Sebenarnya agama dan budaya sangat berhubungan erat terutama dalam proses
pembentukan adat yang senantiasa berbaur menjadi satu. Dan hal ini menyebabkan
agama dan budaya sulit untuk dipisahkan dan telah satu persatu, karena agama
merupakan unsur kebudayaan.
Hubungan Hukum Adat dengan kebudayaan :
-Hukum Adat bagian dari kebudayaan ,yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
-Hukum Adat adalah suatu segi kebudayaan Indonesia adalah pancaran dari jiwa dan
struktur masyarakat indonesia.
-Hukum Adat senantiasa tumbuh dari kebutuhan hidup yang nyata,cara hidup yang
keseluruhannya merupakan kebudayaan tempat hukum adat itu berlaku.
Proses masuknya agama kedalam budaya bisa saja melalui adat yang digunakan,agama
tidak digunakan. Ada dua teori tentang kaitan hukum adat dengan kaedah agama yang
lazim dikenal yaitu :
1.Teori Receptio in Complexu (van den Berg) bahwa hukum adat suatu masyarakat
tertentu adalah hukum adgama yang dipeluknya.
2.Teori Receptie yaitu Hukum Agama akan masuk kalau hukum adat
menghendakinya. Jadi kalau hukum adat tidak menghendakinya maka hukum adat
tidak digunakan.
Hukum Adat sebagai Aspek Kebudayaan adalah hukum adat yang dilihat dari sudut
pandang nilai, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial yang
religious yang didapat seseorang dengan eksistensinya sebagai anggota masyarakat.
Hukum Adat sebagai aspek kehidupan dab budaya bangsa indonesia karena
stukturkejiwaan dan cara berfikir bangsa Indonesia tercermin dari Hukum Adat itu
sendiri.
Menurut Van Den Berg dengan teorinya yang terkenal dengan istilah receptio in
complexu yang berarti bahwa hukum adat yang dianut dalam masyarakat adalah
keseluruhan hukum agama yang dianutnya jadi maksud teori Van Den Berg disini adalah
hukum/kaedah sama dengan hukum adat. Seperti di masyarakat muslim di jawa pasti
menggunakan hukum/kaedah agamanya sebagai hukum adat, Sehingga dalam hal ini
agama sebagai unsur sebagai kebudayaan mempengaruhi setiap bidang kehidupan
manusia secara keseluruhan dan menjadiunsur kebudayaan.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawina bersifat universal bagi seluruh
warga negara Indonesia. Meskipun demikian UU Perkawinan juga bersifat deferensial,