Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
pembawa
berbeda,
serupa
dengan
proses
reabsorpsi
Na +
oleh
glukosa
atau
asam
amino
melalui
pembawa
Penyerapan Karbohidat
Karbohidrat makanan dicerna di usus halus untuk diserap
terutama dalam bentuk disakarida maltosa (produk pencernaan
polisakarida), sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang terletak di
membran brush border sel epitel usus meneruskan penguraian
disakarida ini menjadi unit-unit monoskarida yang dapat diserap yaitu
glukosa, galaktosa, dan fruktosa.
Glukosa dan galaktosa diserap oleh transpor aktif sekunder, di
mana pembawa kontranspor di membran luminal memindahkan
monosakarida dan Na+ dari lumen ke dalam interior sel usus.
Bekerjanya pembawa kontraspor ini, yang tidak secara langsung
mengunakan energi, bergantung pada gradien konsentrasi Na + yang
tercipta oleh pompa Na+-K+ basolateral yang menggunakan enegi.
Glukosa (atau galaktosa), setelah dipekatkan di sel oleh pembawa
kontranspor, meninggalkan sel menuruni gradien konsentrasi melalui
pembawa pasif di membran basolateral untuk masuk ke darah dalam
vilus. Selain terjadi penyerapan glukosa melalui sel oleh pembawa
kontranspor, terdapat bukti bahwa cukup banyak glukosa melintasi
sawar epitel melalui taut erat yang bocor di antara sel-sel epitel.
Fruktosa diserap ke dalam darah hanya dengan difusi terfasilitasi
(transpor pasif yang diperantarai oleh pembawa).
Penyerapan protein
Baik protein yang dicerna (dari makanan) maupun protein
endogen (di dalam tubuh) yang masuk ke lumen saluran cerna dari tiga
sumber berikut dicerna dan diserap:
1. Enzim
pencernaan,
yang
semuanya
adalah
protein,
yang
yang berasl dari makanan. Semua protein endrogen harus dicerna dan
diserap
bersama
dengan
protein
makanan
untuk
mencegah
menjadi
asam-asam
amino
konstituennya
oleh
Penyerapan lemak
Penyerapan lemak cukup berbeda dari penyerapan karbohidrat
dan protein, karena sifat tidak larutnya lemak alam air menimbulkan
masalah tertentu. Lemak harus dipindahkan dari kimus cair melalui
larutan cairan tubuh, meskipun lemak tidak larut air. Karena itu, lemak
harus menjalani saerangkaian transformsi fisik dan kimiawi untuk
mengatasi masalah ini selama pencernaan dan penyerapannya.
Ketika isi lambung dikosongkan ke dalam duodenum, lemak
yang
tertelan
bergumpal
membentuk
agrega
butir-butir
besar
absorptif
usus.
Namun,
komponen-komponen
empedu
produk-produk
akhir
pencernaan
lemak
di
dalam
masuk
ke
interior
sel
ini.
Setelah
produk-produk
lemak
telah
di
bungkus
ini,
yang
dikenal
sebagai
kilomikron,
Penyerapan vitamin
Vitamin larut air terutama diserap secara pasif bersama air, sedangkan
vitamin larut lemak dibawa dalam misel dan di serap secara pasif
Penyerapan besi
Besi esensial bagi pembentukan hemoglobin. Asupan besi
normalnya adalah 15-20 mg per hari, tetapi pria biasanya menyerap
0,5 sampai 1 mg/hari ke dalam darah, dan wanita menyerap sedikit
lebih banyak, 1,0-1,5 mg/hari (wanita memerlukan lebih banyak besi
karena mereka secara berkala kehilangan besi melalui darah haid).
Penyerapan besi ke dalam darah melibatkan dua langkah utama:
(1) penyerapan besi dari lumen ke dalam sel epitel usus halus dan (2)
penyerapan besi dari sel epitel ke dalam darah.
Besi secara aktif dipindahkan dari lumen ke dalam sel epitel,
dengan wanita memiliki tempat transpor aktif sekitar empat kali lebih
banyak daripada pria. Tingkat penyerapan besi yang masuk oleh sel
epitel bergantung pada jenis besi yang dikonsumsi (besi fero, Fe 2+,
lebih mudah diserap daripada besi feri, Fe 3+). Juga, adanya bahan lain
dilumen dapat meningkatkan atau menghambat penyerapan besi.
Sebagai cotoh, vitamin C meningkatkan penyerapan besi, terutama
dengan
mereduksi
besi
feri
menjadi
fero.
Fosfat
dan
oksalat,
Penyerapan kalsium
Jumlah kalsium (Ca2+) yang diserap juga diatur. Penyerapan Ca 2+
sebagian dilakukan oleh difusi pasif tetapi umumnya dengan transpor
aktif. Vitamin D melaksanakan efek ini hanya setelah ia diaktifkan di
hati dan ginjal, suatu proses yang didorong oleh hormon paratirod.
Karena itu, sekresi hormon paratiroid meningkatkan sebagai hormon
terhadap penurunan konsentrasi Ca 2+ dalam darah. Dalam keadaan
normal, sekitar 1000 mg Ca2+ dikonsumsi setiap hari namun hanya dua
pertiga diserap diusus halus dan sisanya keluar menjadi tinja.
Referensi :
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia; Dari Sel ke Sistem. Ed. 9.
Jakarta : EGC