Anda di halaman 1dari 5

Analisis Kecelakaan Kerja di Stasiun Pengisian Tabung LPG

Afan Kurniawan Prodi Teknik Industri, Fakultas


Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Jl.
Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta
pakafan@gmail.com
ABSTRAK
Semenjak mulai dihilangkannya subsidi terhadap harga BBM, maka Pemerintah Republik Indonesia mulai
melaksanakan program konversi penggunaan minyak tanah yang digantikan dengan LPG. Program nasional
pengalihan ke elpiji akan dilaksanakan dengan mengalihkan subsidi ke LPG tabung 3 kg yang direncanakan
secara bertahap pada 2007 s/d 2012. Hal ini tentu semakin menambah jumlah produksi stasiun pengisian tabung
LPG dalam memenuhi kebutuhan masyarakat mencukupi kebutuhan energinya, setelah minyak tanah ditarik dari
peredaran. Meningkatnya produksi mengakibatkan para pekerja di stasiun pengisian tabung LPG bertambah
bebannya untuk memenuhi permintaan LPG tersebut. Kecelakaan kerja yang sering terjadi di stasiun pengisian
LPG adalah menghirup debu, menghirup gas elpiji, terpeleset, terjepit tabung, terjatuh, mata kemasukan debu dan
tertindih tabung.
Melalui pengenalan, pengetahuan serta pengalaman mengenai faktor penyebab, sumber bahaya, data dan,
penyelidikan kasus-kasus kecelakaan, sekaligus juga melakukan analisis yang mendalam, maka identitifikasi
tentang jenis dan macam sumber bahaya kecelakaan kerja dapat lebih mudah dilakukan. Upaya perbaikan secara
teknis pada semua proses produksi lebih ditujukan ke arah upaya pencegahan kecelakaan, bukan sekedar
perbaikan untuk teknis operasional belaka. Hal ini tentunya akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerja
yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan.
Kata Kunci: kecelakaan, keselamatan, kesehatan, kerja, stasiun pengisian, tabung LPG
1. Pendahuluan
Pembangunan dewasa ini telah dapat memberikan manfaat yang sangat besar dan telah dapat
dirasakan oleh masyarakat luas. Pembangunan telah pula membuka kesempatan kerja yang cukup besar
sehingga dapat memberikan suatu tingkat kesejahteraan bagi tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Hasil yang telah dicapai merupakan modal untuk pembangunan selanjutnya.
Dalam pembangunan digunakan berbagai tingkat teknologi, mulai dari teknologi sederhana atau
tradisional sampai teknologi maju dan sangat maju.Semakin tinggi tingkat teknologi yang digunakan semakin
tinggi pula pengetahuan dan ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan
pemeliharaan.Selain itu teknologi yang makin tinggi dapat menimbulkan kemungkinan bahaya yang lebih besar,
sehingga memerlukan teknik pengendalian untuk mengurangi dampak negatif terhadap tenaga kerja dan
masyarakat serta lingkungannya.Karena itu setiap kesalahan atau kecelakaan dalam penerapan teknologi dapat
menimbulkan kerugian yang besar baik dari segi modal maupun sumber daya insani.
Semenjak mulai dihilangkannya subsidi terhadap harga BBM, maka Pemerintah Republik Indonesia mulai
melaksanakan program konversi penggunaan minyak tanah yang digantikan dengan LPG. Program nasional
pengalihan ke elpiji akan dilaksanakan dengan mengalihkan subsidi ke LPG tabung 3 kg yang direncanakan
secara bertahap pada 2007 s/d 2012. Hal ini tentu semakin menambah jumlah produksi stasiun pengisian LPG
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat mencukupi kebutuhan energinya, setelah minyak tanah ditarik dari
peredaran. Meningkatnya produksi mengakibatkan para pekerja di stasiun pengisian tabung LPG bertambah
bebannya untuk memenuhi permintaan LPG tersebut.
2. Tabung Baja LPG
Definisi tabung baja LPG menurut SNI 19-1452-2006 adalah tabung bertekanan yang dibuat dari pelat baja
karbon canai panas, digunakan untuk menyimpan gas LPG (liquid petroleum gas) dengan kapasitas pengisian
antara 3 kg (6,5 liter) sampai dengan 50 kg (108 liter) dan memiliki tekanan rancang bangun 18,6 kg / cm2.
Saat ini tabung LPG yang banyak beredar di masyarakat adalah yang berkapasitas 3 kg, 12 kg dan 50 kg.
Dari ketiga kapasitas tersebut saat ini ukuran 3 kg dan 12 kg yang paling banyak dipergunakan masyarakat.
Tabung gas yang dipasarkan harus memenuhi standard safety SNI 191452-2006 dimana tabung LPG yang
diproduksi sesuai standard dilengkapi katup pengaman (safety valve) yang akan membuka sendiri pada tekanan 8
kg/cm2. Tabung dengan tipe 3 kg sampai dengan tipe 12 kg tidak boleh pecah pada tekanan air minimum sebesar
110 kg/cm2 dan apabila dilakukan penambahan tekanan, terjadi pecah tabung tidak boleh terjadi pada sambungan
las sedangkan tekanan gas LPG dalam tabung berkisar 5-6 kg/cm2.

LPG terdiri dari campuran utama propan dan Butan dengan sedikit persentase hidrokarbon tidak jenuh
(propilen dan butilene) dan beberapa fraksi C 2 yang lebih ringan dan C5 yang lebih berat. Senyawa yang terdapat
dalam LPG adalah propan (C 3H8), Propilen (C3H6), normal dan iso-butan (C 4H10 ) dan Butilen (C4H8 ). LPG
merupakan campuran dari hidrokarbon tersebut yang berbentuk gas pada tekanan atmosfir, namun dapat
diembunkan menjadi bentuk cair pada suhu normal, dengan tekanan yang cukup besar. Walaupun digunakan
sebagai gas, namun untuk kenyamanan dan kemudahannya, disimpan dan ditransport dalam bentuk cair dengan
tekanan tertentu. LPG cair jika menguap maka akan berubah membentuk gas dengan volume yang lebih besar.
Uap LPG lebih berat dari udara, butan beratnya sekitar dua kali berat udara dan propan sekitar satu
setengah kali berat udara. Sehingga, uap dapat mengalir didekat permukaan tanah dan turun hingga ke tingkat
yang paling rendah dari lingkungan dan dapat terbakar pada jarak tertentu dari sumber kebocoran. Pada udara
yang tenang, uap akan tersebar secara perlahan. Lolosnya gas cair walaupun dalam jumlah sedikit, dapat
meningkatkan campuran perbandingan volum uap/udara sehingga dapat menyebabkan bahaya. Untuk membantu
pendeteksian kebocoran ke atmosfir, LPG biasanya ditambah bahan yang berbau (merkaptan). Harus tersedia
ventilasi yang memadai didekat permukaan tanah pada tempat penyimpanan LPG. Karena alasan diatas,
sebaiknya tidak menyimpan silinder LPG di gudang bawah tanah atau lantai bawah tanah yang tidak memiliki
ventilasi udara.
3. Kecelakaan Kerja
Menurut Sumamur, 1995, kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak
terduga maksudnya yaitu di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanan. Hakikatnya, kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak terduga dan pasti tidak diharapkan oleh
siapapun juga. Kejadian yang tidak terduga tersebut, jelas bukan merupakan suatu bentuk kesengajaan dan tidak
direncanakan lebih dahulu. Pada peristiwa kecelakaan kerja, atau kecelakaan akibat kerja, selalu akan berkaitan
dengan hubungan kerja, yakni sebagai akibat pekerjaan atau pada waktu melaksanakan suatu pekerjaan,
termasuk juga kecelakaan yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan atau pulang dari tempat kerja.
Menurut Sumamur, 1995, cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai negara tidak sama.
Namun ada kesamaan umum, yaitu bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab :
1) Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts), yang
dilatarbelakangi oleh faktor-faktor antara lain :
a) Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan,
b) Keletihan dan kelesuan
c) Sikap dan tingkah laku tidak aman.
2) Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions) dari :
a) Mesin, peralatan, pesawat dan bahan
b) Lingkungan
c) Proses
d) Sifat pekerja dan
e) Cara kerja.
Setiap kejadian kecelakaan kerja, ternyata menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, baik berupa
kerugian yang bersifat ekonomi, dalam bentuk kerusakan, hilangnya waktu kerja, biaya perawatan dan
pengobatan, menurunnya jumlah dan mutu produksi, maupun kerugian yang berupa penderitaan manusia
karena cedera, cacat atau bahkan kematian. Berkaitan dengan hal tersebut, maka upaya mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan juga menghindari kemungkinan terulangnya bencana tersebut harus senantiasa
diketahui sebagai salah satu upaya preventif yang sangat dibutuhkan.
4. Persyaratan Keselamatan Kerja
Dalam UU Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 yang dikeluarkan oleh pemerintah RI pada tanggal 12
Januari 1970 mengatur masalah-masalah keselamatan kerja dalam tempat kerja. Tujuan undang-undang ini
adalah perubahan pengawasan yang bersifat preventif. Dalam pasal 3 undangundang tersebut mengatur
keselamatan kerja menetapkan antara lain :

1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan


2) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4) Memberi kesempataan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya
5) Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan
6) Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja
7) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis,
peracunan, infeksi dan penularan
9) Memperolah penerangan yang cukup dan sesuai
10) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
11) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
13) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat, lingkungan, cara dan proses kerjanya
14) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang
15) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang
17) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerja yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dari syarat-syarat keselamatan kerja tersebut, jelas bahwa keselamatan kerja menjadi perhatian pengusaha
dan karyawannya sekaligus wujud dari perhatian pemerintah agar keselamatan kerja tersebut dapat ditanamkan
dan dijalankan bagi pengusaha dan karyawannya.
5. Kesehatan Kerja
Sumamur, 1995, menyatakan pelayanan kesehatan kerja merupakan usaha kesehatan yang dilaksanakan
dengan tujuan memberikan bantuan kepada pekerja dalam menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja, melindungi pekerja
terhadap setiap gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh pekerja atau lingkungan kerja, meningkatkan kesehatan
mental dan kemampuan fisik pekerja, memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang
menderita sakit. Usahausaha yang dilakukan dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja adalah dengan cara
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Cara pencegahan (preventif) adalah suatu upaya yang bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh, pemutusan
rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses suatu penyakit sebelum timbul kelainan. Yaitu dengan cara
pencegahan timbulnya penyakit bagi pekerja melalui berbagai aspek seperti imunisasi, atau vaksinasi meniadakan
sumber penularan, proteksi khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu. Pencegahan ditujukan baik kepada kuman
maupun penyakit akibat kerja.

Cara pengobatan (kuratif) merupakan suatu upaya perawatan dan hospitalisasi serta tindakan medis lainnya
yang bertujuan untuk penyembuhan secara cepat dan tepat agar pekerja dapat produktif setelah kembali bekerja.
Perawatan kesehatan pekerja merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Cara pemulihan (rehabilitatif) adalah upaya pemulihan kesehatan untuk mengembalikan status kesehatan akibat
penyakit, mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat. Dengan upaya pemulihan tersebut
adanya penyakit atau luka yang berlanjut pada diri pekerja sampai pada masa perawatan bertujuan agar pekerja yang
mendapatkan rehabilitatif dapat bekerja kembali secara maksimal.

Dengan demikian dapat disimpulkan tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk mengupayakan agar dengan
kesehatan para pekerja dapat bekerja lebih maksimal dan lebih efisien serta meningkatkan derajat kesehatan
pekerja melalui cara preventif, kuratif dan rehabilitatif.
6. Analisis Kecelakaan
Kecelakaan kerja yang sering terjadi pada saat proses pengisian tabung LPG adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Penyebab Utama Setiap Jenis Kecelakaan N o

Proses
Produk
si
Areal
pabrik

Kecelakaa Tindakan Kondisi Tidak


n
Tidak Aman Aman

Menghiru Pekerja
Aktifitas
p debu
tidak
kendaraan berat2 3
menggunak membuat debu
an masker beterbangan
Pekerja
Lokasi pabrik
tidak
panas dan kering
terbiasa
Masker tidak layak
menggunak digunakan (masker
an masker tidak steril, tali
masker putus,
kondisi masker
kotor dan berdebu)
Persediaan
masker habis
Menghiru Ada
Tabung sudah
p gas
kebocoran kadaluarsa dan
gas
berkarat
Kebakara Ada
Ada sumber
n
kebocoran panas/api
gas
Tidak
Aktifitas
Mata
menggunak
kendaraan berat
an
kemasuka kaca mata membuat debu
n
pelindung beterbangan
debu
Operator Lokasi pabrik
tidak
panas dan kering
terbiasa
Kaca mata tidak
mengenaka layak digunakan
n kaca mata (tali kaca mata
pelindung putus, kaca bnyak
goresan, kaca
pecah)

Terjatuh, Mengangkat Lantai pabrik licin


beban
terpeleset, terlalu berat
Terkena
tersandun Kekuatan
tumpahan air,
g
fisik
minyak Lantai
karyawan
jarang dibersihkan
tidak
sesuai
dengan
pekerjaan
Terburuburu
Sikap
kerja yang
salah
Proses Terjepit Tidak hati- Kondisi alat yang
Pengisi
hati
kurang layak pakai
an
meletakkan
tabung
Gudang
Pemind Kejatuhan Tidak
penyimpanan
ahan, ,
meletakkan
penuh
Penimb
tabung
tertindih
angan
dengan baik
tabung
dan benar
,
Penyim
Posisi
panan
tabung agak
Tabung
miring
Lantai

7. Solusi Pencegahan Kecelakaan


Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja maka diberikan solusi pencegahan kecelakaan di stasiun
pengisian tabung LPG yang ditampilkan dalam tabel 2 sebagai berikut:
Jenis
Solusi
kecelakaa
Tabel 2. Solusi Pencegahan Kecelakaan Kerja
n
Lantai yang terkena tumpahan
air atau oli wajib segera
8. Kesimpulan Terjatuh dibersihkan Memakai Alat
Melalui pengenalan,
pengetahuan
serta
pengalaman
atau
Pelindung Diri
(APD)
sepatu mengenai faktor penyebab, sumber bahaya, data dan,
penyelidikan kasus-kasus
terpelesetkecelakaan,
bersol karet.sekaligus juga melakukan analisis yang mendalam, maka identitifikasi
tentang jenis dan macam sumber
bahaya
kerja dapat lebih mudah dilakukan. Upaya perbaikan secara
Pekerja
lebihkecelakaan
hati-hati dalam
dan
teknis pada semua proses menggunakan
produksi lebihalat
ditujukan
ke arah upaya pencegahan kecelakaan, bukan sekedar
mengikuti
instruksi
yang akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerja
perbaikan untuk teknis operasional
belaka.
Hal kerja
ini tentunya
Terjepit
ada.
yang pada akhirnya
akan meningkatkan
kinerja perusahaan. Selanjutnya diperlukan kerja sama dan koordinasi
Pekerja
hati-hatipengusaha,
dalam
antara berbagai pihak terkait, baik
darilebih
pemerintah,
dan pekerja.
mengangkat atau menata
Daftar Pustaka: Kejatuhan tabung Menyediakan rantaiatau
rantai pengaman untuk
tertindih
menahan
tabung
yang
1
Bernett N.B.,
Rumondang
Silalahi,
1995,
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT. Pustaka
tabung
diletakkan berjajar di dinding.
Binaman Pressindo
Mengangk
Menyediakan
alat pengangkut
2
Brauer, Roger
L. 2006.
Safety and Health
for Engineers , 2nd ed. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New
at
beban
tabung
Jersey
terlalu
3
Gempur S,
2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Prestasi Pustaka Publisher
berat
4
John Ridley
and John
Channing, 2003,
Safety at Work, Sixth Edition, Butterworth-Heinemann
Menghirup
Perusahaan
menyediakan
gas/debu
masker
dan
mewajibkan
5
Sumamur P.K. 1995. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
pemakaiannya.
Kebakara Larangan merokok dan
n
mengawasi penggunaan
peralatan yang berpotensi
memicu nyala api.
Tidak
Cara mencegah penyebab
memakai kecelakaan ini ialah dengan
alat
mendisiplinkan pekerja
pelindung memakai alat pelindung diri dan
diri
memberi tahu resiko dan

Anda mungkin juga menyukai