Anda di halaman 1dari 121

UNIVERSITAS INDONESIA

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PROSES


PEMASANGAN RING KOLOM DAN PEMASANGAN BEKISTING DI
KETINGGIAN PADA PEMBANGUNAN GEDUNG XY OLEH PT. X
TAHUN 2011

SKRIPSI

WINDA UTAMY SEPTIANINGRUM


0906617952

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DEPOK
2012

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

UNIVERSITAS INDONESIA

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PROSES


PEMASANGAN RING KOLOM DAN PEMASANGAN
BEKISTING DI KETINGGIAN PADA PEMBANGUNAN
GEDUNG XY OLEH PT. X TAHUN 2011

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat

WINDA UTAMY SEPTIANINGRUM


0906617952

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DEPOK
2012

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

ii

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

iii

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allat SWT atas segala rahmat,
berkah dan hidayah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan penilaian risiko keselamatan
kerja pada proses kerja pemasangan ring kolom dan pemasangan bekisting di
ketinggian pada pembangunan gedung XY oleh PT. X. Penelitian dilakukan selama
bulan Desember 2011 sampai Januari 2012.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu selama penelitian maupun dalam penyusunan skripsi
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak, Ibu, Adik atas doa, motivasi, serta kasih sayang yang tak pernah
putus dan atas dukungan baik secara moril maupun materil yang tidak
pernah habis diberikan kepada penulis. Everything i do, i do it for you. It
present to be a gift for your birthday mam.
2. Bapak Hendra, SKM, MKKK sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan saran dan masukan selama penulisan penelitian ini.
3. Bapak dr. Izhar M Fihir MOH, MPH sebagai penguji yang telah
bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji.
4. Bapak Dani Yudi Susanto, SE sebagai penguji luar yang telah bersedia
meluangkan waktunya menjadi penguji.
iv

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

5. Bapak Priyo yang telah banyak membagi ilmunya selama penulis


melakukan penelitian.
6. Semua pegawai PT. X yang telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini.
7. Gustaf Aldino, yang selalu memberikan doa, perhatian, pengertian, dan
kasih sayangnya selama penulis melakukan penelitian ini, never stop
to reach the sun
8. Efri dan Erina personil of Trio kwek-kwek, yang selalu menemani
mencari ilham di perpus FKM UI.
9. Anak-anak 3G Dee, Inong, Oya, Aul, yang selalu memberikan
dukungan selama menyelesaikan skripsi ini.
10. Widi, Susan, Yangga, Ayu, Brian, Nifa, Kiki, Ka Grace, Mba Ai,
Rengga, Rendy, Ka Reza, mas Hasan, mas Dika, Mas Lutfi, Aris,
Herlan, Om ndut, Ica, Ka Anggi, Ka Selfi, Ka Kocan, Hamda, Uli, Mba
Mirna, dan semua teman-teman Ekstensi K3 2009 yang selalu
mendukung dan memberikan motivasi.
11. Sarap girls Oma, Lele, Eka, Asti, Maya, Eza, Unyil, Kare atas
perhatian, pengertian dan dukungannya selama penulis menyelesaikan
skripsi ini. Meskipun kita sudah berpisah tapi kalian tetap menjadi
penyemangat.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
v

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

Penulis menyadari bahwa mungkin saja terdapat kesalahan atau


kekurangan didalam penelitian ini, maka penulis mohon maaf. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sebagai masukan untuk
perbaikanpada penulisan dimasa yang akan datang

Depok, Januari 2012

Penulis

vi

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

vii

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

viii

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama
Program Studi
Judul

: Winda Utamy Septianingrum


: Sarjana Kesehatan Masyarakat
: Penilaian Risiko Keselamatan Kerja pada Proses Pemasangan
Ring Kolom dan Pemasangan Bekisting di Ketinggian pada
Pembangunan Gedung XY oleh PT. X tahun 2011

PT. X merupakan salah satu Perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.


32 % kecelakaan kerja yang ada di Indonesia terjadi di sektor konstruksi. Pekerjaan
diketinggian merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki risiko kecelakaan yang
besar. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan pada proses pemasangan ring kolom
dan bekisting yang dilakukan diketinggian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko keselamatan kerja
pada proses pemasangan ring kolom dan pemasangan bekisting di ketinggian dengan
mengacu pada metode analisis risiko semikuantitatif AS/NZS 4360:2004. Desain
penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan pendekatan cross-sectional.
Pengumpulan data didapatkan dari hasil observasi dan wawancara.
Dari hasil penelitian diketahui risiko keselamatan kerja tertinggi pada proses
pemasangan ring kolom dan bekisting adalah terjatuh. Sedangkan risiko yang lain
antara lain tergores, terpeleset, terbentur, kejatuhan material.
Pengendalian yang telah dilakukan antara lain, penyediaan APD, dan
penyediaan platform khusus.
Kata kunci: Penilaian Risiko, konstruksi, pekerjaan di ketinggian

ix

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name
Study Program
Tittle

: Winda Utamy Septianingrum


: Bachelor of Public Health
: Risk assessment for safety in process of setting up the ring
column and setting up bekisting in high place on XY
building construction by PT. X in 2011.

PT. X is one of the companies which operate in the construction sector.


32% of work accidents in Indonesia occurred in the construction sector. Work at a
high place is one of the works that has a great risk of accidents. Therefore, this
research is done on the process of setting up the ring column and bekisting in the
high place.
This research purpose to know the level of safety risk in the process of setting
up the ring column and bekisting that refers to semi quantitative AS/NZS 4360:2004
of the risk analysis method. The design of research was observational that approach
with cross-sectional. The data accumulation obtained from observation research and
interviews.
From the result of research, we know that the high risks of safety in process of
setting up the ring column and bekisting in high place is fallen. Whereas the other
risk was scratch, slip, collide, and fall by the material.
The existing control that have done is giving personal protective equipment
and giving special platform.
Keyword: Risk Assessment, construction, work in high place

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Winda Utamy Septianingrum

Tempat dan tanggal lahir

: Banjarmasin, 1 September 1988

Agama

: Islam

Alamat

: Pondok Tirta Mandala blok F 5 No. 10 Depok

No. tlp

: 0856-1696535/ 021-91412655

Alamat email

: winda_utamy_2009@yahoo.com

Pendidikan
1. TK. Ikal Dolog,Banjarmasin

:1992

2. TK Nusantara Depok

:1992 - 1994

3. SDN Sukamaju 1,Depok

:1994 2000

4. SMP Negeri 3 Depok

:2000 2003

5. SMA Negeri 1 Depok

:2003 2006

6. Diploma 3 Kimia Terapan Universitas Indonesia, Depok

:2006 2009

7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas Indonesia, Depok

:2009- 2011

xi

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...............................................................................................

Lembar Pernyataan Orisinalitas ..................................................................

ii

Lembar Pengesahan.......................................................................................

iii

Kata Pengantar ..............................................................................................

iv

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan


Akademis......................................................................................................... vii
Surat Pernyataan ...........................................................................................

viii

Abstrak............................................................................................................

ix

Daftar riwayat hidup .....................................................................................

xi

Daftar isi..........................................................................................................

xii

Daftar tabel .....................................................................................................

xv

Daftar gambar................................................................................................

xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ....... .............................................................

1.1. Latar Belakang .......................................................................

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................

1.3. Pertanyaan Penelitian .............................................................

1.4. Tujuan Penelitian....................................................................

1.4.1. Tujuan umun ................................................................

1.4.2. Tujuan khusus ..............................................................

1.5. Manfaat Penelitian.................................................................

1.5.1. Bagi Peneliti .................................................................

1.5.2. Bagi Perusahaan...........................................................

1.6. Ruang Lingkup.......................................................................

xii

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....... ....................................................

2.1. Bahaya....................................................................................

2.1.1. Definisi bahaya.............................................................

2.1.2. Jenis-jenis bahaya.........................................................

2.2. Risiko .....................................................................................

2.2.1. Definisi risiko...............................................................

2.2.2. Jenis-jenis risiko...........................................................

2.3. Kecelakaan Kerja ...................................................................

12

2.3.1. Definisi kecelakaan kerja .............................................

12

2.3.2. Teori-teori kecelakaan kerja.........................................

12

2.4. Manajemen Risiko..................................................................

17

2.4.1. Gambaran umum..........................................................

17

2.4.2. Jenis-jenis penilaian risiko ...........................................

17

2.4.3. Proses manajemen risiko..............................................

18

2.4.3.1. Komunikasi dan konsultasi ................................

21

2.4.3.2. Menentukan konteks (tujuan).............................

21

2.4.3.3. Identifikasi risiko ...............................................

23

2.4.3.4. Analisis risiko ....................................................

26

2.4.3.5. Evaluasi risiko ....................................................

32

2.4.3.6. Pengendalian risiko ............................................

32

2.4.3.7. Pemantauan dan telaah ulang .............................

33

2.5. Kegiatan Operasional konstruksi ...........................................

34

2.5.1. Karakteristik bidang konstruksi ...................................

34

2.5.2. Tahapan pekerjaan konstruksi......................................

34

2.5.2.1. Pekerjaan persiapan............................................

35

xiii

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

2.5.2.2. Pekerjaan struktur ..............................................

35

2.5.3. Jenis-jenis kecelakaan untuk pekerjaan konstruksi......

35

2.6. Bekerja di ketinggian .............................................................

36

2.7. Pemasangan ring kolom.........................................................

36

2.8. Bekisting.................................................................................

37

2.9. Pencegahan kecelakaan kerja konstruksi ...............................

37

2.9.1. Faktor manusia .............................................................

37

2.9.2. Faktor teknis.................................................................

38

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI


OPERASIONAL ....... ......................................................... 39
3.1. Kerangka teori........................................................................

39

3.2. Kerangka konsep....................................................................

40

3.3. Definisi Operasional...............................................................

41

BAB I4 METODOLOGI PENELITIAN ....... .......................................

45

4.1. Desain penelitian....................................................................

45

4.2. Waktu dan lokasi....................................................................

45

4.3. Objek penelitian .....................................................................

45

4.4. Jenis dan metode pengumpulan data......................................

45

4.4.1. Data Primer ..................................................................

45

4.4.2. Data Sekunder ..............................................................

46

4.5. Pengolahan dan analisis data..................................................

46

BAB 5 PROFIL PERUSAHAAN ....... ..................................................

47

5.1. Sejarah perusahaan.................................................................

47

5.2. Visi dan misi perusahaan........................................................

49

5.2.1. Visi Perusahaan............................................................

49

5.2.2. Misi Perusahaan ...........................................................

50

xiv

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

5.3. Program Kerja K3 ..................................................................

50

BAB 6 HASIL PENELITIAN ....... .......................................................

52

6.1. Gambaran proses pekerjaan ...................................................

52

6.1.1. Pemasangan ring kolom di ketinggian .........................

52

6.1.2. Pemasangan bekisting di ketinggian ............................

53

6.1.2.1. Pemasangan bekisting balok ..............................

53

6.1.2.2. Pemasangan bekisting kolom .............................

54

6.2. Identifikasi bahaya ................................................................

55

6.2.1. Pemasangan ring kolom di ketinggian ........................

55

6.2.2. Pemasangan bekisting di ketinggian ............................

56

6.3. Analisis risiko.........................................................................

60

BAB 7 PEMBAHASAN ....... ................................................................

71

7.1. Penilaian risiko pekerjaan pemasangan ring kolom...............

71

7.1.1. Pengambilan kolom dari segel TC ...............................

71

7.1.2.. Pemasangan ring pada kolom......................................

74

7.1.3.. Pemasangan kawat pada ring dan kolom ....................

76

7.2. Penilaian risiko pekerjaan pemasangan bekisting balok........

79

7.2.1. Pemasangan scaffolding...............................................

79

7.2.2.. Pemasangan engkel-engkel .........................................

80

7.2.3.. Pengambilan perahu bekisting dari segel TC..............

82

7.2.4. Penempatan bekisting pada tempatnya ........................

83

7.3. Penilaian risiko pekerjaan pemasangan bekisting kolom.......

86

7.3.1. Pengambilan bekisting dari segel TC...........................

86

7.3.2.. Pemasangan bekisting pada kolom yang sudah aa......

88

7.3.3.. Penguatan bekisting ....................................................

90

xv

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

BAB 8 SIMPULAN DAN SARAN ....... ................................................

92

8.1. Simpulan.................................................................................

92

8.2. Saran.......................................................................................

93

DAFTAR PUSTAKA ....... ...................................................................

94

xvi

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Ukuran kualitatif dari keparahan.....................................................

28

Tabel 2.2. Ukuran kualitatif dari kemungkinan ...............................................

28

Tabel 2.3. Matriks analisis risiko kualitatf (Level risiko)................................

29

Tabel 2.4. Analisis tingkat consequnces ..........................................................

30

Tabel 2.5. Analisis tingkat probability.............................................................

30

Tabel 2.6. Analisis tingkat exposure ................................................................

31

Tabel 2.7. Analisis level of risk .......................................................................

31

Tabel 6.1. Identifikasi bahaya pemasangan ring kolom...................................

55

Tabel 6.2. Identifikasi bahaya pemasangan bekisting......................................

57

Tabel 6.3. Identifikasi bahaya pemasangan bekisting kolom ..........................

58

Tabel 6.4. Analisis risiko pada pekerjaan pemasangan ring kolom.................

60

Tabel 6.5. Analisis risiko pada pekerjaan bekisting balok...............................

64

Tabel 6.6. Analisis risiko pada pekerjaan bekisting kolom .............................

68

Tabel 7.1. Tingkat risiko pekerjaan pemasangan ring kolom ..........................

78

Tabel 7.2. Tingkat risiko pekerjaan pemasangan bekisting balok ...................

85

Tabel 7.3. Tingkat risiko pekerjaan pemasangan bekisting kolom..................

91

xvii

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Data kecelakaan jatuh dari ketinggian tahun 2011......................

Gambar 2.1. Teori domino...............................................................................

13

Gambar 2.2. Teori Swiss cheese ......................................................................

14

Gambar 2.3. Human factor Theory ..................................................................

15

Gambar 2.4. Acident/incident theory ...............................................................

16

Gambar 2.5. Proses manajemen risiko .............................................................

19

Gambar 2.6. Detail proses manajemen risiko ..................................................

20

Gambar 3.1. Kerangka teori .............................................................................

39

Gambar 3.2. Kerangka konsep .........................................................................

40

Gambar 6.1. Proses pemasangan ring kolom ...................................................

52

Gambar 6.2. Perahu..........................................................................................

53

Gambar 6.3. Pengangkutan perahu ..................................................................

54

Gambar 6.4. Pemasangan bekisting .................................................................

54

Gambar 6.5. pemasangan bekisting kolom ......................................................

51

xviii

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi K3


Lampiran 2. Struktur organisasi panitia Pembina keselamatan, kesehatan kerja
dan lingkungan (P2K3L)

xix

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Menurut ILO/WHO Joint safety and Health Committee, keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) merupakan suatu promosi dan peningkatan tingkat fisik, mental
dan kesejahteraan dari setiap pekerjaan, mencegah pekerja dari penyakit akibat kerja,
melindungi pekerja dari risiko dan faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan,
menempatkan dan mengatur pekerja untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan
untuk mempermudah adaptasi pekerja terhadap pekerjaannya masing-masing..
Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut undangundang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, setiap tenaga kerja berhak
mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
Menurut Peraturan Menakertrans No. PER.01/MEN/1980 tentang kesehatan
dan keselamatan kerja pada konstruksi bangunan, dengan semakin meningkatnya
pembangunan dengan penggunaan teknologi modern, harus diimbangi pula dengan
upaya keselamatan tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat kerja. Namun
pada kenyataannya masih terdapat banyak kasus kecelakaan yang terjadi menimpa
pekerja. Selama 2010, Jamsostek mencatat terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak
98.711 kasus dan sebanyak 2.191 tenaga kerja meninggal dunia dari kasus-kasus
kecelakaan

tersebut

dan

6.667

orang

mengalami

cacat

permanen.

www.metronews.com
Angka kecelakaan kerja di Indonesia termasuk yang paling tinggi di kawasan
ASEAN. Hampir 32% kasus kecelakaan kerja yang ada di Indonesia terjadi di sektor
konstruksi yang meliputi semua jenis pekerjaan proyek gedung, jalan, jembatan,
terowongan, irigasi bendungan dan sejenisnya. (Ridwan, 2010)
Pada tahun 2010 sampai 2011 terdapat 50 kasus kecelakaan fatal yang terjadi
pada

pekerja

konstruksi.

Sebanyak

79000

pekerja

mengalami

sakit.

(www.hse.gov.uk)

1
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Tenaga kerja di bidang konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga
kerja di seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Konstruksi
adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping
sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan.
Jumlah tenaga kerja di bidang konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53%
di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar,
bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan
formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga berstatus tenaga kerja harian lepas
atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang formal dengan perusahaan.
Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya
dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem
Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi (Karim, 2009)
Pekerjaan yang dilakukan di bidang konstruksi pada dasarnya merupakan
pekerjaan yang berbahaya dan sangat mungkin menyebabkan kecelakaan. Penyebab
mengapa kecelakaan konstruksi sangat berbahaya adalah karena sifat pekerjaan di
bidang konstruksi yang dinamis dan selalu mengalami perubahan. Pekerjaan berubah
ketika suatu tahapan pekerjaan telah selesai, begitu juga dengan komposisi pekerja
yang selalu berubah untuk menyesuaikan dengan tahapan pekerjaan, kemudian yang
tak kalah penting adalah perubahan cuaca, karena pada umumnya pekerjaan pada
konstruksi dilakukan diluar ruangan sehingga perubahan cuaca secara otomatis akan
merubah kondisi lingkungan kerja. (Hinze, 1997).
Berdasarkan

data

Departemen

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

(Depnakertrans) RI, pekerjaan konstruksi yang dilakukan di ketinggian memiliki


risiko paling tinggi. Pada rentang 2002 hingga akhir 2005 lalu, tercatat sebanyak
78.000 kasus kecelakaan dan menyebabkan 5.000 orang pekerja meninggal dunia.
(http://www.ppk.lipi.go.id).
Berdasarkan data dari PT. X terkait dengan kasus kejadian kecelakaan di
ketinggian, terdapat 13 kasus yang terjadi selama tahun 2011. Rincian dari kejadian
tersebut terlihat pada diagram berikut:

Universitas Indonesia
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Data kecelakaan jatuh dari ketinggian tahun 2011


3.5
3
2.5
jumlah

2
1.5
1
0.5
0

Bulan

Gambar 1.1. Data kecelakaan jatuh dari ketinggian tahun 2011

Untuk menghindari terjadinya hal tersebut maka perlu dilakukan identifikasi


risiko untuk seluruh proses pekerjaan yang ada pada konstruksi tersebut. Dengan
adanya identifikasi bahaya maka diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan pihak
yang terlibat di konstruksi dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang mempunyai
potensi kecelakaan kerja yang tinggi. Dari identifikasi bahaya ini dapat dilakukan
analisis risiko. Analisis risiko dapat digunakan untuk mengetahui tingkat risiko
sehingga dapat diterapkan proiritas penanggulangan risiko.
Melihat besarnya permasalahan diatas, maka untuk menurunkan angka
kecelakaan kerja perlu diadakan program pencegahan kecelakaan kerja, salah satunya
dengan melaksanakan identifikasi bahaya dan penilaian risiko untuk mengetahui
bahaya serta potensi risiko yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya tersebut. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk memberikan penilaian risiko keselamatan kerja yang
terdapat pada proses pemasangan ring kolom dan pemasangan bekisting di ketinggian

Universitas Indonesia
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

pada pembangunan gedung XY Tahun 2011 dengan tujuan akhir penelitian yaitu
mendapatkan tingkat risiko (level of risk).

1.2

Rumusan Masalah
PT. X telah melakukan risk assessment terhadap pekerjaan yang dilakukan,

namun masih terdapat kecelakaan yang disebabkan karena pekerjaan yang dilakukan
diketinggian. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai penilaian risiko
keselamatan kerja pada proses pekerjaan pemasangan ring kolom dan pemasangan
bekisting di ketinggian, untuk meninjau kembali risk assessment yang telah dibuat
oleh PT. X.

1.3

Pertanyaan Penelitian
-

Bagaimana potensi bahaya dari pekerjaan pemasangan ring kolom dan


pemasangan bekisting di ketinggian pembangunan gedung XY yang
dilakukan oleh PT. X.

Bagaimana tingkat konsekuensi dari risiko keselamatan kerja pada


pekerjaan pemasangan ring kolom dan pemasangan bekisting

di

ketinggian pembanguanan gedung XY yang dilakukan oleh PT. X


-

Bagaimana

tingkat

probability

/kemungkinan

terjadinya

risiko

keselamatan kerja pada pekerjaan pemasangan ring kolom dan bekisting


di ketinggian pembangunan yang dilakukan oleh PT. X
-

Bagaimana tingkat exposure/frekuensi paparan dari risiko keselamatan


kerja pada pekerjaan pemasangan ring kolom dan bekisting di ketinggian
pembangunan gedung XY yang dilakukan oleh PT. X

1.4

Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum


Mengetahui tingkat risiko pada proses pekerjaaan pemasangan ring kolom
dan bekisting di ketinggian pembangunan gedung XY yang dilakukan oleh PT. X

Universitas Indonesia
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

1.4.2 Tujuan Khusus


a)

Mengetahui potensi bahaya dari pekerjaan pemasangan ring kolom dan


pemasangan bekisting di ketinggian pada pembangunan gedung XY yang
dilakukan oleh PT. X.

b) Mengetahui tingkat konsekuensi dari risiko keselamatan kerja dari


pekerjaan pemasangan ring kolom dan pemasangan bekisting di
ketinggian pada pembangunan gedung XY yang dilakukan oleh PT. X
c)

Mengetahui

tingkat

probability

/kemungkinan

terjadinya

risiko

keselamatan kerja dari pekerjaan pemasangan ring kolom dan bekisting di


ketinggian pada pembangunan gedung XY yang dilakukan oleh PT. X
d) Mengetahui tingkat exposure/frekuensi paparan dari risiko keselamatan
kerja dari masing-masing pekerjaan pemasangan ring kolom dan
bekisting di ketinggian pada pembangunan gedung XY yang dilakukan
oleh PT. X.

1.5

Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti


a)

Dapat mengembangkan ilmu yang didapat terutama dalam hal penilaian


risiko di bidang konstruksi.

b) Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman setelah melakukan


penelitian.
c)

Pengetahuan yang didapat dari penelitian dapat dijadikan pedoman dalam


melaksanakan tugas atau pekerjaan lapangan.

1.5.2 Bagi Perusahaan


Dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan untuk meningkatkan
kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya untuk meminimalkan risiko
yang ada pada proses pembangunan tersebut.

Universitas Indonesia
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

1.6

Ruang Lingkup
Penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2011 adalah untuk menilai

tingkat risiko keselamatan kerja pada proyek pembangunan gedung XY pada proses
pemasangan ring kolom dan pemasangan bekisting di ketinggian.
Penilaian risiko yang dilakukan menggunakan analisis risiko semi kuantitatif
dengan melakukan penilaian

terhadap tingkat konsekuensi, probability, dan

exposure.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara mengobservasi tempat kerja
secara langsung dan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Sedangkan pengumpulan
data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari dokumen perusahaan
serta studi literatur.

Universitas Indonesia
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Bahaya

2.1.1. Definisi Bahaya


Canadian Centre for Occupational Health and Safety (2009) menjelaskan
bahwa ada banyak definisi mengenai bahaya, namun istilah ini akan menjadi
sangat umum saat dibicarakan pada keselamatan dan kesehatan ditempat kerja
dimana suatu bahaya (hazard) bisa menjadi sumber dari potensi kerusakan,
gangguan efek kesehatan yang mempengaruhi sesuatu atau seseorang di bawah
kondisi-kondisi tertentu dtempat kerja (workplace).
Menurut Taylor (2004) pada buku Enhancing Occupational Safety and
Health definisi dari bahaya adalah segala sesuatu atau kondisi yang berpotensi
menyebabkan kecelakaan atau membahayakan kesehatan atau sumber potensial
yang dapat merusak energi.

2.1.2. Jenis-jenis bahaya


Dalam kehidupan banyak sekali bahaya yang ada di sekitar kita. Bahayabahaya itu dapat menyebabkan kecelakaan. Menurut Ramli (2010) jenis-jenis
bahaya itu antara lain:
Jenis-jenis bahaya diklasifikasikan sebagai berikut:
1.

Bahaya mekanis
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda yang
bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual
maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, popong, press,
tempa.
Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan
mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan
lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cidera atau kerusakan
seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.

7
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

2.

Bahaya listrik
Sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan
hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik,
baik dari jaringan listrik maupun peralatan kerja atau mesin mesin yang
menggunankan energi listrik.

3.

Bahaya Kimiawi
Jenis bahaya yang bersumber dari senyawa atau unsur atau bahan
kimia. Bahan kimia mengandung bernagai potensi bahaya sesuai dengan
sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi.
Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:
-

Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun

Iritasi oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam
kuat, dll.

4.

Kebakaran dan ledakan.

Polusi dan pencemaran lingkungan.

Bahaya Fisik
Bahaya yang berasal dri faktor-faktor fisik seperti:

5.

Bising

Tekanan

Getaran

Suhu panas atau dingin

Cahaya atau penerangan

Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah.

Bahaya Biologis
Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari
unsur biologis seperti flora fauna yang terdapat dilingkungan kerja atau
berasal dari aktifitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri
makanan, farmasi, pertanian, pertambangan, minyak dan gas bumi. (Ramli,
2010)

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

6.

Bahaya Ergonomi
Bahaya yang disebabkan karena desain kerja, penataan tempat kerja
yang tidak nyaman bagi pekerja sehingga dapat menimbulkan kelelahan
pada pekerja.

7.

Bahaya Psikologis
Bahaya yang disebabkan karena jam kerja yang panjang, shift kerja
yang tidak menentu, hubungan antara pekerja yang kurang baik. Hal ini
juga dapat ditimbulkan karena faktor stress berupa pembagian pekerjaan
yang tidak proporsional, serta mengabaikan kehidupan sosial pekerja.(
Kurniawidjaja, 2010)

2.2.

Risiko

2.2.1. Definisi Risiko


Menurut Canadian Centre for Occupational Health and Safety (2009)
risiko merupakan kemungkinan atau kesempatan seseorang akan dirugikan atau
mengalami gangguan kesehatan jika terkena bahaya. Dalam hal ini juga termasuk
properti atau kehilangan peralatan.
2.2.2. Jenis-jenis Risiko
Menurut Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau
perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar.
Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat,
lingkup, skala, dan jenis kegiatannya antara lain :
1. Risiko keuangan (financial risk)
Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai risiko financial yang
berkaitan dengan aspek keuangan. Ada berbagai risiko financial seperti
piutang macet, perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain.
Risiko keuangan ini harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak
mengalami kerugian atau bahkan sampai gulung tikar.
2. Risiko pasar (market risk)
Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya
dikonsumsi atau digunakan secara luas oleh masyarakat. Setiap perusahaan
mempunyai tanggung jawab terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

10

Perusahaan wajib menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikan
aman bagi konsumen. Dalam Undang-undang No. 8 tahun 1986 tentang
Perlindungan Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap
produk dan jasa yang dihasilkannya termasuk keselamatan konsumen atau
produk (product safety atau product liability).
3. Risiko alam (natural risk)
Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan
dapat terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya.
Bencana alam dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami,
tanah longsor, banjir, dan letusan gunung berapi. Disamping korban jiwa,
bencana alam juga mengakibatkan kerugaian materil yang sangat besar yang
memerlukan waktu pemulihan yang lama.
4. Risiko operasional
Risiko dapat berasal dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan
bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan
yang memiliki sistem manajemen yang kurang baik mempunyai risiko untuk
mengalami kerugian. Risiko operasional suatu perusahaan tergantung dari
jenis, bentuk dan skala bisnisnya masing-masing. Yang termasuk kedalam
risiko operasional antara lain :
a. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan asset paling berharga dan menentukan
dalam operasi perusahaan. Pada dasarnya perusahaan telah mengambil
risiko yang berkaitan dengan ketenagakerjaan ketika perusahaan
memutuskan untuk menerima seseorang bekerja. Perusahaan harus
membayar gaji yang memadai bagi pekerjanya serta memberikan jaminan
sosial yang diwajibkan menurut perundangan. Di samping itu perusahaan
juga harus memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
serta membayar tunjangan jika tenaga kerja mendapat kecelakaan.
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau
menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kegagalan dalam proses
produksi.

Mempekerjakan

pekerja

yang

tidak

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

terampil,

kurang

Universitas Indonesia

11

pengetahuan, sembrono atau lalai dapat menimbulkan risiko yang serius


terhadap keselamatan.
b. Teknologi
Aspek teknologi di samping bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas juga mengandung berbagai risiko. Penggunaan mesin
modern misalnya dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan pengurangan
tenaga kerja. Teknologi juga bersifat dinamis dan terus berkembang
dengan inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap perkembangan
teknologi akan mengalami kemunduran dan tidak mampu bersaing
dengan perusahaan lain yang menggunakan teknologi yang lebih baik.
c. Risiko K3
Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya
yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia,
peralatan, material dan lingkungan kerja. Umumnya risiko K3
dikonotasikan sebagai hal yang negatif (negative impact) seperti :
Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan asset perusahaan
Kebakaran dan peledakan
Penyakit akibat kerja
Kerusakan sarana produksi
Gangguan operasi
5. Risiko keamanan (security risk)
Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha
atau kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data
informasi, data keuangan, formula produk, dll. Di daerah yang mengalami
konflik, gangguan keamanan dapat menghambat atau bahkan menghentikan
kegiatan perusahaan.
Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem
manajemen keamanan dengan pendekatan manajemen risiko. Manajemen
keamanan dimulai dengan melakukan semua potensi risiko keamanan yang
ada dalam kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya
melakukan langkah pencegahan dan pengamanannya.
6. Risiko sosial

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

12

Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan


lingkungan sosial dimana perusahaan beroperasi. Aspek sosial budaya
seperti tingkat kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat
menimbulkan risiko baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat
yang tidak peduli terhadap aspek keselamatan akan mempengaruhi
keselamatan operasi perusahaan. (Ramli, 2010)

2.3.

Kecelakaan Kerja

2.3.1. Definisi Kecelakaan Kerja


Dalam buku Industrial Safety, Colling, mendefiniskan kecelakaan kerja
sebagai kejadian tak terkontrol atau tak direncanakan yang disebabkan oleh faktor
manusia, situasi, atau lingkungan, yang membuat terganggunya proses kerja
dengan atau tanpa berakibat pada cedera, sakit, kematian, atau kerusakan properti
kerja.

2.3.2. Teori-teori Kecelakaan Kerja


Menurut Geotsch (2008) dalam buku Occupational and Health for
Technologist, Engineers, and Manager menyebutkan bahwa kecelakaan menjadi
perhatian bagi pembuat kebijakan K3, karena selain untuk mencegah kecelakaan
mereka juga perlu mngetahui penyebab kecelakaan. Beberapa teori terkait dengan
kecelakaan kerja antara lain:
1. Teori domino
Menurut H.W. Heinrich kejadian sebuah cidera disebabkan oleh bermacammacam faktor yang terangkai, dimana pada akhir dari rangkaian itu adalah cidera
(loss). Kecelakaan yang menimbulkan cidera disebabkan secara langsung oleh
perilaku yang tidak aman dan atau potensi bahaya mekanik atau fisik. Prinsip
dasar tersebut kemudian dikenal dengan Teori Domino, dimana Heinrich
menggambarkan seri rangkaian terkadinya kecelakaan.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

13

Gambar 2.1. Teori Domino


Sumber: www.google.co.id

Teori domino disebutkan oleh W.H Heinrich terdiri dari 5 elemen, yaitu :
-

Ancestry and sosial environment : karakter negatif dari seseorang


untuk berperilaku tidak aman, seperti ceroboh. Selain itu, pengaruh
lingkungan sosial juga dapat menyebabkan seseorang membuat
kesalahan.

Fault of person : karakter negatif yang menyebabkan kesalahan pada


seseorang yang menjadi penyebab melakukan tindakan tidak aman.

Unsafe act and/or mechanical or physical hazard : tindakan tidak


aman seseorang

Accident : kejadian kecelakaan, seperti jatuh, terkena benda yang


menghasilkan penyebab kecelakaan.

Injury : cidera yang merupakan hasil dari kecelakaan

Penggunaan teori domino ini digunakan sebagai petunjuk pertama, satu


domino dapat menghancurkan empat domino yang lain, kecuali pada titik teretntu
sebuah domino diangkat untuk menghentikan rangkaian. Domino yang paling
mudah dan paling efktif dihilangkan adalah domino yang tengah yang berlabel
tindakan dan atau kondisi tidak aman. Menurut penelitian yang dilakukannya,
tindakan tidak aman ini menyumbang 98% penyebab kecelakaan. (Geotsch, 2008)

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

14

2. Teori Swiss Cheese


Di teori ini, James Reason membagi penyebab kelalaian atau kesalahan
manusia menjadi 4 tingkatan:
1. Tindakan tidak aman (unsafe acts)
2. Pra-kondisi yang dapat menyebabkan tindakan tidak aman (preconditions
for unsafe acts)
3. Pengawasan yang tidak aman (unsafe supervision)
4. Pengaruh organisasi (organizational influences).
Dalam Swiss Cheese Model, berbagai macam tipe dari kesalahan manusia
ini merepresentasikan lubang pada sebuah keju. Jika keempat keju ini (unsafe act,
preconditions for unsafe acts, unsafe supervisions, and organizational influences)
sama-sama mempunyai lubang, maka kecelakaan menjadi tak terhindarkan.(Naval
Safety Center)

Gambar 2.2. Teori Swiss Cheese


Sumber: www.google.co.id

3. Human Factors Theory


Menurut Geotsch (2008) teori human factor menyebutkan kecelakaan
disebabkan karena kesalahan manusia. Teori ini dikembangkan oleh Ferrel. Ada
tiga faktor yang menyebabkan kesalahan manusia yaitu: overload, inappropriate
response dan incompatibility dan inapproriate activities.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

15

a. Overload adalah Ketidakseimbangan antara beban kerja dan kapasitas


yang dimiliki pekerja dalam melakukan pekerjaan. Selain beban kerja
individu, terdapat juga beban tambahan dari faktor lingkungan (contohnya
kebisingan dan gangguan lainnya), faktor internal (contohnya mas alah
pribadi, stress emosional, rasa cemas, dan lain -lain),
lain), serta faktor situasi
(misalnya tingkat risiko, instruksi yang tidak jelas, dan lain -lain)
b. Respon yang tidak tepat adalah bagaimana seseorang menghadapi situasi
yang dapat
pat mengakibatkan kecelakaan. Bila
B la seseorang mendeteksi adanya
bahaya namun tidak melakukan apa -apa
apa untuk mencegahnya, maka itu
berarti dia telah melakukan respon yang tidak tepat.
c. Aktifitas yang tidak tepat adalah ketidaktahuan seseo rang dalam
melakukann pekerjaan. Contohnya seseorang yang mengerjakan suatu
pekerjaan namun orang tersebut belum terlatih untuk melakukan pekerjaan
tersebut.

Gambar 2.3. Human factor Theory


Sumber: Geotsch (2008) dalam buku Occupational and Health for Technologist, Engineers, and
Manager

4. Accident/Incident Model
Teori ini dikembangkan oleh Dan Petersen. Teori ini merupakan
pengembangan dari Ferrels Human Factor Theory dan Heinrichs Domino
Theory.. Menurut Petersen, human error terjadi karena overload, ergonomic
traps, dan decision to error.
error Human error dapat menjadi penyebab langsung
terjadinya kecelakaan atau dapat menyebabkan kegagalan sistem yang
akhirnya juga dapat menyebabkan kecelakaan.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

16

Komponen kegagalan sistem adalah kontribusi yang penting menurut


teori Peterson. Pertama, hal ini menunjukkan potensi hubungan penyebab
antara keputuan manajemen atau prilaku manajemen dan keselamatan.
Kedua, itu membangun peran manajemen dalam mencegah kecelakaan seperti
konsep keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Kegagalan itu dapat
disebabkan karena manajemen tidak membangun kebijakan keselamatan,
tanggung jawab yang berkaitan dengan keselamatan tidak secara jelas
ditentukan, prosedur keselamatan seperti standar, inspeksi, pengukuran,
investigasi diabaikan, pekerja tidak diberikan pelatihan.(Geotsh, 2008)

Petersens Accident/Incident Theory

Overload

Ergonomic Trap

Decision to Error

-Pressure

-Incompatible

-Misjugdement of

- Fatigue

workstation (size,

the risk

-Motivation

force, reach)

-Unconscious desire

-Drugs

-Incompatible

to error

-Alcohol

expectation

-Logical decision

-Worry

based on the
situation
HUMAN ERROR

Sistem Failure
-Policy

Accident

-Responsibility
-Training
-Inspection
-Correction

Injury/Damage

-Standards

Gambar 2.4. Accident/Incident Theory


Sumber: Geotsch (2008) dalam buku Occupational and Health for Technologist, Engineers, and
Manager

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

17

2.4.

Manajemen risiko

2.4.1. Gambaran umum


Berdasarkan

Standar Australia AS/NZS 4360:2004, manajemen risiko

adalah suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan
dengan baik, mempunyai urutan (langkah-langkah) dan membantu dalam
pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang
dapat ditimbulkan. Manajemen risiko merupakan metode yang sistematis yang
terdiri dari menetapkan konteks, mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi,
perlakuan, monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan
aktivitas apapun, proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian
perusahaan.

2.4.2. Jenis-jenis Penilaian Risiko


Menurut Kolluru (1996), tipe penilaian risiko dan focus dari penilaian risiko
terdiri dari:
Risiko keselamatan
Umumnya mempunyai kemungkinan rendah untuk level exposure
tinggi, konsekuensi kecelakaan yang tinggi, efek akut, dan immediate.
Waktu

untuk respon kritis secara jelas berhubungan. Fokus pada

keselamatan manusia dan mencegah kerugian.


Risiko kesehatan
Umumnya merupakan kemungkinan yang besar pada paparan tingkat
rendah. Konsekuensi rendah, masa laten yang panjang, efek yang
tertunda. Fokus pada kesehatan manusia, terutama disekitar tempat
kerja atau fasilitas.
Risiko lingkungan
Memuat interaksi antara populasi, komunitas, ekosistem pada level
mikro dan makro. Sangat tidak pasti dalam sebab dan akibat. Fokus
pada habitat dan pengaruh ekosistem yang dapat bermanifestasi secara
tidak langsung dari sumber perhatian.
Risiko kesejahteraan

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

18

Persepsi komunitas dan masyarakat tentang produk organisasi.


Kedulian terhadap estetika, nilai properti, dan sumber daya alam.
Dampak negatif pada persepsi masyarakat ditimbulkan segera;
memberikan perubahaan positif yang lambat. Fokus pada persepsi
masyarakat dan nilai-nilai.
Risiko keuangan
Risiko jangka pendek dan jangka panjang terhadap peralatan atau
hilangnya pendapatan, Kembali pada investasi lingkungan, kesehatan,
dan keselamatan. Fokus pada operasional dan keuangan.

2.4.3. Proses Manajemen risiko


Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Proses
manajemen risko sebagaimana yang terdapat dalam Risk Management Standard
AS/NZS 4360, yang meliputi :
1. Komunikasi dan konsultasi
2. Menentukan konteks (tujuan)
3. Identifikasi risiko
4. Analisis risiko
5. Evaluasi risiko
6. Pengendalian risiko
7. Monitor dan review

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

19

Identifikasi Bahaya

Analisis Risiko

Monitor dan Review

Komunikasi dan Konsultasi

Menentukan Konteks

Evaluasi Risiko

Pengendalian Risiko

Gambar 2.5. Proses Manajemen Risiko


Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk management guideline

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

20

Menetapkan Konteks
Konteks strategis
Konteks organisasi
Konteks manajemen risiko
Pengembangan kriteria
Penentuan struktur

Analisis Risiko
Menentukan pengendalian yang ada
Menentukan
Konsekuensi

Monitoring dan Review

Pengkomunikasian dan Konsultasi

Identifikasi Risiko
Apa yang dapat terjadi ?
Bagaimana bisa terjadi ?

Menentukan
Kemungkinan

Estimasi Level of Risk

Evaluasi Risiko
Perbandingan dengan kriteria
Menentukan prioritas risiko

yes
Accept
Risk
No
Pengendalian Risiko
Identifikasi pemilihan pengendalian
Evaluasi pemilihan pengendalian
Memilih pengendalian
Menyiapkan rencana pengendalian
Implementasi pengendalian

Gambar 2.6.

Detail Proses manajemen risiko

Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk management guideline

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

21

2.4.3.1. Komunikasi dan Konsultasi


Manajemen risiko harus dikomunikasikan sehingga dapat diketahui oleh
semua pihak. Komunikasi yang digunakan dapat berupa edaran, petunjuk praktis,
forum komunikasi, buku panduan atau pedoman kerja. Komunikasi harus mudah
dipakai oleh semua pihak sehingga perlu dirancang sesuai dengan sasaran yang
diinginkan.
Dalam proses manajemen risiko semua pihak harus dilibatkan sesuai
dengan propoorsinya masing-masing dan lingkup kegiatannya.

2.4.3.2. Menentukan konteks (tujuan)


Rincian dari proses manajemen risiko ditunjukkan pada Gambar 2.6.
Proses

ini

terjadi

dalam

kerangka

strategi

organisasi,

organisasi dan konteks manajemen risiko.


Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan parameter dasar dimana risiko
harus dikelola dan memberikan pedoman untuk pengambilan keputusan dalam
manajemen risiko yang lebih rinci.
a.

Menetapkan konteks strategis


Menentukan

hubungan

antara

organisasi

dan

lingkungan,

mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman organisasi.


Konteks meliputi, keuangan operasional, kompetitif, politik (persepsi publik
/ gambar), sosial, klien, budaya dan aspek hukum dari fungsi organisasi.
Identifikasi

internal dan eksternal oleh pemangku kepentingan, dan

mempertimbangkan tujuan mereka, mempertimbangkan persepsi mereka,


dan menetapkan kebijakan komunikasi.
b.

Membangun konteks organisasi


Sebelum

studi

manajemen

risiko

dimulai,

maka

diperlukan

pemahaman organisasi dan kemampuannya, seperti tujuan dan objektif,


strategi untuk mencapai tujuan itu.
Hal ini penting untuk alasan-alasan berikut:
1.

Manajemen risiko ditempatkan untuk konteks tujuan yang lebih


luas,objektif dan strategi organisasi;

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

22

2.

Kegagalan untuk mencapai

tujuan organisasi atau aktifitas

spesifik, atau proyek berdasarkan risiko yang akan dikelola.


3.

kebijakan dan tujuan organisasi membantu menentukan kriteria


dimana suatu risiko dapat diterima atau tidak, dan sebagai dasar
pilihan untuk perbaikan.

c.

Membangun konteks manajemen risiko


Dalam konteks manajemen risiko organisasi perlu menetapkan tujuan,

strategi, ruang lingkup dan parameter dari aktivitas atau bagian dari
organisasi dimana proses manajemen risiko harus dilaksanakan dan
ditetapkan. Proses tersebut dilakukan dengan pemikiran dan pertimbangan
yang matang untuk memenuhi keseimbangan biaya, keuntungan dan
kesempatan. Prasyarat sumber risiko dan pencatatannya dibuat secara
spesifik. Dalam melakukan aktivitas manajemen risiko, organisasi perlu
menetapkan ruang lingkup dan batasan-batasan. Menetapkan ruang lingkup
dan batas-batas penerapan proses manajemen risiko meliputi :
1.

Menentukan proyek atau aktifitas dan membangun tujuan.

2.

Menentukan waktu dan lokasi proyek

3.

Identifikasi studi pelaksanaan, ruang lingkup, sasaran dan sumber


daya yang diperlukan

4.

Menentukan

luas

dan

kegiatan

manajemen

risiko

yang komprehensif
d.

Pengembangan kriteria evaluasi risiko


Menentukan

tentang

kriteria yang risikonya akan dievaluasi. keputusan

penerimaan

operasional,

teknis,

dan

perbaikan

keuangan,

hukum,

risiko

didasarkan

pada

sosial,

kemanusiaan

atau

kriteria lainnya. Ini sering tergantung pada kebijakan internal organisasi,


tujuan dan kepentingan pemangku kepentingan. Kriteria dapat dipengaruhi
oleh persepsi internal dan eksternal dan persyaratan legal. Suatu hal yang
penting bahwa kriteria yang tepat ditentukan pada awal.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

23

2.4.3.3. Identifikasi risiko


Langkah ini berusaha untuk mengidentifikasi risiko yang akan dikelola.
Identifikasi Komprehensif harus menggunakan struktur sistematis yang baik, hal
ini sangat penting karena risiko potensial tidak diidentifikasi pada tahap ini karena
termasuk dalam analisis lebih lanjut. Identifikasi harus mencakup semua risiko
baik yang ada atau tidak dalam organisasi. Tujuannya untuk menghasilkan daftar
yang komprehensif dari suatu peristiwa yang dapat memberikan pengaruh
terhadap setiap struktur elemen.
Memiliki daftar identifikasi dari suatu peristiwa, diperlukan untuk
menentukan kemungkinan penyebab dan skenario. Ada berbagai cara untuk
memulai suatu peristiwa. (AS/NZS 4360:2004)
Metode dan teknik yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko
diantarnya yaitu metode checklist, penilaian berdasarkan pengalaman dan
pencatatan, flowcharts, brainstorming, analisis sistem, analisis skenario dan
teknik sistem engineering.
Menurut DiBerardinis (1999) proses identifikasi yang biasa dilakukan
dapat berupa:
a.

Cheklist safety
Cheklist safety biasa digunakan sebagai langkah awal atau tinjauan

dari aspek keselamatan dalam suatu situasi. Checklist dapat diterapkan


setiap melakukan tinjauan. Dapat digunakan selama evaluasi setiap
bagian peralatan.
Pada

umumnya checklist terdiri dari daftar pertanyaan yang

berkaitan dengan situasi. Tujuan utama adalah untuk melihat bahwa


aspek keselamatan dari situasi tersebut teridentifikasi sehingga diskusi
lebih lanjut dan analisis dapat dilakukan.

b.

Job Safety Anlaysis (JSA)


JSA adalah sebuah teknik analisis bahaya yang digunakan untuk

mengidentifikasi bahaya yang ada pada pekerjaan seseorang dan untuk


mengembangkan pengendalian yang tepat untuk mengurangi risiko. JSA

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

24

umumnya tidak digunakan untuk melakukan peninjauan desain atau


memahami bahaya dari suatu proses kompleks.
JSA merupakan suatu analisis yang menghasilkan sebuah
rekomendasi dari tinjauan proses hazard yang lebih detail.
Hasil dari JSA ini harus dituliskan dalam bentuk formal, yaitu
berupa prosedur untuk setiap pekerjaan. Langkah-langkah dalam
membuat JSA antara lain:
1. Memilih pekerjaan untuk ditinjau ulang
2. Membagi-bagi pekerjaan dalam beberapa langkah
3. Mengidentifikasi potensi bahaya di setiap langkah
4. Menetapkan tindakan atau prosedur untuk mengurangi potensi
bahaya.
5. Teknik ini bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisis
bahaya dalam suatu pekerjaan. (Dibernandis, 2008)
Hal ini sejalan dengan pendekatan sebab kecelakaan yang bermula
dari adanya kondisi atau tindakan tidak aman saat melakukan suatu
aktivitas. Karen itu dengan melakukan identifikasi bahaya pada setiap
jenis pekerjaan dapat dilakukan langkah pencegahan yang tepat dan
efektif. (Ramli,2010)
Beberapa keuntungan dalam penggunaan JSA adalah karena JSA
mudah dimengerti, tidak perlu melakukan training, dapat dilakukan
dengan mudah karena pengalaman seseorang. Hasil dari JSA ini dapat
digunakan untuk melatih pekerja baru.

c.

What if
Merupakan suatu teknik analisis dengan metode brainstorming,

untuk menentukan hal-hal apa saja yang mungkin salah, dan risiko dari
setiap situasi. Langkah-langkah dalam menggunakan metode ini natara
lain:
1. Mengembangkan pertanyaan what if
2. Menentukan jawaban
3. Menilai risiko dan membuat rekomendasi

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

25

Tujuan dari teknik ini adalah untuk mengidentifikasi kemungkinan


adanya kejadian yang tidak diinginkan dan menimbulkan suatu
konsekuensi serius. Melalui teknik ini dapat dilakukan penilaian terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpangan rancang bangun, konstruksi, atau
modifikasi dari yang diinginkan.

d.

Hazard And Operability Analysis (HAZOP)


Merupakan teknik identifikasi bahaya yang digunakan untuk

industri proses seperti industri kimia, petrokimia dan kilang minyak.


Sebaiknya dilakukan oleh orang yang tepat. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan kata-kata kunci. Langkah-langkah dalam melakukan
identifikasi menggunakan HAZOP antara lain;
1. Menentukan suatu barisan atau tempat
2. Menjelaskan desain suatu barisan atau tempat dari suatu proses
3. Memilih parameter proses yang berhubungan dengan barisan
atau tempat.
4. Menggunakan kata kunci untuk semua parameter
5. Membuat daftar konsekuensi dan penyebab penyimpangan
6. Menentukan risiko
7. Memberikan rekomendasi
Teknik HAZOP merupakan sistem yang sangat terstruktur dan
sistematis sehingga dapat enghasilkan kajian yang komprehensif. Kajian
HAZOP juga bersifat multidisiplin sehingga hasil kajian akan lebih
mendalam dan rinci karena telah ditinjau dari berbagai latar belakang
disiplin dan kehlian.

e.

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)


Teknik ini ditujukan untuk menilai potensi kegagalan dalam

produk atau proses. Metode ini digunakan untuk manajemen risiko.


FMEA adalah suatu tabulasi dari sistem, peralatan pabrik, dan pola
kegagalan serta efek terhadap operasi. FMEA adalah uraian mengenai
bagaimana suatu peralatan dapat mengalami kegagalan.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

26

FMEA sangat bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai


tingkat kerawanan dari suatu komponen atau sub sistem atau dapat
membantu

dalam

menentukan

skala

prioritas

dalam

program

pemeliharaan, penyediaan komponen dan pengoperasian suatu alat;


menekan biaya operasi dan pemeliharaan fasilitas.
Langkah-langkah dalam melakukan FMEA antara lain:
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan peralatan
2. Menentukan penyebab kegagalan
3. Menentukan efek dari kegagalan
4. Menentukan Risiko

f.

Fault Tree Analysis (FTA)


FTA

menggunakan metode analisis yang bersifat deduktif.

Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak yang mungkin terjadi


dalam sistem, kemudian semua kejadian yang dapat menimbulkan akibat
dari kejadian puncak tersebut diidentifikasi dalam bentuk pohon logika
kearah bawah
FTA mrupakan metode yang dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana suatu kecelakaan spesifik dapat terjadi.

g.

Event Tree Analysis (ETA)


Metode ini menunjukkan dampak yang mungkin terjadi diawali

dengan mengidentifikasi pemicu kejadian dan proses dalam setiap


tahapan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan. Sehingga dalam ETA
perlu diketahui pemicu dari kejadian dan fungsi sistem keselamatan atau
prosedur kegawatdaruratan yang tersedia untuk menentukan langkah
perbaikan dampak yang ditimbulkan oleh pemicu kejadian. (Diberardinis,
1999)

2.4.3.4. Analisis Risiko


Tujuan dari analisis risiko adalah untuk memisahkan risiko kecil dengan
risiko yang besar dan menyediakan data evaluasi dan perbaikan risiko. Analisis

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

27

risiko mempertimbangkan sumber dari risiko, konsekuensi dan kemungkinan dari


konsekuensi yang mungkin terjadi. faktor yang mempengaruhi kemungkinan dan
konsekuensi mungkin diidentifikasi. Risiko dianalisis dengan menggabungkan
perkiraan konsekuensi dan kemungkinan dalam konteks pengendalian yang ada.
Untuk menghindari penyimpangan dari sumber informasi yang tersedia
dan teknik yang digunakan ketika menganalisis konsekuensi dan kemungkinan.
Sumber informasi harus meliputi:
a. Catatan-catatan terdahulu
b. Pengalaman kejadian yang relevan
c. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di industri dan pengalaman-pengalaman
pengendaliannya
d. Literatur-literatur yang beredar dan relevan
e. Marketing tes dan penelitian pasar
f. Percobaan-percobaan dan prototype
g. Model ekonomi, teknik, maupun model yang lain
h. Spesialis dan pendapat-pendapat para pakar

Analisis risiko bergantung pada informasi risiko dan data yang tersedia.
Metode analisis yang digunakan dapat bersifat kualitatif, semikuantitatif, dan
kuantitatif bahkan kombinasi ketiganya.

a. Penilaian risiko dengan analisis kualitatif


Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk
menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur. Hasilnya dapat
termasuk dalam kategori risiko rendah, risiko sedang dan risiko tinggi.
Kemungkinan atau likelihood diberi rentang antara risiko yang jarang
terjadi (rare) sampai dengan risiko yang dapat terjadi setiap saat (almost certain).
Sedangkan untuk keparahan atau konsekuensi dikategorikan antara kejadian yang
tidak menimbulkan cidera atau kerugian kecil sampai dampak yang paling parah
yaitu menimbulkan kejadian fatal (meninggal dunia) atau kerusakan besar
terhadap asset perusahaan.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

28

Tabel. 2.1.

Ukuran kualitatif dari keparahan (consequences)

Tingkat Penjelasan
1

Tidak signifikan

Rendah

Definisi
Tidak ada kecelakaan, sedikit kerugian financial
P3K, penanganan di tempat, kerugian financial
sedang

Sedang

Penanganan

kecelakaan

tingkat

sedang,

penanganan ditempat dengan bantuan pihak luar,


kerugian financial besar.
4

Tinggi

Kecelakaan

besar,

kehilangan

kemampuan

produksi, penanganan luar area tanpa efek negatif


kerugian financial besar
5

Sangat tinggi

Kematian, keracunan hingga luar area dengan


efek gangguan, kerugian financial sangat besar.

Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk management guideline

Tabel 2.2 . Ukuran kualitatif dari kemungkinan (probability)


Tingkat Penjelasan
1

Hampir pasti

Sangat mungkin

Mungkin

Kurang mungkin

Jarang

Definisi
Terjadi hampir di semua keadaan
Sangat mungkin terjadi di semua keadaan
Dapat terjadi sewaktu-waktu
Mungkin terjadi sewaktu-waktu
Hanya dapat terjadi pada keadaan tertentu

Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk management guideline

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

29

Tabel 2.3. matriks analisis risiko kualitatif (level risiko)


Konsekuensi
Tidak
Likelihood

Penting

Ringan

Sedang

Berat

Sangat
berat

A (Sering)

B (Mungkin)

C (Sedang)

D(Tidak

mungkin)
E (Jarang)

Sumber: AS/NZS 4360:2004

Keterangan:
E

: Sangat berisiko dibutuhkan tindakan secepatnya

: Berisiko besar, dibutuhkan perhatian dari manajemen puncak

: Risiko sedang, tanggung jawab manajemen harus spesifik

: Risiko rendah, menangani dengan prosedur rutin

b. Penilaian risiko dengan analisis semikuantitatif


Pada analisis semikuantitatif penilaian numerik diberikan kepada tingkat
likelihood dan consequences berdasarkan penilaian subyektif. Nilai tersebut tidak
mencerminkan secara tepat ukuan relatif dari penilaian deskriptif. Analisis
semikuantitatif harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menghasilkan
penilaian yang membingungkan.
Pada analisis semi kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan diatas
diberi nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan derajat
konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada. Misalnya suatu risiko

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

30

mempunyai tingkat probabilitas sangat mungkin terjadi, kemudian diberi nilai


100. setelah itu dilihat tingkat konsekuensi yang dapat terjadi sangat parah, lalu
diberi nilai 50. Maka tingkat risiko adalah 100 x 50 = 5000. Nilai tingkat risiko ini
kemudian dikonfirmasikan dengan tabel standar yang ada (misalnya dari ANZS/
Australian New Zealand Standard, No. 96, 1999).
Tabel 2.4. Analisis tingkat Consequences
Tingkatan

Deskripsi

Rating

Catastrophe

Kematian banyak orang, aktifitas dihentikan,

100

kerusakan permanen pada lingkungan luas


Disaster

Kematian pada satu hingga beberapa orang, 50


kerusakan permanen pada lingkungan lokal

Very Serious

Cacat permanen, kerusakan temporer lingkungan 25


lokal.

Serious

Cacat non permanen

15

Important

Dibutuhkan perawatan medis, terjadi emisi buangan

tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.


Noticeable

Luka ringan,

sakit

ringan,

kerugian

sedikit, 1

terhentinya kegiatan sementara.


Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk management guideline

Table 2.5. Analisis tingkat Probability


Tingkatan

Deskripsi

Rating

Almost certain

Kejadian yang hampir pasti terjadi jika ada kontak

10

dengan bahaya
Likely
Unusual

Kemungkinan terjadinya 50-50

but Suatu kejadian yang tidak biasa namun masih 3

possible

memiliki kemungkinan untuk terjadi

Remotely

Suatu kejadian yang sangat kecil kemungkinan 1

Possible

terjadinya

Conceivable

Tidak pernah terjadi walaupun telah bertahun-tahun

0.5

terjadi paparan dengan bahaya

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

31

Practically

Secara nyata belum pernah terjadi

0.1

Imposible
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk management guideline

Tabel 2.6. Analisis tingkat Exposure


Tingkatan

Deskripsi

Rating

Continously

Beberapa kali terjadi dalam sehari (terus menerus)

10

Frequently

Sekali terjadi dalam sehari (sering)

Occasionally

Sekali dalam seminggu sampai sekali dalam 3


sebulan (kadang-kadang)

Infrequent

Sekali dalam sebulan hingga sekali dalam setahun 1


(tidak sering)

Rare

Diketahui pernah terjadi (jarang)

0.5

Very rare

Tidak diketahui terjdinya (sangat jarang)

0.1

Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk management guideline

Penilaian Tingkat Risiko


Penentuan tingkat risiko dilakukan setelah ketiga komponen risiko
(Konsekuensi, paparan, dan kemungkinan) telah ditentukan besarannya. Untuk
menentukanb tingkat risiko maka dilakukan pengalian terhadap ketiga komponen
risiko tersebut berdasarkan rumus berikut:
Level of risk = Consequences x Exposure x Likelihood

Dari hasil perhitungan level of risk di atas kemudian dikelompokkan sesuai


kriteria tingkat risiko fine.

Tabel 2.7. Analisis Level of Risk


Tingkatan

Kategori

Tindakan

> 350

Very high

Penghentian aktifitas sampai tingkat risiko dikurangi

180-350

Priority 1

Memerlukan penanganan secepatnya

70-180

Substantial

Mengharuskan ada perbaikan

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

32

20-70

Priority 3

Memerlukan perhatian

< 20

Acceptable

Lakukan kegiatan seperti biasa

c. Penilaian analisis risiko dengan analisis kuantitatif


Analisis dengan metode ini menggunakan nilai numerik. Kualitas dari
analisis tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada. Konsekuensi
dapat dihitung dengan menggunakan metode modeling hasil dari kejadian atau
kumpulan kejadian atau dengan memperkirakan kemungkinan dari studi
eksperimen atau data sekunder/ data terdahulu.
Probabilitas biasanya dihitung sebagai salah satu atau keduanya (exposure dan
probability). Kedua variabel ini (probabilitas dan konsekuensi) kemudian
digabung untuk menetapkan tingkat risiko yang ada. Tingkat risiko ini akan
berbeda-beda menurut jenis risiko yang ada.

2.4.3.5. Evaluasi Risiko


Suatu risiko tidak akan memberikan makna yang jelas bagi manajemen
atau pengambil keputusan lainnya jika tidak diketahui apakah risiko tersebut
signifikan bagi kelangsungan bisnis. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari
penilaian risiko dilakukan evaluasi risiko untuk menentukan apakah risiko
tersebut dapat diterima atau tidak dan menentukan prioritas risiko.

Untuk

mendapat gambaran yang baik dan tepat mengenai risiko dilakukan penentuan
peringkat risiko atau prioritas risiko.
Peringkat risiko sangat penting untuk sebagai alat manajemen dalam
mengambil keputusan. Melalui peringkat risiko manajemen dapat menentukan
skala prioritas dalam penanganannya. Manajemen juga dapat mengalokasikan
sumber daya yang sesuai unntuk masing-masing risiko sesuai dengan tingkat
prioritasnya.

2.4.3.6. Pengendalian Risiko


Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam
keseluruhan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui besar dan potensi

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

33

risikonya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan
kondisi perusahaan.
Pengendalian risiko secara general dilakukan dengan pendekatan sebagai
berikut:
1.

Hindarkan risiko dengan mengambil keputusan untuk menghentikan


kegiatan atau penggunaan proses, bahan, alat ynag berbahaya

2.

Mengurangi kemungkinan terjadi

3.

Mengurangi konsekuensi terjadi

4.

Pengalihan risiko ke pihak lain

5.

Menanggung risiko yang tersisa.

Proses pengendalian risiko adalah sebagai berikut:


1. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi risiko dapat ditentukan apakah
suatu risiko dapat diterima atau tidak. Jika risiko dapat diterima, tentunya
tidak diperlukan langkah pengendalian lebih lanjut. Cukup dengan
melakukan pemantauan dan monitoring berkala dalam pelaksanaan
operasi.
2. Peringkat risiko dikategorikan sebagai risiko sedang sehingga dapat
diterima perusahaan. Karena itu tidak perlu dilakukan tindakan
pengendalian lebih lanjut. Perusahaan cukup melakukan pemantauan
berkala baik ditempat kerja maupun terhadap terhadap tenaga kerja untuk
mengetahui apakah ada efek yang tidak diinginkan.
3. Jika risiko berada diatas batas yang dapat diterima (ALARP) maka perlu
dilakukan pengendalian lebih lanjut untuk menekan risiko dengan berbagai
pilihan yaitu:
a.

Mengurangi kemungkinan

b.

Mengurangi keparahan

c.

Alihkan sebagian atau seluruhnya

d.

Hindari

2.4.3.7. Pemantauan dan telaah ulang


Proses manajemen risiko harus dipantau untuk menentukan atau
mengetahui adanya penyimpangan atau kendala dalam pelaksanaannya.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

34

Pemantauan juga diperlukan untuk memastikan bahwa sistem manajemen risiko


telah berjalan sesuai dengan rencana yang ditentukan.
Dari hasil pemantauan diperoleh berbagai masukan mengenai penerapan
manajemen risiko. Selanjutnya manajemen melakukan tinjauan ulang untuk
menentukan apakah proses manejemen risiko telah sesuai dan menentukan
langkah-langkah perbaikannya.

2.5.

Kegiatan operasional konstruksi


Pekerjaan konstruksi adalah pekerjaan yang melibatkan engineering

consultant dan sebagai perencana, kontraktor sebagai pelaksana serta konsultan


pengawas, semua elemen tersebut baik perencana, kontraktor maupun pengawas,
memiliki kontribusi sendiri pasa keselamatan kerja konstruksi.

2.5.1. Karakteristik bidang konstruksi


Hinze menjelaskan bahwa bidang konstruksi adalah salah satu bidang
produksi yang memerlukan kapasitas tenaga kerja dan tenaga mesin yang sangat
besar, bahaya yang sering ditimbulkan antara lain terlindas dan terbentur,
kejatuhan barang dari atas atau barang roboh.

2.5.2. Tahapan pekerjaan konstruksi.


Berdasarkan tahapan pekerjaan yang ada di PT. X, tahapan pekerjaan
konstrusi terbagi atas:
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Struktur (Site work, Substructure, dan Upperstructure)
c. Pekerjaan Arsitektur (Eksterior dan Interior)
d. Pekerjaan M/E (Mekanikal dan Elektrikal)
e. Pekerjaan Mebelair
f. Pekerjaan Landscape atau pekerjaan luar (Hardscape, Softscape,
Pekerjaan luar lain)

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

35

2.5.2.1.

Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan terdiri dari mobilisasi personil, peralatan dan

material ke lokasi proyek. Pada bagian awal didatangkan peralatan untuk


pekerjaan pembersihan lapangan, pembuatan instalasi pekerjaan sementara dan
pekerjaan struktur bawah.

2.5.2.2.

Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur gedung bertingkat merupakan pekerjaan yang

memerlukan perencanaan metode pelaksanaan yang lebih detail. Pekerjaan


struktur dapat dikelompokkan berdasarkan material, elemen strukturnya, maupun
posisinya terhadap elevasi tanah. Pengelompokkan pekerjaan struktur berdasarkan
materialnya adalah;
a.

Pekerjaan pembesian

b.

Pekerjaan pengecoran

c.

Pekerjaan bekisting

Sedangkan berdasarkan elemen struktur yang dikerjakan, pekerjaan


struktur dikelompokkan menjadi:
a.

Pekerjaan pondasi

b.

Pekerjan pile cap, tie beam, dan pelat lantai basement

c.

Pekerjaan kolom

d.

Pekerjaan dinding penahan tanah

e.

Pekerjaan dinding shearwall/corewall

Pengelompokkan pekerjaan struktur berdasarkan posisinya terhadap


elevasi tanah adalah:
a.

Pekerjaan substructure

b.

Pekerjaan upperstructure

2.5.3. Jenis-jenis kecelakaan untuk pekerjaan konstruksi


Menurut materi pelajaran keselamatan dan kesehatan kerja Tenaga kerja
asing bidang konstruksi, IOSHA (1999) menguraikan jenis-jenis kecelakaan yang
sangat sering terjadi pada pekerjaan konstruksi. Jenis-jenis kecelakaan tersebut
adalah sebagai berikut:

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

36

1. Jatuh terpeleset
2. Kejatuhan barang dari atas
3. Terinjak
4. Terkena barang yang runtuh
5. Berkontak dengan suhu panas, dingin
6. Terjatuh, terguling
7. Terjepit, terlindas
8. Tertabrak

2.6.

Bekerja di Ketinggian
Menurut Sekretaris Jenderal Depnakertrans dalam Draft Konvensi

Rancangan standar kompetensi kerja nasional Indonesia bekerja pada ketinggian


Bekerja pada ketinggian adalah kegiatan kerja pada tempat atau titik kerja yang
bila seorang bekerja ditempat tersebut, mempunyai potensi bahaya jatuh karena
adanya

perbedaan

elevasi.

Pengertian

lainnya

adalah

pekerjaan

yang

membutuhkan pergerakan tenaga kerja untuk bergerak secara vertikal naik, mau
pun turun dari suatu platform.
Secara umum terdapat dua sistim bekerja pada ketinggian. Sistim yang pertama
disebut sistim pasif, bahwa saat bekerja tidak mensyaratkan perlunya
penggunaaan peralatan pelindung jatuh (fall protection devices) karena telah
terdapat sistem pengaman kolektif (collective protection system). Sistim yang
kedua disebut dengan sistim Aktif, dimana saat naik dan turun (lifting / lowering),
(traverse) pekerja harus menggunakan peralatan untuk mencapai suatu titik kerja
karena tidak terdapat sistem pengaman kolektif (collective protection system).
(Depnakertrans,2010)

2.7.

Pemasangan ring kolom


Pemasangan ring kolom merupakan salah satu kegiatan pembesian yang

dilakukan dikonstruksi. Pada proses ini dilakukan pemasangan ring (besi) pada
kolom yang telah tersedia. Pemasangan ring ini untuk memperkuat kolom yang
telah ada.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

37

2.8.

Bekisting
Menurut Daryanto (2008), pengertian bekisting adalah suatu konstruksi

pembantu yang berfungsi sebagai cetakan atau pembentuk dari bangun beton
bertulang yang dikehendaki. Bahan bekisting biasanya terbuat dari kayu yang
murah serta mudah dikerjakannya. Pada pekerjaan besar ada kalanya
dipergunakan triplek atau pelat baja. Bentuk bekisting disesuaikan dengan
konstruksi beton yang dikehendaki, dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bekisting pelat pondasi
2. Bekisting kolom
3. Bekisting dinding beton
4. Bekisting pelat lantai
5. Bekisting balok, sloof, ring balk
6. Bekisting tangga

2.9.

Pencegahan kecelakaan kerja konstruksi


Sebab kecelakaan kerja konstruksi menurut Ganjar Budiarto:
a. Human factor
-Unsafe act
b. Technical factor
- Materials
- Equipment
- Working environment

2.9.1. Faktor manusia


Merupakan faktor yang sangat dominan dilingkungan konstruksi hal ini
disebabkan karena pekerja heterogen, tingkat keahlian dan pendidikan berbeda,
pengetahuan tentang keselamatan rendah oleh karena itu diperlukan suatu
penanganan khusus.
Pencegahan faktor manusia;
a. Pemilihan tenaga kerja
b. Pelatihan sebelum memulai bekerja

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

38

c. Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung

2.9.2. Faktor teknis


Berkaitan dengan kegiatan proyek seperti penggunaan pearlatan dan alat
berat, pengalian, pembangunan, pengangkutan dsb. Disebabkan kondisi teknis dan
metode kerja yang tidak memenuhi standar keselamatan (substandard condition)
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk faktor teknis ini adalah:
a. Perencanaan kerja yang baik
b. Pemeliharaan dan perawatan peralatan
c. Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
d. Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman
e. Penerapan sistem manajemen mutu

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI
OPERASIONAL

3.1

Kerangka Teori
Kerangka teori penilaian risiko diambil dari framework Guideline

AS/NZS 4360 : 2004 tentang Risk Management.

Stakeholder Consultation / Communication

Establish Goals & Context


Identify Risks

Monitor /
Review

Analyse Risks
Probability
Consequence
Estimate Risk Level

Evaluate the Risks

Likelihood

Treat the Risks

AS/NZS 4360:2004
Gambar 3.1. Kerangka Teori
3.2

Kerangka Konsep
Penelitian ini dikhususkan pada identifikasi dan analisis risiko. Hal yang

ingin dicapai dalam kerangka konsep adalah nilai tingkat risiko dari proses kerja
yang telah diidentifikasi dan dianalisis risikonya. Penilaian risiko dilakukan

39
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

40

berdasarkan tahapan manajemen risiko sesuai dengan standar AS/NZS 4360:2004


tentang Risk Management.
Pekerjaan pemasangan ring kolom dan bekisting di
ketinggian

Identifikasi Risiko dengan Job Safety Analysis

Analisis Risiko

Analisis Tingkat

Analisis Tingkat

Analisis Tingkat

Consequences

Probability

Exposure

Menilai Tingkat Risiko


Risk = Consequences x Exposure x

Gambar 3.2.
Kerangka Konsep
Probability
Gambar 3.2. Kerangka Konsep

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

3.3

Definisi Operasional
No

Variabel

Definisi

Alat Ukur

1.

Pemasangan

Merupakan bagian dari pekerjaan

Cara Ukur

Hasil

Skala

ring kolom pembesian yaitu dengan memasang


di

ring pada kolom yang telah ada, untuk

ketinggian.

memperkuat kolom yang dilakukan


pada ketinggian (lebih dari 2 m)

2.

Pemasangan

Pemasangan

suatu

konstruksi

bekisting di

pembantu yang berfungsi sebagai

ketinggian

cetakan atau pembentuk dari bangun


beton bertulang yang dikehendaki
yang dilakukan di ketinggian.

3.

Identifikasi

Suatu kegiatan untuk mengidentifikasi

Daftar

Melakukan

Berbagai jenis bahaya dan Nominal

risiko

adanya bahaya dan risiko yang ada di

pertanyaan

wawancara

risiko keselamatan kerja

tempat

kerja.

Dilakukan

dengan

dengan

menggunakan form JSA.

pihak yang

ada

pada

terkait, observasi, pembangunan gedung XY,


serta

seperti:

menggunakan

a. Terjatuh

form JSA

b. Terjepit
c. Tergores
d. Kejatuhan

41
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

material
e. Terpeleset
f. Terbentur

3.

Analisis

Kegiatan untuk menganalisa suatu Tabel analisis

risiko

risiko

dengan

cara

Observasi,

menentukan semikuantitat wawancara

besarnya kemungkinan dan tingkat

if yang

Menentukan tingkat risiko Ordinal


dari

suatu

pekerjaan.

Dikelompokkan menjadi:

keparahan dari konsekuensi suatu terdapat pada

- Very high

risiko.

standar

- Priority 1

AS/NZS

- Substantial

4360:2004.

- Priority 3
- Acceptable

3a.

Tingkat

Tingkat keparahan dari suatu kejadian Daftar

Observasi,

-Catastrophe

konsekuensi

yang terjadi karena adanya bahaya pertanyaan

wawancara

- Disaster

keselamatan kerja.

Ordinal

-Very Serious
- Serious
- Important
- Noticeable

3b.

Tingkat

Besarnya frekuensi (jumlah/waktu)

Daftar

Observasi,

-Continously

exposure

paparan

Pertanyaan.

wawancara

-Frequently

bahaya

yang

dapat

menimbulkan risiko keselamatan kerja

Ordinal

-Occasionally
42
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

pada

pekerjaan

pemasangan

ring

-Infrequent

kolom dan pemasangan bekisting

-Rare

dengan menggunakan metode analisis

-Very rare

risiko semi kuantitatif berdasarkan


AS/NZS 4360:2004
3c.

Tingkat

Besarnya

kemungkinan

risiko

Probability

keselamatan kerja terjadi pada proses

Daftar

Observasi,

- Almost certain

pertanyaan.

wawancara

- Likely

Ordinal

pekerjaan pemasangan ring kolom dan

- Unusual but possible

pemasangan

- Remotely possible

bekisting

dengan

menggunakan metode analisis risiko

- Conceivable

semi kuantitatif berdasarkan AS/NZS

- Practically Imposible

4360:2004
4.

Tingkat

Menentukan

risiko

diperoleh
pemasangan
pemasangan

tingkat

risiko

pada

yang

Matriks

Menentukan tingkat

pekerjaan semikuantitat risiko

ring

kolom

bekisting

dan if

dengan

AS/NZS menggunakan

dengan 4360:2004

rumus

Risk

- Priority 3
- Acceptable

semi kuantitatif berdasarkan AS/NZS

exposure

4360:2004 yang diperoleh dengan

probability

cara

dari

dengan

dan

AS/ANZ 4360:2004

konsekuensi,

exposure,

- Priority 1

konsekuensi

nilai

Ordinal

- Substantial

menggunakan metode analisis risiko

mengalikan

- Very high

sesuai
standar

43
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

probability yang sudah didapat.

44
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

45
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1.

Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional,

dengan pendekatan cross-sectional untuk mengetahui tingkat bahaya dan risiko pada
proses kerja pemasangan ring kolom dan bekisting dengan menggunakan metode
analisis risiko semi kuantitatif berdasarkan AS/NZS 4360:2004.

4.2.

Waktu dan Lokasi


Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011, berlokasi di proyek

pembangunan gedung XY di salah satu Universitas di Jakarta.

4.3.

Objek Penelitian
Dalam penelitian ini objek penelitian adalah proses pekerjaan pemasangan

ring kolom dan pemasangan bekisting yang dilakukan di ketinggian pada


pembangunan gedung XY oleh PT. X.

4.4.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer


Pengumpulan data primer diperoleh dengan cara melakukan observasi dan
wawancara. Observasi lapangan dilakukan untuk mengamati lingkungan tempat kerja
dan proses kerja yang dilakukan oleh pekerja. Sedangkan wawancara dilakukan
dengan menggunakan alat ukur berupa daftar pertanyaan yang ditujukan pada
pekerja, mandor, untuk memperoleh informasi tentang metode dan langkah-langkah
kerja, bahaya yang terdapat di pekerjaan, dan kecelakaan yang pernah terjadi.

45
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

46

4.4.2. Data Sekunder


Data sekunder digunakan untuk melengkapi hasil penelitian yang dilakukan.
Data sekunder diperoleh dari data perusahaan yaitu berupa profil perusahaan, SOP,
instruksi kerja, data kecelakaan, jumlah pekerja, dokumen kegiatan K3, dan data
pendukung lainnya.

4.5.

Pengolahan dan Analisis Data


Potensi bahaya keselamatan kerja pada pekerjaan pemasangan ring kolom dan

bekisting diidentifikasi dengan menggunakan JSA. Semua potensi bahaya yang


didapat kemudian diberikan

penilaian

konsekuensi, probability, dan exposure.

Metode analisis risiko yang digunakan adalah semi kuantitatif yang mengacu pada
AS/NZS 4360:2004.

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

BAB 5
PROFIL PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Perusahaan


PT. X (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang
konstruksi. Perusahaan ini didirikan dengan nama NV Pembangunan Perumahan
berdasarkan akta notaris No. 48 tanggal 15 Maret 1973.8 tanggal 26 Agustus
1953. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 1960, PN (Perusahaan
Negara) Pembangunan Perumahan diubah menjadi PN Pembangunan Perumahan.
Kemudian pada tahun 1971 sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun
1971, PN Pembangunan Perumahan berubah menjadi PT. Pembangunan
Perumahan (Persero) yang disahkan melalui akta No. 78 tanggal 15 Maret 1973.
Bisnis inti Perseroan adalah jasa konstruksi.
Pada tahun 2009, PT. X (Persero) mendapat persetujuan dari pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 76
tahun 2009 dalam Perubahan Struktur Kepemilikan Saham Negara melalui
Penerbitan dan Penjualan Saham Baru di Perusahaan (Persero) PT. Pembangunan
Perumahan tanggal 28 Desember 2009 untuk melaksanakan program Peranwaran
Umum Saham ke Publik (Initial Public Offering/IPO). Kemudian pada tanggal 9
Februari 2010 PT. X (Persero) telah memenuhi persyaratan di PT. Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan mulai dari tanggal tersebut PT. X (Persero) Tbk sudah secara
resmi terdaftar dan saham dapat diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT. X (Persero) Tbk juga banyak menerima penghargaan. Penghargaan
yang diterima selama satu tahun terakhir adalah Piagam Indonesia GREEN
Awards 2011, Info bank BUMN Award 2011, Green Construction Development
Of The Singapore Embassy in Jakarta, Anugrah BUMN 2011, dan Penghargaan
Kinerja Proyek Konstruksi Indonesia 2011. Selain itu, PT. X (Persero) Tbk juga
telah memiliki sertifikasi dari OHSAS 18001 dan ISO 14001.
Kantor pusat PT. X (Persero) Tbk berada di Jl. Letjen TB. Simatupang No.
57 Pasar Rebo Jakarta Timur 13760. Perusahaan ini memiliki tiga divisi operasi
yang masing-masing divisi terdapat beberapa cabang, yaitu:

47
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

48

1. Divisi Operasi I
Jl. H. Adam Malik No. 103
Medan 20114
a.

Cabang I (Sumatera Utara dan Banda Aceh)


Jl. H. Adam Malik No. 103, Medan 20114

b.

Cabang II (Lampung, Sumatera Selatan, Bangka - Belitung, Banten


dan Bengkulu)
Jl. Talang Kerangga No. 12 Palembang 30144

c.

Cabang IX (Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Batam)


Jl. Rawa Insani No. 1 RT. 03 RW. 10 Kel. Sidomulyo Timur, Kec.
Marpoyan Damai Pekan Baru 28284

2. Divisi Operasi II
Plaza PP Wisma Subiyanto 1st Floor
Jl. Letjend. TB. Simatupang No. 57
Pasar Rebo Jakarta 13760
a.

Cabang III (DKI Jakarta)


Plaza PP Wisma Subiyanto Ground Floor
Jl. Letjend. TB. Simatupang No. 57 Pasar Rebo, Jakarta Timur
13760

b.

Cabang IV (Jawa Barat)


Jl. Penghulu H. Hasan Mustafa No. 57/47, Bandung 40124

3. Divisi Operasi III


Jl. Raya Juanda No. 1
Surabaya 61253
a.

Cabang V (Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa


Timur)
Jl. Pemuda No. 165, Semarang 50132

b.

Cabang VI (Kalimantan)
Jl. Indrakila (Strat 3) No. 97 RT. 32 Kel. Gunung Samarinda
Balikpapan 76125 Kalimantan Timur

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

49

c.

Cabang VII (Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua)


Jl. Hayam Wuruk No. 154, Denpasar 80235

5.2.

Visi dan Misi Perusahaan

5.2.1. Visi Perusahaan


To be a Leader in Construction and Investment Business by Providing
Excellence Added Value to Stakeholders.
Dalam rangka membangun visi perusahaan di atas, maka perusahaan
berkomitmen dan memiliki nilai perusahaan yang diantaranya:
a. Peduli
a) Kepuasan pelanggan
b) Inovatif, proaktif, respon cepat
c) Kualitas produk tinggi
b. Profesional
a) Kerja keras, terampil, fleksibel, kerja tim, bertanggung jawab
b) Efektif, efisien, akurat, bijaksana, mandiri
c) Berpikir secara global
d) Kewiraswastaan
e) Adil
c. Bersyukur
a) Menegakkan nilali-nilai dan norma
b) Hati terbuka, toleransi
c) Etika, menghormati satu sama lain
d. Integritas
a)

Taat hukum

b)

Jujur, transparan

c)

Tidak ada konflik dari kepentingan

e. Disiplin
a) Tepat waktu
b) Memegang janji
c) Tertib

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

50

5.2.2. Misi Perusahaan


Misi dari PT. X (Persero) Tbk adalah Providing Construction Service and
doing Investment to give added value to Stakeholders supported by Healthy
Financial Structure, Efficient, Innovative, Global Vision and also having
Prosperous Employees.

5.3.

Program Kerja K3
Salah satu

bentuk penerapan K3 yang dilakukan oleh PT. X adalah

dengan menyusun program-program K3. Dengan adanya program kerja K3 ini


diharapkan semua pihak yang berada di PT. X menjadi peduli terhadap masalah
K3. Program K3 tersebut antara lain:
a. Safety plan
Merupakan petunjuk/gambaran pelaksanaan K3 di area proyek.
b. Safety induction
Merupakan pendekatan dan pengarahan tentang K3, housekeeping dan
ketertiban proyek kepada pekerja baru dan kepada pekerja sebelum
melakukan pekerjaan yang berptensi bahaya tinggi.
c. Safety talk
Merupakan pengarahan singkat tentang K3 dan kondisi proyek kepada
seluruh pekerja sebelum pekerjan dimulai. Dilakukan setiap seminggu
sekali.
d. Inspeksi K3 dan safety patrol
Merupakan inspeksi yang dilakukan untuk memonitor pelaksanaan K3 dan
untuk menjaga konsistensi penerapan K3 di proyek. Safety patrol
merupakan kegiatan patrol rutin dengan tujuan untuk memonitor kegiatan
pekerjaan di lapangan.
e. Safety meeting
Merupakan kegiatan pertemuan yang dilakukan untuk membahas masalah
yang mungkin terjadi, dan tindakan pencegahannya serta melaporkan
kecelakaan yang terjadi dan langkah-langkah perbaikannya. Meeting yang
dilakukan antara lain meeting internal dan meeting eksternal.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

51

f. Training K3
Merupakan pelatihan yang terkait dengan masalah K3. Pelatihan ini
dilakukan kepada karyawan, mandor, dan subkontraktor. Pelatihan yang
diberikan antara lain tentang P3K, cara memadamkan api dan tanggap
darurat.
g. Audit K3
Merupakan audit yag dilakukan terhadap pelaksanaan dan penerapan K3 di
PT. X. Audit ini dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

BAB 6
HASIL PENELITIAN

6.1.

Gambaran proses pekerjaan

6.1.1. Pemasangan ring kolom di ketinggian


Kolom merupakan tiang penyangga bangunan yang berfungsi untuk
memperkuat bangunan. Pada proses ini diawali dengan fabrikasi besi untuk
pembuatan kolom. Setelah dilakukan fabrikasi dan kolom telah terbentuk sesuai
dengan yang diinginkan, lalu kolom tersebut diangkut dengan segel TC untuk
dibawa ke bagian pemasangan ring kolom. Setelah pekerja mengambil kolom
tersebut, kemudian pekerja menyambungkan kolom pada kolom yang sudah ada.
Pekerja harus menaiki kolom besi untuk melakukan pekerjaan ini. Pada saat
penyambungan antara kedua kolom tersebut, lalu dipasangkan ring untuk
memperkuat kolom tersebut, sehingga tidak lepas saat akan dilakukan
pengecoran. Penyatuan antara ring dan kolom dilakukan dengan menggunakan
kawat benbrad dan gegep. Kawat diikat pada bagian ring dan kolom agar ring dan
kolom tersebut tidak terlepas.

Gambar. 6.1. Proses pemasangan ring kolom

6.1.2. Pemasangan bekisting di ketinggian


Bekisting adalah suatu konstruksi pembantu yang berfungsi sebagai
cetakan atau pembentuk dari bangun beton bertulang yang dikehendaki. Bahan
bekisting biasanya terbuat dari kayu yang murah serta mudah dikerjakannya.
Pemasangan bekisting ini dilakukan sebelum dilakukan proses pengecoran.
52
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

53

Penelitian ini dilakukan pada proses pemasangan bekisting balok dan bekisting
kolom.

6.1.2.1.Pemasangan bekisting balok di ketinggian.


Bekisting balok merupakan cetakan balok beton yang berfungsi untuk
mencetak balok beton horizontal. Pada proses pemasangan bekisting balok, mulamula dilakukan pemasangan scaffolding. Pemasangan scaffolding ini dilakukan
untuk menyanggah kayu (engkel-engkel) sebelum perahu (cetakan) ditempatkan.
Engkel tersebut dibuat dari kayu yang kemudian diletakkan pada scaffolding.
Pemasangan engkel ini menggunakan alat paku dan palu. Setelah engkel dipasang,
lalu dilakukan pemasangan perahu. Pada pemasangan digunakan perahu yang
dibuat dari kayu. Perahu

ini yang digunakan sebagai cetakan pada saat

pengecoran nantinya. Setelah perahu selesai dibuat, lalu perahu tersebut diangkut
ke bagian pemasangan bekisting. Pengangkutan perahu ini dengan menggunakan
segel TC. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan segel TC karena ukuran
perahu yang cukup besar, dan karena pembuatan perahu dilakukan di dasar
sedangkan proses pemasangan bekisting dilakukan di bagian atas gedung. Setelah
pekerja mengangkut bekisting tersebut, lalu pekerja menempatkan bekisting
tersebut pada posisi yang telah ditentukan. Kemudian dilakukan penguatan
bekisting dengan memaku antara engkel dengan perahu tersebut.

Gambar 6.2. Perahu

Gmbar 6.3. Pengangkutan Perahu

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

54

Gambar 6.4. Pemasangan bekisting

6.1.2.2. Pemasangan bekisting kolom di ketinggian


Bekisting kolom merupakan cetakan balok beton yang berfungsi untuk
mencetak balok beton vertikal. Bekisting yang akan digunakan dirakit terlebih
dahulu sesuai dengan bentuk kolom yang akan dipasang. Setelah bekisting yang
diinginkan terbentuk lalu bekisting tersebut diangkut oleh segel TC untuk
dipasang pada kolom. Kolom yang telah dibuat kemudian dibuka bautbautnya,sehingga kolom tersebut terbagi dua bagian, lalu dipasangkan pada kolom
yang telah ada. Setelah terpasang kemudian bekisting diperkuat dengan memasang
baut-baut yang ada pada bekisting.

Gambar 6.5. Pemasangan bekisting kolom

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

55

6.2.

Identifikasi bahaya

6.2.1. Pemasangan ring kolom di ketinggian.


Proses pemasangan ring kolom diketinggian terdiri dari beberapa tahapan
proses. Dimulai dari saat pengambilan kolom dari segel TC, pemasangan ring
pada kolom, dan pemasangan kawat pada ring dan kolom. Risiko keselamatan
kerja yang terdapat pada proses pekerjaan ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6.1. Identifikasi bahaya pemasangan ring kolom


No.
1.

2.

Tahapan
Pekerjaan
Pengambilan
kolom
dari
segel TC

Pemasangan
ring pada kolom

Risiko dan uraian risiko


- Tergores besi
Tangan
pekerja
dapat
tergores
besi
karena
permukaan besi yang tajam

Pengendalian yang
sudah ada
- Penyediaan
APD
(sarung
tangan)

- Kejatuhan kolom
Pekerja kejatuhan kolom
yang dibawa segel TC
sehingga
dapat
melukai
pekerja

- Penyediaan
APD (helm)

- Terjatuh
Pekerjaan
dilakukan
di
ketinggian lebih dari 2 meter
sehingga dapat menyebabkan
pekerja terjatuh

- Penyediaan
APD
(helm,
safety belt)

- Tangan tergores
Tangan
pekerja
dapat
tergores akibat permukaan
besi yang tajam

- Penyediaan
APD ( sarung
tangan)

- Kaki terjepit besi


Kaki pekerja dapat terjepit
besi karena saat proses
pemasangan ring, pekerja
harus menaiki kolom

- Penyediaan
platform khusus

- Terpeleset
Bila pekerja tidak berhatihati saat menaiki kolom atau
apabila kolom yang dinaiki
licin maka memungkinkan
pekerja untuk terpeleset

- Penyediaan
APD (sepatu)

- Penyediaan
APD (sepatu)

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

56

3.

Pemasangan
kawat pada ring
dan kolom

- Terjatuh dari ketinggian


Pekerjaan
dilakukan
di
ketinggian lebih dari 2 meter
sehingga dapat menyebabkan
pekerja terjatuh.

- Penyediaan
APD
(safety
belt)

- Tangan tertusuk kawat


Tangan pekerja dapat tertusuk
kawat saat pekerja sedang
mengikat ring dan kolom

- Penyediaan
APD
(sarung
tangan)

- Tangan terjepit gegep


Tangan terjepit gegep karena
pada saat mengikat ring dan
kolom menggunakan kawat,
digunakan
gegep
untuk
memotong kawat.

- Penyediaan
APD
(sarung
tangan)

- Terjatuh dari ketinggian


Pekerjaan
dilakukan
di
ketinggian lebih dari 2 meter
sehingga dapat menyebabkan
pekerja terjatuh.lebih dari 2
meter.

- Penyediaan
platform
khusus.
- Penyediaan
Safety belt

6.2.2. Pemasangan bekisting di ketinggian


Proses pemasangan bekisting terdiri dari dua bagian yaitu untuk
pemasangan bekisting balok dan bekisting kolom. Proses pemasangan bekisting
balok diawali dengan

pemasangan scaffolding, pemasangan engkel-engkel,

pengambilan perahu bekisting dari segel TC, dan pemasangan perahu bekisting
pada tempatnya. Sedangkan proses pemasangan bekisting kolom terdiri dari
pengambilan bekisting dari segel TC, penempatan bekisting pada kolom yang
sudah ada, dan penguatan pressing. Risiko keselamatan kerja yang terdapat pada
kedua proses pekerjaan ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

57

Tabel 6.2. Identifikasi bahaya pemasangan bekisting balok


No.
1.

2.

Tahapan
Pekerjaan
Pemasangan
scaffolding

Pemasangan
engkel-engkel

3.

Mengambil
perahu bekisting
dari segel TC

4.

Penempatan

Risiko dan uraian risiko


- Kejatuhan scaffolding
Pada
saat
pemasangan
scaffolding, bila ternyata
pemasangan
scaffolding
belom kuat.

Pengendalian yang
sudah ada
- Penyediaan APD
(Helm)
- Pengecekan
scaffolding

- Terjatuh dari scaffolding


Bila
pemasangan
scaffolding kurang tepat,
maka dapat mengakibatkan
pekerja
terjatuh.
dari
scaffolding tersebut dengan

- Penyediaan
Safety belt

- Tertusuk paku
Saat memasang engkel dan
menyatukan dengan kayu
yang lain pekerja harus
menggunakan
paku
sehingga tangan pekerja
berisiko untuk tertusuk
paku.

- Penyediaan APD
(sarung tangan)

- Terkena Palu
Saat
sedang
memaku,
pekerja berisiko pula untuk
terkena palu

- Penyediaan APD
(sarung tangan)

- Terjatuh
Saat sedang melakukan
pemasangan engkel, pekerja
tidak
dapat
menjaga
keseimbangan
sehingga
mengakibatkan
pekerja
terjatuh dari ketinggian 2
meter.
Terjatuh dari ketinggian
Saat pekerja mengambil
perahu bekisting, pekerja
tidak
melihat
saat
melangkahkan
kakinya
sehingga
mengakibatkan
pekerja terjatuh
.dari
ketinggian 2 meter.
- Kaki dan tangan terjepit

- Penyediaan APD
(safety belt)

- Penyediaan APD
(safety belt,)

- Penyediaan APD

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

58

perahu bekisting
pada tempatnya.

bekisting
Saat sedang menempatkan
bekisting, pekerja tidak
berhati-hati sehingga kaki
dan
tangannya
terjepit
bekisting
- Terjatuh dari ketinggian
lebih dari 2 meter.
Saat pekerja mengambil
perahu bekisting, pekerja
tidak
melihat
saat
melangkahkan
kakinya
sehingga
mengakibatkan
pekerja terjatuh
Kejatuhan bekisting
Saat pekerja menempatkan
bekisting, bekisting yang
digunakan justru menjatuhi
pekerja

(sarung tangan,
sepatu)
- Koordinasi
antara
mandor
dan operator TC
- Penyediaan APD
(safety belt)

- Penyediaan APD
(helm)

Tabel 6.3. Identifikasi bahaya pemasangan bekisting kolom


No.
1.

Tahapan
Pekerjaan
Pengambilan
bekisting
dari
segel TC

Risiko
- Kejatuhan bekisting
Saat akan mengambil
bekisting, sling TC putus
atau
segel
patah,
mengakibatkan pekerja
kejatuhan bekisting
-

Pengendalian yang
sudah ada
- Penyediaan APD
(helm)
- Pemeriksaan
sling TC harian
- Koordinasi antara
mandor dan
operator TC

Terbentur bekisting
Pada saat mengambil
bekisting, pekerja dapat
terbentur
dengan
bekisting tersebut bila
tidak terdapat koordinasi
yang baik antara mandor
dan operator TC

- Koordinasi yang
baik
antara
mandor
dan
operator TC

- Terjatuh dari ketinggian


lebih dari 2 meter.
Saat sedang mengambil
bekisting, pekerja tidak

- Penyediaan APD
(Safety belt)
- Safety

induction

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

59

2.

3.

Pemasangan
bekisting
pada
kolom yang sudah
ada

Penguatan
pressing

berhati-hati
sehingga
terjatuh dari ketinggian
lebih dari 2 meter

untuk pekerjaan
di ketinggian

- Terjatuh
Saat sedang mengambil
bekisting,
pekerja
kehilangan keseimbangan
sehingga terjatuh dari
ketinggian lebih dari 2
meter.
- Tangan terjepit bekisting
Saat pekerja memasang
bekisting,
pekerja
melakukannya tidak hatihati sehingga tangan
pekerja terjepit bekisting

- Penyediaan APD
(Safety belt)

- Terjatuh dari ketinggian


leih dari 2 meter
Saat sedang menguatkan
bekisting,
pekerja
kehilangan keseimbangan
sehingga terjatuh dari
ketinggian lebih dari 2
meter.

- Penyediaan APD
(safety belt)

- Penyediaan APD
(sarung tangan)

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

6.3.

Analisis Risiko
Setelah dilakukan identifikasi bahaya, lalu dilakukan penentuan tingkat risiko dengan memberikan penilaian terhadap probability,

konsekuensi, dan exposure. Tingkat risiko yang dilihat adalah, tingkat risiko pada basic level dan existing level. Pada basic level dilihat risiko
pada sat keadaan terburuk, dimana belum dilakukan pengendalian terhadap risiko yang ada. Sedangan untuk existing level dilihat tingkat risiko
setelah dilakukan pengendalian. Tabel dibawah ini menjelaskan mengenai analisis risiko pada pekerjaan pemasangan ring kolom, pemasangan
bekisting kolom dan bekisting balok.

Tabel 6.4. Analisis risiko pada pekerjaan pemasangan ring kolom


No.

Analisis Risiko
Identifikasi risiko
Basic level
Tahapan
pekerjaan

1.

Pengambilan
kolom dari segel
TC

Risiko
Tangan
tergores
besi

Skenario

Dampak

Saat pengambilan
Cidera
kolom dari segel TC, ringan
pekerja memegang
besi yang memiliki
permukaan yang
tajam.sehingga dapat
mengakibatkan
tangan pekerja
tergores

Pengendalian
Sarung
tangan

Tingkat
Risiko

10

60

Lik
ely

Co
nti
no
usl
y

Not Priority
ice 3
abl
e

Existing level
E

Tingkat
Risiko

10

60

Lik
ely

Co
nti
no
usl
y

Not Priority
ice 3
abl
e

60
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

2.

Pemasangan
ring pada kolom

Kejatuhan
kolom

Saat ingin
mengambil kolom
dari segel, sling TC
putus sehingga
mengakibatkan
pekerja kejatuhan
kolom tersebut

Cidera berat

- Helm
- Pengecek
an TC

6
Lik
ely

10
Co
nti
no
usl
y

5
300
Im Priority
por 1
tan
t

Terjatuh

Saat pengambilan
kolom dari segel,
pekerja kehilangan
keseimbangan
sehingga
mengakibatkan
terjatuh dari
ketinggian lebih dari
2 meter dimana
lantai dasar
merupakan tempat
fabrikasi besi.
Pada saat memasang
ring pada kolom,
pekerja berpegangan
pada besi.
Permukaan besi
yang kasar dapat
mengakibatkan
tangan pekerja
tergores

Meninggal
Dunia

- Safety belt
- Helm

10

50

Lik
ely

Co
nti
no
usl
y

6
Lik
ely

Tergores

Cidera
ringan

- Sarung
tangan

3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e
6

10
Co
nti
no
usl
y

1
30
Not Priority
ice 3
abl
e

10

50

Dis Very
ast high
er

Lik
ely

Co
nti
no
usl
y

Dis Very
ast high
er

10

10

Co
nti
no
usl
y

Not Priority
ice 3
abl
e

Lik
ely

Co
nti
no
usl
y

Not Priority
ice 3
abl
e

3000

60

3000

60

61
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Kaki
Terjepit

Terpeleset

Saat memasang ring


pada kolom, besi
tempat pijakan kaki
licin, sehingga
mengakibatkan
pekerja terpeleset

Cidera
ringan

Terjatuh

Pekerja tidak dapat


menjaga
keseimbangan
tubuhnya saat
memasang
ringsehingga pekerja
terjatuh dari
ketinggian lebih dari
2 meter.
Saat memasang
kawat, pekerja tidak
berkonsentrasi,
mengakibatkan
tangannya tertusuk

Meninggal

Tertusuk
3.

Pemasangan
kawat pada ring

Saat memasang ring, Cidera


pekerja tidak melihat Ringan
langkah kakinya,
sehingga dapat
mengakibatkan
kakinya terjepit besi
kolom

Cidera
ringan

- Sepatu
- Penyediaan
scaffoldin
g

10

Lik
ely

Co
nti
no
usl
y

Not Priority
ice 3
abl
e

6
Lik
ely

10
Co
nti
no
usl
y

1
60
Not Priority
ice 3
abl
e

- Safety belt 6
- Penyediaa
Lik
n
scaffoldin ely
g

10

50

Co
nti
no
usl
y

Sarung
tangan

6
Lik
ely

Sepatu

60

3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e
3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e
6

10
Co
nti
no
usl
y

1
30
Not
ice Priority
abl 3
e

10
Co
nti
no
usl
y

1
30
Not Priority
ice 3
abl
e

10

50

Dis Very
ast high
er

Lik
ely

Co
nti
no
usl
y

Dis Very
ast high
er

10

10

Co
nti
no

Not Priority
ice 3
abl

Lik
ely

Co
nti
no

Not Priority
ice 3
abl

3000

60

3000

60

62
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

dan kolom

kawat
Terjepit

Saat mengikat
Cidera
kawat, pekerja
ringan
menggunakan gegep,
kurangnya
konsentrasi pekerja
dapat mengakibatkan
tangannya terjepit

Sarung
tangan

Tejatuh

Pekerja tidak dapat


menjaga
keseimbangan
tubuhnya saat
memasang
ringsehingga pekerja
terjatuh dari
ketinggian lebih dari
2 meter.

-Safet belt
- Penyediaan
Scaffolding

Meninggal
dunia

usl
y
3
10
Un Co
usu nti
al
no
But usl
pos y
sibl \
e
6
10

Lik
ely

Dis Very
ast high
er

Co
nti
no
usl
y

1
30
Not Priority
ice 3
abl
e

50

3000

usl
y
3
10
Un Co
usu nti
al
no
but usl
pos y
sibl
e
6
10
Lik
ely

Co
nti
no
usl
y

e
1
30
Not Priority
ice 3
abl
e

50

3000

Ver Priority
y
3
hig
h

63
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Tabel. 6.5.

Analisis Risiko pada pekerjaan bekisting balok

No.

Identifikasi Risiko

Analisa Risiko
Basic level

Tahapan
pekerjaan
1.

Pemasangan
Scaffolding

Risiko
Kejatuhan
scaffolding

Terjatuh

2.

Pemasangan

Tertusuk

Skenario

Dampak

Pengendalian

Saat memasang
scaffolding,
ternyata
scaffolding yang
akan dipasang
telah rusak
sehingga justru
jatuh dan
melukai pekerja
Setelah
pemasangan
scaffolding,
pekerja
mencoba untuk
naik ke
scaffolding,nam
un karena
kurang kuat
mengakibatkan
pekerja terjatuh.
Saat memasang

Cidera
yang
memerluk
an
perawatan
medis

- Helm
- Pengecekan
scaffolding

6
Lik
ely

6
Fre
que
ntl
y

Cidera
yang
memerluk
an
perawatan
medis

- Pengecekan
scaffolding

6
Lik
ely

Cidera

Sarung tangan

Tingkat
Risiko

Existing level
E

1
36
Not Priority
ice 3
abl
e

3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e

6
Fre
que
ntl
y

1
18
Not Acceptab
ice le
abl
e

6
Fre
que
ntl
y

5
180
Im Substan
por sial
tan
t

3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e

6
Fre
que
ntl
y

5
90
Im Substans
por ial
tan
t

10

10

60

Tingkat
Risiko

60

64
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

engkel-engkel

paku

engkel
dan ringan
menyatukan
dengan
kayu
yang
lain
pekerja
harus
menggunakan
paku sehingga
tangan pekerja
berisiko untuk
tertusuk paku.

Terkena palu

Saat memasang
engkel dengan
paku, tidak
menutup
kemungkinan
seorang pekerja
terkena palu,
apabila pekerja
bekerja terburuburu atau tidak
konsentrasi
Saat sedang
melakukan
pemasangan
engkel, pekerja
tidak dapat
menjaga
keseimbangan
sehingga

Terjatuh

Lik
ely

Co
nti
no
usl
y

Not Priority Lik


ice 3
ely
abl
e

Co
nti
no
usl
y

Not Priority
ice 3
abl
e

10
Co
nti
no
usl
y

1
60
Not Priority
ice 3
abl
e

3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e

10
Co
nti
no
usl
y

1
30
Not Priority
ice 3
abl
e

15
Ser
iou
s

6
Lik
ely

10
Co
nti
no
usl
y

15
Ser
iou
s

Cidera
ringan

Sarung tangan

6
Lik
ely

Cacat non
permanen

Safety Belt

6
10
like Co
ly
nti
no
usl
y

900
Very
high

900
Very
high

65
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

3.

Pengambilan
Terjatuh
perahu bekisting
dari segel TC

4.

Penempatan
Terjepit
bekisting
pada
tempatnya

mengakibatkan
pekerja terjatuh
dari ketinggian 2
meter.
Saat pekerja
mengambil
perahu
bekisting,
pekerja tidak
melihat saat
melangkahkan
kakinya
sehingga
mengakibatkan
pekerja terjatuh
.dari ketinggian
2 meter.
Saat sedang
menempatkan
bekisting,
pekerja tidak
berhati-hati
sehingga kaki
dan tangannya
terjepit bekisting

Cacat non
permanen

Safet belt

6
Lik
ely

10
Co
nti
no
usl
y

15
Ser
iou
s

900
Very
high

Cidera
ringan

-Sepatu
6
-Sarung tangan
Lik
- Koordinasi antar ely
mandor dan
operator TC

10
Co
nti
no
usl
y

1
60
Not Priority
ice 3
abl
e

6
Lik
ely

10
Co
nti
no
usl
y

25 900
Ver Very
y
high
ser
iou
s

3
Un
usu
al
but
pos
sibl
e

10
Co
nti
no
usl
y

1
30
Not Priority
ice 3
abl
e

66
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Kejatuhan
bekisting

Saat pekerja
Cacat non
menempatkan
permanen
bekisting,
bekisting yang
digunakan justru
menjatuhi
pekerja

-Penyediaan APD
(helm)

6
Lik
ely

10
Co
nti
no
usl
y

15
Ser
iou
s

900
Very
high

6
Lik
ely

10
Co
nti
no
usl
y

5
300
im Priority
por 1
tan
t

Terjatuh

Saat pekerja
mengambil
perahu
bekisting,
pekerja tidak
melihat saat
melangkahkan
kakinya
sehingga
mengakibatkan
pekerja terjatuh

Safet belt

6
Lik
ely

10
Co
nti
no
usl
y

15
Ser
iou
s

900
Very
high

6
Lik
ely

10
Co
nti
no
usl
y

15
Ser
iou
s

Cacat
permanen

900
Very
high

67
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Tabel 6.6.

Analisis risiko pada proses pemasangan bekisting kolom

No.

Identifikasi Bahaya

Tahapan
pekerjaan
1.

Pengambilan
bekisting dari
segel TC

Risiko

Terjatuh

Terbentur
bekisting

Skenario

Analisis Risiko

Dampak

Saat sedang
mengambil
bekisting,
pekerja tidak
berhati-hati
sehingga
terjatuh dari
ketinggian
lebih dari 2
meter.
Pada saat
mengambil
bekisting,
pekerja dapat
terbentur
dengan
bekisting
tersebut bila
tidak terdapat

Basic level

Existing level

Pengendalian
K

Tingkat
risiko

Tingkat
risiko

Meninggal
dunia

Safety belt

6
Lik
ely

6
Fre
que
ntl
y

50 1800
Dis Very
ast high
er

6
Lik
ely

6
Fre
que
ntl
y

50 1800
Dis Very
ast high
er

Dibutuhkan
perawatan
medis

Koordinasi yang
baik antara
operator TC
dengan mandor

6
Lik
ely

6
Fre
que
ntl
y

5
180
6
Im Priority like
por 1
ly
tan
t

6
Fre
que
ntl
y

1
36
Not Priority
ice 3
abl
e

68
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Kejatuhan
bekisting

2.

Pemasangan
bekisting pada
kolom yang
sudah ada

Terjatuh

koordinasi
yang baik
antara
mandor dan
operator TC
Saat akan
mengambil
bekisting,
sling TC
putus atau
segel patah,
mengakibatk
an pekerja
kejatuhan
bekisting.
Saat sedang
mengambil
bekisting,
pekerja
kehilangan
keseimbanga
n sehingga
terjatuh dari
ketinggian
lebih dari 2
meter.

Cidera yang
membutuhka
n perawatan
medis

- Helm
- Pemeriksaan
TC
- Koordinasi
yang baik
antara mandor
dan operator
TC

Lik
ely

Fre
que
ntl
y

Meninggal
dunia

Safety belt

6
Lik
ely

6
Fre
que
ntl
y

180

Im Substan Lik
por sial
ely
tan
t

Fre
que
ntl
y

Not Priority
ice 3
abl
e

50 1800
Dis Very
ast high
er

6
Fre
que
ntl
y

50 1800
Dis Very
ast high
er

6
Lik
ely

36

69
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Tangan
terjepit
bekisting

3.

Penguatan
bekisting

Terjatuh

Saat pekerja
memasang
bekisting,
pekerja
melakukanny
a tidak hatihati sehingga
tangan
pekerja
terjepit
bekisting
Saat sedang
menguatkan
bekisting,
pekerja
kehilangan
keseimbanga
n sehingga
terjatuh dari
ketinggian
lebih dari 2
meter.

Cidera yang
memerlukan
perawatan
medis

Sarung tangan

6
Lik
ely

6
Fre
que
ntl
y

5
180
6
im Priority Lik
por 1
ely
tan
t

6
Fre
que
ntl
y

1
36
Not Priority
ice 3
abl
e

Meninggal
dunia

Safety belt

6
Lik
ely

6
Fre
que
ntl
y

50 1800
Dis Very
ast high
er

6
Fre
que
ntl
y

50 1800
Dis Very
ast high
er

6
Lik
ely

70
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

71
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

72
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

BAB 7
PEMBAHASAN

Analisa risiko dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap konsekuensi,


exposure, dan probability dari setiap risiko yang telah diidentifikasi. Identifikasi
tersebut dialkukan untuk setiap langkah-langkah pekerjaan. Dari hasil penilaian
tersebut lalu ditentukan tingkat risikonya secara semi kuantitatif berdasarkan standar
AS/NZS 4360:2004. Berikut ini merupakan hasil peniliaian risiko terhadap proses
pekerjaan pemasangan ring kolom dan bekisting di ketinggian:

7.1.

Penilaian risiko pekerjaan pemasangan ring kolom

7.1.1. Pengambilan kolom dari segel TC


a. Tangan tergores besi
-

Probability
Pada saat mengambil besi dari segel TC, memungkinkan seorang
pekerja untuk tergores besi, karena permukaan besi yang tajam. Selain
itu dapat juga tergores sling TC. Hal ini dapat terjadi apabila pekerja
kurang berhati-hati dalam bekerja, atau bila terburu-buru dalam
mmelakukan suatu pekerjaan. Oleh karena itu probability yang
diberikan adalah 6 (Likely)
-

Exposure
Pekerjaan pengambilan kolom dari segel TC dilakukan berulangulang setiap hari. Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 10
(continuously)

Konsekuensi
Tergores besi dapat menyebabkan cidera ringan. Oleh karena itu
untuk penilaian konsekuensi adalah 1 ( Noticeable )
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian

tangan tergores besi adalah priority 3 dengan nilai 60. Tingkat risiko ini
71
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

72

sebenarnya dapat dikurangi mengingat sudah tersedianya alat pelindung


diri, berupa sarung tangan, namun banyak pekerja yang tidak
menggunakan sarung tangan tersebut, sehingga tingkat risiko antara
sesudah dan sebelum terdapat pengendalian adalah sama. Perlu dilakukan
pengawasan dari pihak perusahaan agar para pekerja menggunakan APD
pada saat bekerja.

b.

Kejatuhan Kolom
-

Probability
Pada saat pengambilan kolom dari

segel TC, memungkinkan

seorang pekerja untuk kejatuhan kolom itu sendiri. Kejadian


material terjatuh saat dibawa oleh segel TC pernah terjadi, namun
jarang yang menimpa pekerja. Selain itu dengan adanya
pemeriksaan rutin terhadap peralatan TC, mka dapat diketahui
apakah peralatan TC tersebut masih layak digunakan atau tidak,
sehingga dapat mengurangi risiko kejatuhan material akibat sling
TC yang rusakOleh karena itu probability yang diberikan adalah 3
(Unusual but possible)
-

Exposure
Pekerjaan pengambilan kolom dari segel TC dilakukan setiap
hari. Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 10
(continuously)

Konsekuensi
Kejatuhan material dapat mengakibatkan cidera berat atau cidera
ringan. Dengan adanya penyediaan helm bagi pekerja maka dapat
mengurangi risiko seorang pekerja mengalami cidera saat
kejatuhan material.. Risiko cidera berat dapat dikurangi menjadi
cidera ringan. Oleh karena itu untuk penilaian konsekuensinya
adalah 1( Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian

kejatuhan kolom adalah priority 3 dengan nilai 30. Tingkat risiko ini
berkurang dari tingkat risiko basic level, karena dengan adanya

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

73

pengecekan .peralatan TC, maka kemungkinan jatuhnya material yang


dibawa oleh segel TC menjadi sangat kecil. Selain itu dengan pekrja
menggunakan helm saat bekerja dapat mengurangi cidera yang didapat
bila kejatuhan material. Pihak perusahaan perlu melakukan pengawasan
rutin, agar pekerja selalu menggunakan APD saat bekerja. Selain itu
perlu memberikan sign untuk berhati-hati saat bekerja di area lintasan
sling TC.

c.

Terjatuh
-

Probability
Pada saat pengambilan kolom dari segel

TC, memungkinkan

seorang pekerja untuk terjatuh mengingat pekerjaan ini dilakukan


di ketinggian lebih dari 2 meter. Oleh karena itu penilaian
probability adalah 6 (Likely)
-

Exposure
Pekerjaan pengambilan kolom dari TC dilakukan setiap hari. Oleh
karena itu penilaian exposure adalah 10 (continuously)

Konsekuensi
Terjatuh pada saat mengambil kolom dari segel TC dapat
mengakibatkan cidera atau meninggal. Proses pengambilan kolom
dari segel TC dilakukan pada ketinggian lebih dari 2 meter dan
dibagian bawah terdapat tempat fabrikasi besi. Dengan keadaan
tersebut memungkinkan pekerja yang terjatuh meninggal dunia.
Oleh karena itu penilaian konsekuensi adalah 50 (Disaster).
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian

terjatuh adalah very high dengan nilai 3000. Tingkat risiko ini sama
dengan tingkat risiko pada basic level. Hal ini terjadi karena meskipun
telah disediakan safety belt, namun banyak pekerja yang tidak
menggunakannya sehingga kemungkinan pekerja untuk terjatuh sangat
besar, belum lagi melihat bahwa area tersebut

berada di atas area

fabrikasi besi. Pihak perusahaan perlu melakukan pengawasan rutin, agar


pekerja selalu menggunakan APD saat bekerja. Dan lebih sering untuk

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

74

memberikan training dan penyuluhan kepada bekerja untuk bekerja


dengan cara yang aman.

7.1.2. Pemasangan ring pada kolom


a.

Tergores Besi
-

Probability
Pada saat memasang ring pada kolom , pekerja dapat mengalami
luka gores, hal ini dikarenakan permukaan besi yang tajam dan
kasar. Oleh karena itu penilaian probability adalah 6 (Likely)

Exposure
Pekerjaan pemasangan ring pada kolom dilakukan setiap hari.
Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 10 (Continously)

Konsekuensi
Tergores besi dapat menyebabkan luka ringan seperti lecet pada
tangan. Oleh karena itu penilaian untuk konsekuensi adalah 1
(Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian

tangan tergores besi adalah priority 3 dengan nilai 60. Tingkat risiko ini
sama dengan tingkat risiko pada basic level. Hal ini terjadi karena
pekerja

bekerja

tidak

menggunakan

sarung

tangan,

sehingga

kemungkinan tangan pekerja tergores besi menjadi besar. Untuk


mengurangi tingkat risiko tersebut maka pihak perusahaan harus selalu
mengawasi pekerja untuk selalu menggunakan APD saat bekerja,
memberikan pinalti kepada pekerja yang tidak menggunakan APD sesuai
dengan kebijakan yang telah dibuat.

b.

Kaki terjepit besi


-

Probability
Pada saat pemasangan ring pada kolom, pekerja jarang mengalami
risikoini, namun risikoseperti ini pernah terjadi. Oleh karena itu
untuk probability diberikan nilai 3 (Unusual but possible)

Exposure

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

75

Pekerjaan pemasangan ring pada kolom dilakukan setiap hari.


Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 10 (Continously)
-

Konsekuensi
Kaki yang terjepit besi dapat menyebabkan kaki lecet, luka atau
cidera . Oleh karena itu penilaian konsekuensi adalah 1
(Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian

kaki terjepit besi adalah priority 1 dengan nilai 30. Tingkat risiko ini
menjadi lebih rendah daripada basic level, karena pada saat bekerja
pekerja sudah menggunakan sepatu, meskipun bukan safety shoes yang
digunakan. Tingkat risiko ini bisa semakin kecil, bila pekerja bekerja
dengan menggunakan scaffolding, sehingga pekerja tidak perlu naik ke
kolom.

c.

Terpeleset
-

Probability
Pada saat pemasangan ring pada kolom, jarang terjadi risiko
berupa kaki terpeleset. Namun kejadian tersebut dapat terjadi bila
besi licin, atau bila pekerja bekerja secara terburu-buru. Oleh
karena itu penilaian untuk probability adalah 6 (Likely)

Exposure
Pekerjaan pemasangan ring pada kolom dilakukan setiap hari.
Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 10 (Continously)

Konsekuensi
Terpeleset dari kolom dapat mengakibatkan cidera ringan . Oleh
karena itu penilaian untuk konsekuensi adalah 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian

kaki terpeleset

adalah priority 1 dengan nilai 30. Tingkat risiko ini

menjadi lebih rendah daripada basic level, karena pada saat bekerja
pekerja sudah menggunakan sepatu, meskipun bukan safety shoes yang
digunakan.

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

76

d.

Terjatuh
-

Probability
Pada saat pemasangan ring pada kolom, memungkinkan seorang
pekerja untuk terjatuh karena

pekerjaan ini dilakukan di

ketinggian. Oleh karena itu penilaian probability adalah 6 (Likely)


-

Exposure
Pekerjaan pemasangan ring pada kolom dilakukan setiap hari.
Oleh karena itu untuk exposure diberikan nilai 10 (continuously)

Konsekuensi
Terjatuh pada saat pemasangan ring pada kolom

dapat

mengakibatkan cidera atau meninggal. Karena pekerjaan tersebut


dilakukan pada ketinggian lebih dari 2 meter. Oleh karena itu
penilaian konsekuensi adalah 50 (Disaster).
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian
terjatuh adalah very high dengan nilai 3000. Tingkat risiko ini sama
dengan tingkat risiko pada basic level, karena pada saat bekerja pekerja
tidak menggunakan safety belt. Pihak perusahaan sebaiknya melakukan
inspeksi rutin terhadap pekerjanya, sehingga dapat selalu mengingatkan
pekerja untuk menggunakan APD saat bekerja.

7.1.3. Pemasangan kawat pada ring dan kolom


a.. Tertusuk kawat
-

Probability
Pada

saat

pemasangan

kawat

pada

ring

dan

kolom,

memungkinkan pekerja tertusuk kawat. Hal ini dapat terjadi bila


pekerja bekerja secara terburu-buru atau bila bekerja sambil
bergurau dengan teman kerjanya .Oleh karena itu penilaian
probability adalah 6 (Likely)
-

Exposure

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

77

Pekerjaan Pemasangan kawat pada ring dan kolom dilakukan


setiap hari. Oleh karena itu penilaian exposure adalah 10
(continously)
-

Konsekuensi
Tertusuk kawat dapat menyebabkan tangan lecet, luka atau cidera
. Oleh karena itu untuk konsekuensi diberikan nilai 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian

tertusuk kawat adalah Priority 3 dengan nilai 60. Tingkat risiko ini sama
dengan tingkat risiko pada basic level, karena pada saat bekerja pekerja
tidak menggunakan sarung tangan. Pihak perusahaan sebaiknya
melakukan inspeksi rutin terhadap pekerjanya, sehingga dapat selalu
mengingatkan pekerja untuk menggunakan APD saat bekerja.

b.

Terjepit gegep
-

Probability
Pada saat pemasangan kawat pada ring dan kolom, jarang terjadi
risikoberupa tangan terjepit gegep. Namun hal ini dapat terjadi
bila pekerja tidak berkonsentrasi saat bekerja. Oleh karena itu
penilaian probability diberikan nilai 3 (unusual but possible)

Exposure
Pekerjaan Pemasangan kawat pada ring dan kolom dilakukan
setiap hari. Oleh karena penilaian

exposure adalah 10

(Continously)
-

Konsekuensi
Terjepit gegep dapat menyebabkan tangan lecet, luka atau cidera .
Oleh karena itu penilaian konsekuensi adalah 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian

terjepit gegep adalah priority 3 dengan nilai 30. Tingkat risiko ini sama
dengan tingkat risiko pada basic level, karena pada saat bekerja pekerja
tidak menggunakan sarung tangan. Pihak perusahaan sebaiknya
melakukan inspeksi rutin terhadap pekerjanya, sehingga dapat selalu
mengingatkan pekerja untuk menggunakan APD saat bekerja.

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

78

c.

Terjatuh dari Ketinggian


-

Probability
Pada saat pemasangan kawat pada ring dan kolom , memungkinkan
seorang pekerja untuk terjatuh, karena pekerjaan ini dilakukan di
ketinggian. Oleh karena itu penilaian untuk probability adalah 6
(Likely)

- Exposure
Pekerjaan pemasangan kawat pada ring dan kolom,dilakukan
setiap hari. Oleh karena itu penilaian exposure adalah 10
(continuously)
- Konsekuensi
Terjatuh dari ketinggian dapat mengakibatkan, cidera, luka atau
meninggal. Pekerjaan ini dilakukan pada ketinggian lebih dari 2
meter, sehingga dapat mengakibatkan pekerja meninggal dunia.
Oleh karena itu penilaian konsekuensi adalah 5 (Disaster)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk kejadian
terjatuh adalah very high dengan nilai 3000. Tingkat risiko ini sama
dengan tingkat risiko pada basic level, karena pada saat bekerja pekerja
tidak menggunakan safety belt. Pihak perusahaan sebaiknya melakukan
inspeksi rutin terhadap pekerjanya, sehingga dapat selalu mengingatkan
pekerja untuk menggunakan APD saat bekerja. Selain pihak perusahaan
harus lebih sering melakukan penyuluhan kepada pekerja.

Dari hasil penilaian tingkat risiko terhadap proses pekerjaan pemasangan


ring kolom, dapat dilihat bahwa terdapat tingkat risiko yang beragam. Tingkat
risiko pada proses pemasangan ring kolom dari tingkat risiko yang paling
tinggi dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel. 7.1. Tingkat risiko pekerjaan pemasangan ring kolom


No.

Tahapan pekerjaan

Risiko

Tingkat
risiko

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

79

Pengambilan kolom dari segel TC

Terjatuh

Very high

Tangan tergores besi Priority 3

2.

Pemasangan ring pada kolom

3.

Kejatuhan kolom

Priority 3

Terjatuh

Very high

Tergores

Priority 3

Kaki terjepit

Priority 3

Terpeleset

Priority 3

Pemasangan kawat pada ring dan Terjatuh

Very high

kolom

Tertusuk

Priority 3

Terjepit

Priority 3

Dari tabel diatas terlihat bahwa pada proses pekerjaan pemasangan ring
kolom, tiingkat risiko tertinggi adalah terjatuh. Hal ini menunjukkan bahwa
perlu dilakukan peninjauan terhadap pekerjaan dengan risiko terjatuh.
Pengendalian yang dapat perlu dilakukan oleh PT. X antara lain pemberian
APD, melakukan inspeksi rutin ke lapangan, mengaplikasikan program untuk
memberikan sanksi kepada pekerja yang tidak menggunakan APD.

7.2.

Penilaian risiko pekerjaan pemasangan bekisting .

7.2.1. Pemasangan scaffolding


a.

Kejatuhan Scaffolding
-

Probability
Pada saat memasang scaffolding , pekerja mungkin saja kejatuhan
scaffolding tersebut. Hal itu dapat disebabkan bila scaffolding
rusak atau

peletakan yang salah. dengan adanya pengecekan

scaffolding maka dapat mengurangi kemungkinan kejadian


tersebut. Oleh karena itu penilaian probability adalah 3 (unusual
but possible)
-

Exposure
Pekerjaan pemasangan scaffoldinng dilakukan saat akan dilakukan
pemasangan bekisting Oleh karena itu penilaian untuk exposure
adalah 6 (frequently)

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

80

Konsekuensi
Kejatuhan

scaffolding

dapat

menyebabkan

cidera

yang

memerlukan perawatan medis, karena scaffolding terbuat dari


besi.

Oleh karena itu penilaian untuk

konsekuensi adalah 1

(noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk risiko
kejatuhan scaffolding adalah acceptable dengan nilai 18.

b.

Terjatuh
-

Probability
Pada saat pemasangan scaffoldinng, memungkinkan seorang
pekerja terjatuh. Oleh karena itu untuk probability diberikan nilai
3 (unusual but possible)

Exposure
Pekerjaan pemasangan scaffoldinng dilakukan setiap akan
dilakukan proses bekisting. Oleh karena itu penilaian untuk
exposure adalah 6(frequently)

Konsekuensi
Terjatuh saat memasang scaffolding dapat mengakibatkan cidera
yang memerlukan perawatn medis, karena terjatuh dalam 1 lantai.
Oleh karena itu penilaian konsekuensi adalah 5 (important)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk

risikoterjatuh adalah Substansial dengan nilai 90. Oleh karena itu perlu
dilakukan perbaikan oleh perusahaan, seperti pembuatan SOP untuk
pemasangan scaffoldin.g

7.2.2. Pemasangan engkel-engkel


a.

Tertusuk paku
-

Probability
Pada saat pemasangan engkel-engkel, kemungkinan pekerja untuk
terkena paku sangat besar. Terutama bila pekerja tidak berhati-

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

81

hati sambil bekerja bekerja sembari bergurau dengan rekan


kerjanya. Oleh karena itu penilaian probability adalah 6 (likely)
-

Exposure
Pekerjaan pemasangan engkel-engkel dilakukan setiap hari,. Oleh
karena itu penilaian exposure adalah 10 (continuously)

Konsekuensi
Tertusuk paku dapat mengakibatkan luka ringan, cidera atau lecet.
Oleh karena itu untuk konsekuensi diberikan nilai 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk

risikoterkena paku adalah Priority 3 dengan nilai 60. Meskipun hal ini
mungkin jarang terjadi tapi perlu diperhatikan terhadap kasus seperti ini,
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan oleh perusahaan, seperti
pembuatan Instruksi kerja untuk pemasangan engkel, pengawasan rutin,
penyeddiaan APD.
b.

Terkena palu
-

Probability
Pada saat pemasangan engkel-engkel, risiko terkena palu
merupakan suatu kejadian yang jarang terjadi, namun masih
mungkin untuk terjadi, bila pekerja kurang serius dalam bekerja.
Oleh karena itu penilaian probability adalah

3 (unusual but

possible)
-

Exposure
Pekerjaan pemasangan engkel-engkel dilakukan setiap hari . Oleh
karena itu untuk exposure diberikan nilai 10 (Continously)

Konsekuensi
Terkena palu dapat menyebabkan tangan cidera atau memar. Oleh
karena itu untuk Konsekuensi diberikan nilai 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk

risikoterkena palu adalah Priority 3 dengan nilai 30. Meskipun hal ini
mungkin jarang terjadi tapi perlu diperhatikan terhadap kasus seperti ini,
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan oleh perusahaan, seperti

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

82

pembuatan Instruksi kerja untuk pemasangan engkel, pengawasan rutin,


penyediaan APD.

c.

Terjatuh
-

Probability
Pada saat pemasangan engkel-engkel, pekerja melakukannya di
ketinggian. Hal ini memungkinkan seorang pekerja untuk terjatuh.
Oleh karena itu penilaian probability adalah 6 (Likely )

- Exposure
Pekerjaan pemasangan engkel-engkel dilakukan setiap hari . Oleh
karena itu penilaian exposure adalah 10 (Continously)
- Konsekuensi
Terjatuh dari ketinggian sekitar 2 meter, dapat mengakibatkan,
cidera, luka. Oleh karena itu penialain konsekuensi adalah 15 (very
serious)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk
risikoterjatuh adalah Very high dengan nilai 900. Tingkat risiko tersebut
sama dengan tingkat risiko pada basic level, hal ini terjadi karena
meskipun

telah

disediakan

safety

belt,

namun

pekerja

tidak

menggunakannya. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan oleh


perusahaan,

seperti

pengawasan

rutin

terhadap

pekerja

untuk

menggunakan APD, menyediakan safety hook untuk tempat meletakkan


safety belt.

7.2.3. Pengambilan perahu bekisting dari segel TC


a.

Terjatuh
- Probability
Pada saat mengangkat bekisting dari segel TC,

pekerja

melakukannya di ketinggian. Hal ini memungkinkan seorang


pekerja untuk terjatuh terutama bila pekerja tidak menggunakan
safety belt. Oleh karena itu untuk probability adalah 6 (Likely )
- Exposure

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

83

Pekerjaan mengambil bekisting dari segel TC ,dilakukan setiap


hari, Oleh karena itu penilaian exposure adalah 10 (continuously)
- Konsekuensi
Terjatuh dari ketinggian dapat mengakibatkan, cidera, luka atau
meninggal. Oleh karena itu penilaian Konsekuensi adalah 25 (very
serious)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk
risikoterjatuh dalah Very high dengan nilai 900. Tingkat risiko tersebut
sama dengan tingkat risiko pada basic level, hal ini terjadi karena
meskipun

telah

disediakan

safety

belt,

namun

pekerja

tidak

menggunakannya. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan oleh


perusahaan,

seperti

pengawasan

rutin

terhadap

pekerja

untuk

menggunakan APD, menyediakan safety segel untuk tempat meletakkan


safety belt.

7.2.4. Penempatan bekisting pada tempatnya


a.

Terjepit bekisting
-

Probability
Pada saat menempatkan, memungkinkan pekerja terjepit dengan
bekisting itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan bila terjadi kurang
koordinasi antara pekerja, mandor dan operator TC, hal lain yang
menjadi pertimbangan adalah faktor cuaca, seperti angin. Adanya
koordinasi yang baik antara mandor dan operator TC dapat
membuat kemungkinan risikoini menjadi jarang terjadi. Oleh
karena itu penilaian Probability adalah 3 (Unusual but possible)

Exposure
Pekerjaan

penempatan bekisting dilakukan setiap hari. Oleh

karena itu penilaian exposure adalah 10 (Continously)


-

Konsekuensi
Terjepit bekisting dapat menyebabkan luka atau cidera.. Oleh
karena itu penilaian konsekuensi adalah 1 (Noticeable)

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

84

Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk


risikoterjepit bekisting adalah priority 3

dengan nilai 60.Hal ini

menunjukkan bahwa perlu dilakjukan perhatian dari pihak perusahaan


terhadap kejadian terjepit bekisting. seperti pengawasan rutin terhadap
pekerja untuk menggunakan APD.

b.

Terjatuh
- Probability
Pada saat menempatkan bekisting,

pekerja melakukannya di

ketinggian. Hal ini memungkinkan seorang pekerja untuk terjatuh


terutama bila pekerja tidak menggunakan safety belt. Oleh karena
itu untuk probability adalah 6 (Likely )
- Exposure
Pekerjaan

penempatan bekisting ,dilakukan setiap hari, Oleh

karena itu penilaian exposure adalah 10 (continuously)


- Konsekuensi
Terjatuh dari ketinggian dapat mengakibatkan, cidera, luka atau
meninggal.. Oleh karena itu penilaian Konsekuensi adalah 15 (very
serious)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk
risikoterjatuh dalah Very high dengan nilai 900. Tingkat risiko tersebut
sama dengan tingkat risiko pada basic level, hal ini terjadi karena
meskipun

telah

disediakan

safety

belt,

namun

pekerja

tidak

menggunakannya. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan oleh


perusahaan,

seperti

pengawasan

rutin

terhadap

pekerja

untuk

menggunakan APD, menyediakan safety segel untuk tempat meletakkan


safety belt.

c.

Kejatuhan bekisting
-

Probability
Pada saat pengambilan bekisting, pekerja mungkin saja kejatuhan
bekisting yang akan digunakan. Hal ini dapat terjadi bila pekerja

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

85

bekerja tidak hati-hati. Oleh karena itu penilaian

probability

adalah 6 (Likely)
-

Exposure
Pekerjaan pengambilan bekisting balok dilakukan setiap hari..
Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 10 (Continously)

Konsekuensi
Kejatuhan

bekisting dapat menyebabkan cacat non permanen.

Namun dengan disediakannya Alat pelindung diri berupa helm


dapat mengurangi konsekuensi yang ada. . Oleh karena itu
penilaian konsekuensi adalah 5(important)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk risiko
kejatuhan bekisting

adalah priority 1dengan nilai 300. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan perlu melakukan penanganan


secepatnya.

Dari hasil penilaian tingkat risiko terhadap proses pekerjaan pemasangan


bekisting balok dapat dilihat bahwa terdapat tingkat risiko yang beragam.
Tingkat risiko pada proses pemasangan bekisting balok dari tingkat risiko yang
paling tinggi dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel. 7.2. Tingkat risiko pekerjaan pemasangan bekisting balok


No.

Tahapan pekerjaan

Risiko

Tingkat
risiko

Pemasangan scaffolding

Terjatuh

Substansial

Kejatuhan

Acceptable

scaffolding
2.

3.

Pemasangan engkel-engkel

Pengambilan perahu bekisting

Terjatuh

Very high

Tertusuk paku

Priority 3

Terkena palu

Priority 3

Terjatuh

Very high

Terpeleset

Priority 3

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

86

4.

Penempatan bekisting

Terjatuh

Very high

Kejatuhan bekisting

Priority 1

Terjepit

Priority 3

Dari tabel diatas terlihat bahwa pada proses pekerjaan pemasangan


bekisting balok, tingkat risiko tertinggi adalah terjatuh. Hal ini menunjukkan
bahwa perlu dilakukan peninjauan terhadap pekerjaan dengan risiko terjatuh.
Pengendalian yang dapat perlu dilakukan oleh PT. X antara lain pemberian
APD, melakukan inspeksi rutin ke lapangan, mengaplikasikan program untuk
memberikan sanksi kepada pekerja yang tidak menggunakan APD.

7.3.

Pemasangan bekisting kolom

7.3.1. Pengambilan bekisting dari segel TC


a.

Terjatuh
- Probability
Pada saat mengambil bekisting dari segel

TC,

pekerja

melakukannya di ketinggian, pekerja harus menaiki kolom untuk


mengambil bekisting. Hal ini memungkinkan seorang pekerja untuk
terjatuh terutama bila pekerja tidak menggunakan safety belt. Oleh
karena itu untuk probability adalah 6 (Likely )
- Exposure
Pekerjaan pengambilan bekisting

tidak dilakukan setiap hari,

karena dalam suatu bangunan hanya terdapat beberapa kolom. Oleh


karena itu penilaian untuk exposure adalah 6(Frequently
- Konsekuensi
Terjatuh dari ketinggian dapat mengakibatkan, cidera, luka atau
meninggal. Pada pekerjaan ini, biasanya dilakukan di pinggir
gedung pada ketinggian lebih dari 2 meter. Oleh karena itu
penilaian Konsekuensi adalah 50 (Disaster)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk
risikoterjatuh dalah Very high

dengan nilai 1800. Tingkat risiko

tersebut sama dengan tingkat risiko pada basic level, hal ini terjadi

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

87

karena meskipun telah disediakan safety belt, namun pekerja tidak


menggunakannya. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan oleh
perusahaan, seperti pengawasan rutin terhadap pekerja untuk
menggunakan APD, menyediakan safety segel untuk tempat
meletakkan safety belt.

b.

Terbentur bekisting
-

Probability
Pada saat pengambilan bekisting dari segel TC, seorang pekerja
mungkin saja mengalami risiko terbentur bekisting. Hal ini dapat
terjadi bila ada kurang koordinasi antara mandor dan operator TC,
sehingga mengakibatkan pengarahan yang salah saat membawa
bekisting tersebut. Oleh karena itu penilaian probability adalah 6
(likely)

Exposure
Pekerjaan pengambilan bekisting

tidak dilakukan setiap hari,

karena dalam suatu bangunan hanya terdapat beberapa kolom.


Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 6 (Frequently)
-

Konsekuensi
Terbentur bekisting dapat mengakibatkan cidera yang memerlukan
perawatan medis. Namun dengan adanya koordinasi yang baik
antara mandor dengan operator TC, maka dapat mengurangi risiko
konsekuensi dari risiko tersebut. Oleh karena itu penilaian untuk
konsekuensi adalah 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk risiko

terbentur bekisting

adalah priority 3

dengan nilai 36. Hal ini

menunjukkan bahwa untuk risiko terbentur bekisting perlu dilakukan


perhatian.

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

88

c.

Kejatuhan bekisting
-

Probability
Pada saat pengambilan bekisting, pekerja mungkin saja kejatuhan
bekisting yang akan digunakan. Hal ini dapat terjadi bila pekerja
bekerja tidak hati-hati. Oleh karena itu penilaian

probability

adalah 6 (Likely)
-

Exposure
Pekerjaan pengambilan bekisting

tidak dilakukan setiap hari,

karena dalam suatu bangunan hanya terdapat beberapa kolom.


Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 6 (Frequently)
-

Konsekuensi
Kejatuhan material dapat menyebabkan luka, atau cidera. Dengan
adanya

pengendalian

berupa penyediaan APD, maka dapat

mengurangi cidera yang dialami bila risikoini terjadi. Oleh karena


itu penilaian konsekuensi adalah 1(Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk risiko
kejatuhan bekisting adalah priority 3dengan nilai 36. Dengan adanya
pemeriksaan TC sebelum dioperasikan, pekerja yang memakai helm,
maka dapat mengurangi risiko terjadinya kejatuhan bekisting dan
cidera yang didapat. Namun perusahaan harus tetap memperhatikan
risiko tersebut seperti melakukan pengawasan rutin.

7.3.2. Pemasangan bekisting pada kolom yang sudah ada


a.

Terjepit bekisting
-

Probability
Pada saat memasang bekisting memungkinkan pekerja untuk
terjepit dari bekisting Oleh karena itu penilaian Probability adalah
6 (Likely)

Exposure
Pekerjaan pemasangan

bekisting kolom tidak dilakukan setiap

hari, karena dalam suatu bangunan hanya terdapat beberapa

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

89

kolom. Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah

(Frequently)
-

Konsekuensi
Terjepit bekisting dapat menyebabkan cidera yang memerlukan
perawatan medis. Dengan adanya pengendalian berupa penyediaan
sarung tangan maka dapat mengurangi risiko tersebut. Oleh karena
itu penilaian konsekuensi adalah 1 (Noticeable)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk risiko

kaki terjepit adalah priority 3 dengan nilai 36. Hal ini menunjukkan
bahwa perlu dilakukan perhatian dari pihak perusahaan terhadap kejadian
terjepit bekisting. seperti pengawasan rutin terhadap pekerja untuk
menggunakan APD.

b.

Terjatuh
- Probability
Pada saat pemasangan bekisting,

pekerja melakukannya di

ketinggian. Hal ini memungkinkan seorang pekerja untuk terjatuh


terutama bila pekerja tidak menggunakan safety belt. Oleh karena
itu untuk probability adalah 6 (Likely )
- Exposure
Pekerjaan pemasangan

bekisting

tidak dilakukan setiap hari,

karena dalam suatu bangunan hanya terdapat beberapa kolom.


Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 6 (Frequently)
- Konsekuensi
Terjatuh dari ketinggian dapat mengakibatkan, cidera, luka atau
meninggal.. Oleh karena itu penilaian Konsekuensi adalah

50

(disaster)
Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk risiko
terjatuh dalah Very high dengan nilai 1800. Tingkat risiko tersebut sama
dengan tingkat risiko pada basic level, hal ini terjadi karena meskipun
telah disediakan safety belt, namun pekerja tidak menggunakannya. Oleh
karena itu perlu dilakukan perbaikan oleh perusahaan, seperti

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

90

pengawasan

rutin

terhadap

pekerja

untuk

menggunakan

APD,

menyediakan safety segel untuk tempat meletakkan safety belt, dan


dengan merubah cara kerja.

7.3.3. Penguatan bekisting


a.

Terjatuh dari ketinggian


Probability
Pada saat penguatan bekisting memungkinkan pekerja untuk
terjatuh. Hal ini dapat terjadi karena pekerjaannya dilakukan
diketinggian dan apabila pekerja tidak menggunakan safety belt
saat bekerja. Oleh karena itu untuk probability adalah 6 (Likely)
- Exposure
Pekerjaan pengambilan bekisting

tidak dilakukan setiap hari,

karena dalam suatu bangunan hanya terdapat beberapa kolom.


Oleh karena itu penilaian untuk exposure adalah 6 (Frequently)
- Konsekuensi
Terjatuh dari ketinggian dapat mengakibatkan, cidera, luka atau
meninggal. Oleh karena itu penilaian konsekuensi adalah

50

(disaster)

Dari hasil penilaian diatas didapatkan tingkat risiko untuk risiko


terjatuh dalah Very high dengan nilai 1800. Tingkat risiko tersebut
sama dengan tingkat risiko pada basic level, hal ini terjadi karena
meskipun telah disediakan safety belt,

namun pekerja tidak

menggunakannya. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan oleh


perusahaan, seperti pengawasan rutin terhadap pekerja untuk
menggunakan APD, menyediakan safety segel untuk tempat
meletakkan safety belt, dan dengan merubah cara kerja.

Dari hasil penilaian tingkat risiko terhadap proses pekerjaan pemasangan


bekisting balok dapat dilihat bahwa terdapat tingkat risiko yang beragam.

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

91

Tingkat risiko pada proses pemasangan bekisting balok dari tingkat risiko yang
paling tinggi dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel. 7.3. Tingkat risiko pekerjaan pemasangan bekisting kolom


No.

Tahapan pekerjaan

Risiko

Tingkat
risiko

2.

3.

Pengambilan bekisting dari segel Terjatuh

Very high

Tc

Kejatuhan bekisting

Priority 3

Terbentur bekisting

Priority 3

Pemasangan bekisting pada kolom Terjatuh

Very high

yang sudah ada

Terjepit

Priority 3

Penguatan bekisting

Terjatuh

Very high

Dari tabel diatas terlihat bahwa pada proses pekerjaan pemasangan


bekisting balok, tingkat risiko tertinggi adalah terjatuh. Hal ini menunjukkan
bahwa perlu dilakukan peninjauan terhadap pekerjaan dengan risiko terjatuh.
Pengendalian yang dapat perlu dilakukan oleh PT. X antara lain pengawasan
kepada pekerja untuk menggunaka APD, menegakkan peraturan perusahaan
untuk memberikan sanksi kepada pekerja yang tidak menggunakan APD,
mengawasi setiap metode pekerjaan yang dilakukan pekerja.

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

BAB 8
SIMPULAN DAN SARAN

8.1.

Simpulan

1.

Beberapa pekerjaan yang dilakukan di ketinggian antara lain, pemasangan


ring kolom, pemasangan bekisting balok, pemasangan bekisting kolom.

2.

Proses pekerjaan pemasangan ring kolom terdiri atas;


a. Pengambilan kolom dari segel TC
b. Pemasangan ring pada kolom
c. Pemasangan kawat pada ring dan kolom

3. Proses pekerjaan pemasangan bekisting balok terdiri atas:

4.

5.

a.

Pemasangan scaffolding

b.

Pemasangan engkel

c.

Pengambilan perahu bekisting

d.

Penempatan bekisting

Proses pekerjaan pemasangan bekisting kolom terdiri atas :


a.

Pengambilan bekisting dari segel TC

b.

Pemasangan bekisting pada kolom yang ada

c.

Penguatan bekisting

Risiko yang terdapat pada proses pemasangan ring kolom antara lain:
tangan tergores besi, kejatuhan kolom, kaki terjepit, terpeleset, tertusuk
kawat, dan terjatuh. Tingkat risiko tertinggi adalah pada risiko terjatuh,

6.

Risiko yang terdapat pada proses pemasangan bekisting balok antara lain:
Kejatuhan scaffolding, terjatuh, tertusuk paku, terkena palu, kejatuhan
bekisting, dan terjepit. Tingkat risiko tertinggi adalah pada risiko terjatuh.

7.

Risiko yang terdapat pada proses pemasangan bekisting kolom antara


lain; terbentur, terjatuh, kejatuhan bekisting, terjepit. Tingkat risiko
tertinggi adalah pada risiko terjatuh.
92
Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

93

8.2.

Saran

1.

Menginformasikan kepada pekerja mengenai prosedur kerja yang ada di


PT. X.

2.

Menempatkan sign untuk area kerja yang dilalui TC, seperti sign awas
bahaya dari atas di tempat yang terlihat oleh para pekerja.

3.

Meninjau kembali risk assessmet pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di


ketinggian

4.

Melakukan pengawasan kepada pekerja agar pekerja selalu menggunakan


APD dalam bekerja.

5.

Menegakkan peraturan perusahaan yaitu pemberian sanksi kepada pekerja


yang tidak menggunakan alat pelindung diri

6.

Melakukan pengawasan terhadap metode kerja yang dilakukan oleh


pekerja.

Universitas Indonesia

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

DAFTAR PUSTAKA

AS/NZS 4360: 1999 Risk Management Guideline


AS/NZS 4360: 2004 Risk Management Guideline
Budiarto, Ganjar.2005.Pelatihan dan seminar dasar-dsar K3.
Canadian Centre for Occupational Health and Safety (CCOHS), 2009
Cooling, A David. 1990. Industrial Safety Management and Technology.
Prentice Hall, New Jersey.
Daryanto. 2008. Kumpulan Gambar Teknik Bangunan. Jakarta: Rineka
Cipta
DiBerardinis, Louis J. 1999. Handbook of Occupational Safety and Health.
2nd edition. ISBN 0-471-16017-2. 1999. John Wiley & Sons.
Geotsch, David L. 2008.Occupational and Health for Technologist,
Engineers, and Manager. 6th Edition. New Jersey. Pearson Prentice Hill
Hinze. J, W. 1997 construction safety. Library of congress Cataloging-inPublication data, USA.
Karim, Arif Mafatia. 2009. Studi Kasus Kecelakaan kerja Konstruksi.
Fakultas Teknik. Universitas Negeri Malang.
Kolluru, Rao V. 1996. Risk Assessment and Management Handbook for
Environmental, Health, and Safety Professionals. McGraw-Hill. United
State of America.
Meily, Kurniawidjaja. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta:
Ui Press
Naval Safety Center. Human Faktor Analysis and Classification Sistem
(HFACS) A Human error Approach to Accident Investigation OPNAV
3750.6R.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 01/MEN/1980
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.

Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam


Perspektif K3 OHS Risk Mangement. Dian Rakyat: Jakarta.
94
Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

95

Rijanto,Boedi.2010.Pedoman Praktis Keselamatan, Kesehatan Kerja dan


Lingkungan (K3L) Industri Konstruksi. Mitra Wacana Media:Jakarta.
Taylor, Geoffrey, et al. 2004. Enhancing Occupational Safety and Health.
Oxford:Jordan Hill.
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Forever, Ellen Happy. 2008.Identifikasi bahaya, Analisa dan Pengendalian
Risiko pada Pekerjaan Konstruksi SPBU yang dikerjakan PT. X
dilapangan Y tahun 2008. [Thesis]. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Depok.
Saputra, Harry. Penilaian Risiko Pekerjaan Konstruksi pada Pembangunan
Apartemen St. Regis Residences di PT. Murinda Iron Steel tahun 2008.
[Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depok.
Ridwan, Moh. Kecelakaan Kerja Terbanyak di Sektor Konstruksi, dalam
www.sinarharapan.com. (15 Januari 2010)
Anonim. Lima Orang Pekerja Meninggal
http://www.ppk.lipi.go.id. (27 Juli 2009)

Setiap

Hari,

dalam

Menakertrans: Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Belum Memadai.


http://metrotvnews.com/read/news/2011/10/07/67366/MenakertransPenerapan-Kesehatan-dan-Keselamatan-Kerja. (7 Oktober 2011)
www.hse.gov.uk.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Lampiran 1.

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Lampiran 2.

Struktur Organisasi Panitia pembina Keselamatan, Kesehatan Kerja dan


Lingkungan (P2K3L)

Penilaian risiko..., Winda Utamy S., FKM UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai