ISBN : 9789799696465
Yogyakarta, 14 November 2009
data: http://fit.uii.ac.id/
ISBN : 9789799696465
Yogyakarta, 14 November 2009
mengatasi kekurangan daya di daerah krisis terdapat pula proyek IPP kemitraan sebesar
200 MW di Jawa dan 900 MW di luar Jawa dan IPP daerah krisis 975 MW juga diluar pulau
Jawa. Selain itu ada pula proyek PLN yang sedang berjalan yaitu 1.600 MW di Jawa dan
440 MW diluar Jawa. Dengan demikian potensi tambahan kapasitas di Jawa sebesar 8700
MW dan sekitar 4.000 MW di luar Jawa.
Jika proyek 10.000 MW dapat selesai pada 2009-2010, maka akan dapat menggantikan
pembangkit BBM sekitar 4.500 MW dan memberikan tambahan kapasitas baru 5.500 MW
lagi. Dengan kondisi seperti itu diharapkan produksi energi menggunakan BBM dapat turun
dari 26% menjadi tinggal sekitar 6% saja, dan daerah krisis daya teratasi. Demikian pula
biaya produksi dapat turun secara signifikan karena biaya bahan bakar membangkitkan
listrik dengan BBM sekitar Rp1.800 per kWh sedangkan dengan batubara sekitar Rp 200 per
kWh.
Solusi dampak lingkungan
Skenario terburuk menurut Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) menunjukkan
bahwa proyek 10.000 MW akan menambah emisi NO2 sebanyak 167.406 ton/tahun, emisi
SO2 sebesar 138.710 ton/tahun, dan CH2 mencapai 4.712 ton/tahun serta emisi partikulat
mencapai 1.760 ton/tahun (didasarkan perhitungan emission factor dari PLTU di India).
Beberapa cara yang direkomendasikan KNLH untuk minimasi dampak tersebut:
1. Dengan penerapan teknologi pembakaran seperti supercritical dan ultrasupercritical,
Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC) dan Pressurised Fluidized Bed
Combustion (PFBC) dapat mengurangi emisi CO2 sampai 52%. CO2 dapat ditekan
hingga 34 juta ton/tahun.
2. Dengan boiler tipe pulverized coal yang didesain dengan menginjeksikan udara di atas
zona pembakaran utama, emisi NO2 turun 40-60%. Emisi NO2 diperkirakan 100.444 ton
per tahun.
3. Dengan wet scrubber atau Flue Gas Desulphurization: emisi SO2 dapat ditekan sampai
80-98% Emisi SO2 diperkirakan 13.871 juta ton/tahun.
Selain menimbulkan masalah CO2, NOx dan SOx, batubara mengandung bahan anorganik
(mineral dan trace element) yang mungkin menjadi masalah bagi kesehatan dan lingkungan.
Beberapa trace element dalam batu-bara, radioaktif. Unsur tersebut adalah uranium (U),
thorium (Th) dan hasil peluruhannya, seperti radium (Ra) dan radon (Rn).
Sebagai contoh, konsentrasi uranium dalam batu-bara Amerika adalah antara 1 s/d 3 ppm
dan setelah menjadi abu terbang (fly ash), konsentrasi tersebut naik 10 x semula, menjadi 10
s/d 30 ppm. Andaikan baku mutu PLTU batu-bara dipenuhi, maka masih ada fly ash
maksimal sejumlah 150 mg per m3 dilepas ke lingkungan yang mengandung 10 s/d 30 ppm
uranium /5,6/.
Upaya minimasi CO2, NOx dan SOx serta eliminasi fly ash dilakukan dengan berbagai cara
mulai dari coal preparation (de-ashing) technologies, coal reforming technologies seperti
proses UBC (upgrading Brown Coal) di Kalimantan, kemudian cara handling (seperti coal
catridge system (CCS), coal liquid mixture (CWM, COM), desulfurized CWM, briquette),
combustion technologies (seperti circulating fluidized-bed combustion technology CFBC,
coal partial combustor technology CPC, dll), gasification technologies (Hydrogen-from-coal
process HYCOL, integrated coal gasification combined cycle IGCC, dll), Liquefaction
technologies (Brown Coal Liquefaction BCL, Dimethyl Ether Production DME, dll),
Pyrolysis technologies (CPX, ECOPRO), Flue gas treatment & gas cleaning technologies
hingga CO2 recovery technology (seperti CO2 recovery and sequestration, CO2 conversion).
Semua upaya tersebut berarti biaya. Perlu pertimbangan apakah upaya dilakukan dalam
konteks pencegahan seperti coal preparation (de-ashing), UBC, handling, gasification,
data: http://fit.uii.ac.id/
ISBN : 9789799696465
Yogyakarta, 14 November 2009
data: http://fit.uii.ac.id/
ISBN : 9789799696465
Yogyakarta, 14 November 2009
Terkait dengan kesiapan teknologi nuclear coal liquefaction, saat ini sedang berlangsung halhal sebagaimana berikut:
1. Proses thermochemical water splitting saat ini sedang dalam pengembangan,
2. HTR komersial sebanyak 24 unit akan diproduksi pada tahun 2016 (Menurut jadwal
PBMR Ltd, perusahaan Afrika Selatan yang saat ini mengembangkan HTR komersial)
dan mulai tahun 2019 PBMR Ltd baru dapat melayani pesanan luar negeri.
Oleh karena itu, mengingat proses gasifikasi batubara hanya memerlukan uap air dan suhu
tinggi yang dapat diambil dari Helium pada kalang sekunder intermediate heat exchanger /
IHX dari HTR, maka nuclear coal gasification dapat dipilih sebagai implementasi jangka
pendek sebelum mewujudkan nuclear coal liquefaction. Terlebih lagi jika tuntutan
penggunaan clean coal pada PLTU menjadi perhatian utama dalam implementasi kebijakan
energi berbasis batu-bara. Saat ini kegiatan pencairan batubara telah diinstruksikan melalui
Inpres nomor 2 tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara yang Dicairkan
sebagai Bahan Bakar Lain.
Dari sisi keselamatan, HTR module mempunyai ciri bebas pelelehan elemen bakar (melting
free reactor). Lapisan SiC yang berfungsi sebagai cladding baru menunjukkan kerusakan
pada suhu sekitar 2000 C dan meleleh pada suhu sekitar 3000 C. Sementara itu geometri
teras reaktor HTR module dirancang sedemikian sehingga terjadi kesetimbangan antara
kalor yang dibangkitkan dengan kalor yang dilepas ke lingkungan pada suhu 1600 C, dengan
batang kendali pada posisi penarikan maksimum di luar teras, tidak ada pendingin, pendingin
darurat tidak berfungsi serta tidak ada tindakan operator. Dengan demikian elemen bakar
reaktor tersebut tidak akan pernah dapat meleleh.
Untuk menyiapkan kemungkinan HTR deployment di Indonesia, diperlukan infrastruktur
teknologi (technological infrastructure) berupa kegiatan penelitian dan pengembangan.
Dengan mempertimbangkan kompetensi yang telah ditempa dalam kegiatan pengkajian
eksperimental proses pembuatan grafit dan kernel beberapa tahun terakhir ini, maka
kegiatan Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN diarahkan pada penelitian
dan pengembangan untuk mendukung operasi HTR, khususnya dalam lingkup HTR fuel
manufacturing.
Kesimpulan
Kegiatan konversi energi baik untuk transportasi maupun untuk pembangkitan tenaga listrik
sebaiknya dilakukan secara bertanggung-jawab. Emisi yang merugikan masyarakat agar
diperhitungkan dalam investasi maupun biaya operasional, sehingga masyarakat tidak perlu
menanggung dampaknya. Sebagai contoh, apabila diputuskan penyediaan energi yang
optimal saat ini berbasis batu-bara, maka perlu diterapkan clean coal technology.
Semangat internasional menuju konversi energi bebas emisi melalui konsep hydrogen
economy perlu dipertimbangkan, terutama dalam lingkup transportasi. Tidak akan ada lagi
motor bakar sebagai mesin kendaraan, semua digantikan motor listrik karena sumber energi
kendaraan berasal dari hidrogen yang dikonversi ke listrik oleh sel bahan bakar (fuel cell).
Hingga saat ini diyakini bahwa produksi hidrogen dengan emisi minimal adalah dengan
proses thermochemical water splitting berbasis High Temperature Reactor (HTR). HTR
dikenal sebagai reaktor yang melting free (bebas pelelehan).
Referensi
[1] Luluk Sumiarso, The Oil and Gas Industry: Our Challenges, 32nd Annual IPA
Convention & Exhibition, Jakarta, May 28th, 2008.
[2] Eko Widiarto, Kondisi Energi Primer (minyak dan gas) Indonesia, Pertemuan Nasional
Forum Komunikasi Pendidikan Tinggi Teknik Elektro Indonesia 2007, Yogyakarta, 5 6
Desember 2007.
data: http://fit.uii.ac.id/
ISBN : 9789799696465
Yogyakarta, 14 November 2009
[3] Eddie Widiono, Jaminan Energi Primer untuk keberlanjutan Sistem Kelistrikan Nasional,
Seminar Nasional Energi dan Kelistrikan serta Teknologi Informasi Komunikasi
Nasional, Yogyakarta, 5 desember 2007.
[4] Purwono, J., Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Jakarta, 14 agustus 2008.
[5] Radioactive Elements in Coal and Fly Ash: Abundance, Forms, and Environmental
Significance, U.S. Geological Survey Fact Sheet FS-163-97, october 1997.
[6] _, http://www.spartonres.ca/download/World_Nuclear_News-October2007.pdf (Sparton
produces first yellowcake from Chinese coal ash)
[7] _, Japans Approach to Commercialization of Fuel Cell / Hydrogen Technology, New
and Renewable Energy Division Ministry of Economy, Trade and Industry (METI), June,
2003.
[8] Shiozawa et al., 2000;
[9] Farbman, 1976.
data: http://fit.uii.ac.id/