Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
hidup manusia. Karotenoid diasosiasikan dengan respon imun yang lebih baik,
perlindungan terhadap kanker dan juga berfungsi sebagai antioksidan. Beta
karoten dan beberapa karotenoid lainnya merupakan nutrisi penting yang akan
diubah menjadi vitamin A. Beta karoten merupakan sumber yang sangat
potensial dari vitamin A dan memiliki aktivitas vitamin A tertinggi dari semua
karotenoid yang diketahui. Karotenoid, beta karoten, dan alpha karoten, secara
umum dikenal untuk mengurangi radikal bebas. Radikal bebas dapat
menyebabkan kerusakan sel yang mungkin bersifat karsinogenik. Aktivitas
antioksidan dari karotenoid adalah alasan dibalik efek anti kanker dan
peningkatan sistem kekebalan tubuh (Anonima, 2009).
Beberapa tanaman telah memiliki zat warna alami yang biasa dikenal
dengan istilah pigmen. Warna berhubungan dengan rasa, bau, tekstur, nilai
gizi, dan keutuhan. Pigmen yang terdapat pada tumbuhan dapat berupa
karotenoid, klorofil, dan anthosianin. Karoten memberi warna kuning dan
jingga, pada sayuran hijau berwarna tua, warna kuning atau jingga, pigmen
karotenoid tidak dapat dilihat karena pigmen tersebut diliputi hijau daun pada
tanaman tersebut. Kerusakan sayuran hijau biasanya teramati saat terjadinya
warna hijau berkurang dan warna kuning muncul, di mana proses ini dikenal
sebagai degreening (Ferrante, et. al, 2008).
Warna merupakan salah satu parameter mutu daging dan produk
olahannya.
Sangat
jelas
terlihat
bahwa
daging
yang
warnanya
pada hewan yang lebih tua. Contohnya, warna daging domba dewasa lebih
gelap dan merah dibandingkan daging domba muda. Kandungan myoglobin
daging hewan jantan lebih tinggi dari daging hewan betina sehingga warna
daging hewan jantan lebih merah. Otot yang melakukan aktivitas fisik yang
lebih berat juga memiliki kandungan myoglobin yang lebih tinggi. Inilah
sebabnya mengapa warna daging paha ayam lebih gelap dibandingkan dengan
daging dada (Anonimb, 2009).
Dalam mengekstrak zat warna diperlukan metode yang sesuai dengan
sifat bahan (sumber pigmen) agar dihasilkan rendemen dan stabilitas pigmen
yang tinggi. Klorofil merupakan pigmen hijau yang terdapat dalam kloroplas
bersama-sama dengan karoten dan xantofil. Di dalam klorofil terdapat
bermacam-macam klorofil misalnya klorofil a, b, dan c. Akan tetapi yang
paling umum berperan dalam pangan hanya klorofil a dan b. Klorofil yang
berwarna hijau tersebut tidak stabil dan dapat mudah berubah menjadi coklat
bila berhubungan dengan asam (Uffuk Kasim, 2008).
Pengaruh larutan asam dan basa pada sayuran yang dimasak sebagai
berikut. Sayuran berwarna merah dan ungu, seperti bit, kol merah, atau ungu
dalam larutan asam warnanya menjadi lebih cerah dan segar. Hal ini karena
adanya zat anthosianin dalam sayuran. Sebaliknya, dalam basa, warna merah
menjadi kebiru-biruan. Perubahan ini juga terjadi pada buah-buahan, seperti
strawberry, raspberries, dan plums. Pada tomat, semangka, dan cabe merah,
perubahan ini tidak terlihat jelas atau tidak banyak berubah. Sayuran berwarna
hijau mengandung klorofil. Warna hijau ini akan menjadi hijau segar dalam
larutan basa dan akan menjadi kecoklatan bila ditambah larutan asam
misalnya cuka (Tarwotjo, 1998).
Nitrat dan nitrit sudah sejak lama digunakan sebagai bahan curing
untuk membuat warna daging menjadi lebih menarik. Hal ini disebabkan
karena nitrat dan nitrit dapat berinteraksi dengan pigmen heme dalam daging.
Nitrit juga dapat bertindak sebagai bahan pengawet anti-bakteri, sehingga
dapat memperlambat kebusukan daging. Penggunaan kedua bahan tersebut
dalam daging dan hasil olahannya kadang-kadang dapat menimbulkan
III. METODOLOGI
1. Alat
a) Kompor listrik
b) Tabung reaksi
c) Beaker glass
d) Gelas ukur
e) Panci
f) Timbangan
g) Pinset
h) pH meter
2. Bahan
a) Wortel
b) Bawang merah
c) Buncis
d) Daging
e) Larutan FeCl3 50 ppm Fe
f) Asam cuka 95 %
g) NaHCO3 kristal
h) Larutan MgCl2 50 ppm Mg
i) Akuades
j) Natrium nitrit
k) Natrium nitrat kristal
l) Vitamin C kristal
3. Cara Kerja
a) Pengaruh Asam, Alkali, Ion-ion Logam Terhadap Pigmen Pada
Tanaman
Sayuran meliputi wortel, buncis, dan bawang merah
Ditambah akuades
Ditambah
sebesar
0,5 gram
50 mlNaHCO3 dan
Ditambah
50 ml akuades
50 Ditambah
ml larutan50FeCl
mlDitambah
larutan
MgCl
2,5 2ml
dan
asam
50 ppm
cukaMg
dan 95% akuades 50 m
3
dan 50 ppm Fe
Diamati perubahan warna bahan, larutan, dan dihitung pH sebelum dan sesudah pemanasan
Dimasak terbuka
Dimasak tertutup
Diamati perubahan warna, pH bahan, dan larutan sebelum dan sesudah pemasakan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
kontak dengan udara kontak
10 menit
dengan udara 20
menitdengan udara 30 menit
kontak
2) 0,20 gr NaNO3 +
0,10 gr NaNO2 +
Akuades 100 ml
0,10 gr Vit.C +
Akuades 100 ml
3) 0,20 gr NaNO2 +
Akuades 100 ml
4) 0,20 gr Vit.C +
Akuades 100 ml
5) Akuades 100 ml
Diambil 5 tabung reaksi kemudian diisikan ke dalamnya daging mentah yang sudah
dicacah sampai seperempat tinggi tabung
pH
6,0
5,6
5,6
5,4
5,8
5,4
2,4
2,4
larut dalam air dan pelarut organik sehingga tidak ada perubahan warna
yang terjadi. Perubahan pH terjadi dari 6,0 menjadi 5,6. Kisaran pH
tersebut masih dikatakan netral. Maka akuades di sini berfungsi sebagai
pengontrol dari perlakuan yang lain.
Sedangkan apabila kita amati pada penambahan 50 ppm Fe dan Mg,
perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan masih berada dalam kisaran
pH yang distandarkan walaupun nampak mengalami pengurangan.
Akibatnya beberapa kandungan karoten terpecah, warna memudar. Warna
wortel yang berubah dari orange menjadi orange muda. Hal ini disebabkan
karena karoten banyak mengandung ikatan rangkap dan akan berubah dari
trans menjadi cis atau terputus dengan cara pemanasan dan perlakuan
asam sehingga warna bahan akan pudar dan warna larutan akan menjadi
bening kekuningan
Perlakuan terakhir adalah penambahan asam cuka dengan akuades.
pH yang terbaca oleh pH meter menunjukkan angka asam yang tinggi
sebelum atau sesudah perlakuan yaitu 2,4. Larutan asam menyebabkan
pigmen warnanya susut karena karotenoidnya telah banyak yang
teroksidasi oleh katalis asam.
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Pengaruh Asam, Alkali, dan Ion-ion Logam
Terhadap Pigmen Klorofil pada Buncis
Perlakuan
Pengamatan
Warna Bahan
Warna Larutan
Buncis + 50 ml
Sebelum
Hijau
Bening
akuades
Sesudah
Hijau Kecoklatan Hijau Kekuningan
pH
5,2
5,3
Hijau
Hijau Kecoklatan
Hijau
Hijau Kecoklatan
Bening
Hijau Kekuningan
Bening
Hijau Kekuningan
6,2
5,4
6,2
5,4
Hijau
Coklat
Bening
Hijau Kekuningan
2,2
2,6
Pembahasan :
Pada percobaan yang selanjutnya, digunakan sampel buncis yang
berwarna hijau, yang mewakili pigmen klorofil. Klorofil adalah pigmen
hijau yang berada dalam bagian tumbuhan yaitu plastida. Klorofil
merupakan pigmen hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama-sama
dengan karoten dan xantofil. Pada prinsipnya percobaan tanaman buncis
sama dengan wortel. Selain kandungan klorofil di dalam buncis
terkandung senyawa golongan steroid / triterpenoid, tanin katekat, dan
flavonoid. Pada percobaan tersebut, sampel buncis mengalami perubahan
warna dari hijau menjadi coklat ketika ditambahkan asam cuka ke
dalamnya. Hal ini dikarenakan, buncis yang di dalamnya mengandung
klorofil tidaklah stabil pada suasana asam sehingga terjadi perubahan
warna. Sementara, pada saat sampel buncis ditambahkan akuades ke
dalamnya, terjadi perubahan warna dari yang semula hijau menjadi hijau
kecoklatan.
Klorofil dalam buncis bersifat stabil pada suasana basa, tetapi tidak
stabil dan mudah berubah jika berikatan dengan asam. Hal ini dapat
dibuktikan dalam percobaan, di mana ketika diberi perlakuan larutan asam
cuka dengan akuades terjadi perubahan warna bahan. Buncis yang tadinya
hijau berubah menjadi coklat sedangkan larutannya juga berubah dari
bening menjadi hijau kekuningan. Angka pH larutan terjadi kenaikan dari
2,2 menjadi 2,6 sehingga tingkat keasamannya menurun. Perubahan ini
terjadi karena ion Mg yang terdapat dalam klorofil mudah tergantikan oleh
ion H dari larutan asam. Jika warna klorofil berubah menjadi coklat maka
dinamakan feofitin.
pH
5,1
4,2
4,9
4,1
5,4
3,3
2,6
1,8
yang sama pada setiap perlakuan larutan yaitu ungu. Setelah pemanasan
dalam kompor listrik menggunakan akuades terjadi perubahan warna
bahan dari ungu menjadi pucat. Warna larutan juga mengalami perubahan
dari bening menjadi keruh. Perubahan ini terjadi sesuai dengan sifat
anthosianin yang mudah larut dalam air. pH larutan terjadi perubahan yaitu
dari 5,1 menjadi 4,2.
Pemanasan
dengan
tambahan
ion
logam
Fe
mengakibatkan
pH
7,3
6,9
7,3
6,9
5,4
6,4
5,4
7,0
Terbuka
Bawang Merah
Tertutup
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Merah
Merah
Merah
Merah
Bening
Keunguan
Bening
Keunguan
yang
5,2
5,4
5,2
5,1
(pada pemasakan tertutup kondisi sampel pada keadaan lebih basa). Hal ini
berlawanan dengan teori menurut (Winarno, 2002) yang menyatakan
bahwa dalam proses pemasakan akan terbentuk asam-asam organik yang
dapat menurunkan pH. Apabila tutup dibuka (pemasakan terbuka), asamasam tersebut dapat teruapkan keluar dan warna hijau dapat lebih
dipertahankan. Pada pemasakan terbuka, intensitas warna bahan yang
dihasilkan hendaknya lebih kuat dan sesuai dengan warna awal bahan
daripada ketika proses pemasakan tertutup. Akan tetapi pada hasil
percobaan yang telah dilakukan, dihasilkan intensitas warna yang sama
antara proses pemasakan terbuka dan proses pemasakan tertutup.
Penyimpangan ini dapat terjadi karena sensoritas dari pH meter yang
digunakan untuk mengukur pH berkurang sehingga dihasilkan data yang
berbeda dari teori yang ada.
Sedangkan pada percobaan menggunakan sampel bawang merah,
pada pemasakan terbuka dan tertutup tidak jadi perubahan warna yaitu
tetap merah. Dan larutan dari bening menjadi keunguan. Sedangkan pH
pada pemasakan terbuka mengalami peningkatan dari 5,2 menjadi 5,4. Hal
ini disebabkan pada pemasakan terbuka, asam-asam tersebut dapat
teruapkan keluar. Sedangkan pada pemasakan tertutup, terjadi penurunan
pH dari 5,2 menjadi 5,1. Perubahan warna yang terjadi membuktikan
bahwa pigmen anthosianin yang terdapat pada bawang merah larut dalam
air dan penurunan pH menunjukkan pelepasan asam-asam organik
sehingga warna lebih dipertahankan. Hal ini menunjukkan bahwa
anthosianin memiliki sifat peka terhadap perubahan panas dan pH.
Menurut teori dari (Winarno, 2002), penurunan pH pada pemasakan
terbuka lebih kecil daripada pemasakan tertutup karena pada saat
pemanasan yang dilakukan, asam-asam organik akan menguap dan warna
akan lebih dipertahankan.
c. Pengaruh Beberapa Perlakuan Terhadap Zat Warna Daging
Tabel 5.5 Hasil Pengamatan Zat Warna Daging Tanpa Curing
Waktu
Pengamatan
Warna
Tekstur
(menit)
0'
Daging
10'
Daging
20'
Daging
30'
Daging
Merah cerah
Warna
Merah segar
Krem
Tekstur
Keras, serat halus
Lunak, serat kasar
Pembahasan :
Daging sebelum dipanaskan akan memiliki warna cenderung merah
segar. Intensitas warna merah tua terbesar setelah daging berhubungan
dengan udara luar selama 20 menit baru kemudian yang 10 menit dan yang
0 menit agak kecoklatan. Tekstur daging sebelum dipanasi adalah keras
Larutan Curing
Pembahasan :
Curing atau pengawetan, pada umumnya melibatkan pemberian nitrat
dan garam. Perlakuan curing yang dilakukan pada percobaan ini
menggunakan larutan Na-nitrat, Na-nitrit, vitamin C, dan akuades. Setelah
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada acara V tersebut,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Zat warna atau pigmen yang terdapat dalam tanaman dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu klorofil, karotenoid, anthosianin, dan
anthoksantin.
b. Zat warna atau pigmen yang terdapat dalam daging adalah myoglobin.
c. Pigmen dapat berubah warna jika dipengaruhi oleh asam atau basa, suhu,
dan panas atau cahaya. Semakin asam maka zat warna akan semakin
pudar, kemudian semakin tinggi suhu maka zat warna juga akan semakin
pudar, begitu juga sebaliknya.
d. Perubahan warna pigmen karotenoid pada wortel dan pigmen klorofil pada
buncis yang paling nyata adalah karena pengaruh alkali karena perubahan
warna tersebut tampak drastis.
e. Penambahan larutan asam cuka pada wortel menyebabkan pigmen
warnanya susut karena karotenoidnya telah banyak yang teroksidasi oleh
katalis asam.
f. Pigmen anthosianin pada bawang merah tampak berubah drastis pada
setiap larutan kecuali dalam alkali atau asam.
g. Pada wortel dengan penambahan ion Fe dan Mg, perubahan yang terjadi
tidak terlalu signifikan dan masih berada dalam kisaran pH yang
distandarkan walaupun tampak mengalami sedikit penurunan.
h. Pada buncis penambahan ion Fe akan menggantikan ion Mg dalam klorofil
sehingga warna klorofil berubah dari hijau menjadi hijau kecoklatan
dikarenakan logam Fe membantu memutus gugus fitol sehingga klorofil
larut dalam air dan Mg hilang sehingga dihasilkan feoforbida (klorofil
yang kehilangan ion Mg+).
i. Pemanasan secara terbuka pada pigmen karotenoid wortel dan pigmen
klorofil pada buncis menyebabkan intensitas warnanya kurang dibanding
pemanasan secara tertutup. Sedangkan sebaliknya pada bawang merah
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2009. Kualitas dan Mutu Daging. http://virasiswanto.multiply.com.
Diakses pada tanggal 25 Oktober 2009 pukul 16.30 WIB.
Anonim. 2009. Manfaat Karatenoid Alami. http://wyeth indonesia.com. Diakses
pada tanggal 25 Oktober 2009 pukul 16.50 WIB.
Ferrante, A., Incrocci, L., Maggini, R., Serra, G. and Tognoni, F. 2008. Quality
changes during storage of fresh-cut or intact Swiss chard leafy vegetabels.
Journal of Food, sAgriculture & Environment Vol.6 (3&4) : 60-62.
Harborne, J.B. 1983. Metode Fitokimia Terbitan ke I. ITB Press. Bandung
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Terbitan ke II. ITB Press. Bandung.
Muchtadi, Deddy. 1989. Aspek Biokimia dan Gizi dalam Keamanan Pangan.
Dept. Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi PAU Pangan
dan gizi IPB. Bogor.
Tarwotjo, C. Soejoeti. 1998. Dasar-Dasar Kuliner. Gramedia. Jakarata.
Ufuk Kasim, M & Rezzan Kasim. 2008. Double-sided UV-C treatments delayed
chlorophyll degradation but increased chilling injury of green bean
(Phaseolus vulgaris L. cv. Helda) during storage. Journal of Food,
Agriculture & Environment Vol.6 (3&4) : 176-180.
Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.