bekisting, sling TC putus
atau
segel
patah,
mengakibatkan pekerja
kejatuhan bekisting
-
Pengendalian yang
sudah ada
- Penyediaan APD
(helm)
- Pemeriksaan
sling TC harian
- Koordinasi antara
mandor dan
operator TC
Terbentur bekisting
Pada saat mengambil
bekisting, pekerja dapat
terbentur
dengan
bekisting tersebut bila
tidak terdapat koordinasi
yang baik antara mandor
dan operator TC
- Koordinasi yang
baik
antara
mandor
dan
operator TC
- Penyediaan APD
(Safety belt)
- Safety
induction
Universitas Indonesia
59
2.
3.
Pemasangan
bekisting
pada
kolom yang sudah
ada
Penguatan
pressing
berhati-hati
sehingga
terjatuh dari ketinggian
lebih dari 2 meter
untuk pekerjaan
di ketinggian
- Terjatuh
Saat sedang mengambil
bekisting,
pekerja
kehilangan keseimbangan
sehingga terjatuh dari
ketinggian lebih dari 2
meter.
- Tangan terjepit bekisting
Saat pekerja memasang
bekisting,
pekerja
melakukannya tidak hatihati sehingga tangan
pekerja terjepit bekisting
- Penyediaan APD
(Safety belt)
- Penyediaan APD
(safety belt)
- Penyediaan APD
(sarung tangan)
Universitas Indonesia
6.3.
Analisis Risiko
Setelah dilakukan identifikasi bahaya, lalu dilakukan penentuan tingkat risiko dengan memberikan penilaian terhadap probability,
konsekuensi, dan exposure. Tingkat risiko yang dilihat adalah, tingkat risiko pada basic level dan existing level. Pada basic level dilihat risiko
pada sat keadaan terburuk, dimana belum dilakukan pengendalian terhadap risiko yang ada. Sedangan untuk existing level dilihat tingkat risiko
setelah dilakukan pengendalian. Tabel dibawah ini menjelaskan mengenai analisis risiko pada pekerjaan pemasangan ring kolom, pemasangan
bekisting kolom dan bekisting balok.
Analisis Risiko
Identifikasi risiko
Basic level
Tahapan
pekerjaan
1.
Pengambilan
kolom dari segel
TC
Risiko
Tangan
tergores
besi
Skenario
Dampak
Saat pengambilan
Cidera
kolom dari segel TC, ringan
pekerja memegang
besi yang memiliki
permukaan yang
tajam.sehingga dapat
mengakibatkan
tangan pekerja
tergores
Pengendalian
Sarung
tangan
Tingkat
Risiko
10
60
Lik
ely
Co
nti
no
usl
y
Not Priority
ice 3
abl
e
Existing level
E
Tingkat
Risiko
10
60
Lik
ely
Co
nti
no
usl
y
Not Priority
ice 3
abl
e
60
Universitas Indonesia
2.
Pemasangan
ring pada kolom
Kejatuhan
kolom
Saat ingin
mengambil kolom
dari segel, sling TC
putus sehingga
mengakibatkan
pekerja kejatuhan
kolom tersebut
Cidera berat
- Helm
- Pengecek
an TC
6
Lik
ely
10
Co
nti
no
usl
y
5
300
Im Priority
por 1
tan
t
Terjatuh
Saat pengambilan
kolom dari segel,
pekerja kehilangan
keseimbangan
sehingga
mengakibatkan
terjatuh dari
ketinggian lebih dari
2 meter dimana
lantai dasar
merupakan tempat
fabrikasi besi.
Pada saat memasang
ring pada kolom,
pekerja berpegangan
pada besi.
Permukaan besi
yang kasar dapat
mengakibatkan
tangan pekerja
tergores
Meninggal
Dunia
- Safety belt
- Helm
10
50
Lik
ely
Co
nti
no
usl
y
6
Lik
ely
Tergores
Cidera
ringan
- Sarung
tangan
3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e
6
10
Co
nti
no
usl
y
1
30
Not Priority
ice 3
abl
e
10
50
Dis Very
ast high
er
Lik
ely
Co
nti
no
usl
y
Dis Very
ast high
er
10
10
Co
nti
no
usl
y
Not Priority
ice 3
abl
e
Lik
ely
Co
nti
no
usl
y
Not Priority
ice 3
abl
e
3000
60
3000
60
61
Universitas Indonesia
Kaki
Terjepit
Terpeleset
Cidera
ringan
Terjatuh
Meninggal
Tertusuk
3.
Pemasangan
kawat pada ring
Cidera
ringan
- Sepatu
- Penyediaan
scaffoldin
g
10
Lik
ely
Co
nti
no
usl
y
Not Priority
ice 3
abl
e
6
Lik
ely
10
Co
nti
no
usl
y
1
60
Not Priority
ice 3
abl
e
- Safety belt 6
- Penyediaa
Lik
n
scaffoldin ely
g
10
50
Co
nti
no
usl
y
Sarung
tangan
6
Lik
ely
Sepatu
60
3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e
3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e
6
10
Co
nti
no
usl
y
1
30
Not
ice Priority
abl 3
e
10
Co
nti
no
usl
y
1
30
Not Priority
ice 3
abl
e
10
50
Dis Very
ast high
er
Lik
ely
Co
nti
no
usl
y
Dis Very
ast high
er
10
10
Co
nti
no
Not Priority
ice 3
abl
Lik
ely
Co
nti
no
Not Priority
ice 3
abl
3000
60
3000
60
62
Universitas Indonesia
dan kolom
kawat
Terjepit
Saat mengikat
Cidera
kawat, pekerja
ringan
menggunakan gegep,
kurangnya
konsentrasi pekerja
dapat mengakibatkan
tangannya terjepit
Sarung
tangan
Tejatuh
-Safet belt
- Penyediaan
Scaffolding
Meninggal
dunia
usl
y
3
10
Un Co
usu nti
al
no
But usl
pos y
sibl \
e
6
10
Lik
ely
Dis Very
ast high
er
Co
nti
no
usl
y
1
30
Not Priority
ice 3
abl
e
50
3000
usl
y
3
10
Un Co
usu nti
al
no
but usl
pos y
sibl
e
6
10
Lik
ely
Co
nti
no
usl
y
e
1
30
Not Priority
ice 3
abl
e
50
3000
Ver Priority
y
3
hig
h
63
Universitas Indonesia
Tabel. 6.5.
No.
Identifikasi Risiko
Analisa Risiko
Basic level
Tahapan
pekerjaan
1.
Pemasangan
Scaffolding
Risiko
Kejatuhan
scaffolding
Terjatuh
2.
Pemasangan
Tertusuk
Skenario
Dampak
Pengendalian
Saat memasang
scaffolding,
ternyata
scaffolding yang
akan dipasang
telah rusak
sehingga justru
jatuh dan
melukai pekerja
Setelah
pemasangan
scaffolding,
pekerja
mencoba untuk
naik ke
scaffolding,nam
un karena
kurang kuat
mengakibatkan
pekerja terjatuh.
Saat memasang
Cidera
yang
memerluk
an
perawatan
medis
- Helm
- Pengecekan
scaffolding
6
Lik
ely
6
Fre
que
ntl
y
Cidera
yang
memerluk
an
perawatan
medis
- Pengecekan
scaffolding
6
Lik
ely
Cidera
Sarung tangan
Tingkat
Risiko
Existing level
E
1
36
Not Priority
ice 3
abl
e
3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e
6
Fre
que
ntl
y
1
18
Not Acceptab
ice le
abl
e
6
Fre
que
ntl
y
5
180
Im Substan
por sial
tan
t
3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e
6
Fre
que
ntl
y
5
90
Im Substans
por ial
tan
t
10
10
60
Tingkat
Risiko
60
64
Universitas Indonesia
engkel-engkel
paku
engkel
dan ringan
menyatukan
dengan
kayu
yang
lain
pekerja
harus
menggunakan
paku sehingga
tangan pekerja
berisiko untuk
tertusuk paku.
Terkena palu
Saat memasang
engkel dengan
paku, tidak
menutup
kemungkinan
seorang pekerja
terkena palu,
apabila pekerja
bekerja terburuburu atau tidak
konsentrasi
Saat sedang
melakukan
pemasangan
engkel, pekerja
tidak dapat
menjaga
keseimbangan
sehingga
Terjatuh
Lik
ely
Co
nti
no
usl
y
Co
nti
no
usl
y
Not Priority
ice 3
abl
e
10
Co
nti
no
usl
y
1
60
Not Priority
ice 3
abl
e
3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e
10
Co
nti
no
usl
y
1
30
Not Priority
ice 3
abl
e
15
Ser
iou
s
6
Lik
ely
10
Co
nti
no
usl
y
15
Ser
iou
s
Cidera
ringan
Sarung tangan
6
Lik
ely
Cacat non
permanen
Safety Belt
6
10
like Co
ly
nti
no
usl
y
900
Very
high
900
Very
high
65
Universitas Indonesia
3.
Pengambilan
Terjatuh
perahu bekisting
dari segel TC
4.
Penempatan
Terjepit
bekisting
pada
tempatnya
mengakibatkan
pekerja terjatuh
dari ketinggian 2
meter.
Saat pekerja
mengambil
perahu
bekisting,
pekerja tidak
melihat saat
melangkahkan
kakinya
sehingga
mengakibatkan
pekerja terjatuh
.dari ketinggian
2 meter.
Saat sedang
menempatkan
bekisting,
pekerja tidak
berhati-hati
sehingga kaki
dan tangannya
terjepit bekisting
Cacat non
permanen
Safet belt
6
Lik
ely
10
Co
nti
no
usl
y
15
Ser
iou
s
900
Very
high
Cidera
ringan
-Sepatu
6
-Sarung tangan
Lik
- Koordinasi antar ely
mandor dan
operator TC
10
Co
nti
no
usl
y
1
60
Not Priority
ice 3
abl
e
6
Lik
ely
10
Co
nti
no
usl
y
25 900
Ver Very
y
high
ser
iou
s
3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e
10
Co
nti
no
usl
y
1
30
Not Priority
ice 3
abl
e
66
Universitas Indonesia
Kejatuhan
bekisting
Saat pekerja
Cacat non
menempatkan
permanen
bekisting,
bekisting yang
digunakan justru
menjatuhi
pekerja
-Penyediaan APD
(helm)
6
Lik
ely
10
Co
nti
no
usl
y
15
Ser
iou
s
900
Very
high
6
Lik
ely
10
Co
nti
no
usl
y
5
300
im Priority
por 1
tan
t
Terjatuh
Saat pekerja
mengambil
perahu
bekisting,
pekerja tidak
melihat saat
melangkahkan
kakinya
sehingga
mengakibatkan
pekerja terjatuh
Safet belt
6
Lik
ely
10
Co
nti
no
usl
y
15
Ser
iou
s
900
Very
high
6
Lik
ely
10
Co
nti
no
usl
y
15
Ser
iou
s
Cacat
permanen
900
Very
high
67
Universitas Indonesia
Tabel 6.6.
No.
Identifikasi Bahaya
Tahapan
pekerjaan
1.
Pengambilan
bekisting dari
segel TC
Risiko
Terjatuh
Terbentur
bekisting
Skenario
Analisis Risiko
Dampak
Saat sedang
mengambil
bekisting,
pekerja tidak
berhati-hati
sehingga
terjatuh dari
ketinggian
lebih dari 2
meter.
Pada saat
mengambil
bekisting,
pekerja dapat
terbentur
dengan
bekisting
tersebut bila
tidak terdapat
Basic level
Existing level
Pengendalian
K
Tingkat
risiko
Tingkat
risiko
Meninggal
dunia
Safety belt
6
Lik
ely
6
Fre
que
ntl
y
50 1800
Dis Very
ast high
er
6
Lik
ely
6
Fre
que
ntl
y
50 1800
Dis Very
ast high
er
Dibutuhkan
perawatan
medis
Koordinasi yang
baik antara
operator TC
dengan mandor
6
Lik
ely
6
Fre
que
ntl
y
5
180
6
Im Priority like
por 1
ly
tan
t
6
Fre
que
ntl
y
1
36
Not Priority
ice 3
abl
e
68
Universitas Indonesia
Kejatuhan
bekisting
2.
Pemasangan
bekisting pada
kolom yang
sudah ada
Terjatuh
koordinasi
yang baik
antara
mandor dan
operator TC
Saat akan
mengambil
bekisting,
sling TC
putus atau
segel patah,
mengakibatk
an pekerja
kejatuhan
bekisting.
Saat sedang
mengambil
bekisting,
pekerja
kehilangan
keseimbanga
n sehingga
terjatuh dari
ketinggian
lebih dari 2
meter.
Cidera yang
membutuhka
n perawatan
medis
- Helm
- Pemeriksaan
TC
- Koordinasi
yang baik
antara mandor
dan operator
TC
Lik
ely
Fre
que
ntl
y
Meninggal
dunia
Safety belt
6
Lik
ely
6
Fre
que
ntl
y
180
Im Substan Lik
por sial
ely
tan
t
Fre
que
ntl
y
Not Priority
ice 3
abl
e
50 1800
Dis Very
ast high
er
6
Fre
que
ntl
y
50 1800
Dis Very
ast high
er
6
Lik
ely
36
69
Universitas Indonesia
Tangan
terjepit
bekisting
3.
Penguatan
bekisting
Terjatuh
Saat pekerja
memasang
bekisting,
pekerja
melakukanny
a tidak hatihati sehingga
tangan
pekerja
terjepit
bekisting
Saat sedang
menguatkan
bekisting,
pekerja
kehilangan
keseimbanga
n sehingga
terjatuh dari
ketinggian
lebih dari 2
meter.
Cidera yang
memerlukan
perawatan
medis
Sarung tangan
6
Lik
ely
6
Fre
que
ntl
y
5
180
6
im Priority Lik
por 1
ely
tan
t
6
Fre
que
ntl
y
1
36
Not Priority
ice 3
abl
e
Meninggal
dunia
Safety belt
6
Lik
ely
6
Fre
que
ntl
y
50 1800
Dis Very
ast high
er
6
Fre
que
ntl
y
50 1800
Dis Very
ast high
er
6
Lik
ely
70
Universitas Indonesia
71
Universitas Indonesia
72
Universitas Indonesia
BAB 7
PEMBAHASAN
7.1.
Probability
Pada saat mengambil besi dari segel TC, memungkinkan seorang
pekerja untuk tergores besi, karena permukaan besi yang tajam. Selain
itu dapat juga tergores sling TC. Hal ini dapat terjadi apabila pekerja
kurang berhati-hati dalam bekerja, atau bila terburu-buru dalam
mmelakukan suatu pekerjaan. Oleh karena itu probability yang
diberikan adalah 6 (Likely)
-
Exposure
Pekerjaan pengambilan kolom dari segel TC dilakukan berulangulang setiap hari. Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 10
(continuously)
Konsekuensi
Tergores besi dapat menyebabkan cidera ringan. Oleh karena itu
untuk penilaian konsekuensi adalah 1 ( Noticeable )
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian
tangan tergores besi adalah priority 3 dengan nilai 60. Tingkat risiko ini
71
Universitas Indonesia
72
b.
Kejatuhan Kolom
-
Probability
Pada saat pengambilan kolom dari
Exposure
Pekerjaan pengambilan kolom dari segel TC dilakukan setiap
hari. Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 10
(continuously)
Konsekuensi
Kejatuhan material dapat mengakibatkan cidera berat atau cidera
ringan. Dengan adanya penyediaan helm bagi pekerja maka dapat
mengurangi risiko seorang pekerja mengalami cidera saat
kejatuhan material.. Risiko cidera berat dapat dikurangi menjadi
cidera ringan. Oleh karena itu untuk penilaian konsekuensinya
adalah 1( Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian
kejatuhan kolom adalah priority 3 dengan nilai 30. Tingkat risiko ini
berkurang dari tingkat risiko basic level, karena dengan adanya
Universitas Indonesia
73
c.
Terjatuh
-
Probability
Pada saat pengambilan kolom dari segel
TC, memungkinkan
Exposure
Pekerjaan pengambilan kolom dari TC dilakukan setiap hari. Oleh
karena itu penilaian exposure adalah 10 (continuously)
Konsekuensi
Terjatuh pada saat mengambil kolom dari segel TC dapat
mengakibatkan cidera atau meninggal. Proses pengambilan kolom
dari segel TC dilakukan pada ketinggian lebih dari 2 meter dan
dibagian bawah terdapat tempat fabrikasi besi. Dengan keadaan
tersebut memungkinkan pekerja yang terjatuh meninggal dunia.
Oleh karena itu penilaian konsekuensi adalah 50 (Disaster).
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian
terjatuh adalah very high dengan nilai 3000. Tingkat risiko ini sama
dengan tingkat risiko pada basic level. Hal ini terjadi karena meskipun
telah disediakan safety belt, namun banyak pekerja yang tidak
menggunakannya sehingga kemungkinan pekerja untuk terjatuh sangat
besar, belum lagi melihat bahwa area tersebut
Universitas Indonesia
74
Tergores Besi
-
Probability
Pada saat memasang ring pada kolom , pekerja dapat mengalami
luka gores, hal ini dikarenakan permukaan besi yang tajam dan
kasar. Oleh karena itu penilaian probability adalah 6 (Likely)
Exposure
Pekerjaan pemasangan ring pada kolom dilakukan setiap hari.
Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 10 (Continously)
Konsekuensi
Tergores besi dapat menyebabkan luka ringan seperti lecet pada
tangan. Oleh karena itu penilaian untuk konsekuensi adalah 1
(Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian
tangan tergores besi adalah priority 3 dengan nilai 60. Tingkat risiko ini
sama dengan tingkat risiko pada basic level. Hal ini terjadi karena
pekerja
bekerja
tidak
menggunakan
sarung
tangan,
sehingga
b.
Probability
Pada saat pemasangan ring pada kolom, pekerja jarang mengalami
risikoini, namun risikoseperti ini pernah terjadi. Oleh karena itu
untuk probability diberikan nilai 3 (Unusual but possible)
Exposure
Universitas Indonesia
75
Konsekuensi
Kaki yang terjepit besi dapat menyebabkan kaki lecet, luka atau
cidera . Oleh karena itu penilaian konsekuensi adalah 1
(Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian
kaki terjepit besi adalah priority 1 dengan nilai 30. Tingkat risiko ini
menjadi lebih rendah daripada basic level, karena pada saat bekerja
pekerja sudah menggunakan sepatu, meskipun bukan safety shoes yang
digunakan. Tingkat risiko ini bisa semakin kecil, bila pekerja bekerja
dengan menggunakan scaffolding, sehingga pekerja tidak perlu naik ke
kolom.
c.
Terpeleset
-
Probability
Pada saat pemasangan ring pada kolom, jarang terjadi risiko
berupa kaki terpeleset. Namun kejadian tersebut dapat terjadi bila
besi licin, atau bila pekerja bekerja secara terburu-buru. Oleh
karena itu penilaian untuk probability adalah 6 (Likely)
Exposure
Pekerjaan pemasangan ring pada kolom dilakukan setiap hari.
Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 10 (Continously)
Konsekuensi
Terpeleset dari kolom dapat mengakibatkan cidera ringan . Oleh
karena itu penilaian untuk konsekuensi adalah 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian
kaki terpeleset
menjadi lebih rendah daripada basic level, karena pada saat bekerja
pekerja sudah menggunakan sepatu, meskipun bukan safety shoes yang
digunakan.
Universitas Indonesia
76
d.
Terjatuh
-
Probability
Pada saat pemasangan ring pada kolom, memungkinkan seorang
pekerja untuk terjatuh karena
Exposure
Pekerjaan pemasangan ring pada kolom dilakukan setiap hari.
Oleh karena itu untuk exposure diberikan nilai 10 (continuously)
Konsekuensi
Terjatuh pada saat pemasangan ring pada kolom
dapat
Probability
Pada
saat
pemasangan
kawat
pada
ring
dan
kolom,
Exposure
Universitas Indonesia
77
Konsekuensi
Tertusuk kawat dapat menyebabkan tangan lecet, luka atau cidera
. Oleh karena itu untuk konsekuensi diberikan nilai 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian
tertusuk kawat adalah Priority 3 dengan nilai 60. Tingkat risiko ini sama
dengan tingkat risiko pada basic level, karena pada saat bekerja pekerja
tidak menggunakan sarung tangan. Pihak perusahaan sebaiknya
melakukan inspeksi rutin terhadap pekerjanya, sehingga dapat selalu
mengingatkan pekerja untuk menggunakan APD saat bekerja.
b.
Terjepit gegep
-
Probability
Pada saat pemasangan kawat pada ring dan kolom, jarang terjadi
risikoberupa tangan terjepit gegep. Namun hal ini dapat terjadi
bila pekerja tidak berkonsentrasi saat bekerja. Oleh karena itu
penilaian probability diberikan nilai 3 (unusual but possible)
Exposure
Pekerjaan Pemasangan kawat pada ring dan kolom dilakukan
setiap hari. Oleh karena penilaian
exposure adalah 10
(Continously)
-
Konsekuensi
Terjepit gegep dapat menyebabkan tangan lecet, luka atau cidera .
Oleh karena itu penilaian konsekuensi adalah 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian
terjepit gegep adalah priority 3 dengan nilai 30. Tingkat risiko ini sama
dengan tingkat risiko pada basic level, karena pada saat bekerja pekerja
tidak menggunakan sarung tangan. Pihak perusahaan sebaiknya
melakukan inspeksi rutin terhadap pekerjanya, sehingga dapat selalu
mengingatkan pekerja untuk menggunakan APD saat bekerja.
Universitas Indonesia
78
c.
Probability
Pada saat pemasangan kawat pada ring dan kolom , memungkinkan
seorang pekerja untuk terjatuh, karena pekerjaan ini dilakukan di
ketinggian. Oleh karena itu penilaian untuk probability adalah 6
(Likely)
- Exposure
Pekerjaan pemasangan kawat pada ring dan kolom,dilakukan
setiap hari. Oleh karena itu penilaian exposure adalah 10
(continuously)
- Konsekuensi
Terjatuh dari ketinggian dapat mengakibatkan, cidera, luka atau
meninggal. Pekerjaan ini dilakukan pada ketinggian lebih dari 2
meter, sehingga dapat mengakibatkan pekerja meninggal dunia.
Oleh karena itu penilaian konsekuensi adalah 5 (Disaster)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian
terjatuh adalah very high dengan nilai 3000. Tingkat risiko ini sama
dengan tingkat risiko pada basic level, karena pada saat bekerja pekerja
tidak menggunakan safety belt. Pihak perusahaan sebaiknya melakukan
inspeksi rutin terhadap pekerjanya, sehingga dapat selalu mengingatkan
pekerja untuk menggunakan APD saat bekerja. Selain pihak perusahaan
harus lebih sering melakukan penyuluhan kepada pekerja.
Tahapan pekerjaan
Risiko
Tingkat
risiko
Universitas Indonesia
79
Terjatuh
Very high
2.
3.
Kejatuhan kolom
Priority 3
Terjatuh
Very high
Tergores
Priority 3
Kaki terjepit
Priority 3
Terpeleset
Priority 3
Very high
kolom
Tertusuk
Priority 3
Terjepit
Priority 3
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada proses pekerjaan pemasangan ring
kolom, tiingkat risiko tertinggi adalah terjatuh. Hal ini menunjukkan bahwa
perlu dilakukan peninjauan terhadap pekerjaan dengan risiko terjatuh.
Pengendalian yang dapat perlu dilakukan oleh PT. X antara lain pemberian
APD, melakukan inspeksi rutin ke lapangan, mengaplikasikan program untuk
memberikan sanksi kepada pekerja yang tidak menggunakan APD.
7.2.
Kejatuhan Scaffolding
-
Probability
Pada saat memasang scaffolding , pekerja mungkin saja kejatuhan
scaffolding tersebut. Hal itu dapat disebabkan bila scaffolding
rusak atau
Exposure
Pekerjaan pemasangan scaffoldinng dilakukan saat akan dilakukan
pemasangan bekisting Oleh karena itu penilaian untuk exposure
adalah 6 (frequently)
Universitas Indonesia
80
Konsekuensi
Kejatuhan
scaffolding
dapat
menyebabkan
cidera
yang
konsekuensi adalah 1
(noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk risiko
kejatuhan scaffolding adalah acceptable dengan nilai 18.
b.
Terjatuh
-
Probability
Pada saat pemasangan scaffoldinng, memungkinkan seorang
pekerja terjatuh. Oleh karena itu untuk probability diberikan nilai
3 (unusual but possible)
Exposure
Pekerjaan pemasangan scaffoldinng dilakukan setiap akan
dilakukan proses bekisting. Oleh karena itu penilaian untuk
exposure adalah 6(frequently)
Konsekuensi
Terjatuh saat memasang scaffolding dapat mengakibatkan cidera
yang memerlukan perawatn medis, karena terjatuh dalam 1 lantai.
Oleh karena itu penilaian konsekuensi adalah 5 (important)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk
risikoterjatuh adalah Substansial dengan nilai 90. Oleh karena itu perlu
dilakukan perbaikan oleh perusahaan, seperti pembuatan SOP untuk
pemasangan scaffoldin.g
Tertusuk paku
-
Probability
Pada saat pemasangan engkel-engkel, kemungkinan pekerja untuk
terkena paku sangat besar. Terutama bila pekerja tidak berhati-
Universitas Indonesia
81
Exposure
Pekerjaan pemasangan engkel-engkel dilakukan setiap hari,. Oleh
karena itu penilaian exposure adalah 10 (continuously)
Konsekuensi
Tertusuk paku dapat mengakibatkan luka ringan, cidera atau lecet.
Oleh karena itu untuk konsekuensi diberikan nilai 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk
risikoterkena paku adalah Priority 3 dengan nilai 60. Meskipun hal ini
mungkin jarang terjadi tapi perlu diperhatikan terhadap kasus seperti ini,
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan oleh perusahaan, seperti
pembuatan Instruksi kerja untuk pemasangan engkel, pengawasan rutin,
penyeddiaan APD.
b.
Terkena palu
-
Probability
Pada saat pemasangan engkel-engkel, risiko terkena palu
merupakan suatu kejadian yang jarang terjadi, namun masih
mungkin untuk terjadi, bila pekerja kurang serius dalam bekerja.
Oleh karena itu penilaian probability adalah
3 (unusual but
possible)
-
Exposure
Pekerjaan pemasangan engkel-engkel dilakukan setiap hari . Oleh
karena itu untuk exposure diberikan nilai 10 (Continously)
Konsekuensi
Terkena palu dapat menyebabkan tangan cidera atau memar. Oleh
karena itu untuk Konsekuensi diberikan nilai 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk
risikoterkena palu adalah Priority 3 dengan nilai 30. Meskipun hal ini
mungkin jarang terjadi tapi perlu diperhatikan terhadap kasus seperti ini,
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan oleh perusahaan, seperti
Universitas Indonesia
82
c.
Terjatuh
-
Probability
Pada saat pemasangan engkel-engkel, pekerja melakukannya di
ketinggian. Hal ini memungkinkan seorang pekerja untuk terjatuh.
Oleh karena itu penilaian probability adalah 6 (Likely )
- Exposure
Pekerjaan pemasangan engkel-engkel dilakukan setiap hari . Oleh
karena itu penilaian exposure adalah 10 (Continously)
- Konsekuensi
Terjatuh dari ketinggian sekitar 2 meter, dapat mengakibatkan,
cidera, luka. Oleh karena itu penialain konsekuensi adalah 15 (very
serious)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk
risikoterjatuh adalah Very high dengan nilai 900. Tingkat risiko tersebut
sama dengan tingkat risiko pada basic level, hal ini terjadi karena
meskipun
telah
disediakan
safety
belt,
namun
pekerja
tidak
seperti
pengawasan
rutin
terhadap
pekerja
untuk
Terjatuh
- Probability
Pada saat mengangkat bekisting dari segel TC,
pekerja
Universitas Indonesia
83
telah
disediakan
safety
belt,
namun
pekerja
tidak
seperti
pengawasan
rutin
terhadap
pekerja
untuk
Terjepit bekisting
-
Probability
Pada saat menempatkan, memungkinkan pekerja terjepit dengan
bekisting itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan bila terjadi kurang
koordinasi antara pekerja, mandor dan operator TC, hal lain yang
menjadi pertimbangan adalah faktor cuaca, seperti angin. Adanya
koordinasi yang baik antara mandor dan operator TC dapat
membuat kemungkinan risikoini menjadi jarang terjadi. Oleh
karena itu penilaian Probability adalah 3 (Unusual but possible)
Exposure
Pekerjaan
Konsekuensi
Terjepit bekisting dapat menyebabkan luka atau cidera.. Oleh
karena itu penilaian konsekuensi adalah 1 (Noticeable)
Universitas Indonesia
84
b.
Terjatuh
- Probability
Pada saat menempatkan bekisting,
pekerja melakukannya di
telah
disediakan
safety
belt,
namun
pekerja
tidak
seperti
pengawasan
rutin
terhadap
pekerja
untuk
c.
Kejatuhan bekisting
-
Probability
Pada saat pengambilan bekisting, pekerja mungkin saja kejatuhan
bekisting yang akan digunakan. Hal ini dapat terjadi bila pekerja
Universitas Indonesia
85
probability
adalah 6 (Likely)
-
Exposure
Pekerjaan pengambilan bekisting balok dilakukan setiap hari..
Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 10 (Continously)
Konsekuensi
Kejatuhan
Tahapan pekerjaan
Risiko
Tingkat
risiko
Pemasangan scaffolding
Terjatuh
Substansial
Kejatuhan
Acceptable
scaffolding
2.
3.
Pemasangan engkel-engkel
Terjatuh
Very high
Tertusuk paku
Priority 3
Terkena palu
Priority 3
Terjatuh
Very high
Terpeleset
Priority 3
Universitas Indonesia
86
4.
Penempatan bekisting
Terjatuh
Very high
Kejatuhan bekisting
Priority 1
Terjepit
Priority 3
7.3.
Terjatuh
- Probability
Pada saat mengambil bekisting dari segel
TC,
pekerja
tersebut sama dengan tingkat risiko pada basic level, hal ini terjadi
Universitas Indonesia
87
b.
Terbentur bekisting
-
Probability
Pada saat pengambilan bekisting dari segel TC, seorang pekerja
mungkin saja mengalami risiko terbentur bekisting. Hal ini dapat
terjadi bila ada kurang koordinasi antara mandor dan operator TC,
sehingga mengakibatkan pengarahan yang salah saat membawa
bekisting tersebut. Oleh karena itu penilaian probability adalah 6
(likely)
Exposure
Pekerjaan pengambilan bekisting
Konsekuensi
Terbentur bekisting dapat mengakibatkan cidera yang memerlukan
perawatan medis. Namun dengan adanya koordinasi yang baik
antara mandor dengan operator TC, maka dapat mengurangi risiko
konsekuensi dari risiko tersebut. Oleh karena itu penilaian untuk
konsekuensi adalah 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk risiko
terbentur bekisting
adalah priority 3
Universitas Indonesia
88
c.
Kejatuhan bekisting
-
Probability
Pada saat pengambilan bekisting, pekerja mungkin saja kejatuhan
bekisting yang akan digunakan. Hal ini dapat terjadi bila pekerja
bekerja tidak hati-hati. Oleh karena itu penilaian
probability
adalah 6 (Likely)
-
Exposure
Pekerjaan pengambilan bekisting
Konsekuensi
Kejatuhan material dapat menyebabkan luka, atau cidera. Dengan
adanya
pengendalian
Terjepit bekisting
-
Probability
Pada saat memasang bekisting memungkinkan pekerja untuk
terjepit dari bekisting Oleh karena itu penilaian Probability adalah
6 (Likely)
Exposure
Pekerjaan pemasangan
Universitas Indonesia
89
(Frequently)
-
Konsekuensi
Terjepit bekisting dapat menyebabkan cidera yang memerlukan
perawatan medis. Dengan adanya pengendalian berupa penyediaan
sarung tangan maka dapat mengurangi risiko tersebut. Oleh karena
itu penilaian konsekuensi adalah 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk risiko
kaki terjepit adalah priority 3 dengan nilai 36. Hal ini menunjukkan
bahwa perlu dilakukan perhatian dari pihak perusahaan terhadap kejadian
terjepit bekisting. seperti pengawasan rutin terhadap pekerja untuk
menggunakan APD.
b.
Terjatuh
- Probability
Pada saat pemasangan bekisting,
pekerja melakukannya di
bekisting
50
(disaster)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk risiko
terjatuh dalah Very high dengan nilai 1800. Tingkat risiko tersebut sama
dengan tingkat risiko pada basic level, hal ini terjadi karena meskipun
telah disediakan safety belt, namun pekerja tidak menggunakannya. Oleh
karena itu perlu dilakukan perbaikan oleh perusahaan, seperti
Universitas Indonesia
90
pengawasan
rutin
terhadap
pekerja
untuk
menggunakan
APD,
50
(disaster)
Universitas Indonesia
91
Tingkat risiko pada proses pemasangan bekisting balok dari tingkat risiko yang
paling tinggi dapat terlihat pada tabel berikut:
Tahapan pekerjaan
Risiko
Tingkat
risiko
2.
3.
Very high
Tc
Kejatuhan bekisting
Priority 3
Terbentur bekisting
Priority 3
Very high
Terjepit
Priority 3
Penguatan bekisting
Terjatuh
Very high
Universitas Indonesia
BAB 8
SIMPULAN DAN SARAN
8.1.
Simpulan
1.
2.
4.
5.
a.
Pemasangan scaffolding
b.
Pemasangan engkel
c.
d.
Penempatan bekisting
b.
c.
Penguatan bekisting
Risiko yang terdapat pada proses pemasangan ring kolom antara lain:
tangan tergores besi, kejatuhan kolom, kaki terjepit, terpeleset, tertusuk
kawat, dan terjatuh. Tingkat risiko tertinggi adalah pada risiko terjatuh,
6.
Risiko yang terdapat pada proses pemasangan bekisting balok antara lain:
Kejatuhan scaffolding, terjatuh, tertusuk paku, terkena palu, kejatuhan
bekisting, dan terjepit. Tingkat risiko tertinggi adalah pada risiko terjatuh.
7.
93
8.2.
Saran
1.
2.
Menempatkan sign untuk area kerja yang dilalui TC, seperti sign awas
bahaya dari atas di tempat yang terlihat oleh para pekerja.
3.
4.
5.
6.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
95
Setiap
Hari,
dalam
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.