2. Fokus
Pembahasan
Materi Pokok
3. Tujuan
Kegiatan
Pembelajaran
: 1. Definisi Pengkodean
2. Sistem Pengkodean
:
kadang
disebut
dengan
penyandian,
terdiri
kode
yang
Firmansyah, S.Kom.
Sistem Digital
bermacam-macam kode yang dapat dibentuk, walaupun hanya terdiri atas 4 bit.
Pembahasan mengenai macam-macam kode, akan dijelaskan pada subbab
berikutnya.
2. SISTEM PENGKODEAN
2.1. KODE BCD
Sistem Desimal Disandi Secara Biner atau BCD (singkatan dari Binary Coded
Decimal) merupakan kode yang paling sederhana karena kode itu sendiri merupakan
konversi dari desimal ke biner. Kode BCD merepresentasikan masing-masing 10
digit desimal (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9) menjadi kode 4-digit biner. Kode ini sangat
berguna untuk outputting bagi display yang selalu menggunakan numerik atau angka
(0 sampai 9), demikian juga angka seperti yang ada pada jam digital atau voltmeter
digital.
Bilangan BCD sangat berguna jika informasi data desimal hendak disalurkan ke
dalam atau ke luar dari sebuah sistem digital. Sebagai contoh, rangkaian dalam
kalkulator saku dapat mengolah bilangan BCD. Dengan memasukkan bilangan
desimal melalui papan tombol kalkulator, akan diperoleh jawaban berbentuk bilangan
desimal pada penampang-penampil LED dan LCD.
Contoh lain aplikasi sistem BCD adalah pencacah elektronik, multimeter digital,
dan jam digital. Semua rangkaian tersebut bekerja pada sistem BCD.
Bilangan BCD memiliki peran terbatas dalam komputer. Beberapa jenis
komputer 8-bit menggunakan BCD, tetapi komputer jenis ini lambat dan lebih rumit
dibandingkan dengan komputer biner. Komputer pada dasarnya tidak sekedar
memproses bilangan, tetapi harus dapat bekerja dangan nama-nama, data-data non
numerik, grafis dan lain-lain. Karenanya komputer modern (misalnya seperti
komputer Personal Computer = PC) menggunakan mikroprosesor yang memproses
bilangan biner dan bukan BCD.
Proses yang dilakukan mirip halnya seperti mengkonfersi bilangan desimal
menjadi bilangan biner. Setiap bit dalam BCD diberi bobot menurut letaknya dalam
Firmansyah, S.Kom.
Sistem Digital
urutan kode, yaitu 1, 2, 4, dan 8, berurut dari bit yang paling kanan. Hanya saja
dalam kode BCD tidak ada nilai lebih dari 9.
Untuk mengetahui gambaran lebih jelas mengenai BCD, dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Contoh:
Tentukan kode BCD dari bilangan desimal berikut :
1. 9
2. 6
3. 10
4. 163
Jawab :
1. Angka 9 merupakan penjumlahan 8 dengan 1, sehingga kode BCD-nya
adalah: 1001
2. Angka 6 merupakan penjumlahan 4 dengan 2, kodenya adalah: 0110.
3. Bagaimana untuk angka 10? Apakah akan berkode 1010? Tentu saja
jawabannya tidak. Perlu diingat bahwa kode BCD tidak melebihi nilai 9.
Angka 10, merupakan gabungan antara nilai 1 dan 0, sehingga kode
BCDnya adalah 0001 0000. Diperlukan 8 digit untuk mengkodekan angka
10.
4. Untuk menyatakan bilangan desimal ratusan diperlukan 3 kode BCD, jadi 12
bit. Bilangan 163 dikodekan dengan 0001 0110 0011.
Firmansyah, S.Kom.
Sistem Digital
Firmansyah, S.Kom.
Sistem Digital
Contoh:
Tentukan kode Excess-3 (XS3) dari bilangan desimal berikut :
1. 9
2. 6
3. 10
4. 163
Jawab :
1. BCD standar untuk angka 9 = 1001, maka :
1001
0011 +
1100
2. BCD standar untuk angka 6 = 0110, maka :
0110
0011 +
1001
3. BCD standar untuk angka 10 = 0001 0000, maka kode Excess-3 (XS3) =
0100 0011
4. BCD standar untuk angka 163 = 0001 0110 0011, maka kode Excess-3
(XS3) 163 = 0100 1001 0110
Firmansyah, S.Kom.
Sistem Digital
Gambar 2.1
Jenis kode ini digunakan dalam pengkodean posisi sudut dari peralatan yang
bergerak secara berputar, seperti motor stepper, mesin bubut otomatis serta gerinda.
Kode gray biasanya juga dipakai pada mechanical encoder, misalnya pada telegraf.
Untuk bilangan gray code tidak memiliki aturan cara konversi, yang perlu
diingat adalah kelanjutan dari bilangan yang satu ke bilangan berikutnya hanya boleh
berubah 1 angka.
Dalam Gray Code, setengah bagian atas, yaitu untuk kode desimal 5-9,
merupakan bayangan cermin dari pada setengah bagian bawah, yaitu kode untuk
desimal 0-4, kecuali untuk bit 3 (bit ke 4 dari kanan). Sifat ini disebut reflective. Di
samping itu, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1, Gray Code juga mempunyai sifat
Firmansyah, S.Kom.
Sistem Digital
bahwa kode untuk desimal yang berturutan berbeda hanya pada 1 bit. Sifat ini
sangat penting dalam pengubahan sinyal-sinyal mekanis atau listrik ke bentuk digital.
Sebagai contoh, kalau tegangan yang dikenakan pada suatu voltmeter digital
berubah dari 3 volt ke 4 volt (dalam biner dari 0011 ke 0100), maka ada
kemungkinan bit 2 (bit ke 3 dari kanan) akan berubah lebih dulu dari bit-bit yang lain
sehingga akan memberikan penunjukan sementara 0111 (= 7) yang jelas salah.
Dengan penggunaan kode Gray kesalahan seperti ini tidak akan terjadi.
Tabel 2.1. Perbandingan Sistem Bilangan dengan Pengkodean BCD, Excess-3, dan
Gray Code
Desimal
Biner
BCD
Excess-3
Gray Code
0000
0000 0000
0011 0011
0000
0001
0000 0001
0011 0100
0001
0010
0000 0010
0011 0101
0011
0011
0000 0011
0011 0110
0010
0100
0000 0100
0011 0111
0110
0101
0000 0101
0011 1000
0111
0110
0000 0110
0011 1001
0101
0111
0000 0111
0011 1010
0100
1000
0000 1000
0011 1011
1100
1001
0000 1001
0011 1100
1101
10
1010
0001 0000
0100 0011
1111
11
1011
0001 0001
0100 0100
1110
12
1100
0001 0010
0100 0101
1010
13
1101
0001 0011
0100 0110
1011
14
1110
0001 0100
0100 0111
1001
15
1111
0001 0101
0100 1000
1000
Firmansyah, S.Kom.
Sistem Digital
2.4. ASCII
Dalam penggunaan komputer secara umum, walaupun kode yang diolah
dalam komputer itu sendiri adalah angka-angka biner, tetapi selain angka-angka
desimal juga diproses huruf-huruf dan tanda-tanda baca/tanda khusus lainnya. Untuk
memroses data seperti ini tentunya diperlukan sistem kode yang lebih luas dari pada
sistem-sistem kode yang telah diterangkan sebelumnya. Kode yang berlaku umum
ini disebut kode "Alphanumeric" yang sering juga disingkat dengan nama
"Alphameric". Dua jenis kode yang paling umum dipakai dalam dunia komputer
sekarang ini adalah: ASCII (baca: eskii, singkatan dari: American Standard Code for
Information Interchange) dan EBCDIC (baca: ebsidik, singkatan dari: Extended
Binary Coded Decimal Interchange Code).
ASCII terdiri atas 7 bit yang dapat mengkodekan semua angka desimal, huruf
abjad, baik huruf besar maupun kecil, tanda-tanda khusus dan tanda baca, dan
beberapa kode kendali/kontrol yang umum dipakai dalam komunikasi data. Dalam
praktek sekarang, walaupun aslinya 7 bit, kebanyakan ASCII menggunakan 8 bit
dengan bit tambahan dipakai sebagai bit parity, kadang kadang untuk membentuk
aksara yang bukan aksara latin.
Sebagai informasi sistem kode EBCDIC terdiri atas 8 bit, dan digunakan
dalam komputer-komputer IBM tipe 360 dan 370 yang sangat terkenal itu. Pada
modul ini, yang lebih diperdalam hanyalah mengenai ASCII, sedangkan sistem kode
EBCDIC hanya sekedar informasi.
Dalam ASCII, karakter dengan kode di bawah 20 heksadesimal digunakan
sebagai kode kendali komunikasi, angka dikodekan dengan 30 - 39, huruf kapital
dikodekan 41 - 5A, huruf kecil 61 - 7A dan kode yang lainnya untuk tanda-tanda
baca, seperti tampak pada Tabel 2.2.
Firmansyah, S.Kom.
Sistem Digital
Sumber
http://www.cdrummond.qc.ca/cegep/informat/Professeurs/Alain/images/ASCII1.GIF
Firmansyah, S.Kom.
Sistem Digital
10
LATIHAN :
1. Tentukan kode BCD, Excess-3, Gray, serta ASCII dengan tanpa melihat tabel
untuk bilangan dibawah ini!
a. 12(10)
b. 1001(2)
c. 3A(16)
2. Tentukan bilangan desimal untuk kode berikut ini!
a. 00100010 (BCD)
b. 10100011 (Excess-3)
c. 0110 (Gray)
d. SD
3. Bedakan antara kode BCD, Excess-3, Gray, serta ASCII !!
Firmansyah, S.Kom.
Sistem Digital