LPG terdiri dari campuran utama propan dan Butan dengan sedikit persentase hidrokarbon tidak jenuh
(propilen dan butilene) dan beberapa fraksi C 2 yang lebih ringan dan C5 yang lebih berat. Senyawa yang terdapat
dalam LPG adalah propan (C 3H8), Propilen (C3H6), normal dan iso-butan (C 4H10 ) dan Butilen (C4H8 ). LPG
merupakan campuran dari hidrokarbon tersebut yang berbentuk gas pada tekanan atmosfir, namun dapat
diembunkan menjadi bentuk cair pada suhu normal, dengan tekanan yang cukup besar. Walaupun digunakan
sebagai gas, namun untuk kenyamanan dan kemudahannya, disimpan dan ditransport dalam bentuk cair dengan
tekanan tertentu. LPG cair jika menguap maka akan berubah membentuk gas dengan volume yang lebih besar.
Uap LPG lebih berat dari udara, butan beratnya sekitar dua kali berat udara dan propan sekitar satu
setengah kali berat udara. Sehingga, uap dapat mengalir didekat permukaan tanah dan turun hingga ke tingkat
yang paling rendah dari lingkungan dan dapat terbakar pada jarak tertentu dari sumber kebocoran. Pada udara
yang tenang, uap akan tersebar secara perlahan. Lolosnya gas cair walaupun dalam jumlah sedikit, dapat
meningkatkan campuran perbandingan volum uap/udara sehingga dapat menyebabkan bahaya. Untuk membantu
pendeteksian kebocoran ke atmosfir, LPG biasanya ditambah bahan yang berbau (merkaptan). Harus tersedia
ventilasi yang memadai didekat permukaan tanah pada tempat penyimpanan LPG. Karena alasan diatas,
sebaiknya tidak menyimpan silinder LPG di gudang bawah tanah atau lantai bawah tanah yang tidak memiliki
ventilasi udara.
3. Kecelakaan Kerja
Menurut Sumamur, 1995, kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak
terduga maksudnya yaitu di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanan. Hakikatnya, kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak terduga dan pasti tidak diharapkan oleh
siapapun juga. Kejadian yang tidak terduga tersebut, jelas bukan merupakan suatu bentuk kesengajaan dan tidak
direncanakan lebih dahulu. Pada peristiwa kecelakaan kerja, atau kecelakaan akibat kerja, selalu akan berkaitan
dengan hubungan kerja, yakni sebagai akibat pekerjaan atau pada waktu melaksanakan suatu pekerjaan,
termasuk juga kecelakaan yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan atau pulang dari tempat kerja.
Menurut Sumamur, 1995, cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai negara tidak sama.
Namun ada kesamaan umum, yaitu bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab :
1) Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts), yang
dilatarbelakangi oleh faktor-faktor antara lain :
a) Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan,
b) Keletihan dan kelesuan
c) Sikap dan tingkah laku tidak aman.
2) Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions) dari :
a) Mesin, peralatan, pesawat dan bahan
b) Lingkungan
c) Proses
d) Sifat pekerja dan
e) Cara kerja.
Setiap kejadian kecelakaan kerja, ternyata menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, baik berupa
kerugian yang bersifat ekonomi, dalam bentuk kerusakan, hilangnya waktu kerja, biaya perawatan dan
pengobatan, menurunnya jumlah dan mutu produksi, maupun kerugian yang berupa penderitaan manusia
karena cedera, cacat atau bahkan kematian. Berkaitan dengan hal tersebut, maka upaya mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan juga menghindari kemungkinan terulangnya bencana tersebut harus senantiasa
diketahui sebagai salah satu upaya preventif yang sangat dibutuhkan.
4. Persyaratan Keselamatan Kerja
Dalam UU Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 yang dikeluarkan oleh pemerintah RI pada tanggal 12
Januari 1970 mengatur masalah-masalah keselamatan kerja dalam tempat kerja. Tujuan undang-undang ini
adalah perubahan pengawasan yang bersifat preventif. Dalam pasal 3 undangundang tersebut mengatur
keselamatan kerja menetapkan antara lain :
Cara pengobatan (kuratif) merupakan suatu upaya perawatan dan hospitalisasi serta tindakan medis lainnya
yang bertujuan untuk penyembuhan secara cepat dan tepat agar pekerja dapat produktif setelah kembali bekerja.
Perawatan kesehatan pekerja merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Cara pemulihan (rehabilitatif) adalah upaya pemulihan kesehatan untuk mengembalikan status kesehatan akibat
penyakit, mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat. Dengan upaya pemulihan tersebut
adanya penyakit atau luka yang berlanjut pada diri pekerja sampai pada masa perawatan bertujuan agar pekerja yang
mendapatkan rehabilitatif dapat bekerja kembali secara maksimal.
Dengan demikian dapat disimpulkan tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk mengupayakan agar dengan
kesehatan para pekerja dapat bekerja lebih maksimal dan lebih efisien serta meningkatkan derajat kesehatan
pekerja melalui cara preventif, kuratif dan rehabilitatif.
6. Analisis Kecelakaan
Kecelakaan kerja yang sering terjadi pada saat proses pengisian tabung LPG adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Penyebab Utama Setiap Jenis Kecelakaan N o
Proses
Produk
si
Areal
pabrik
Menghiru Pekerja
Aktifitas
p debu
tidak
kendaraan berat2 3
menggunak membuat debu
an masker beterbangan
Pekerja
Lokasi pabrik
tidak
panas dan kering
terbiasa
Masker tidak layak
menggunak digunakan (masker
an masker tidak steril, tali
masker putus,
kondisi masker
kotor dan berdebu)
Persediaan
masker habis
Menghiru Ada
Tabung sudah
p gas
kebocoran kadaluarsa dan
gas
berkarat
Kebakara Ada
Ada sumber
n
kebocoran panas/api
gas
Tidak
Aktifitas
Mata
menggunak
kendaraan berat
an
kemasuka kaca mata membuat debu
n
pelindung beterbangan
debu
Operator Lokasi pabrik
tidak
panas dan kering
terbiasa
Kaca mata tidak
mengenaka layak digunakan
n kaca mata (tali kaca mata
pelindung putus, kaca bnyak
goresan, kaca
pecah)