Anda di halaman 1dari 69

Dr.

Sugiarto,dr, SpPD,FINASIM
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi /
Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Kuliah Budaya Ilmiah, September 2014

Bagaimana cara terbaik untuk


mengkritisi journal/ artikel/ karya
ilmiah ?
Kita harus belajar

Evidence-Based Medicine (EBM).

5 Step Evidence-Base Medicine/


1. Asking Focused Question
(masalah pasien).
Practisc
Pencegahan,etiologi,diagnosis,pengobatan, prognosis.

2. Finding the Evidence (Clinical article).


Penemuan terbaru untuk menjawab pertanyaan
penelitian.
3. Critical Appraisal (telaah kritis)
Validitas dan penggunaan
4. Making a Decision.
Integrasi kejadian klinik dengan pasien.
5. Evaluating Performance
Efektifitas dan efisiensi dari step 1 s/d step 4 dan
untuk memperbaiki waktu yang akan datang.

Evidance-Base diagnosis / terapi


Problem klinik (diagnosis/ terapi)
Cara menjawab pertanyaan
klinik ?
Temukan
bukti yang terbaik
untuk menjawab
pertanyaan

Critically appraise
(validitas dan kegunaan)

Terapkan hasil-hasil
pada pasien anda

Flow of Workshop

Clinical
Application

Critical appraisal/Telaah
kritis
Definisi :
Adalah proses memeriksa suatu penelitian

secara seksama dan sistematik untuk


menentukan apakah suatu penelitian
mempunyai nilai dan relevan atau tidak.

Adalah cara atau metode untuk

mengkritisi secara ilmiah terhadap


penulisan/karya ilmiah
Proses secara integrasi Evidence
Based Practice.

Tujuan:
Mengidentifikasi metodologi pada karya ilmiah

dan konsumen riset untuk menentukan


kualitas riset.

Kegunaan Telaah kritis ?


Menilai validitas (kebenaran) dan

usefulness (kegunaan) dari suatu artikel/


karya/journal ilmiah.
Memutuskan bagaimana cara mengatasi
masalah klinik.
Memutuskan apakah dokter dapat artikel
memanfatakan di klinik atau tidak.

10 PERTANYAAN KETIKA MENGOMENTARI


ARTIKEL PENELTIAN
1. Apakah pertanyaan penelitihan relevan ?
2. Adakah penelitian ada hal yang baru ?
3. Apakah jenis pertanyaan penelitihan masih

dipertanyakan ?
4. Apakah metode penelitian sesuai dengan pertanyaan
penelitihan?
5. Apakah metode penelitian di arahkan terhadap sumber
bias ?
6. Apakah penelitihan sesuai protokol asli ?
7. Apakah ada hipotesis ?
8. Apakah analisis statistiknya benar ?
9. Apakah data bisa disimpulkan ?
10.Apakah ada konflik kepentingan ?

3 Komponen Telaah kritis


1. Bagaimana Validity

(kebenaran)?
2. Bagaimana outcome (hasil) ?
3. Bagaimana hubunganya
dengan klinik ?.

3 TAHAP TELAAH KRITIS


1.Metode terhadap pertanyaan klinik.
2.Menilai kebenaran (validitas) penelitian.
3.Menilai manfaat (usefulnees) hasil

penelitian.

1. APAKAH METODE SESUAI DG PERTANYAAN


KLINK ?

Membandingkan 2 group yang berbeda.


Observasional :
pengamatan kejadian secara alamiah

Eksperimental :
Memberikan intervensi/ perlakuan terhadap subyek.
Randomized controlled trials (RCTs).
Penelitian yang terbaik untuk mengetahui

efikasi terapi adalah RCTs

2. MENLAI VALIDITAS (kebenaran )


PENELITIAN

External validity :
adalah kebenaran penelitian diluar kontek (kehidupan

nyata)
Jika hasil penelitian berbeda, sulit diramalkan
Internal validity :
Adalah kebenaran penelitian didalam konteks sendiri.
Diperlukan critical appraisal.
4 hubungan dengan hasil penelitian yang perlu

diperhatikan: bias, confounding, kesempatan dan


efek.
efek

3. MENILAI KEGUNAAN HASL


PENELITIAN
A. Risk With & Without Treatment
B. Absolute & Relative Risk Reduction
C. Number-Needed-to-Treat & Number-

in-100
D. Safety/ keamanan

A.Risk With & Without Treatment

B. Absolute & Relative Risk


Reduction

C.Number-Needed-to-Treat &
Number-in-100
Number-needed-to-treat (NNT) :
adalah

kebalikan dari ARR.

Misal :
5 dalam 100 adalah 20 kali berati

to treat 20 pupolasi bermanfaat


terhadap 1 orang .

need

D.Safety
Penelitihan jarang melaporkan hasilnya,

kalau ada sering kebetulan.


Laporannya mungkin dipilih yang
menguntungkan pasien, sedangkan
yang merugikan pasien tidak
dilaporkan.
Lamanya pengamatan mungkin
pendek.

Apa yang harus dikaji bila


membaca suatu artikel / jurnal/
karya ilmiah ?

Mengkritisi !
Belajar Telaah Kritis
Validitas internal ?
Sejauh mana penelitian diterapkan dalam

klinik.
Untuk menentukan validitas diperlukan beberapa
pertanyaan dan dijawab oleh pembaca artikel/ journal.

Kegunaan?
Seberapa besar manfaat penelitian dalam

klinik.
.

Perbedaan standart diagnosis suatu penyakit akan

merubah prevalensi penyakit dan terapi suatu


penyakit.
Perubahan kriteria diagnostik berhubungan
dengan peningkatan jumlah penyakit.
Misal :
Definisi AIDS yang dipakai sebagi dasar diagnosis

pada tahun 1987 selama 2 tahun hanya ditemukan


kasus sekitar 50 %.
Tetapi sejak 1993 dengan dimasukannya kriteria baru
yaitu CD+ 4 maka penemuan penderita AIDS
meningkat secara nyata ( 85%).

Pertanyaan Klink
atau
Clinical question
EBM :
Bagaimana menilai kebenaran suatu
Diagnosis.
Terapi.

Bagaimana kegunaannya hasil penelitihan yang

dapat diterapkan di klinik.

Topik Criticals Appraisal


1. Telaah kritis Uji Diagnosis.
2. Telaah kritis Jurnal Terapi.

1.
Telaah Kritis Uji
Diagnosis

Upaya menegakkan diagnosis suatu


penyakit :
Adalah suatu proses yang tidak sempurna dan

menghasilkan suatu probabilitas (kemungkinan)


dari suatu kepastian dan kebenaran penyakit.
Seorang klinisi sering sulit untuk memperoleh
informasi tentang uji diagnosis terbaru bila tidak
mau belajar.

Uji diagnosis berkembang sesuai dengan

zamannya.

Suatu uji diagnosis pada awalnya sangat bagus,

tetapi dengan perkembangan tehnologi akan


menjadi ketinggalan, karena telah ditemukan uji
diagnosis terbaru.

Dalam menentukan uji diagnosis seorang klinisi

harus mempertimbangkan seberapa besar


sensitifitas dan spesifitas terhadap uji diagnosis
baru dibandingkan uji diagnosis lama.

Pedoman membaca artikel Uji


Diagnosis ( 8 pertanyaan ?).

1. Apakah terdapat ketersamaan antara uji diagnosis


yang sedang diteliti dengan baku emas [Gold
Standart] ?
2. Apakah sampel subyek penelitian meliputi
spektrum penyakit dari yang ringan sampai berat,
penyakit yang terobati dan tidak dapat terobati ?
3. Apakah lokasi penelitian disebutkan dengan
jelas ?
4. Apakah presisi uji diagnosis dan variasi pengamat
dijelaskan ?

5.Apakah istilah normal dijelaskan ?


6. Apakah uji diagnosis yang diteliti merupakan
bagian dari suatu kelompok uji diagnosis,
apakah kontribusinya pada kelompok uji
diagnosis tersebut dijelaskan ?
7. Apakah cara dan tehnik melakukan uji diagnosis
yang sedang diteliti dijelaskan, sehingga dapat
direplikasi ?
8. Apakah kegunaan uji diagnosis yang sedang
diteliti disebutkan ?

1. Apakah terdapat ketersamaan antara uji diagnosis


yang sedang diteliti dengan baku emas [Gold
Standart] ?
Uji diagnosis baru harus dilakukan pada

kelompok penyakit baik yang mempunyai baku


emas maupun yang tidak mempunyai baku emas.
Hasil uji diagnosis harus bisa digunakan oleh
seorang klinisi untuk menentukan bahwa
seseorang benar-benar sakit atau tidak.
Uji diagnosis baru harus dibandingkan dengan uji
diagnosis baku emas.

Table 4 PIOPED II tentang perbandingan uji


diagnosis baru dengan uji diagnosis baku emas.
Uji Diagnosis
baru

Positip :
Hasil Pasien dengan
test penyakit
Negatip :
Pasien tanpa
penyakit

Baku emas
Pasien dengan Pasien tanpa
penyakit
penyakit
Benar Positip
a

Positip palsu
b

a+ b

Negatip palsu
c

Benar negatif
d

c +d

a+c

b+d

a+b+c+
d

Cara menentukan Uji diagnosis baru.


Cara yang paling banyak dipakai untuk

membandingkan uji diagnosis baru dengan uji


diagnosis baku emas adalah dengan menggunakan
Table 4 PIOPED II

1.
2.
3.
4.

5.

Sensitivity : a/( a+c)


Specificity : d/(b+d).
Accuracy : (a+d)/(a+b+c+d)
Predictive value :
Positip Predictive value : a/(a+b)
Negatip Predictive value : d/(c+d)
Likelihood Ratio :
Positip Likehood Ratio : a/(a+c) : b/(b+d)
Negatip Likehood Ratio : c/(a+c) : d/(b+d)

Contoh
Uji diagnosis pada penyakit
demam tiphoid

Sensitifitas
(%)

Spesifitas
(%)

Multi-Test Dip-S Ticks for


Serotype Typhi

89

50

TyphiDot

79

89

TUBEX

78

94

Widal testing in the hospital

64

76

Widal testing at the Pasteur


Institute

61

100

2. Apakah sampel subyek penelitian meliputi


spektrum penyakit dari yang ringan sampai berat,
penyakit yang terobati dan tidak dapat terobati ?
Penyakit demam berdarah biasanya tidak sulit

untuk menentukan diagnosisnya.


Arti klinis sesungguhnya dari suatu uji diagnosis
baru adalah terletak pada nilai prediksinya
(preditive value) dari kasus yang samar-samar.
Jadi penulis harus menjelaskan spektrum
penyakit dari subyek yang diteliti.

3.Apakah lokasi penelitian disebutkan


dengan jelas ?
Nilai prediksi sangat dipengaruhi oleh prevalensi.
Pasien yang datang ke puskesmas tentunya berbeda

dengan pasien yang datang ke rumah sakit tipe A.


Dalam artikel harus di cantumkan lokasi penelitian dan
seleksi pasien, sehingga pembaca dapat menghitung
nilai prediksi bila ingin diterapkan di tempat kerjanya.
Seleksi harus dicantumkan, sebab pembaca sepantasnya
menerima jaminan bahwa hasil uji diagnosis disebabkan
oleh mekanisme penyakit bukan oleh perbedaan sifat
seperti umur, jenis kelamin, diet dari subyek penelitian.

4.Apakah presisi uji diagnosis dan


variasi pengamat dijelaskan ?
Validitas suatu uji diagnosis menuntut tidak

adanya bias dan presisi.


Deskripsi dari suatu uji diagnosis harus jelas agar
pembaca dapat mengulanginya dengan cara yang
sama.

5.Apakah istilah normal dijelaskan ?


Dalam makalah penulis harus menjelaskan apa yang

dimaksud dengan normal dan pembaca harus puas


bahwa istilah yang dipakai oleh penulis memang
mempunyai arti klinis.

Beberapa istilah yang dipakai sebagi standar normal

adalah :

1.Percentil.
2.Faktor resiko ( resiko terhadap kesakitan atau kematian)
3 Kriteria kultur ( langsing atau gemuk)
4.Suatu rentang harga dimana suatu terapi memberikan
hasil yang bermanfaat dibanding kerugiannya
Misal harga normal tekanan darah adalah 130/80 mmHg

6. Apakah uji diagnosis yang diteliti merupakan


bagian dari suatu kelompok uji diagnosis, apakah
kontribusinya pada kelompok uji diagnosis
tersebut dijelaskan ?
Kebanyakan suatu uji diagnosis hanya menguji

satu dari beberapa manifestasi klinis dari suatu


penyakit.
Apakah penulis menjelaskan kontribusi
manifestasi klinis yang diuji tersebut terhadap
manifestasi penyakit yang sesungguhnya.

7. Apakah cara dan tehnik melakukan uji


diagnosis yang sedang diteliti dijelaskan,
sehingga dapat direplikasi ?
Penulis harus menerangkan dengan jelas

mengenai bagaimana mengerjakan uji diagnosis


tersebut yang meliputi :
Bagaimana melakukan dan bagaimana

mengisterpretasikan hasilnya.
Apakah ada persyaratan khusus seperti diet atau
aktifitas fisik tertentu.
Obat apa yang harus dihindari.
Bagaimana tranport spesimen dan penyimpanan untuk
analisis lebih banyak.

8. Apakah kegunaan uji diagnosis yang


sedang diteliti disebutkan ?
Kriteria utama dari uji diagnosis atau tindakan

klinis adalah apakah pasien menjadi lebih baik atau


tidak?
Apakah kelainan dapat terdeteksi atau tidak.
Apakah tindakan lebih lanjut dapat dikurangi atau tidak?
Apak pasien atau dokter mendapat keuntungan dengan uji

diagnosis baru tersebut ?

Bila tidak ada sebaiknya pembaca mencermati

bagai mana akurasi, presisi terhadap uji diagnosis


baru tersebut.

Lembar kerja Uji diagnostik


1.Apakah terdapat ketersamaan dengan baku emas ?

Ya

Tidak

Tidak
diketahui

2. Apakah sampel subyek penelitian meliputi spektrum


penyakit dari yang ringan sampai berat, penyakit yang
terobati dan tidak dapat diobati ?

Ya

Tidak

Tidak
diketahui

3. Apakah lokasi penelitian disebutkan dengan jelas ?

Ya

Tidak

Tidak
diketahui

4.Apakah presisi uji diagnostik dan variasi pengamat


dijelaskan ?

Ya

Tidak

Tidak
diketahui

5.Apakah istilah normal dijelaskan ?

Ya

Tidak

Tidak
diketahui

6. Apabila uji diagnostik yang diteliti merupakan bagian dari


suatu kelompok uji diagnostik, apakah kontribusinya pada
kelompok uji diagnostik tsb dijelaskan ?

Ya

Tidak

Tidak
diketahui

7. Apakah cara dan tehnik melakukan uji diagnostik yang


sedang diteliti dijelaskan, sehingga dapat direplikasi.

Ya

Tidak

Tidak
diketahui

8. Apakah kegunaan uji diagnostik yang sedang diteliti


disebutkan ?

Ya

Tidak

Tidak

2.
Telaah Kritis Jurnal
Terapi.

Ada 3 hal pokok yang harus diketahui


sebelum memilih terapi yang terbaik
yaitu
1. Menentukan tujuan terapi
2. Memilih terapi yang spesifik.
3. Menentukan target terapi.
Di Amerika Serikat semua obat sebelum digunakan

oleh seorang klinisi harus dilakukan uji klinik


tentang efektifitas obat tersebut.

Contoh pemberian terapi captoril pada penderita

hipertensi.
Tujuan terapi :
mencegah kerusakan target organ seperti otak, jantung,
mata, ginjal yang dapat menyebabkan kematian atau
kerusakan permanen.
Pilihan terapi spesifik:

berdasarkan uji klinik tersamar ganda.


Target terapi :
tekanan sistolik 130 mmHg dan diastolik 80 mmHg
(130/80 mmHg).

Ada 3 kemungkinan dalam memilih terapi:


1. Berdasarkan pengalaman tanpa kontrol dari dokter yang

bersangkutan.
2. Berdasarkan rekomendasi dari guru / senior/konsultan/
kolega dokter.
3. Berdasarkan berdasarkan suatu uji klinik tersamar ganda
yang formal.

Mana yang terbaik dalam menentukan terapi ?

Jawab :
berdasarkan uji klinik tersamar ganda (Randomized

Controlled clinical Trial/ RCT).

Makna controlled mempunyai arti bahwa

pasien (subyek penelitian) menerima obat baru


dibandingkan dengan pasien kontrol (placebo)
yang tidak menerima obat baru atau tetap
menerima obat sebelumnya.
Makna randomized subyek dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok subyek penelitian dan
placebo dengan dilakukan random alokasi.

Cara memilih terapi yang baik


Klinisi harus membaca jurnal / artikel /karya

ilmiah kedokteran tentang terapi.


Klinisi harus memilih jurnal yang baik dengan
cepat.
Klinisi harus mengetahui pedoman telaah
kritis tentang terapi.

Pedoman telaah kritis tentang terapi (6


pertanyaan ?)
1. Apakah alokasi subyek penelitian ke kelompok terapi
atau kontrol betul betul secara acak (random) atau
tidak ?
2. Apakah semua keluaran ( autcome) dilaporkan ?
3. Apakah studi menyerupai lokasi anda bekerja atau
tidak ?
4. Apakah kemaknaan statistik maupun klinis
dipertimbangkan atau dilaporkan ?
5. Apakah tindakan terapi yang dilakukan dapat dilakukan
ditempat anda bekerja atau tidak ?
6. Apakah semua subyek penelitian diperhitungkan dalam
kesimpulan ?

1. Apakah alokasi subyek penelitian ke kelompok


terapi atau kontrol betul betul secara acak
(random) atau tidak ?
Subyek penelitian harus mempunyai

probabilitas yang sama pada alokasi kelompok


terapi atau kontrol.
Istilah randomized trial atau random
allocation harus ada dalam abstrak pada
jurnal tersebut.
Dengan random allocation (alokasi random)
bertujuan untuk menghilangkan bias pada
hasil penelitian.

Dua langkah dalam membaca artikel/


jurnal tentang terapi yaitu
1. Telusuri artikel yang mencantumkan

randomized clinical trial


2.Bila tidak ditemukan artikel tentang
randomized clinical trial , maka klinisi
dianjurkan memilih artikel yang memuat
investigasi subeksperimental.

2. Apakah semua keluaran ( autcome)


dilaporkan ?
Hasil uji klinis secara random alokasi clofibrat pada penyakit
jantung koroner

plasebo clofibrat
Rerata perubahan pada kolesterol serum

+1

-9

Infark miokard non fatal per 1000 subyek

7,2

5,3

Infark miokard fatal dan non fatal per 1000


subyek

8,9

7,4

Total kematian per 1000 subyek

5.2

6.2

Interpretasi hasil penelitian diatas:


Pemberian clofibrat akan menurunkan kolesterol

sebesar 9%.
Infark miokard baik fatal dan non fatal menurun
lebih sedikit dari pada placebo ( 5,8: 7,2 dan 7,4:
8,9)
Keluaran secara keseluruhan pada kematian total
terapi clofibrat lebih tinggi dari pada placebo
( 6,2:5,2) sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa terapi clofibrat lebih banyak kerugiannya.

3. Apakah studi menyerupai lokasi anda


bekerja atau tidak ?
Subyek penelitian harus diketahui secara demografi

sosial dan secara klinis, sehingga klinisi dapat


membandingkan dengan situasi tempat bekerja.
Subyek penelitian harus mirip dengan tempat
bekerja klinisi.
Kalau semua jawaban diatas ya, berati artikel
tersebut bisa digunakan untuk pedoman terapi.

4. Apakah kemaknaan statistik (p) maupun


klinis dipertimbangkan atau dilaporkan ?
Kemaknaan klinis berhubungan dengan:
Seberapa manfaat klinis terhadap terapi obat tertentu.
Hasil kesimpulan penelitian benar-bernar bermakna

secara statistik tanpa mempertimbangkan kepentingan


klinis.

Kemaknaan klinis
Dapat dilihat pada Relative Risk Reductin (RRR)
atau
Absolut Risk Reduction (ARR)

Tabel 1. Hasil penelitian terapi captopril terhadap


komplikasi kematian atau stroke
Rata kejadian

Relative Risk
Reductin (RRR)

Jenis penelitian

Placebo
P

Tx captopril (P-A) =RRR


A
P

Hipertensi dng
kerusakan target
organ

2.2

0.8

2.2-0.8 = 64%
22

Hipertensi tanpa
kerusakan target
organ

1.0

0.4

1.0 - 0.4 = 60%


10

Tabel2. Hasil penelitian terapi captopril terhadap


komplikasi kematian, atau stroke
Rata kejadian
Jenis penelitian

Placebo Tx
RRR Absolut Risk
captop
Reduction
ril
(ARR)

Kerusakan target
organ

2.2

0.8

64%

2.2-0.8 = 0.14

Tanpa kerusakan
target organ

1.0

0.4

60%

1.0-0.4 = 0.6

Tabel diatas dapat dilihat bahwa


terapi captopril dapat menurunkan komplikasi target

organ sebesar 0,8 dibanding 2,2 dengan RRR sebesar


64 %.
Sedangkan komplikasi tanpa kerusakan target organ

0,04 dibanding 1,0 dengan RRR sebesar 60%


Bila RRR> 50% menunjukkan bermakna secara klinis.
captopril dapat menurunkan komplikasi sebesar 0.14

dan 0.6.

5. Apakah tindakan terapi yang dilakukan dapat


dilakukan ditempat anda bekerja atau tidak ?

Terdapat 4 pokok :
1. Perlakuan harus dijelaskan dengan terperinci agar

dapat direplikasi.

2. Perlakuan harus punya arti biologis dan klinis.


3. Perlakuan harus tersedia dan dapat diterima
penderita.
4. Peneliti harus dapat menjelaskan bagaimana cara
menghindari kontaminasi atau co-intervensi.

6. Apakah semua subyek penelitian diperhitungkan


dalam kesimpulan ?

Pembaca harus jeli mencatat berapa

jumlah subyek penelitian yang termasuk


kelompok perlakuan (terapi) atau
kelompok kontrol.

Tabel 3. Hasil penelitian operasi jantung vs


medikamentosa
TIA,stroke atau
kematian
Terapi

ya

tidak

Total pasien

Operasi jantung

43

36

79 (!)

medikamentosa

53

19

72

Redution risk dari operasi jantung adalah = (53/72 )- (43/79) = 27%


(53/72)
X 2 = 5,98 dan p=0,02 ( bermakna bila p< 0.05)

Tabel 3 dari hasil penelitian uji klinis

acak( randomized clinical trial) jumlah kasus


sebesar 151 penderita dengan rincian :
Pembedahan versus medikamentosa ( 79

dioperasi vs 72 medikamentosa)
setelah dihitung terdapat penurunan reduction in risk

sebesar 27 % (p=0,02)

Tabel 3 Tetapi yang benar adalah


TIA,stroke atau
kematian
Terapi

ya

tidak

Total pasien

Operasi jantung

58

36

94 (!)

medikamentosa

54

19

73

Redution risk dari operasi jantung adalah = (54/73 )- (58/94) = 16%


(54/73)
X 2 = 2,80 dan p=0,09 ( tidak bermakna karena p>0.05)

Tetapi !
Setelah diteliti jumlah kasus sebesar 167 dan

ada 16 kasus meninggal karena stroke atau


meninggal waktu masuk sehingga bila
dihitung penurunan reduction risk hanya 16 %
(p=0.09) berarti tidak bermakna.
Note :
kasus tidak dilaporkan semua kenyataan

167 yang dilaporkan 151

Lembar kerja telaah kritis terapi


1. Apakah lokasi subyek penelitan ke kelompok terapi
atau kontrol betul betul secara acak (random) atau tidak ?

ya

Tidak

Tidak
diketahui

2.Apakah semua keluaran (outcome) dilaporkan ?

ya

Tidak

Tidak
diketahui

3.Apakah lokasi penelitian menyerupai lokasi anda


bekerja atau tidak ?

ya

Tidak

Tidak
diketahui

4.Apakah kemaknaan statistik maupun klinis


dipertimbangkan atau dilaporkan ?

ya

Tidak

Tidak
diketahui

5.Apakah tindakan terapi yang dilakukan dapat dilakukan


ditempat anda bekerja atau tidak ?

ya

Tidak

Tidak
diketahui

6.Apakah semua subyek penelitian dipertimbangkan


dalam kesimpulan ?

ya

Tidak

Tidak
diketahui

Kesimpulan
Telaah kritis merupakan suatu keharusan bagi

seorang klinisi untuk menerapkan pengetahuan


baru dalam praktek sehari-hari.
Telaah kritis merupakan metode untuk berpikir
kritis terhadap artikel atau journal penelitian.
Pengetahuan telaah kritis merupakan bagian atau
tahapan dari evidence-base medicine.

Dalam menentukan uji diagnosis seorang klinisi

harus mempertimbangkan seberapa besar


sensitifitas dan spesifitas terhadap uji diagnosis
baru dibandingkan uji diagnosis lama
Ada 3 hal pokok yang harus diketahui sebelum

memilih terapi yang terbaik yaitu bagaimana


menentukan tujuan terapi, memilih terapi yang
spesifik dan menentukan target terapi

Kepustakaan.
Gaede P, et al. 2003. Multifactorial Intervention and

Cardiovascular Disease in Patient with type 2


Diabetes;348 :383-393
Greenberg, et al, 2001 . Medical Epidemiology. Edisi
3 Lange Medical Books/ MCGraw-Hill.Toronto
Hawkins R. 2005. The Evidence Based Medicine
Approach to Diagnostic Testing : Practicalities and
limitations. Clin Biochem Rev:Vol 25.
http://en.Wikipedia.org/wiki/Evidence-based
_medicine
Soeparto ,dkk. 1998. Epidemiologi Klinis Gramik FK
UNAIR.

Walaikum salam wr wr

Anda mungkin juga menyukai