Anda di halaman 1dari 18

TEKNIK PENILAIAN PORTOFOLIO

TEKNIK PENILAIAN PORTOFOLIO


DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
1.

Hakekat Portofolio

a. Pengertian Portofolio
Secara umum portofolio merupakan suatu kumpulan hasil kerja yang
dapat memberikan informasi tentang kemampuan dan perkembangan suatu
objek kerja dari waktu ke waktu. Dalam portofolio dunia pendidikan
khususnya dalam proses kegiatan belajar mengajar, peserta didik
merupakan suatu objek kerja atau evidence. Sebagaimana dikatakan oleh
Surapranata dan Hatta (2004:26) di dalam mendefinisikan portofolio, sbb:
Protofolio dapat diartikan sebagai kumpulan hasil evidence atau
hasil belajar atau karya peserta didik yang menunjukan usaha,
perkembangan, prestasi belajar peserta didik dari waktu ke waktu
dan dari suatu mata pelajaran ke pelajaran yang lain. Protofolio juga
sangat berpengaruh sebagai alat untuk meningkatkan pendidikan
yang memungkinkan peserta didik untuk lebih berpartisipasi dalam
proses pembelajaran.
Departemen Pendidikan Nasional dalam Pedoman Pengembangan
Portofolio Untuk Penilaian (2003-2004) mendefinisikan portofolio sebagai
berikut:
Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil
pelaksanan tugas kerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa
bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar,
atau mencapai kompetensi yang ditentukan kurikulum.
Terlihat jelas bahwa dari definisi tersebut di atas tidak setiap
kumpulan karya seorang siswa disebut sebagai portofolio. Portofolio di sini
dapat digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen
dari instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai hasil
belajar siswa.
Arnold (1999:286) mendefinisikan portofolio sebagai berikut:
A portfolio is defined as a purposeful, selective collection of learner
work and reflective self-assessment that is used to document
progress and achievement over time with regard to specific

criteria.... In the course of the learning process the portfolio


becomes a kind of authobiography of the learner.
Dari kutipan Arnold tersebut di atas dapat diartikan bahwa portofolio
merupakan kumpulan-kumpulan kerja siswa dan penilaian reflektif yang
digunakan untuk mendokumentasikan kemajuan dan prestasi dari waktu ke
waktu.
Definisi lain di katakan oleh Popham (2003:103), sebagai berikut: "A
portfolio is a collection of one's work. Essentially, portfolio assessment
requires students to continually collect and evaluate their ongoing work for
the purpose of improving the skills they need to create such work." yang
artinya bahwa portofolio merupakan hasil kumpulan pekerjaan seseorang
yang dapat dievaluasi secara berkesinambungan dan sistematik guna
meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa dalam menciptakan
hasil pekerjaan yang optimal.
Berpijak dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahawa
portofolio merupakan suatu kumpulan hasil kerja siswa dari waktu ke waktu
yang dapat digunakan sebagai instrumen penilaian untuk menilai
perkembangan atau hasil belajar siswa secara berkesinambungan dan
menyeluruh.
Adapun fungsi dari portofolio dalam proses kegiatan belajar mengajar
adalah sebagai alat pengajaran dan penilaian, sebagaimana dikatakan oleh
Arnold (1999:286), yaitu sebagai berikut:

The language portfolio serves two main function in the total


learning process:
Pedagogic function: a tool for self-organized language
learning. Learners learn to collect authentic data of their
own work, record it in suitable ways and reflect on their
language learning biography.
Reporting function: a tool for reporting language learning
outcomes to teachers, institutions and other relevant
stakeholders (parents, administrators, other educational
institutions, employers, etc).
Dari kutipan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa portofolio
berfungsi sebagai alat untuk melihat perkembangan tanggung jawab
peserta didik dalam belajar, perluasan dimensi belajar, pembaharuan
kembali proses belajar mengajar dan pengembangan pandangan

peserta didik dalam belajar serta digunakan sebagai alat untuk


menilai perkembangan peserta didik secara otentik.
b. Bentuk-Bentuk Portofolio
Cole, Ryan, & Kick, (1995) dalam Suryapranata dan Hatta mengatakan
"bahwa pada hakekat nya terdapat dua bentuk portofolio, yaitu portofolio
produk dan portofolio proses." Hal ini dijelaskan pula oleh Suryapranata dan
Hatta (2004:46-64) mengenai bentuk-bentuk portofolio yang dapat diringkas
oleh penulis sebagai berikut:
1) Portofolio Proses
Portofolio proses yaitu jenis portofolio yang menunjukan tahap
belajar dan menyajikan catatan perkembangan peserta didik dari waktu
ke waktu. Pendekatan ini lebih menekankan pada bagaimana peserta
didik belajar, berkreasi, termasuk mulai dari draft awal, bagaimana
proses awal itu terjadi, dan tentunya sepanjang peserta didik dinilai.
Hasil kerja peserta didik dalam portofolio jenis ini biasanya proses
pembuatan suatu karya atau pekerjaan didiskusikan antara peserta didik
dan guru maupun peserta didik dengan peserta duidik lainnya.
Salah satu bentuk portofolio proses adalah portofolio kerja
(working portfolio), yaitu bentuk yang digunakan untuk memilih koleksi
evidence peserta didik yang dilakukan dari hari ke hari. Keberhasilan
portofolio kerja bergantung kepada kemampuan untuk merefleksikan
dan mendokumentasikan kemajuan proses pembelajaran. Proses
semacam ini akan membuat guru mengenal tentang kemajuan peserta
didik dan memungkinkan guru menolong peserta didik untuk
mengidentifikasikan kelemahan dan kelebihan pekerjaan peserta didik.
2) Portofolio Produk
Portofolio produk adalah portofolio yang menekankan pada
tinjauan hasil terbaik yang telah dilakukan peserta didik, tanpa
memperhatikan bagaimana proses untuk mencapai evidence itu terjadi.
Portofolio semacam ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan
merefleksikan kualitas prestasi yang telah dicapai. Penilaian bentuk ini
biasanua memerlukan peserta didik untuk mengkoleksi semua
pekerjaan mereka, dimana pada suatu saat mereka harus menunjukan

evidence yang terbaik. Contoh portofolio produk adalah portofoliio


tampilan (shows portfolio) dan portofolio dokumenasi (documentary
portfolio).
(a) Portofolio Tampilan (show fortfolios)
Portofolio tampilan adalah bentuk portofolio yang digunakan
untuk memilih evidence yang paling baik yang dikerjakan oleh
peserta didik ataupun kelompok peserta didik. Dalam portofolio ini
hanya berisi pekerjaan peserta didik yang telah selsai, tidak
mencakup proses pekerjaan, perbaikan, dan penyempurnaan
pekerjaan peserta didik. Dan portofolio ini sangat berguna untuk
penilaian yang bergantung kepada seberapa tepat evidence peserta
didik telah menunjukan kemampuan yang sebenarnya.
(b) Portofolio Dokumentasi (documentary porfolios)
Portofolio dokumentasi adalah penilaian terhadap koleksi
pilihan dari sekumpulan evidence peserta didik selama kurun waktu
tertentu. Bentuk portofolio ini dirancang untuk menilai evidence
peserta didik yang terbaik dalam satu kompetensi dasar atau
indikator pencapaian hasil belajar dalam kurun waktu tertentu
termasuk didalamnya proses yang digunakan untuk menghasilkan
karya tersebut.
Portofolio dokumentasi sangat berguna untuk penilaian yang
bergantung kepada seberapa tepat evidence peserta didik telah
menunjukan kemampuan peserta didik yang sebenarnya dan
kemampuan yang dituntut oleh kompetensi dasar dan indikator
pencapaian hasil belajar. Evidence peserta didik yang digunakan
dalam bentuk portofolio ini dapat berasal dari catatan guru atau
kombinasi antara catatan guru dan kegiatan peserta didik.

c.

Prinsip-Prinsip Dokumentasi Portofolio


Pada dasarnya, inti dari definisi portofolio adalah sekumpulan
atau agregasi karya. Kumpulan ini menggambarkan suatu kinerja
seseorang dalam suatu periode waktu. Dengan demikian, portofolio
dapat digunakan untuk suatu penilaian karena di dalamnya akan
menggambarkan suatu rangkaian prestasi yang sudah diraih. Pada

setiap portofolio tentu ada tujuannya yang menyatu dengan definisi


portofolio. Sebagaimana dikatakan oleh Surapranata & Hatta
(2004:26) sebagai berikut:
Secara umum portofolio merupakan kompulan dokumen
berupa objek penilaian yang dipakai oleh seseorang,
kelompok, lembaga, organisasi, perusahaan, atau sejenisnya
yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan mengevaluasi
perkembangan suatu proses dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam perusahaan. (Suprapranata & Hatta,
2004:26).
Dengan definisi portofolio sebagai suatu kumpulan dokumen,
maka portofolio dapat dikatakan sebagai gambarana proses suatu
kinerja. Dalam rangka mengetahui dan memberi pendapat tentang
suatu kinerja, tentu portofolio ada obyeknya. Objek tersebut
dikatakan sebagai objek penilaian atau bukti penilaian. Barton &
Collins (1997) dalam Surapranata & Hatta mengatakan:
Semua objek portofolio atau evidence dibedakan menjadi
empat macam yaitu:
1. Hasil karya peserta didik (artifacts), yaitu hasil kerja peserta
didik yang dihasilkan di kelas.
2. Reproduksi (reproduction) yaitu hasil kerja peserta didik
yang dikerjakan di luar kelas.
3. Pengesahan (attestations) yaitu pernyataan dan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh guru atau pihak lainnya
tentang peserta didik.
4. Produksi (productions) yaitu hasil kerja peserta didik yang
dipersiapkan khusus untuk portofolio."
(Suprapranata & Hatta, ed, 2004:26).
Dalam penelitian ini, portofolio dibatasi dalam lingkup
pembelajaran oleh peserta didik yang merupakan bukti-bukti
pengalaman belajar siswa dalam suatu kurun waktu, satu semester,
misalnya. Portofolio juga dianggap sebagai suatu deskripsi
perkembangan dari awal hingga akhir dalam suatu semester. Hal ini
dapat dianalogkan dengan seorang manusia yang dilihat dari awal
sebagai bayi hingga dewasa. Jadi, bukti-bukti tersebut dapat
dipertimbangkan sebagai indikator suatu deskripsi individu siswa.
Sebagai suatu indikator, bukti-bukti tersebut harus dipercayai sebagai

gambaran seberapa baik karya yang dihasilkan (oleh siswa). Dengan


gambaran ini maka portofolio dapat dijadikan sebagai suatu penilaian
atas suatu capaian (standar) atau target / sasaran apakah sudah
memenuhi bahkan melampaui atau belum.
Agar implementasi pengguanan portofolio dapat berjalan dengan
baik, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip dalam
mendokumentasikan portofolio sebagaimana dijelaskan oleh
Surapranata dan Hatta mengenai prinsip-prinsip dokumentasi
portofolio dalam bukunya yang berjudul Penilaian Portofolio,
Implementasi Kurikulum 2004, yaitu sebagai berikut:
a. Akurasi data, yaitu evidence yang dimasukan ke dalam bandel
portofolio peserta didik harus merupakan evidence peserta didik
yang bersangkutan pada waktu (bulan, semester, tahun) yang
bersesuaian.
b. Ketepatan waktu, evidence yang antara lain berupa lembar kerja,
hasil kerja, karya tulis peserta didik dimasukan ke dalam bendel
portofoliio segera setelah mendapatkan catatan, penilaian, atau
komentar dari guru.
c. Kelengkapan informasi, semua kegiatan peserta didik yang
berkaitan dengan proses belajar dan perkembangan hasil
belajarnya mulai dari apa yang dipelajari, apa yang pernah
dikerjakan, berikut lembar kerja dan hasil-hasil pekerjaannya dapat
dilihat seara lengkap.
d. Keterbacaan dokumen, setiap dokumen portofolio harus dalam
keadaan yang jelas terbaca, sehingga setiap saat diperlukan dapat
segera diperoleh informasinya.
e. Kepraktisan dokumen, dokumen harus dipilih yang ukurannya
praktis dan biasa dimasukan ke dalam bendel.
f. Perencanaan, portofolio harus mencakup dokumen seluruh waktu
yang dilewati, sehingga diperlukan suatu perencanaan agar tidak
terjadi kelebihan atau kekurangan dokumen. Perencanaan

portofolio dikaitkan dengan program tahunan, program semester,


ataupun program caturwulan apabila sistem persekolahaan
menggunakan sistem tersebut.
g.

Penataan dokumen, mengingat dokumen portofolio berjumlah


cukup banyak, maka perlu ada penataan agar dokumen tersebut
tertata rapi dan tidak mudah rusak. Penataan dokumen dilakukan
dengan pemisahan berdasarkan jenis dokumennya, misalnya
berdasarkan kelompok mata pelajaran.

h. Pengadminisrasian dokumen, setiap hasil pekerjaan peserta


didik yang bersifat penilaian baik memiliki dokumen fisik (seperti
ulangan, tugas, pekerjaan rumah) maupun tidak memiliki dokumen
fisik (misalnya menyanyi) harus dicatat dalam buku catatan harian
peserta didik atau daftar nilai peserta didik. Dengan demikian
dapat memperlihatkan kepada orang tua, bahwa selain
mendapatkan prestasi anaknya melalui nilai yang tertera pada
rapor, orang tua juga memperoleh gambaran perkembangan
peserta didik selama kurun waktu yang dinilai.
(Suryapranata dan Hatta, 2004:42-46).
Dengan demikian, jika prinsip-prinsip pendokumentasian
portofolio di atas dapat dilakukan dengan baik sesuai prinsip tersebut,
maka akan memudahkan baik bagi guru maupun peserta didik dalam
menilai perkembangan dan hasil belajar peserta didik.
2.

Definisi Penilaian Portofolio

a. Penilaian
Dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), proses pengujian
atau penilaian merupakan suatu komponen yang tidak kalah penting
dibandingkan dengan proses lainnya, karena penilaian merupakan
suatu proses untuk menentukan dan mengetahui sejauh mana hasil
dari proses pembelajaran. Penilaian atau pengujian atau sering
disebut juga assessment memiliki banyak model, seperti penilaian

berbasis kelas, benchmarking, dan model portofolio. Dr. Sumarna &


Dr. Muhammad Hatta mengatakan mengenai penilian dalam bukunya
penilaian portofolio implementasi kurikulum 2004, sebagai berikut:
Penilain merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan
berhasil tidaknya proses pembelajaran. Penilaian juga
digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang
ada dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan
dasar untuk pengambilan keputusan, misalkan apakah proses
pembelajaran sudah baik dan dapat dilanjutkan atau masih
perlu perbaikan dan penyempurnaan. (Surapranata, 2004:1)
Ign Masidjo (1995:18) mendefinisikan penilaian sebagai berikut:
"Penilaian adalah suatu kegiatan yang membandingkan hasil
pengukuran sifat suatu objek dengan suatu acuan yang relevan
sedemikian rupa sehingga diperoleh kualitas suatu objek yang
bersifat kuantitatif". Sedangkan Warwanto, Purwono, Sudaryanto dan
Prasetya dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Religiositas
(2009:64) mendefinisikan penilaian sbb:
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar anak didik yang dilakaukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehinga menjadi informasi yang bermakna
dalam mengambil keputusan. Penilaian hendaknya dilakukan
berdasarkan indikator dengan menggunakan tes dan non tes,
baik tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran
sikap, penilaian hasil karya, yang berupa penugasan,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Definisi lain mengenai penilaian didefinisikan oleh Nana Sudjana
(1989:2), sbb: "Penilaian adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk
melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai
atau dikuasai oleh dalam bentuk hasil-hasil belajar yang
diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya
(proses belajar-mengajar)."
Selanjutnya Arikunto (2010:6-8) memaknai penilaian sbb:
Dalam dunia penidikan, khususnya dunia persekolahan,
penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi, yaitu:

(a) makna bagi siswa yaitu dengan diadakannya penilaian,


maka siswa dpat mengetahui sejauh mana telah berhasil
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru, hasil
tersebut memiliki 2 kemungkinan yaitu memuaskan atau
tidak memuaskan.
(b) makna bagi guru, yaitu:
- dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat
mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak
melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil
mengausai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa
yang belum berhasil menguasai bahan;
- guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan
sudah tepat bagi siswasehingga untuk memberikan
pengajaran diwaktu yang akan datang tidak perlu
diadakan perubahan;
- guru sksn mengetahui apakan metode yang digunakan
sudah tepat atau belum.
(c) makna bagi sekolah, yaitu:
- apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui
bagaimana hasil belajar siswa-siswaya, dapat diketahui
pula apakah kondisi belajar yag diciptakan oleh sekolah
sudah dengan harapan atau belum;
- informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum
untuk sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan
bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan
dating;
- informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke
tahun, dapat diguakan sebagai pedoman bagi sekolah,
yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi stadar
atau belum.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulakan bahwa
penilaian merupakan suatu kegiatan menilai atau mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk melalui
sebuah proses evaluasi yang sistematik dan berkesinambungan. Oleh
Karen itu sangatlah penting di dalam memaknai suatu penilaian agar
didapat suatu hasil yang benar-benar optimal dan menyeluruh dari
semua aspek baik siswa sebagai objek, guru sebagai subjek ataupun
sekolah sebagai sarana.
Adapun tujuan dari dilakukannya penilaian adalah untuk
mengetahui dan untuk membuat keputusan dari hasil pencapaian
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Sebagaimana dikemukakan

oleh popham (1975:13) dalam Modul Penilaian Pencapaian Hasil


Belajar yang ditulis oleh Drs. Warkitri, dkk sebagai berikut: tujuan
dari penilaian pada dasarnya adalah membuat keputusan. Dengan
menyimak beberapa tujuan penilaian tersebut maka warkitri, dkk
(1998:4-9) menyimpulkan sebagai berikut:
bahwa pada hakikatnya tujuan penilaian hasil belajar adalah
membuat keputusan yang berpijak pada sejauh mana hasil
pencapaian tujuan instruksional yang telah ditetapkan
sehingga diktahui kemajuan belajar yang dapat diukur serta
diamati. Dengan kata lain tujuan penilaian hasil belajar adalah
membuat keputusan tentang:
1) hasil proses belar-mengajar yang mencerminkan terjadinya
interaksi guru-siswa, interaksi modul-siswa, ataupun
interaksi masukan mentah (raw-input) dengan instrumental
input (guru, metode, kurikulum dan lain sebagainya);
2) status kedudukan dan kemajuan/perkembangan siswa
dikaitkan dengan perilaku belajar/jenjang kemampuan
belajar (behavioral objectives). Dari masukan ini maka guru
dapat memilih bentuk dan teknik bimbingan blaja yang
tepat;
3) laporan kondisi kemampuan belajar yang dapat dijadikan
pedoman dalam penempatan siswa sesuai dengan prestasi
ataupun bakat yang dimiliki." (Warkitri, dkk:4-9).
Berpijak dari definisi-definisi dan tujuan penilaian di atas, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa penilaian sangatlah penting
dilakukan didalam menentukan hasil dari proses kegiatan belajar
mengajar. Karena melalui penilaian dapat memberikan arah dan
petunjuk kepada guru untuk melakukan langkah atau tindak lanjut
dalam plaksanaan pengajaran, selain itu dengan adanya penilaian
juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan
kemampuan yang dimilikinya.
Dalam menentukan penilaian perlu dipahami mengenai bentuk
penilaian dan makna penilaian tersebut secara menyeluruh.
b.
Penilaian Portofolio
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa portofolio berfungsi
sebagai alat penilaian untuk mengetahui kemajuan kompetensi yang

telah dicapai peserta didik dan mendiagnosis kesulitan belajar


peserta didik, memberikan umpan balik untuk kepentingan perbaikan
dan penyempurnaan KBM, sebagaimana dikatakan oleh Surapranata
dan Hatta (2004:71) dalam mendefinisikan penilaian portofolio
sebagai berikut:
penilaian portofolio adalah salah satu penilaian otentik yang
efektif.... Serta merupakan satu alternatif untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik (student achievement) melalui
evaluasi umpan balik dan penilaian sendiri (self assessment).
Sebagai alat penilaian, portofolio difokuskan pada dokumendokumen tentang kerja siswa yang produktif, yaitu "bukti" tentang
apa yang dapat dilakukan oleh siswa. Penilaian Portofolio bukan
sekedar kumpulan hasil kerja siswa melainkan kumpulan hasil kerja
siswa yang sengaja dibuat siswa untuk menunjukan bukti tentang
kompetensi, pemahaman, dan capaian siswa dalam mata pelajaran
tertentu, juga merupakan kumpulan informasi yang perlu diketahui
oleh guru sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkahlangkah perbaikan pembelajaran atau peningkatan belajar siswa.
Definisi lain mengenai portofolio diungkapkan oleh Budimansyah
(2002:107) sebagai berikut:
Penilaian portofolio adalah suatu usaha untuk memperoleh
informasi secara berkala, berkesinambungan, menyeluruh
tentang proses, hasil pertumbuhan dan perkembangan
wawasan pengetahuan, sikap, keterampilan peserta didik yang
bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman
belajarnya.
Dalam penilaian portofolio peserta didik memiliki kesempatan
yang lebih banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke waktu,
dengan demikian siswa dapat menunjukan perkembangan
kemampuan belajar nya serta dapat ditunjukan perbedaan
kemampuan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
dari waktu ke waktu. Sebagaimana dikatakan oleh Suryapranata dan
Hatta (2004:72) sebagai berikut: "hal yang paling penting diingat
dalam penilaian portofolio adalah peserta didik memiliki kesempatan

yang lebih banyak dalam menilai diri sendiri (self assessment) dari
waktu ke waktu".
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian
portofolio merupakan proses penilaian otentik yang berkelanjutan
yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan khususnya aspek psikomotor/unjuk kerja
peserta didik dalam satu periode tertentu.
3. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Portofolio
Pada setiap strategi atau metode pembelajaran tentu ada kelebihan
dan kekurangan atau kelemahan. Hal ini merupakan kondisi yang wajar
dimana implementasinya memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu
yang tidak semua persyaratan itu mudah dipenuhi dalam suatu
pembelajaran di kelas.
Dalam penilaian portofolio memiliki perbedaan yang sangat
mendasar dibandingkan dengan sistem penilaian yang biasa dilakukan
misalnya dengan tes. Tes biasa digunakan untuk menilai kemampuan
penguasaan materi pembelajaran atau perkembangan intelektual siswa,
oleh sebab itu tes biasanya dilaksanakan pada akhir selesainya
pelaksanaan program pembelajaran misalnya pada akhir caturwulan atau
semester, sebagaimana dikatakan oleh Suryapranata dah Hatta
(2004:96-87) yang penulis tuangkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Perbedaan Teknik Penilaian Portofolio dan Tes
N
o
1

Tes

Penilaian Portofolio

Menilai peserta didik


berdasarkan sejumkah
tugas terbatas

Menilai peserta didik berdasarkan


seluruh tugas dan hasil kerja yang
berkaitan dengan kinerja yang
dinilai.

Menilai hanya guru,


berdasarkan masukan
yang terbatas.

Peserta didik turut serta dalam


menilai kemajuan yang dicapai
dalam penyelesaian berbagai
tugas, dan perkembangan yang

Menilai semua peserta


didk dengan
menggunakan kriteria

Proses penilaian tidak


kolaboratif (tidak ada
kerja sama, terutama
antara guru, peserta
didik, dan orang tua)

Penilaian diri oleh


peserta didik bukan
merupakan suatu tujuan.
Yang mendapat
perhatian dalam
penilaian hanya
pencapaian.
Terpisah antara: kegiatan
pembelajaran, testing,
dan pengajaran.

berlangsung selama proses


pembelajaran.
Menilai setiap peserta didik
berdasarkan pencapaian
masing-masing, dengan
memperimbangkan juga faktor
perbedaan individual.
Mewujudkan proses penilaian
yang kilaboratif.

Peserta didik menilai dirinya


sendiri menjadi suatu tujuan.
Yang mendapat perhatian dalam
penilaian meliputi kemajuan,
usaha, dan pencapaian.
Terkait erat antara kegiatan
penilaian, pengajaran, dan
pembelajaran

Dari tabel di atas Surtapranata dan Hatta menjelaskan bahwa


penilaian portofolio memiliki kelebihan dalam beberapa hal, terutama
lebih objektif dilihat dari hasil kerja peserta didik yang sesungguhnya,
lebih terbuka dimana peserta didik ikut serta menilai pekerjaan yang
dilakukannya, dan secara langsung berhubungan dengan proses kegiatan
pembelajaran.
Sebagai suatu teknik penilaian portofolio, selain penjelasan di atas
Suryapranta dan Hatta pun menjelaskan bahwa penilaian portofolio
memiliki keunggulan-keungulan lainnya dan kekurangan yang dapat
diringkas oleh penulis, yaitu sebagai berikut:
a.

Keunggulan
1) Perubahan paradigma penilian, adalah dengan adanya perubahan
membandingkan kedudukan kemampuan peserta didik
(berdasarkan grade, persentil, atau skor tes) kepada
pengembangan kemampuan peserta didik melalui umpan balik

dan refleksi diri.


2)

Akuntabilitas (accoutability), guru sebagai pendidik bertanggung


jawab terhadap konstituen yaitu peserta didik, orang tua,
sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu penilian portofolio
adalah salah satu penilian yang dapat dilaksanakan sebagai
perwujudan penilian yang bertanggung jawab kepada konstituen
dimaksud diatas.

3)

Peserta didik sebagai individu dan peran aktif peserta didik, cirri
khas penilian portofolio adalah memungkinkan guru untuk
melihat peserta didik sebagai individu, yang masing-masing
memiliki karakteristik, kebutuhan dan kelebihan tersendiri. Ciri
khas ini merupakan keunggulan dimana penilian portofolio
sangat berguna manakala program evaluasi sangat fleksibel dan
lebih menekankan pada tujuan individual.

4)

Identifikasi, penilaian portofolio dapat menolong guru untuk


mendokumentsikan kebutuhan dan asset komunitas yang
berminat. Penilian portofolio juga dapat mengklarifikasi dan
mengidentifikasi program pengajaran dan kemungkinan untuk
mendokumentasikan pemikiran disamping pengembangan
program.

5) Keterlibatan orang tua dalam masyarakat, adalah sebagai alat


komunikasi dengan adanya keterlibatan pihak luar seperti guru,
orang tua,komite sekolah, dan masyarakat luas.
6) Penilian diri, adalah pengukuran dilakukan berdasarkan evidence
peserta didik yang asli. Portofolio memungkinkan peserta didik
melakukan penilaian diri sendiri (self-evaluation), refleksi, dan
pemikiran yang kritis (critical thinking).
7) Penilaian yang fleksibel, bahwa penilian ini memungkinkan
pengukuran yang fleksibel yang bergantung kepada indicator
pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan.
8)

Tanggungjawab bersama, bahwa penilian ini memungkinkan

guru dan peserta didik secara bersama-sama bertanggungjawab


untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi
kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
9)

Keadilan, bahwa portofolio adalah salah satu alat penilian yang


ideal untuk kelas yang heterogen, yang sangat terbuka bagui
guru untuk menggambarkan kelebihan dan kekurangan peserta
didik dan memantau perkembangan mereka.

10) Kriteria penilian, bahwa dalam penilain portofolio peserta didik


diberikan penghargaan (kredit) atas usaha mereka.
b.

Kekurangan
1)

Waktu ekstra, bahwa penilaian portofolio memerlukan kerja


ekstra dibandingkan dengan penilian lain yang biasa guru
lakukan, karena pelinaial yang efektif meemrlukan perencanaan
dan menjaga baik-baik tentang peserta didik.

2)

Reliabilitas, bahwa penilian portofolio Nampak agak kurang


reliable dan kurang fair dibandingkan dengan penilian lain yang
menggunakan angka seperti ulangan harian, ulangan umum
maupun ujian akhir nasional yang menggunakan tes, karena
penilaian portofolio dilakukan sendiri oleh peserta didik (selfassessment) maupun oleh kelompok peserta didik.

3) Pencapaian akhir, bahwa guru memiliki kecenderungan untuk


memperhatikan hanya pecapaian akhir. Jika hal ini terjadi, berarti
proses penilian portofolio tidak mendapat perhatian sewajarya.
4) Top-Down, bahwa guru dan peserta didik biasaya terjebak dalam
suasana hubungan top-down, yaitu guru menganggap segala
tahu dan peserta didik selalu dianggap sebagai objek yang harus
dididik dan diberi tahu. Dengan demikian proses pembelajaran
menjadi satu arah yaitu peserta didik seagai objek yang diberi
pengajaran sedangkan guru adalah sebagai subjek yang member
pengajaran (pedidikan). Apabila kondisi ini terwujud, maka
inisiatif dan kreatifitas peserta didik yang menjadi cirri khas

penilaian portofolio akan hilang.


5)

Skeptisme, bahwa masyarakat khususnya orang tua peserta


didik selama ini haya mengenal keberhailan anaknya hanya pada
angka-angka hasil tes akhir (test scores), peringkat, dan hal-hal
yang berdifat kuantitatif. Sebaliknya, portofolio pada hakekatnya
tidak mengenal angka-angka dimaksud, akibatnya orang tua
terkadang bersikap skeptis dan lebih percaya kepada tes selain
penilaian portofolio.

6)

Hal yang baru, bahwa penilaian portofolio adalah sesuatu yang


baru dalam dunia pendidikan.oleh karena itu bukan tidak
mungkin kebanyakan guru atau bahkan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kerja Kependidikan (LPTK) belum mengenal penilaian
portofolio.

7) Kriteria penilaian dan analisis, bahwa kelemahan utama dalam


penilian porotofolio adalah tidak adanya criteria penilaian, karena
penggunaan angka dalam penilian portofolio akan dihindari,
analisis terhadap penilaian portofolio menjadi agak sulit
dilakukan.
8)

Penerapan disekolah, bahwa peilaian portofolio terkadang sulit


utuk diterapka di sekolah yang lebih mengenal perbandingan
peserta didik melalui skor tes, peringkat dan yang kebih sering
menggunakan tes yang sudah baku.

9) Format penilaian yang lengkap dan detail, bahwa penyedian


format yang digunakan secara lengkap dan detail, dapat juga
menjebak. Peserta didik akan terjerumus kedalam suasana yang
kaku dan mematikan, yang pada akibatya juga akan mematikan
inisiatif dan kreativitas.
10) Tempat penyimpanan, bahwa penilaian portofolio memerlukan
tempat pentimpanan evidence yang memadai, apalagi bila
jumlah peserta didik cukup besar.
(Suryapranata dan Hatta, 2004:86-96).

Dari uraian mengenai kelebihan dan kekurangan penilaian


portofolio di atas dapat dikatakan bahwa penilaian portofolio
memerlukan waktu yang lebih dibandingkan dengan penilaian yang
lain.
4.

Tahap-Tahap Penilaian Portofolio

Suryapranata dan Hatta dalam bukunya yang berjudul Penilaian


Portofolio Implementasi Kurikulum 2004 (2004:99-189) menjelaskan
mengenai tahap-tahap penilaian portofolio yang dapat diringkas sebagai
berikut:
Pertama-tama, dalam memulai penilaian portofolio yaitu menetapkan tujuan
portofolio. Guru menentukan tujuan portofolio karena tujuan portofolio akan sangat
berpengaruh terhadap penggunaan jenis portofolio (penilaian portofolio kerja, penilaian
portofolio dokumentasi, atau penilaian portofolio penampilan). Jika sudah ditetapkan
tujuan instruksional masing-masing penilaian portofolio maka guru mereview masingmasing deskripsi dan menyesuaikannya dengan kompetensi dasar, indicator pencapaian
hasil belajar, ataupun perkembangan kemampuan.
Hal kedua, yang perlu dilakukan dalam penilaian portofolio adalah menetapkan isi
portofolio. Isi dan bahan penilaian harus mengacu pada tujuan yang ditetapkan. Guru
menetapkan jenis evidence dan rentang evidence, maksud nya guru harus menentukan
banyaknya portofolio akan digunakan sebagai bahan penilaian serta menentukan
bagaimana suatu tugas dikerjakan. Jika sudah ditetapkan tujuan dan isi penilaian
portofolio maka guru mereview masing-masing deskripsi dan menyesuaikannya dengan
kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, ataupun perkembangan kemampuan .
Selanjutnya, dalam menentukan tahapan penilaian portofolio adalah mnetapkan
seleksi portofolio. Guru menetapkan prosedur seleksi evidence dan menetapkan cara
mengelola penilaian. Dalam seleksi evidence peserta didik, sebaiknya peserta didik
dilibatkan seoptimal mungkin, biarkan peserta didik memilih evidence terbaik mereka.
Setelah tahap-tahap tesebut dilakukan maka guru mereview masing-masing deskripsi dan
menyesuaikannya dengan kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, ataupun
perkembangan kemampuan.
Tahap keempat, adalah menetapkan yang akan dinilai dan kriteria penilaian. Guru
menentukan fokus penilaian apakan penilaian individu atau kelompok, mendeskripsikan

kriteria penilaian, serta meyakinkan bahwa criteria yang dikembangkan sudah jelas dan
mudah dikomunikasikan. Setelah tahap-tahap tersebut ditetukan maka guru mereview
masing-masing deskripsi dan menyesuaikannya dengan kompetensi dasar, indikator
pencapaian hasil belajar, ataupun perkembangan kemampuan.
Terakhir adalah menetapkan metode untuk estimasi dan pelaporan kedudukan peserta
didik dalam peta kemampuan. Setelah itu guru mereview masing-masing deskripsi dan
menyesuaikannya dengan kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, ataupun
perkembangan kemampuan.

Anda mungkin juga menyukai